Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BLOK 6 SKENARIO 4

“FOTO GIGI”

DOSEN PEMBIMBING:

drg. Citra Lestari, MDSc

PENANGGUNG JAWAB:

drg. Widya Puspita Sari

Oleh:

KELOMPOK 2

Nur Fajriya Yunita – 1810070110020 (Ketua)

Aryufasa Ferotrima – 1810070110029 (Sekretaris)

Caisar Ashari – 1810070110010

Nadia Yasmin – 1810070110023

Mery Anzayani – 1810070110026

Kurnia Putri – 1810070110061

Saza Elisa – 1810070110062

Tasya Lira Della Putri - 1810070110064

Nanda Apricilia Azizah – 1810070110067

Amira Afifa Arfel – 1810070110068

Berliana Arzen – 1810070110073

Yola Febiola Wijaya – 1810070110085

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah.
Makalah ini memuat pembahasan dari hasil tutorial langkah 1-7. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................iv

DAFTAR TABEL .........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Klarifikasi Istilah ....................................................................................................3

2.2 Penetapan Masalah .................................................................................................4

2.3 Curah Pendapat ......................................................................................................4

2.4 Analasis Permasalahan ...........................................................................................8

2.5 Tujuan Pembelajaran ...............................................................................................8

2.6 Penjelasan Secara Sistematik ..................................................................................8

BAB III PENUTUP......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................27

iii
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.6.1 Resin akrilik...........................................................................9

Gambar 2.6.2 Bahan cetak...........................................................................16

Gambar 2.6.3 Bahan Cetak Alginate...........................................................20

iv
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 2.6.1 Komposisi Alginate........................................................21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiografi memiliki peran penting dalam bidang kedokteran gigi karena
radiografi dibutuhkan sebagai pemeriksaan penunjang untuk melihat keadaan
yang tidak terlihat saat dilakukan pemeriksaan klinis yang tujuannya untuk
menegakkan diagnosis, membuat perencanaan perawatan dan prognosis pada
pasien. Radiografi juga penting dalam pemeriksaan rutin karies gigi, evaluasi
terhadap penyakit periodontal, identifikasi patologi yang berhubung dengan
tulang (seperti kista dan tumor), evaluasi traumatis yang melibatkan rahang
dan tulang wajah serta dalam evaluasi pertumbuhan dan perkembangan. Suatu
gambaran radiografi dihasilkan dengan melewatkan sinar-x melalui jaringan
untuk diperiksa dan ini akan menghasilkan emulsi fotografi pada film. Jumlah
sinar-x yang mencapai film akan menentukan keseluruhan paparan atau
menghitamkan emulsi. Struktur mineral dan jaringan keras akan
mengabsorpsi sejumlah besar radiasi, sedangkan jaringan lunak akan
memungkinkan perjalanan sinar-x melewatinya. Gambar radiografi yang
dihasilkan oleh suatu proses radiografi adalah gambar dua dimensi dari
struktur tiga dimensi.
Jumlah radiasi yang diabsorpsi oleh struktur akan menentukan radiodensitas
dari bayangan.
 Daerah putih atau radiopak merupakan struktur padat
 Daerah hitam atau radiolusen merupakan struktur yang diizinkan
berlalunya sinar x untuk menampilkan gambar.
 Bayangan kelabu merupakan struktur yang bervariasi menyerap sinar-
x.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik radiografi intraoral?
2. Bagaimana teknik radiografi ekstraoral?
3. Bagaimana teknik pengolahan film sinar x?
4. Bagaimana syarat dan evaluasi mutu radiologi kedokteran gigi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami teknik radiografi intraoral.
2. Untuk mengetahui dan memahami teknik radiografi ekstraoral.
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik pengolahan film sinar x.
4. Untuk mengetahui dan memahami syarat dan evaluasi mutu radiologi
kedokteran gigi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

Skenario 4

“FOTO GIGI”

Seorang mahasiswa tahap profesi melakukan rongent dan memilih teknik


intraoral periapikal pada gigi 21 untuk keperluan pemeriksaan penunjang. Setelah
dilakukan exposure, dilakukan pengolahan dengan film dicelupkan ke larutan
developer dengan suhu 20 derajat C selama 7 menit lalu dicuci dengan air
mengalir. Film difixer selama 4 menit dan di bersihkan lagi dengan air mengalir
lalu dikeringkan. Setelah pengolahan selesai, mahasiswa bingung dengan hasil
radiograf karena terlihat gelap dan elongasi.

2.1 Klarifikasi Istilah


1. Rontgen : Metode diagnostik menggunakan gelombang berupa sinar x
untuk melihat benda yang tidak tembus pandang dan membantu
mendiagnosa penyakit.
2. Teknik intraoral : Pemeriksaan jaringan gigi dan sekitarnya dengan film
diletakkan di dalam mulut.
3. Teknik intra oral periapikal : Teknik yang digunakan pada periapikal
dari gigi yaitu dari mahkota sampai apical atau akar. teknik radiografi
intra oral periapikal ada dua, yaitu paralleling dan bisecting. Teknik
bisecting dianggap lebih mudah dan praktis dalam pelaksanaannya
dibandingkan dengan teknik paralleling (kesejajaran). Pada teknik
bisecting penempatan film adalah sedekat mungkin dengan gigi, sumbu
panjang gigi membentuk sudut terhadap film.Arah sinar adalah tegak
lurus pada bidang bagian yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi dan
sumbu.
4. Exposure : Bahagian cahaya yang jatuh ke medium
5. Larutan developer : Berfungsi untuk merontokan silfer halida yg tidak
terekspos cahaya secara selektif

3
6. Difixer: Proses fixing (penetapan) untuk mendapakan gambaran gigi dan
jaringan sekitarnya serta menghentikan proses perubahan bayangan pada
film agar tidak mudah rusak.
7. Radiograf: cara pemeriksaan untuk melihat keadaan di tubuh bagian
dalam dan rongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis.
Terdapat dua jenis radiograf, yaitu: radiograf intraoral dan ekstraoral.
8. Elongasi: adalah perpanjanan gambaran gigi dan jaringan sekitar.elongasi
disebabkan angulasi vertikal yang terlalu kecil, Kesalahan angulasi
vertikal yang terjadi pada teknik paralel mengakibatkan gambar bergeser
dalam dimensi vertical (atas atau bawah) pada film sehingga terjadi
pemanjangan atau pemendekan gambaran gigi.

2.2 Penetapan Masalah


1. Kenapa hasil radiograf terlihat gelap dan elongasi?
2. Bagaimana teknik radiograf intraoral dan ekstraoral ?
3. Bagaimana cara mengevaluasi hasil dari radiografi ?
4. Bagaimana teknik intraoral periapikal?
5. Bagaimana teknik pengolahan film?
6. Apa kegunaan rongent gigi?
7. Apa bahaya dari radiasi ?
8. Apa itu evaluasi mutu radiograf kedokteran gigi?

2.3 Curah Pendapat


1. Kenapa hasil radiograf terlihat gelap dan elongasi?
Jawaban:
Hasil radiograf terlihat gelap karena larutan developer yang terlalu tinggi
sedangkan waktu developingnya tidak disesuaikan , kosentrasi larutan
developer yang terlalu pekat, larutan developer terkontaminasi dengan
larutan fixer, perendaman dalam larutan developer terlalu lama dan
kesalahan dalam penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi.
Sedangkan hasil radiograf tterlhat elongasi karena angulasi vertikal yang
terlalu kecil. Kesalahan angulasi vertikal yang terjadi pada teknik paralel

4
mengakibatkan gambar bergeser dalam dimensi vertical (atas atau bawah)
pada film sehingga terjadi pemanjangan atau pemendekan gambaran gigi.
2. Bagaimana teknik radiograf intraoral dan ekstraoral ?
Jawaban: Pada radiograf intraoral, dapat dilakukan dengan teknik
periapikal, bitewing dan oklusal dengan film didalam rongga mulut. Pada
radiograf ekstraoral, dapat dilakukan dengan teknik panoramic,
sefalometric, antero-posterior, postero-anterior, foto lateral, proyeksi
water’s, proyeksi reverse-towne dan submentovertex.
3. Bagaimana cara mengevaluasi hasil dari radiografi ?
Jawaban: objek tercakup dalam radiograf, detail yg baik dan distorsinya
minimal.
4. Bagaimana teknik intraoral periapikal?
Jawaban: Ada dua teknik yang dilakukan yaitu: teknik paralel dan
bisecting. Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar
dengan aksis panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk
menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan
sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film. Teknik bisekting
dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi
dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi
kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk T) ke garis imajiner
yang membagi sudut yang dibentuk oleh aksis panjang gigi dan
bidang film.
5. Bagaimana teknik pengolahan film?
Jawaban: proses pengolahan film radiografi terdirdari pembasahan
(wetting), pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing),penetapan
(fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
6. Apa kegunaan rongent gigi?
Jawaban: Untuk mendeteksi adaya kelainan pada gigi, membuktikan
diagnosa dari dokter, mencari masalah dalam mulut dan mencari gigi yang
tidak pada tempatnya.

5
7. Apa bahaya dari radiasi ?
Jawaban: perubahan fisiologis, berkurangnya sekresi salisa 90 %,
bertambah banyaknya flora normal di dalam mulut, kemandulan pada
wanita, menurunnya kualitas sperma pada pria dan juga bias menyebabkan
kanker.
8. Apa itu evaluasi mutu radiograf kedokteran gigi?

Jawaban: Objek tercakup semua dalam radiograf dan terletak di tengah,


kontras, detil,ketajaman baik, daerah interdental tampak jelas, dan distorsi
minimal.

2.4 Analisis Masalah

FOTO GIGI

TEKNIK TEKNIK SYARAT DAN


RADIOGRAF PENGOLAHAN EVALUASI
FILM MUTU
RADIOLOGI
INTRA EKSTRA DNTAL
ORAL ORAL

2.5 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui dan memahami teknik radiografi intraoral.
2. Untuk mengetahui dan memahami teknik radiografi ekstraoral.
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik pengolahan film sinar x.
4. Untuk mengetahui dan memahami syarat dan evaluasi mutu radiologi
kedokteran gigi?

6
2.6 Penjelasan Secara Sistematik
A. Teknik Radiografi Intraoral.
Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran
kondisi gigi dan jaringan sekitar secara detail. Gambaran radiografi
intraoral diperoleh dengan cara menempatkan film ke dalam rongga
mulut pasien dan kemudian dilakukan penyinaran. Radiografi intraoral
terbagi atas radiografi periapikal, interproksimal / bitewing dan
oklusal.3,14 Radiografi intraoral yang secara umum digunakan adalah
radiografi periapikal dan radiografi interproksimal/bitewing.

1. Radiografi Periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang


bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and
root), tulang alveolar dan jaringan sekitarnya.
Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu
untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian
status periodontal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang
alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak
erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan
endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan
penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular secara
lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta evaluasi pasca
pemasangan implan.16,17
Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu:
teknik paralel dan bisekting.
Teknik Paralel : Teknik ini pada mulanya dikembangkan oleh Mc
Cormack, telah dibuktikan dan dipopulerkan oleh Fitzgerald. Teknik
paralel dikenal juga sebagai extension cone paralleling, right angle
technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik
yang paling akurat dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal ini
disebabkan karena pada teknik paralel pelaksanaan dan
standarisasinya sangat mudah dengan kualitas gambar yang
dihasilkan bagus dan distorsinya kecil. Teknik paralel dicapai
dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi

7
kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap
sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak
lurus terhadap gigi dan film.
- Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang
dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya,
mempunyai validitas yang tinggi, posisi relatif dari reseptor
gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan cacat
- Kerugian dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan
film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang
mempunyai mulut kecil, pemakaian film holder mengenai
jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien,
dan memposisikan film holder pada molar tiga bawah sangat sulit.
Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi maksila : Pada pengambilan
gambar insisivus sentral maksila film ditempatkan pada film holder
dalam orientasi vertikal. Film ditempatkan pada daerah palatal
sehingga aksis panjang gigi sejajar dengan film. Jika jarak film
terlalu dekat dengan gigi, gambar akan terdistorsi. Sinar harus tegak
lurus terhadap bidang film dan film harus pada sudut 90o ke daerah
interproksimal dari insisvus sentral maksila. Sentral dari sinar-x
dipusatkan pada ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan
diperoleh adalah mesial, distal, dan apikal dari insisivus sentral
maksila. Pada pengambilan gambar insisvus lateral maksila film
ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Sudut
penyinaran menggunakan sudut yang sama pada insisvus sentral
maksila. Film berpusat di belakang gigi insisivus lateral, tegak .

Teknik Bisekting : Teknik bisekting adalah teknik lain yang dapat


dilakukan selain teknik paralel dalam pengambilan film periapikal.
Teknik bisekting biasa digunakan pada kasus-kasus kelainan
anatomi seperti torus palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut
dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung rahang yang sempit atau
pada pasien anak yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke dalam

8
rongga mulut dan diberikan blok gigitan untuk menahan film. Teknik
bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin
dengan gigi dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/
palatal pada gigi kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk
T) ke garis imajiner yang membagi sudut yang dibentuk oleh
aksis panjang gigi dan bidang film. Akan tetapi, teknik bisekting
menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan
gigi tidak berada secara vertikal dengan sinar-x.18 Teknik ini
memerlukan kepekaan dan ketelitian operator. Jika sudut bisekting
tidak benar, perpanjangan atau pemendekan akan terjadi.
- Keuntungan dari teknik bisekting adalah teknik ini dapat
digunakan tanpa film holderdan posisi yang cukup nyaman bagi
pasien.
- Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi
dan masalah angulasi ( banyak angulasi yang harus diperhatikan ).

2. Radiografi Interproksimal/ Bitewing


Teknik radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa daerah
interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi mahkota dari
maksila dan mandibula didaerah interproksimal dan puncak alveolar
dalam film yang sama.14 Pada teknik bitewing, film ditempatkan
sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula.
Kemudian pasien disuruh menggigit bitewing tab atau bitewing film
holder dan sinar-x diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut
vertikal +5º sampai +10º. Film dapat diposisikan secara horizontal
atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan
pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa
digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan
pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat
mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil
perawatan.

9
- Keuntungan dati teknik bitewing adalah dengan satu film dapat
dipakai untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang
bawah sekaligus.

Gambar 2.6.1: radiografi interproksimal/bitewing

3. Radiografi Oklusal adalah salah satu teknik radiografi intraoral yang


diambil menggunakan dental x-ray set, dimana image reseptor (paket
film atau plat fosfor digital – 5,7 x 7,6 cm) diletakkan pada oklusal
plane. Radiografi ini bertujuan untuk melihat area yang lebih luas yaitu
maksila atau mandibula dalam satu film

Gambar 2.6.2: teknik radiografi oklusal

10
Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral harus memiliki
persyaratan yaitu memiliki kontras, detail dan ketajaman foto radiografi
harus baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk
dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan
bentuk. Sehingga batas-batas daerah yang di curigai dapat dibedakan
dengan keadaan normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai
kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena prosessing film
dapat menyulitkan dokter gigi dalam menginter pretasikan kondisi
dari struktur gigi sehingga dapat terjadi diagnosis yang tidak tepat
sehingga kemampuan, keterampilan dan ketelitian seorang radiografer
sangat menentukan kualitas dari hasil radiografi intraoral yang dihasilkan.

B. Teknik Radiografi Ekstraoral


Radiografi ekstraoral adalah film yang digunakan diletakan diluar
rongga mulut. Pemeriksaan radiografi ekstra oral merupakan seluruh
proyeksi pemotretan regio orofacial dengan film diletakkan di luar mulut
pasien. Proyeksi-proyeksi pemotretan ekstra oral digunakan untuk
memeriksa daerah yang tidak tercakup dalam foto intra oral, atau untuk
melihat struktur fasial secara keseluruhan. Teknik Radiografi Ekstra Oral
yang paling umum dan paling sering digunakan adalah Radiografi
Panoramik, sedangkan contoh teknik Radiografi Ekstra Oral lainnya
adalah Radiografi Lateral, Radiografi Antero Posterior, Radiografi
PosteroAnterior, Radiografi Cephalometri, Proyeksi-Waters, Proyeksi
Reverse-Towne, Proyeksi Submentovertex. ( Boel. 2008)
a. Teknik Radiografi Panoramik
Radiografi Panoramik menghasilkan foto rontgen yang dapat
memperlihatkan gambaran struktur facial termasuk mandibula
dan maksilabeserta struktur pendukungnya. Teknik radiografi
ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola
erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi
penyakit dan mengevaluasi trauma. Untuk menentukan keadaan
gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan dalam satu

11
rontgen foto, untuk menentukan urutan erupsi gigi, dan lain-
lain.

Gambar 2.6.3: radiografi panoramik

b. Teknik Lateral
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar
lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis
tulang tengkorak dan muka. Teknik ini antara lain digunakan
pada radiografi kepala, struktur anatomis sinus paranasal,
radiografi maksila dan mandibula, radiografi sendi TMJ.
c. Teknik Postero Anterior
Teknik Radiografi ini digunakan untuk melihat keadaan
penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan tengkorak. Teknik radiografi ini juga dapat
memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus
frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita. Teknik ini
antara lain digunakan pada radiografi kepala,struktur anatomis
sinus paranasal.
d. Teknik Cephalometri
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang
wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan
perkembangan. Teknik radiografi ini juga dapat digunakan
untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan
palatum keras. foto rontgen seluruh tengkorak kepala yang
diambil dari arah samping. Teknik radiografi ini bermanfaat

12
untuk melihat adanya permasalahan pada tulang rahang atas
dan bawah, yang mungkin menyebabkan gigi tonggos. Hal ini
dimaksudkan sebagai pertimbangan dilakukannya terapi pada
tulang
e. Proyeksi Water’s
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris,
sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura
zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
f. Proyeksi Reverse-Towne
Teknik radiografi ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya
mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan
untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
g. Proyeksi Submentovertex
Teknik Radiografi ini bisa digunakan untuk melihat dasar
tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung
mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.

C. Teknik Pengolahan Film Sinar X.


Teknik Pengolahan Film Radiografi Secara Manual
Menurut Bushong (2013 : 226-227), proses pencucian film radiografi
terdirdari pembasahan (wetting), pembangkitan (developing),
pembilasan (rinsing),penetapan (fixing), pencucian (washing), dan
pengeringan (drying).
1. Wetting
Wetting merupakan tahap pertama dalam proses pencucian film
radiografi.Proses wetting dilakukan dengan menggunakan air yang
berguna untukmemperbesar emulsi pada film radiografi. Dalam
pemrosesan otomatis, proseswetting terdapat pada proses
developing (Bushong, 2013 : 228).

13
2. Developing
Proses developing yang dimaksud yaitu perubahan butir-butir
perak halidadidalam emulsi yang telah mendapat penyinaran
menjadi perak metalik atauperubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Butiran perak halidayang tidak mendapat
penyinaran tidak terjadi perubahan apapun. Perubahanbutiran perak
halida akan membentuk bayangan laten pada film (Jauhari, 2010).
Tindakan utama developing adalah untuk mengubah ion perak dari
kristal yang terkena paparan sinar-X menjadi perak (Bushong,
2013 : 228).
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromide
negatif(AgBr) yang tersusun bersama didalam kisi kristal (cristal
lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya
akan berinteraksi dengan ion halida yang menyebabkan terlepasnya
ikatan elektron. Elektron bergerak dengan cepatdan tersimpan
didalam bintik kepekaan (sensitivity speck), sehingga bermuatan
negatif. Bintik kepekaan menarik ion perak positif yang bergerak
bebas dan menetralkannya menjadi perak berwarna hitam atau
perak metalik. Hal ini akanmenyebabkan terbentuknya bayangan
laten yang bersifat tidak tampak (Meredith& Massey, 1977).
Proses developing mengandung senyawa alkali, seperti natrium
karbonatdan natrium hidroksida. Larutan penyangga (buffer) akan
meningkatkan kerjalarutan developer dengan mengontrol
konsentrasi larutan atau pH (Bushong,2013 : 229).
3. Rinsing
Rinsing merupakan proses yang dilakukan setelah proses
developing.Rinsing dilakukan dengan menggunakan air mengalir
yang bertujuan untukmenghilangkan sisa-sisa larutan developer
agar tidak terbawa ke prosesselanjutnya. Larutan developer yang
terbawa dapat menyebabkan kabut dikroik(dichroic fog) apabila
sisalarutan developer pada film masuk ke proses fixing.Proses yang
terjadi pada cairan rinsing yaitu memperlambat prosesdeveloping

