“FOTO GIGI”
DOSEN PEMBIMBING:
PENANGGUNG JAWAB:
Oleh:
KELOMPOK 2
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah.
Makalah ini memuat pembahasan dari hasil tutorial langkah 1-7. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami teknik radiografi intraoral.
2. Untuk mengetahui dan memahami teknik radiografi ekstraoral.
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik pengolahan film sinar x.
4. Untuk mengetahui dan memahami syarat dan evaluasi mutu radiologi
kedokteran gigi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario 4
“FOTO GIGI”
3
6. Difixer: Proses fixing (penetapan) untuk mendapakan gambaran gigi dan
jaringan sekitarnya serta menghentikan proses perubahan bayangan pada
film agar tidak mudah rusak.
7. Radiograf: cara pemeriksaan untuk melihat keadaan di tubuh bagian
dalam dan rongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis.
Terdapat dua jenis radiograf, yaitu: radiograf intraoral dan ekstraoral.
8. Elongasi: adalah perpanjanan gambaran gigi dan jaringan sekitar.elongasi
disebabkan angulasi vertikal yang terlalu kecil, Kesalahan angulasi
vertikal yang terjadi pada teknik paralel mengakibatkan gambar bergeser
dalam dimensi vertical (atas atau bawah) pada film sehingga terjadi
pemanjangan atau pemendekan gambaran gigi.
4
mengakibatkan gambar bergeser dalam dimensi vertical (atas atau bawah)
pada film sehingga terjadi pemanjangan atau pemendekan gambaran gigi.
2. Bagaimana teknik radiograf intraoral dan ekstraoral ?
Jawaban: Pada radiograf intraoral, dapat dilakukan dengan teknik
periapikal, bitewing dan oklusal dengan film didalam rongga mulut. Pada
radiograf ekstraoral, dapat dilakukan dengan teknik panoramic,
sefalometric, antero-posterior, postero-anterior, foto lateral, proyeksi
water’s, proyeksi reverse-towne dan submentovertex.
3. Bagaimana cara mengevaluasi hasil dari radiografi ?
Jawaban: objek tercakup dalam radiograf, detail yg baik dan distorsinya
minimal.
4. Bagaimana teknik intraoral periapikal?
Jawaban: Ada dua teknik yang dilakukan yaitu: teknik paralel dan
bisecting. Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar
dengan aksis panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk
menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan
sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film. Teknik bisekting
dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi
dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi
kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk T) ke garis imajiner
yang membagi sudut yang dibentuk oleh aksis panjang gigi dan
bidang film.
5. Bagaimana teknik pengolahan film?
Jawaban: proses pengolahan film radiografi terdirdari pembasahan
(wetting), pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing),penetapan
(fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
6. Apa kegunaan rongent gigi?
Jawaban: Untuk mendeteksi adaya kelainan pada gigi, membuktikan
diagnosa dari dokter, mencari masalah dalam mulut dan mencari gigi yang
tidak pada tempatnya.
5
7. Apa bahaya dari radiasi ?
Jawaban: perubahan fisiologis, berkurangnya sekresi salisa 90 %,
bertambah banyaknya flora normal di dalam mulut, kemandulan pada
wanita, menurunnya kualitas sperma pada pria dan juga bias menyebabkan
kanker.
8. Apa itu evaluasi mutu radiograf kedokteran gigi?
FOTO GIGI
6
2.6 Penjelasan Secara Sistematik
A. Teknik Radiografi Intraoral.
Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran
kondisi gigi dan jaringan sekitar secara detail. Gambaran radiografi
intraoral diperoleh dengan cara menempatkan film ke dalam rongga
mulut pasien dan kemudian dilakukan penyinaran. Radiografi intraoral
terbagi atas radiografi periapikal, interproksimal / bitewing dan
oklusal.3,14 Radiografi intraoral yang secara umum digunakan adalah
radiografi periapikal dan radiografi interproksimal/bitewing.
7
kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap
sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak
lurus terhadap gigi dan film.
- Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang
dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya,
mempunyai validitas yang tinggi, posisi relatif dari reseptor
gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan cacat
- Kerugian dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan
film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang
mempunyai mulut kecil, pemakaian film holder mengenai
jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien,
dan memposisikan film holder pada molar tiga bawah sangat sulit.
Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi maksila : Pada pengambilan
gambar insisivus sentral maksila film ditempatkan pada film holder
dalam orientasi vertikal. Film ditempatkan pada daerah palatal
sehingga aksis panjang gigi sejajar dengan film. Jika jarak film
terlalu dekat dengan gigi, gambar akan terdistorsi. Sinar harus tegak
lurus terhadap bidang film dan film harus pada sudut 90o ke daerah
interproksimal dari insisvus sentral maksila. Sentral dari sinar-x
dipusatkan pada ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan
diperoleh adalah mesial, distal, dan apikal dari insisivus sentral
maksila. Pada pengambilan gambar insisvus lateral maksila film
ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Sudut
penyinaran menggunakan sudut yang sama pada insisvus sentral
maksila. Film berpusat di belakang gigi insisivus lateral, tegak .
8
rongga mulut dan diberikan blok gigitan untuk menahan film. Teknik
bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin
dengan gigi dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/
palatal pada gigi kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk
T) ke garis imajiner yang membagi sudut yang dibentuk oleh
aksis panjang gigi dan bidang film. Akan tetapi, teknik bisekting
menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan
gigi tidak berada secara vertikal dengan sinar-x.18 Teknik ini
memerlukan kepekaan dan ketelitian operator. Jika sudut bisekting
tidak benar, perpanjangan atau pemendekan akan terjadi.
- Keuntungan dari teknik bisekting adalah teknik ini dapat
digunakan tanpa film holderdan posisi yang cukup nyaman bagi
pasien.
- Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi
dan masalah angulasi ( banyak angulasi yang harus diperhatikan ).
9
- Keuntungan dati teknik bitewing adalah dengan satu film dapat
dipakai untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang
bawah sekaligus.
10
Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral harus memiliki
persyaratan yaitu memiliki kontras, detail dan ketajaman foto radiografi
harus baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk
dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan
bentuk. Sehingga batas-batas daerah yang di curigai dapat dibedakan
dengan keadaan normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai
kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena prosessing film
dapat menyulitkan dokter gigi dalam menginter pretasikan kondisi
dari struktur gigi sehingga dapat terjadi diagnosis yang tidak tepat
sehingga kemampuan, keterampilan dan ketelitian seorang radiografer
sangat menentukan kualitas dari hasil radiografi intraoral yang dihasilkan.
11
rontgen foto, untuk menentukan urutan erupsi gigi, dan lain-
lain.
b. Teknik Lateral
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar
lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis
tulang tengkorak dan muka. Teknik ini antara lain digunakan
pada radiografi kepala, struktur anatomis sinus paranasal,
radiografi maksila dan mandibula, radiografi sendi TMJ.
c. Teknik Postero Anterior
Teknik Radiografi ini digunakan untuk melihat keadaan
penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan tengkorak. Teknik radiografi ini juga dapat
memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus
frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita. Teknik ini
antara lain digunakan pada radiografi kepala,struktur anatomis
sinus paranasal.
d. Teknik Cephalometri
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang
wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan
perkembangan. Teknik radiografi ini juga dapat digunakan
untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan
palatum keras. foto rontgen seluruh tengkorak kepala yang
diambil dari arah samping. Teknik radiografi ini bermanfaat
12
untuk melihat adanya permasalahan pada tulang rahang atas
dan bawah, yang mungkin menyebabkan gigi tonggos. Hal ini
dimaksudkan sebagai pertimbangan dilakukannya terapi pada
tulang
e. Proyeksi Water’s
Teknik radiografi ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris,
sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura
zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
f. Proyeksi Reverse-Towne
Teknik radiografi ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya
mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan
untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
g. Proyeksi Submentovertex
Teknik Radiografi ini bisa digunakan untuk melihat dasar
tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung
mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.
13
2. Developing
Proses developing yang dimaksud yaitu perubahan butir-butir
perak halidadidalam emulsi yang telah mendapat penyinaran
menjadi perak metalik atauperubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Butiran perak halidayang tidak mendapat
penyinaran tidak terjadi perubahan apapun. Perubahanbutiran perak
halida akan membentuk bayangan laten pada film (Jauhari, 2010).
Tindakan utama developing adalah untuk mengubah ion perak dari
kristal yang terkena paparan sinar-X menjadi perak (Bushong,
2013 : 228).
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromide
negatif(AgBr) yang tersusun bersama didalam kisi kristal (cristal
lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya
akan berinteraksi dengan ion halida yang menyebabkan terlepasnya
ikatan elektron. Elektron bergerak dengan cepatdan tersimpan
didalam bintik kepekaan (sensitivity speck), sehingga bermuatan
negatif. Bintik kepekaan menarik ion perak positif yang bergerak
bebas dan menetralkannya menjadi perak berwarna hitam atau
perak metalik. Hal ini akanmenyebabkan terbentuknya bayangan
laten yang bersifat tidak tampak (Meredith& Massey, 1977).
Proses developing mengandung senyawa alkali, seperti natrium
karbonatdan natrium hidroksida. Larutan penyangga (buffer) akan
meningkatkan kerjalarutan developer dengan mengontrol
konsentrasi larutan atau pH (Bushong,2013 : 229).
3. Rinsing
Rinsing merupakan proses yang dilakukan setelah proses
developing.Rinsing dilakukan dengan menggunakan air mengalir
yang bertujuan untukmenghilangkan sisa-sisa larutan developer
agar tidak terbawa ke prosesselanjutnya. Larutan developer yang
terbawa dapat menyebabkan kabut dikroik(dichroic fog) apabila
sisalarutan developer pada film masuk ke proses fixing.Proses yang
terjadi pada cairan rinsing yaitu memperlambat prosesdeveloping
14
dengan membuang cairan developer dari permukaan film
dengancara merendamnya kedalam air. Proses rinsing harus
dilakukan dengan air yangmengalir selama 5 detik (Jauhari, 2010).
4. Fixing
Perak halida dihilangkan dengan mengubahnya menjadi perak
komplek.Senyawa tersebut bersifat larut dalam air, selanjutnya
akan dihilangkan padatahap pencucian. Tujuan dari proses fixing
ini adalah untuk menghentikan aksilanjutan yang dilakukan oleh
cairan developer yang terserap oleh emulsi film.Pada proses ini
diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan
perlindunganterhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat
penyerapan uap air(Meredith & Massey, 1977).
Bahan-bahan yang dipakai pada proses fixing ini adalah bahan
penetap(fixing agent), bahan pemercepat, bahan penangkal, bahan
pengeras (hardener),bahan penyangga (buffer), dan bahan pelarut
(Jauhari, 2010).
5. Washing
Proses washing film radiografi dilakukan dengan menggunakan air
mengalirsampai bau asam dari larutan fixer menghilang. Proses
washing film inibertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan
perak komplek dan garam yangterbentuk dari proses fixing.
6. Drying
Proses terakhir dalam pencucian film adalah proses drying. Proses
dryingdilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan
air dalam emulsi danagarmudah untuk disimpan. Proses drying
akan membuat emulsi lebih kuat danmudah untuk dipegang serta
menjaga visualisasi image dengan cara membatasiefek radiasi dan
refleksi yang disebabkan adanya air dipermukaan emulsi.Cara yang
paling umum digunakan untuk melakukan proses drying
adalahdengan bantuan udara, dan ada 3 faktor yang mempengaruhi,
yaitu suhu udara,kelembaban udara, dan aliran udara yang
melewati emulsi. Hasil akhir dariproses pengolahan film adalah
15
emulsi tidak rusak, bebas dari partikel debu,endapan kristal, noda,
dan artefak (struktur yang tidak biasanya hadir padaradiografi)
(Jauhari, 2010).
5. Distorsi minimal
C. Evaluasi Radiografi Intraoral
1. Apapun keadaan maupun kelainan di rahang secara radiografis
gambarannya adalah gradasi radiolusen atau radiopak
dibandingkan dengan struktur di sekitarnya.
16
D. Evaluasi Mutu Radiografi Ekstra Oral
1. Evaluasi Mutu Radiografi Sefalometri Posterior Anterior
Gambar radiografi sefalometri posterior anterior yang memiliki
mutu yang baik dan dapat diinterpretasi secara akurat memiliki
kriteria:
Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya
semua tampak dalam gambar
17
Sella tursica berhimpit dan tidak ada bayangan
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa radiografi adalah hasil
gambar dari suatu objek dengan menggunakan sinar-X. Radiografi rongga mulut
memberikan gambaran jaringan keras rongga mulut yang tidak bisa dilihat secara
klinis atau dengan mata biasa. Ada dua cara teknik radiografi yaitu teknik
radiografi intra oral dan teknik radiografi ekstra oral. Teknik pemeriksaan
intraoral ada tiga, yaitu teknik periapikal, bitewing dan oklusal. Teknik
pemeriksaan ekstraoral ada teknik panoramic, sefalometric, antero-posterior,
postero-anterior, foto lateral, proyeksi water’s, proyeksi reverse-towne dan
submentovertex. Lalu proses pengolahan film radiografi terdiri dari pembasahan
(wetting), pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing),penetapan (fixing),
pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
Saran
Dalam penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami
pengertian dari radiografi, apa-apa saja jenis-jenis dari radiografi, sifat - sifat dari
teknik radiografi intra oral maupun ekstra oral, tata cara pengolahan film, serta
evaluasi mutu radiografi kedokteran gigi.
19
DAFTAR PUSTAKA
20