Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU DENGAN POST PARTUM

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
Periode post natal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta
(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran reproduktif
wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini juga disebut puerperium (Varney,
2002).
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Sistem Reproduksi
1) Perubahan kelenjar mamae
Pada masa pertengahan masa kehamilan masing-masing dari kedua tunas
kelenjar mama pada janin yang ditakdirkan membentuk payudara mulai tumbuh
dan memisah,dengan pembentukan 15 sampai 25 tunas sekunder yang menjadi
dasar bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing tunas sekunder
memanjang menjadi sebuah tali,bercabang, dan berdiferensiasi menjadi dua
lapisan konsentrik dari sel-sel kuboid dan sebuah limen sentral. Lapisan sel bagian
dalam akhirnya membentuk epitel sekretorik, yang mensintesis air susu,
sedangkan lapisan luar menjadi mioepitel, yang menyediakan mekanisme
pengeluaran air susu.
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi oleh
payudara selama 5 hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari putting
susu. Kolostrum lebih banyak mengandung lebih banyak protein, yang sebagian
besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetappi gula dan lemak lebih
sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar
didalam yang disebut korpuskel kolostrum,yang oleh beberapa hari diaanggap
merupakan sel-sel epitel yang mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain
dianggap fagost mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi
kolostrum bertahan selama 5 hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu
matur. Antibody mudah ditemukan didalam kolostrum. Kandungan
immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada neonates melawan
infeksi enteric. Faktor-faktor kekebalan hostpes lainnya, juga imunoglobuli-
imunoglobulin, terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor-faktor
ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoperoksidase, dan
lisozim.
Kompenen utama air susuadalah protein, air, laktosa, dan lemak. Air susu
isotonic dengan plasma, dengan laktosa bertanggung jawab terhadap separuh
tekanan osmotiknya. Protein utama didalam air susu ibu laktal bumin, dan kasein
disintesis didalam reticulum endoplasmic kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino
esensial dari darah, dan asam amino non esensial sebagian berasal dari dari darah
atau disintesis didalam kelenjar mamma. Kebanyakan protein air susu adalah
protein-protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin nampaknya
secara aktif disekresi didalam air susu.
Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi besi didalam
air susu manusi absorbsinya lebih baik dari pada besi didalam susu sapi.
Simpanan besi itu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi didalam air susu.
Kelenjar mamma seperti kelenjar teroit menghimpun yudium didalam air susu.
Konsentrasi perkiraan komponen yang lebih penting didalam kolostrum, air susu
manusia matur konsentrasi ini dapat bervariasi tergantung penelitian saaat nifas.
Mekanisme humural dan neural tepatnya yang terlibat didalam laktasi jelas
kompleks. Progesteron, esterogen,dan laktogen plasenta, dan prolaktin, kortisol
dan insulin tampaknya bekerja secara selaras untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan apparatus pensekresi susu pada kelenjar mamma. Dengan
kelahiran, terdapat penurunan mendadak dan besar kadar progesterone dan
esterogen, yang berfungsi mengawali laktasi. Laktasi tidak dimulai sampai pada
akhir kehamilan karena kadar eksterogen dan progesterone yang tinggi selama
kehamilan mengganggu kerja laktogenik prolaktin dan seteroid adrenal.
Sebaliknya dalam keadaan normal, intensitas dan lama laktasi berikutnya
dikontrol sebagaian besar oleh perangsangan berulang-ulang proses menyusui.
Prolaktin penting bagi laktasi, wanita dengan mikrosis hipofisis luas, seperti pada
sindrom Sheehan, tidak mengalami laktasi. Meskipun prolaktin plasma turun
setelah kelahiran hingga mencapai kadar yang jauh lebih rendah daripada selama
kehamilan, setiap tindakan isappan putting mencetuskan peninggian kadar
prolaktin. Agaknya suatu rangsang dari payudara mengurangi pelepasan faktor
penghambat prolaktin dari hipotalamus, yang pada gilirannya menginduksi
peningkatan sekresi sementara prolaktin oleh hipofisis.