14
dengan membuang cairan developer dari permukaan film
dengancara merendamnya kedalam air. Proses rinsing harus
dilakukan dengan air yangmengalir selama 5 detik (Jauhari, 2010).
4. Fixing
Perak halida dihilangkan dengan mengubahnya menjadi perak
komplek.Senyawa tersebut bersifat larut dalam air, selanjutnya
akan dihilangkan padatahap pencucian. Tujuan dari proses fixing
ini adalah untuk menghentikan aksilanjutan yang dilakukan oleh
cairan developer yang terserap oleh emulsi film.Pada proses ini
diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan
perlindunganterhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat
penyerapan uap air(Meredith & Massey, 1977).
Bahan-bahan yang dipakai pada proses fixing ini adalah bahan
penetap(fixing agent), bahan pemercepat, bahan penangkal, bahan
pengeras (hardener),bahan penyangga (buffer), dan bahan pelarut
(Jauhari, 2010).
5. Washing
Proses washing film radiografi dilakukan dengan menggunakan air
mengalirsampai bau asam dari larutan fixer menghilang. Proses
washing film inibertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan
perak komplek dan garam yangterbentuk dari proses fixing.
6. Drying
Proses terakhir dalam pencucian film adalah proses drying. Proses
dryingdilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan
air dalam emulsi danagarmudah untuk disimpan. Proses drying
akan membuat emulsi lebih kuat danmudah untuk dipegang serta
menjaga visualisasi image dengan cara membatasiefek radiasi dan
refleksi yang disebabkan adanya air dipermukaan emulsi.Cara yang
paling umum digunakan untuk melakukan proses drying
adalahdengan bantuan udara, dan ada 3 faktor yang mempengaruhi,
yaitu suhu udara,kelembaban udara, dan aliran udara yang
melewati emulsi. Hasil akhir dariproses pengolahan film adalah

15
emulsi tidak rusak, bebas dari partikel debu,endapan kristal, noda,
dan artefak (struktur yang tidak biasanya hadir padaradiografi)
(Jauhari, 2010).

D. Syarat Dan Evaluasi Mutu Radiologi Kedokteran Gigi


A. Syarat utama evaluasi mutu radiograf:
1. Harus konsisten
2. Pengetahuan tentang penyakit/ kelainan

3. Pemahaman anatomi tiga dimensi

4. Syarat kondisi saat membaca (sumber cahaya, keadaan ruangan


dan pembesaran gambar)

B. Evaluasi mutu radiograf:


1. Objek tercakup semua dalam radiograf dan terletak di tengah

2. Kontras, detil,ketajaman baik

3. Daerah interdental tampak jelas

4. Cusp bukal dan lingual/palatal terletak dalam satu bidang(untuk


gigi posterior), untuk gigi anterior perhatikan daerah servikal
dan panjang gigi rata-rata

5. Distorsi minimal
C. Evaluasi Radiografi Intraoral
1. Apapun keadaan maupun kelainan di rahang secara radiografis
gambarannya adalah gradasi radiolusen atau radiopak
dibandingkan dengan struktur di sekitarnya.

