Anda di halaman 1dari 11

CHAPTER 4 : A CONCEPTUAL FRAMEWORK

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :

“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to

consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting

and reporting”.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari

tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi

penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi

keuangan dan laporan keuangan

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals

(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang

menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus

dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta

mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya

mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang

dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam proses penyusunan standar.

Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan perselisihan yang meningkat

selama proses penyusunan standar dengan mempersempit pertanyaan, apakah standar telah

sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. Secara lengkap, kerangka kerja konseptual

adalah :

Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi


Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar khusus

yang mengaturnya.

Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan

Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode akuntansi.

TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR

Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan

informas :

Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan

ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;

Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta

pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;

Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di

dalamnya.

TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus

memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa

kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.

Kualitas Primer
Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam

sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan

berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut

dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back

value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi

juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness).

Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan

kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara

tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan

bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk

mengevaluasi isi faktual dari informasi. Realibilitas sangat diperlukan oleh

individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual

dari informasi.

Daya Uji (verifiability) : ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan

menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.

Ketepatan penyajian (representational faithfulness) : angka-angka dan penjelasan

dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.

Netralitas(neutrality) : informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok

pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias

Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya

kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh,

keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang

terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva
tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan,

taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.

Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai

kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan

keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.

Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya

kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

Kualitas Sekunder

Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan

(comparability) dan konsistensi (consistency).

Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan

antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan

horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda

(perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi

apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk

kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.

Kendala-kendala

Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah

dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya yang

kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan

konservatisme.

Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang

relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena
biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan

manfaat-biaya menjadi masalah

Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi

keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika

pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian

seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus

dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.

Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan

terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.

Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil

kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan

dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling

rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang

terlalu tinggi.

TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk

mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa,

kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan

oleh sistem akuntansi.

CHAPTER 5 : MEASUREMENT THEORY

Campbell mendefiniskan pengukuran adalah :

“the assignment of numerals to represent properties of material systems other than numbers,

in virtue of the laws governing these properties”. (Penugasan angka untuk mewakili sifat dari

sistem bahan selain angka, dalam kebajikan dari hukum yang mengatur sifat ini)

Sedangkan menurut Stevens: pengukuran (measurement) adalah:

“assignment of numerals to objects or events according to the rules”(pelekatan suatu angka


kepada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu).

Dalam pengertian Campbell, “Systems” sama dengan “objects or events” dalam pengertian

Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak

perjalanan.“Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “ System” dalam pengertian

Campbell.

Skala (Scale)

Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan

semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau

kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan

arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang

digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal,

ordinal, interval atau rasio.

Skala Nominal (Nominal Scale)

Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya adalah

penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala

nominal. Torgerson menyatakan:

“Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat

kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri.

Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari

objek.”

Skala Ordinal (Ordinal Scale)

Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan

property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis investasi

untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini.

Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa

tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.

Skala Interval (Interval Scale)

Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala ordinal. Tidak hanya

memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui

dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan


thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, missal ruangan A dan B,

dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain

kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui

bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A.

Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.

Skala Rasio (ratio scale)

Skala rasio adalah skala yang:

Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian

Interval antar objek diketahui dan sama

Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir diketahui

Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B

adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A,

tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A.

Penggunaan Skala Yang Diperbolehkan (Permissible Operations Of Scales)

Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka

sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang

digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini

tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga

variabel-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan

keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak

memberikan informasi yang sama.

Tipe-tipe Pengukuran (types of measurement)

Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian.

Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan

jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis: fundamental dan turunan.

Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric

(hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat,

yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan

turunan yang didiskusikan Campbell.

Pengukuran Fundamental (Fundamental Measurement)


Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan

pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran

variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume

merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada

tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang

berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.

Pengukuran Turunan (Derived measurements)

Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang

bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran

kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi,

contoh pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan

pengurangan pendapatan dengan beban.

Pengukuran Formal (Fiat measurements)

Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang

dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti

(variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung

hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara

untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel

pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan

bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung.

Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan

hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika

kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji

mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun, tidak adateori empiris yang konfirmasi

untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita membangun

skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada kebanyakan orang, yang

mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi dalam kuliah matematika.

Keandalan Dan Ketepatan (Realiability And Accuracy)


Apa yang dimaksud dengan Keandalan dan Ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada

pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi

di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan

atau error.

Sumber kesalahan

Measurement operations stated imprecisely / Operasi pengukuran tidak tetap

Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya terdiri dari satu set

operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan secara tepat dan karenanya dapat

diinterpretasikan salah oleh pengukur.

Measurer / Pengukur

Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau menerapkan atau

membaca instrumen dengan tidak benar.

Instrument / Instrumen

Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau termometer

atau barometer, yang mungkin cacat.

Environment / Lingkungan

Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil.

Attribute unclear / Atribut yang tidak jelas

Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan suatu

konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.

Risk and uncertainty / Resiko dan Ketidakpastian

Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika semua pengukuran

kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka yang kita butuhkan

adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika pengukuran masih dalam

batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi.

Pengukuran yang dapat diandalkan

Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan

pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek:

ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili

sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek

mempengaruhi ketepatan pengukuran.

Istilah ‘presisi’ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor,

dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan

operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi

atau kinerjanya, serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang

kali yang diterapkan pada properti tertentu.

Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita

dapat mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana

suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi.

Pengukuran yang akurat

Konsistensi hasil, presisi dan kehandalan tidak selalu menyebabkan akurasi. Meskipun

prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun

tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan

dengan seberapa dekat pengukuran menuju ‘nilai sejati ' dari atribut pengukuran.

Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan

membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk

menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur

untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang

berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari

‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif

yang harus diterapkan.

Pengukuran dalam ilmu Akuntansi

Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan

laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal.

Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam
satu periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh :

historical cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita

bahwa konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu

ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental. Yang terkini,

standar pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep lebih tepat yaitu konsep

“nilai wajar”. Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa

konsep ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan

perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih fokus

pada penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang

sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan pengambilan

keputusan oleh investor dibandingkan kebenarannya.

https://www.academia.edu/Documents/in/RINGKASAN_MATERI_TEORI_AKUNTANSI
https://www.academia.edu/6929186/MEASUREMENT_THEORY_Oleh
https://www.academia.edu/9337740/RESUME_BAB_IV-V_CONSEPTUAL_FRAMEWORK_and_ME
ASUREMENT_THEORY_DISUSUN_OLEH_KELOMPOK_5_KELAS_10D_KURIKULUM_KHUSUS
http://pojok-akuntansi.blogspot.com/2016/02/measurement-theory.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai