Anda di halaman 1dari 8

110

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas tentang asuhan manajemen

kebidanan yang diberikan terhadap Ny.A sejak masa kehamilan, persalinan,

nifas, dan bayi baru lahir yang menghubungkan antara teori yang sudah ada

dengan asuhan yang sudah diberikan terhadap Ny.A.

4.1 ANTENATAL CARE (ANC)

Ny. “A” melakukan kunjungan ANC sebanyak 10 kali selama masa

kehamilan. Pada trimester 1 dan 2 Ny A rutin memeriksakan kehamilannya

di klinik sebanyak 7 kali, 3 kali pada trimester 1 dan 4 kali pada trimester 2.

Pada trimester ketiga penulis melakukan ANC sebanyak 3 kali, maka hal ini

sesuai dengan teori (Prawirohardjo,2012 :279) yang menyatakan bahwa

setiap wanita hamil sedikitnya 4 kali memeriksakan kehamilannya, K1

(sebelum kehamilan 28 minggu), K2(selama kehamilan 28 – 36 minggu),

K3 dan K4 (pada usia kehamilan diatas 36 minggu).

Pada pemeriksaan kehamilan Ny. “A” hanya menggunakan asuhan

standar 10T (Timbang berat badan dan tinggi badan, ukur tekanan darah,

ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet Zat Besi selama kehamilan,

pemberian imunisasi Tetanus Toksoid , pemeriksaan Hb, Pemeriksaan

Protein urine, Pemerksaan urine reduksi, perawatan payudara, temu wicara),


111

yang tidak dilakukan yaitu pemeriksaan VDRL (PMS) karena tidak

tersedianya alat, tidak melakukan senam hamil / pemeliharaan tingkat

kebugaran ibu hamil karena tidak ada sarana dan prasarana, tidak

memberikan terapi yodium dan tidak memberikan anti malaria karena bukan

merupakan daerah endemis gondok ataupun malaria, maka terdapat

kesenjangan antara teori dengan peraktek. Maka hal ini tidak sesuai dengan

teori (Depkes RI 2011 ) yang menyatakan bahawa pelayanan ANC

mengunakan Asuhan Standar Minimal “14 T” yaitu Timbang berat badan

dan tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian

tablet Zat Besi selama kehamilan, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) lengkap jadwal imunisasi, pemeriksaan Hb, Pemerisaan VDRL (PMS),

Pemeriksaan Protein urine, Pemerksaan urine reduksi, perawatan payudara,

senam hamil / pemeliharaan tingkat kebugaran ibu hamil, pemberian terapi

anti malaria, pemberian terapi kapsul yodium, temu wicara (konseling)

termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta

KB pasca persalinan.

Pada Ny.”A” sudah mendapatkan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) 2 kali

yaitu pada saat kehamilan yang pertama dengan usia anak pertama 1 tahun 5

bulan dan masih memiliki masa perlindungan 1 tahun 5 bulan, Makah al ini

sesuai dengan teori (Saifuddin, 2014 : 91) yang menyatakan bahwa

imunisasi TT 2 mempunyai lama perlindungan 3 tahun.

Pada Ny “A” hasil pemeriksaan laboratorium didapat HB 9 gram %,

dengan ibu mengkonsumsi zat besi ibu mengalami kenaikan kadar HB


112

menjadi 10 gr %, Makah hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo

2012:775) yang menyatakan bahwa pada trimester ketiga terjadi sedikit

peningkatan HB, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki kadar HB

tinggi (>14,6 g/dl). Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar

hemoglobin dibawah 11 g/dl.

Pada Ny “A” selama kehamilan Tekanan Darah Ny”A” tidak pernah

mengalami kenaikan atau melebihi batas normal Makah al ini sesuai dengan

teori (Prawirohardjo, 2012:543) yang menyatakan bahwa Jika tekanan

darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg curigai adanya preeklamsi ringan.

kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan kanaikan diastolik ≥15 mmHg tidak

dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsi.

Pada Ny”A” sudah mendapatkan tablet penambah darah (Hufabion 1x1/

hari) selama pemeriksaan kehamilan, maka hal ini sesuai dengan teori

(Saifuddin, 2014:91) yang menyatakan bahwa pemberian tablet Fe sebanyak

90 tablet selama masa kehamilan dan meminumnya tanpa bersamaan

dengan air teh atau kopi karena mengganggu penyerapan.

Pada Ny.“A” mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10 kg, maka

hal ini sesuai dengan teori (Manuaba, 2012:95) yang menyatakan bahwa

dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil

dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar antara 6,5 - 16,5

kg.
113

4.2 PERSALINAN ( INTRA NATAL )

Pada Ny. “A“ proses persalinan berlangsung normal dengan usia

kehamilan 41 minggu, maka hal ini sesuai dengan teori (Prawirodharjo,

2012 : 685) yang mengatakan bahwa proses persalinan dianggap normal

jika proses terjadinya pada usia kehamilan cukup bulan (38-42 minggu).

Dari data diatas tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus kebidanan.

Pada Ny, “A” proses persalinan kala I berlangsung 6 jam dari mules-

mules yang sering pada jam 17:00 WIB sampai pembukaan lengkap pukul

00:40 WIB, maka hal ini sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan Normal,

2012 : 38) yang menyatakan bahwa Kala I persalinan dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan

kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm) proses ini terbagi

dalam 2 fase, fase laten (8 jam) srviks membuka sampai fase aktif (7 jam)

serviks membuka dari 4 sampai 10 cm kontraksi lebih kuat dan sering

selama fase aktif.

Pada Ny “A” proses kala II persalinan berlangsung selama 5 menit, kala

II berjalan dengan cepat karena adanya hiss yang adekuat dan kerja sama

yang baik antara ibu dan penolong, maka hal ini sesuai dengan teori

(Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 77) yang menyatakan bahwa pada kala

II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Pada Ny “A” manajemen aktif Kala III berlangsung 10 menit dan

memberikan oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan


114

penegangan tali puat terkendali serta masase fundus uterus, maka hal ini

sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 95) yang

menyatakan bahwa kala III dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kemudian dilakukan

penanganan manajemen aktif kala III yaitu: menyuntikan oksitosin 10

IU/IM pada 1/3 distal paha luar, melakukan peregangan talipusat terkendali

saat ada kontraksi, dan melakukan masase hingga kontraksi membaik.

Pada Ny ”A” kala IV dilakukan pemantauan tekanan darah, suhu, nadi,

pernafasan, tinggi fundus uterus, kontraksi, kandung kemih, perdarahan

yang keluar pervaginam setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 2 jam

kedua 30 menit, maka hal ini sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan

Normal, 2012 : 77) Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi

karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernapasan,

kontraksi uterus, terjadinya perdarahan.

4.3 NIFAS (POST NATAL)

Pada pemeriksaan nifas Ny ”A” dilakukan sebanyak 2 kali karena

keterbatsan waktu, maka hal ini tidak sesuai dengan teori (Saifudin, 2014 :

123) yang menyatkan bahwa kunjungan nifas dilakukan sebanyak 4 kali

yaitu pada (6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu

setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan).


115

Pada Ny A dilakukan pemeriksaa 6 jam post partum penulis mendapat

data dari hasil pemeriksaan bahwa ibu mengeluh masih merasa mules, dan

keluar darah dari kemaluan, kontraksi uterus baik tinggi fundus uterus 2 jari

di bawah pusat, lochea rubra, kontraksi uterus bulat dan keras, ibu sudah

melakukan hubungan antara ibu dan bayi, dan sudah mulai belajar menyusui

bayinya, maka hal ini sesuai dengan teori (Saifudin, 2014 : 123) yang

menyatakan bahwa 6-8 jam setelah persalinan, Mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri, Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut, Memberikan konseling pada

ibu atau salah satu dari keluarga ibu bagaimana mencegah terjadinya

perdarahan masa nifas karena atonia uteri, Pemberian ASI awal, Melakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Pada Ny A dilakukan kunjungan 6 hari post partum, tinggi fundus uteri

pertengahan sympisis-pusat, lochea sanguinolenta, tidak ada perdarahan

abnormal dan tanda-tanda infeksi, maka hal ini sesuai dengan teori

(saifudin, 2014 : 123) yang menyatakan bahwa kunjungan nifas 6 hari

dilakukan untuk memastikan bahwa involusi uteri berjalan dengan normal,

uterus berkontraksi, tinggi fundus uteri pertengahan sympisis-pusat, tidak

ada perdarahan abnormal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

4.4 BAYI BARU LAHIR (NEONATUS)

Pada Bayi Ny.”A” didapatkan hasil pemeriksaan A/S 9/10, A/C +/-,

menangis kuat, pergerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin


116

Perempuan, berat badan 2900 gram, panjang badan 49 cm, hal ini

merupakan neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan, maka hal ini

sesuai dengan teori (Dwi maryanti,dkk,2011:2) yang menyatakan bahwa

neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000

gram.

Pada Bayi Ny.”A” penanganan segera yaitu membebaskan jalan nafas,

memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, dan

pencegahan infeksi, maka hal ini sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan

Normal, 2012 : 128) yang menyatakan bahwa asuhan segera bayi baru lahir

klem dan potong tali pusat, pernapasan, jagalah bayi agar tetap hangat.

Pada bayi Ny.”A” dilakukan (IMD) kontak dini antara kulit bayi

dengan ibu setelah pemotongan tali pusat dan mengeringkan, maka hal ini

sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 116) yang

menyatakan bahwa aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir:

Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat, Usahakan adanya kontak antara

kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin.

Pada bayi Ny “A” setelah IMD berhasil adalah pemeriksaan fisik BBL

dan setelah itu dilakukan hubungan antara bayi dan ibu (rawat gabung),

maka hal ini sesuai dengan teori (Manuaba, 2012:202) Yang menyatakan

bahwa Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga

ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI,

sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.


117

Pada bayi Ny “A” menyuntikkan vit.K 1 mg 0,5 cc intramuskular

dipaha kiri bayi, maka hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo,2012:372)

yang menyatakan bahwa melihat bahaya dari PDVK (perdarahan akibat

defisiensi VIT K), departemen kesehatan telah membuat kebijakan nasional

yang berisi semua bayi baru lahir mendapat proksifilaksis vitamin K1

(fetromenadion) jenis vitamin k yang gunakan adalah vitamin K1, vitamin

K1 diberikan intramuskuler atau oral. Dosis untuk semua bayi baru lahir

intramuskuler 1mg dosis tunggal, oral, 3 kali @ 2mg diberikan pada bayi

baru lahir, umur 3-7 hari, dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan bayi yang

ditolong oleh dukun wajib diberikan vit K secara oral.

Pada bayi Ny. “A“ setelah lahir di berikan salep antibiotic tetrasiklin

1% untuk mencegah terjadinya infeksi. Hal ini sesuai dengan teori yang

terdapat dalam (Asuhan Persalinan Normal, 2012 :128) yang mengatakan

bahwa setiap bayi barulahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).

Pada bayi Ny.”A” setelah 1 jam adalah menyuntikkan imunisasi Hb0

0,5 cc dipaha kanan bayi, maka hal ini sesuai dengan teori (Asuhan

Persalinan Normal, 2012 : 116) Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml

intramuskular, di paha kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah

pemberian vitamin K1.

Anda mungkin juga menyukai