2. Agar informasi diagnostik yang diinginkan dari sebuah


radiograf (apapun proyeksinya) dapat optimal, interpretasi
radiografik lesi penyakit/kelainan di rahang harus dilakukan
dengan benar, secara sistematis dan bertahap. Mutu radiograf,
general view,dan spesific investigation.

16
D. Evaluasi Mutu Radiografi Ekstra Oral
1. Evaluasi Mutu Radiografi Sefalometri Posterior Anterior
Gambar radiografi sefalometri posterior anterior yang memiliki
mutu yang baik dan dapat diinterpretasi secara akurat memiliki
kriteria:
 Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya
semua tampak dalam gambar

 Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan


radiolucent terlihan jelas

 Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas

 Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat


jelas

 Proporsional antara muka atas dan bawah serta bentuk dan


ukuran gigi

 Sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas

 Simetris antara muka bagian kiri dan kanan

 Ouline mandibula kiri dan kanan sama jelas

2. Evaluasi Mutu Radiografi Sefalometri Lateral


Gambar radiografi sefalometri lateral yang memiliki mutu yang
baik dan dapat diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria:
 Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya
semua tampak dalam gambar
 Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan
radiolucent terlihan jelas

 Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas

 Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat


jelas

17
 Sella tursica berhimpit dan tidak ada bayangan

 Oklusi gigi terlihat jelas

 Sebaiknya terlihat bayangan jaringan lunak pada hidung dan


bibir

 Garis Frankfort sejajar dengan lantai


3. Evaluasi Mutu Radiografi Panoramik
Gambar radiografi panoramic yang memiliki mutu yang baik dan
dapat diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria:
 Objek tercakup, dari Temporomandibular Jpint sampai tepi
mandibula
 Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan
radiolucent terlihan jelas
 Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
 Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat
jelas
 Kejelasan tiga region gigi abterior, dan kondiloid kanan dan kiri
 Simetris, yaitu sudut mandibula kiri dan kanan sama jelas
 Gigi posterior dan anterior proporsional dan memiliki warna
yang jelas
 Tidak terdapat gost image, yaitu bayangan dari benda-bedan
yang dipakai oleh pasien, seperti anting-anting.

18
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Dari hasil makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa radiografi adalah hasil
gambar dari suatu objek dengan menggunakan sinar-X. Radiografi rongga mulut
memberikan gambaran jaringan keras rongga mulut yang tidak bisa dilihat secara
klinis atau dengan mata biasa. Ada dua cara teknik radiografi yaitu teknik
radiografi intra oral dan teknik radiografi ekstra oral. Teknik pemeriksaan
intraoral ada tiga, yaitu teknik periapikal, bitewing dan oklusal. Teknik
pemeriksaan ekstraoral ada teknik panoramic, sefalometric, antero-posterior,
postero-anterior, foto lateral, proyeksi water’s, proyeksi reverse-towne dan
submentovertex. Lalu proses pengolahan film radiografi terdiri dari pembasahan
(wetting), pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing),penetapan (fixing),
pencucian (washing), dan pengeringan (drying).

 Saran

Dalam penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami
pengertian dari radiografi, apa-apa saja jenis-jenis dari radiografi, sifat - sifat dari
teknik radiografi intra oral maupun ekstra oral, tata cara pengolahan film, serta
evaluasi mutu radiografi kedokteran gigi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mohtavipour ST, Haghighat ASJ. Common Errors in Digital Panoramic


Radiographs Taken in Rasht Dental School. Rasht: Journal of
Dentomaxillofacial Radiology, Pathology and Surgery, 2013, 1-5.
2. Boel Terial. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Universitas Sumatera
Utara. Medan. Indonesia. 2009
3. Alhamid A, Savitri E. Penentuan Lokasi Gigi Impaksi Secara Radiografis.
Jurnal PDGI 2003
4. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 6th
ed. St. Louis, Mo.: Mosby/Elsevier, 2009. Print.
5. Farman, Thomas. (2007). Radiografi intraoral. Jakarta:ECG
6. Chalakal, P. 2012.panoramic radiologi. Jakarta: update books

20

Anda mungkin juga menyukai