Neuro hipofisis secara berdenyut mensekresi oksitosin, yang merangsang
pemerasan susu dari payudaralaktasi dengan menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepietel dialveoli dan duktus-duktus susu kecil sebenarnya, mekanisme ini
telah dipakai untuk melakukan assai aktivitas oksitosin didalam cairan-cairan
biologi. Pengeluaran air susu merupakan sebuah reflek khususnya diinisiasi oleh
isapan putting susu, yang merangsang neorohipofisis untuk melepaskan oksitosin
oleh tangisan bayi atau dihambat oleh rasa takut atau stress.
Pada wanita yang berlaktasi tetapi mulai mengalami ovulasi lagi,terdapat
perubahan akut komposisi air susu 5 sampai 6 hari sebelum dan 6 sampai 7 hari
setelah ovulasi. Perubahan ini mendadak dan ditandai dengan meningkatnya
konsentrasi natrium dan klorida, bersamaan dengan menurunyya konsentrasi
kalium, laktosal dan glukosa. Wanita yang menjadi hamil tetapi terus menyusui,
komposisi air susu mengalami perubahan progresif yang mengesankan hilangnya
secara perlahan aktifitas sekretorik dan metabolic payudara.
Antibody terdapat didalam kolostrum dan air susu manusia, tetapi
diabsorbsi dengan buruk, bahkan tidak sama sekali dari usus bayi. Tidak ada
antibody antide yang terdeteksi didalam bayi yang disusui susu yang mengandung
titter tinggi antibody antide tetapi keadaan ini tidak perlu mengurangi pentingnya
beberapa antibody didalam asi.imunno globulin yang menonjol didalam air susu
adalah IgA secretorik, sebuah makro mulekul yang penting dalam proses
antimikroba pada membram mukossa diseberang tempat sekresinya.
Hampir 2/3 wanita memberikan asi pada bayi-bayi berumur 1 minggu,
dibanding dengan kurang dari 1/3 pada 25 tahun sebelumnya. Air susu pada
awalnya tampak tidak cukup, suplay ini menjadi cukup kalau suplay penyusuan
diteruskan. Menyusui juga mempercepat involusi rahim, karena berulang pada
putting melalui pelepasan oksitosin menyebabkan peningkatan kontraksi
miometrium.
2) Perubahan Pada Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam keseluruhannya disebut involusi.
Involusi disebabkan oleh :
a) Pengurangan estrogen plasenta
Pengurangan estrogen menghilangkan stimulus ke hipertropi dan hyperplasia
uterus.
b) Iskemia Miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi setelah
kelahiran.
c) Otolisi miometrium.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table
berikut ini:
No Waktu involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr
2 Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
3 1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gr
4 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gr
5 6 minggu Bertambah kecil 50 gr
6 8 minggu Sebesar normal 30gr

d) Lochea
Lochea adalah cairang secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian
terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat
berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi. Pembagian lokia :
a) Lokia rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca persalinan, berwarna merah
mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua, vernix
caseosa, lanugo, dan mekonium.
b) Lokia sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan, berwarna merah
kuning dan berisi darah lender.
c) Lokia serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna kecoklatan
mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d) Lokia alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,berwarna putih
kekuningan, mengandung leukosit, selaput lender servix dan selaput jaringan yang
mati.
e) Lokia purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah yang berbau busuk.
f) Lochiostatis, lokia yang tidak lancar keluarnya.
3) Perubahan pada Serviks dan Segmen bawah Uterus
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri
berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masuk dapat dimasukkan
2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena
hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil.
Pada umumnya ostium sternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-
robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
4) Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam ebebrapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan pintu
keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong ebrdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlanahan-lahan mngecil tetapi jarang
kembali keukuran nulipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi pervaginam,
kemudian setelah melahirkan hymen muncul sebagai bebrapa potong jaringan
kecil, yang selama proses sikatrisasi siubah menjadi caranculai mirtoformis yang
khas pada wanita yang pernah melahirkan. Orifisium vagina biasanya tetpa sedikit
membuka setelah melahirkan anak.
5) Perubahan di peritoneum dan Dinding Abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah kelahiran dan
beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagan besar uterus
dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil, dan memerlukan waktu
yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah
dialaminya selama kehamilan tersebut.
b. Sistem Pencernaan
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema.
Kerja usus besar setelah melahirkan dapat juga terganggu oleh rasa sakit pada
perineum, hemoroid yang menjadi prolaps dan bengkak selama kala 2 persalinan
atau kurangnya privasi pada ruang perawatan pasca natal.
c. Sistem Perkemihan
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan
relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36
jam sesudah melahirkan.
Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu
proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan
ibu merasa sulit buang air kecil.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 24 jam pasca
persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter
selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,
lakukan katerisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada
gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian, bila volume urin < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat
berkemih sperti biasa.
d. Sistem Muskuloskeletal / diastasis recti abdominalis
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan mobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6
sampai ke-8 satelah wanita melahirkan.
e. Sistem Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron yang
menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan prolaktin meningkat, FSH
menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke 3 pospartum yang
mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let. Down dan reflek sucking.
Selama proses kehamilan dan persalinan terhadap perubahan pada sistem
endokrin. Hormon – hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula
darah menurun pada masa nifas. Human chorionic gonadotropin atau HCG
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
pospartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 pospartum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH, dan LH. Hormon
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menuru
dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu, FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3) Hipotalamik pituary ovarium
Hipotalamik pituary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita
yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 % setelah
6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga
persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.
5) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen
yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume
darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perinium
dan vulva serta vagina.
f. Sistem Kardiovaskuler
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400cc,sedangkan
kehilangan darah dengan persalinan seksio-sesaria menjadi dua kali lipat.
Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada
persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio
sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

g. Sistem Pernapasan
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ±6cm, tetapi tidak
mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru
karena pengaruh diafragma yang naik ±4cm selama kehamilan.Frekuensi
pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok. Perubahan ini akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala dalam 24 minggu
setelah persalinan.
h. Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma
daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada
hari ketiga sama tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih atau leukosit
selama 10 sampai 12 setelah persalinan umumnya berkisar antara 20.000 sampai
25.000/mm,faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang
bersama dengan pergerakan,trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli.
Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran
tempat pelepasan plasenta.
3. Perubahan Psikologis Masa Nifas
1. Periode taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika
ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi
atas hasil perjuangan ibu. Bidan harus dapat menciptakan suasana nyaman bagi
ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan
yang dihadapi.
2. Periode Taking On
a. Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut.
f. Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan
cara perawatan bayi.

4. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan kalori dan karbohidrat. Gizi ibu nifas sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu yang di butuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Ibu nifas
tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan
yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.
1) Kebutuhan kalori harus proposional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan
dan lebih tinggi selama menyusui di banding selama hamil. Rata-rata kandungan
kalori ASI yang di hasilkan ibu dengan nutrisi yang baik adalah 70 kal/ 100ml dan
kira-kira 85kal yang di butuhkan ibu untuk 100ml ASI yang di hasilkan.
2) Ibu memerlukan tambahan 20gr protein di atas kebutuhan normal. Protein di
perlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak dan mati.
3) Nutrisi lain yang perlukan adalah asupan cairan. Ibu di anjurkan minum 2-3 liter
per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air dan vitamin di
gunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
metabolisme dalam tubuh.
4) Pil zat besi atau Fe harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya setelah
melahirkan.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam
setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A pada
bayinya melalui ASI.
b. Ambulansi
Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi di kerjakan setelah 2 jam ( ibu
boleh miring ke kiri atau ke kanan). Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah :
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2) Faal usus dan kandung kemih yang lebih baik
3) Kesempatan yang baik untuk mengajari ibu merawat atau memelihara anaknya.
4) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal
5) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut.
6) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.

Ambulansi dini di lakukan secara berangsur- angsur, maksudnya bukan berarti ibu
harus langsung bekerja (mencuci, memasak, dan sebagainya) setelah bangun.

c. Eliminasi
Buang air besar harus ada dalam 3 hari setalah melahirkan. Bila ada konstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau
diberi laksan peroral.
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat
mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah
BAB, maka sebaiknya di berikan laksan atau paraffin (1-2 postpartum), atau pada
hari ke 3 di beri laksan supositoria dan minum air hangat.
d. Kebersihan diri
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post
partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Bidan harus
bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan dapat
melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.
e. Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan
kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk
energi menyusu ibayinya nanti.
Kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa kerugian,
misalnya :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau diajarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan
seksual sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan .
g. Latihan / SenamNifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya latihan masa
nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan
normal dan tidak berpenyulit postpartum.
Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya bidan
mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot perut dan
panggul untuk kembali normal. Dengan kembalinya kekuatan otot perut dan
panggul akan mengurangi keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu
nifas. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk
mengencangkan otot bagian perut.

5. Kunjungan Ibu Nifas


a. Kunjungan ke-1 (6 jam sampai 3 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Memeriksa TFU
3) Melihat kondisi jahitan jalan lahir untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
4) Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila
perdarahan berlanjut
5) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
6) Pemberian ASI awal.
7) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
8) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
9) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil 2
10) Mengkaji eliminasi Ibu. Ibu harus sudah BAK pada 6 jam pertama. Ibu harus
sudah BAB pada 3 hari pertama.
11) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
12) Memberi pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa nifas
b. Kunjungan ke-2 (3-28 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
3) Memastikan ibu dapat merawat bayi nya dengan baik.
4) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
6) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan ke-3 (29-42 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1) Mengkaji pola eliminasi Ibu
2) Memastikan ibu menyusui bayi nya dengan benar
d. Kunjungan ke-4 (42 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
6. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
a. Perdarahan
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini , yaitu :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya , kadang-
kadang hanya setengah dari biasanya . Darah tersebut bercampur cairan amnion
atau urine. Darah tersebar pada spon, handuk, dan kain didalam ember dan lantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan darah dapat diketahui
dari kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang mungkin dapat menyebabkan
anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat
fatal dari kehilangan darah.
3) Perdarahan dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam dan
kondisi ini mungkin tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Penanganan akut kala III sebaiknya dilakukan pada
semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalinan harus dipantau dengan
ketat untuk kemungkinan perdarahan fase persalinan.
Penyebab perdarahan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap,maka
harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri. Potongan-potongan plasenta yang
ketinggalan tanpa diketahui biasanya menimbulkan perdarahan postpartum
lambat.
2) Endometritis puerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas
pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrosis
serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat
lapisan yang banyak terdapat leukosit-leukosit. Perdarahan biasanya tidak banyak,
pengobatannya diberi obat antibiotik.
b. Infeksi Masa Nifas
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan,
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta .
Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, yaitu :
1) Streptococcus haemolyticus aerobicus
2) Staphylococcus aereus
3) Escherichia coli
4) Clostridium welchii
Infeksi puerperalis dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
1) Infeksi terbatas, Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks,
dan endometrium.
2) Infeksi yang menyebar, Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh darah ,
limfe, dan permukaan endometrium (tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan
peritonitis)
c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Dan Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi :
1) Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
2) Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
Lakukan intubasi jika perlu. Dan jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan
jalan napas serta beri oksigen 4 sampai 6 liter per menit.
3) Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan napas, baringkan miring, ukur
suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d. Pembengkakan Wajah Atau Ekstremitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis,
dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema
(perhatikan adanya edema puting, jika ada).
e. Demam, Mual Muntah, Dan Nyeri Berkemih.
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal
perineum. Telah terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli memiliki
pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-Eden, 1982).
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih
didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural
atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat
rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi
periuretra, atau hematoma dinding vagina.
Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi diuresis
yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih.
Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering
menyebabkan infeksi saluran kemih. Kejadian infeksi saluran kemih pada masa
nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat
trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi yang sering.
Sistitis biasanya memberikan gejala beberapa nyeri berkemih (disuria), sering
berkemih, dan tak dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya jarang
terjadi. Adanya restensi urine pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya
infeksi.Pielonefritis memberikan gejala yang lebih berat, demam, mengigil, serta
perasaan mual dan muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria.
Untuk pengobatan infeksi pada saluran kemih, Antibiotik yang terpilih
meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide, trimetropim, sulfametoksazol, atau
sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobakterial
terdapat golongan penisilin. Pielonefritis membutuhkan penangan yang lebih
awal, pemberian dosis awal antibiotik yang tinggi secara intervena, misalnya
sefalosforin 3 – 6 gram/hari dengan atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga
dilakukan kultur urine.
f. Perubahan Payudara
1) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit. Disebabkan oleh
payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecat, BH yang
terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia.
2) Mastitis. Mastitis adalah peradangan pada payudara.Mastitis ini dapat terjadi
kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke –
10 dan hari ke – 28 setelah kelahiran.
Penyebab
a) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
b) Bra yang terlalu ketat.
c) Putting susu lecet yang menyebabkan infeksi.
d) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia.
Gejala
a) Bengkak dan nyeri.
b) Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu.
c) Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
d) Ada demam dan rasa sakit umum.
Penanganan
a) Payudara dikompres dengan air hangat
b) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.
c) Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
d) Bayi mulai menyusu dan payudara yang mengalami peradangan.
e) Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
f) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
3) Abses payudara
Abses payudara berubah dengan mastitis.Abses payudara terjadi apabila
mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperkuat infeksi.
Gejala
a) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
Penanganan
a) Teknik menyusui yang benar.
b) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c) Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e) Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
tetap dikeluarkan.
f) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotic.
g) Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
4) Putting susu lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.
Retakan pada putting susu bias sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Penyebab
a) Teknik menyusui yang tidak benar.
b) Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan putting susu.
c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
Penanganan
a) Cari penyebab putting susu lecet.
b) Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit.
c) Tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara.
d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
e) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan
susukan secara bergantian diantara kedua payudara
f) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering.
g) Pergunakan BH yang menyangga.
h) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
i) Jika penyebabnya monilia, diberi pwngobatan dengan tablet Nystatin.
5) Saluran susu tersumbat (Obstructed Duct)
Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan
khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada,
bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI
akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya
tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain.
Penyebab
a) Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi sebagai
akibat air susu jarang dikeluarkan.
b) Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
c) Pemakaian bra yang terlalu ketat.
Gejala, Gejala ini jarang sekali dirasakan antara lain :
a) Pada payudara terlihat jelas dan lunak pada perabaan (pada wanita kurus).
b) Payudara terasa nyeri dan bengkak pada payudara yang tersumbat.
Penanganan
a) Payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin setetlah bergantian,
setelah itu bayi disusui.
b) Lakukan masase pada payudara untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
c) Menyusui bayi sesering mungkin.
d) Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.
e) Gunakan bra yang menyangga payudara.
f) Posisi menyusui diubah-ubah untuk melancarkan aliran ASI.
(Damai Yanti :2011 hal 105-109)
6) Payudara bengkak
Penyebab, Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan.Payudara bengkak ini sering terjadi
pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah
dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan
memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara
meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa penuh, tegang, serta
nyeri.Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penuruna let
down.Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement,
demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus.
Gejala, Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit
disusui oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan
sulit diisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa
demam, dan payudara terasa nyeri.Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi,
ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih
lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui.
Penanganan
a) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk
melancarkan pembuluh darah.
c) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk
melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
g. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas karena
kehabisan tenaga. Hendaknya ibu yang lekas diberi minuman hangat, susu, kopi,
atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikan makanan yang
sifatnya ringan. Walaupun lambung dan alat pencernaan tidak terlibat langsung
dalam proses persalinan tetapi fungsi pencernaan dipengaruhi oleh proses
persalinan. Organ pencernaan memerlukan waktu istirahat untuk memulihkan
keadaannya. Oleh karena itu, tidak benar bila ibu diberi makanan terlalu banyak,
walaupun ibu menginginkannya. Akan tetapi, biasanya disebabkan oleh adanya
kelelahan yang amat berat, nafsu makan terganggu, sehingga ibu tidak ingin
sampai kelelahan hilang.
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan,
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah
berslin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau the yang bergula untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,
karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.Ibu
biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkomsumsi makanan
ringan. Bila sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2
jam post partum. Setelah benar-benar pulih dari letih, kebanyakan ibu marasa
sangat lapar permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang
biasanya dikosumsi disertai dengan kosumsi cemilan yang sering ditemukan,
kerap kali untuk penulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3-4 hari sebelum 3-4
hari.
(Damai Yanti :2011 hal 109)
Penyebab
1) Ibu post partum blues
2) kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami)
3) Ibu mengidap suatu penyakit dlam pencernaan atau anggota tubuh
4) Kedaan ekonomis yang tidak mendukung.
5) Kurang istirahat.
Penatalaksanaan
1) Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri
2) Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi setiap hari.
3) Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering
4) Anjurkan ibu untuk makan pil penambah darah, vitamin yang diberikan dari
rumah sakit.
h. Perubahan Pada Ekstremitas
Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan dikaki yang terjadi pada masa
nifas biasa disebut dengan DVT (deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi
vena dengan pembentukan bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis
(tungkai) dan vena-vena pada uterus, ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini
dapat menyebabkan inflamasi, alokal dan menyumbat vena kemudian pembekuan
terlepas menjadi embolus dan bergerak kedalam pembuluh jantung dan paru-paru
sehingga menyumbat pembuluh tersebut.
DVT (deep venous trombosis) atau trombosis vena dalam lebih jarang terjadi,
tetapi dapat menyebabkan terlepasnya bekuan yang kemudian menyebabkan
emboli paru hiperkoagulabititas meningkat seiring dengan peningkatan usia ibu,
parietas, dehidrasi setelah persalinan dan persalinan melalui seksio sesaria ( SC ).
Wanita beresiko lebih besar apabila mereka memiliki riwayat gangguan
tromboimbulus, hipertensi akibat kehamilan dan anemi atau pernah melahirkan
dengan operasi.
Resiko DVT ditungkai bawah kiri, terutama setelah secsio secaria, karena
kecepatan aliran darah paling rendah.Gejala DVT biasanya dirasakan nyeri serta
mengalami pembengkakan didaerah yang terkena dan kadang – kadang terjadi
demam. Terjadi perbedaan mencolok dalam ukuran betis atau pada ekstremitas
sirkulasi ditungkai bawah serta trombosis mungkin terpengaruh sehingga tungkai
tampak pucat dan dingin serta mungkin oedema.
1) Penyebab DVT
a) Perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang – cabangnnya
b) Perpindahan cairan setelah melahirkan yang menghilang dalam seminggu
c) Kompresi vena tibialis
d) Kekentalan darah yang meningkat
2) Faktor predisposisi
a) Obesitas
b) Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
c) Riwayat sebelumnya mendukung
d) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan
pembuluh vena.
e) Anemia maternal
f) Hypotermi dan penyakit jantung
g) Endometritis
h) Varicostitis
3) Gejala
a) Kaki terasa kenyal atau lunak
b) Terasa panas pada tungkai
c) Nyeri kaki pada saat berjalan
d) Adanya pembengkakan pada tungkai
e) Terjadi perubahan warna kulit ( memerah ) pada kaki
4) Penanganan DVT
a) Terapi anti koanggulan menggunakan heparin
b) Istrahat yang cukup dengan kaki agak tinggi
c) Memberikan kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan
menghilangkan rasa tidak nyaman
d) Hindari pemijatan tungkai pada daerah yang bengkak untuk mencegah bekuan
e) Memberikan obat-obatan seperti asidium asetilosalisikum dan apabila ada
pedangan diberi anti biotik
f) Setelah rasa nyeri hilang, penderita di anjurkan untuk mulai berjalan.
5) Penatalaksanaan
a) Konsul ke dokter
b) Lakukan pemeriksaan dalam
c) Lakukan pemeriksaan ginjal
d) Lakukan pemeriksaan urin
e) Beri minum sering tapi sedikit

i. Perubahan Psikologis
1) Postpartum blues
Pada masa postpartum, perasaan ibu pada hari pertama atau kedua setelah
kelahiran bayi meliputi kegembiraan yang luar biasa atau perasaan yang lebih
baik. Akan tetapi, 75-80% ibu sering diikuti rasa sedih. Hal ini sering dinamakan
postpartum blues yang terjadi 10-15 hari postpartum. Pada saat ini, ibu mengalami
keedihan emosi, labil, lebih mudah menangis, gelisah, lelah, susah tidur, dan
mudah marah.
2) Depresi postpartum
Menurut wood at al (1997) ciri-ciri yang ditunjukkan ibu yang mengalami
depresi postpartum, antara lain perasaan gagal,perasaan bersalah pada saat
melahirkan,kesepian,dan rendahnya status social. Ibu mengalami good day and
bad day.

Anda mungkin juga menyukai