DISUSUN OLEH:
Maudy Putri Saraswati G99172110
Naurah Asyifa Priandini G99172125
Ridha Hayu Arsaningtyas G99172140
Rari Dewinda Sudarmaji F G991903051
PEMBIMBING:
dr. Eva Niamuzisilawati, Sp.PD, M.Kes, FINASIM
Presentasi kasus kecil ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Presentasi kasus dengan judul:
Oleh:
Maudy Putri Saraswati G99172110
Naurah Asyifa Priandini G99172125
Ridha Hayu Arsaningtyas G99172140
Rari Dewinda Sudarmaji F G991903051
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada 12 Maret 2019 di
Bangsal Flamboyan 8 Ruang 813D RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SL
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
No. Rekam Medis : 013904xx
Tanggal Masuk : 12 Maret 2019
Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2019
B. Keluhan Utama
BAB cair sejak 4 hari SMRS
3
kali BAK kurang lebih satu gelas belimbing, warna kuning, nyeri
saat BAK (-), ayang-ayangan (-), BAK berpasir (-), nyeri pinggang
(-).
Keluhan lain yang dirasakan adalah pasien mengeluhkan
nyeri di sendi tubuh sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan hilang
timbul makin lama makin memberat terutama pada persendian di
lengan, tangan, tungkai, kaki kanan dan kiri. Keluhan nyeri
membaik dengan obat MP yang diminum oleh pasien namun
keluhan kembali muncul dalam 3-4 jam setelah minum obat.
Keluhan tidak menghilang dengan istirahat. Keluhan tidak disertai
dengan pembengkakkan dan demam sebelumnya.
Pasien memiliki riwayat sakit lupus ± 3 tahun terakhir, rutin
kontrol dan konsumsi obat MP. Pasien juga mengatakan mempunyai
sakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu, rutin minum obat
amlodipin 10mg/hari. Pasien juga mengaku mempunyai sakit
kencing manis sejak ± 3 tahun, rutin berobat menggunakan insulin
sebelum makan dan sebelum tidur. Pasien menyangkal memiliki
riwayat penyakit jantung dan penyakit asma sebelumnya. Pasien
sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa dan mondok kurang
lebih 3 bulan yang lalu di RSUD Dr. Moewardi.
4
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Rwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwasat sakit asma : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : ayah dan ibu
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat sakit kuning : disangkal
HT HT
Keterangan
Laki –laki
Pasien
Perempuan
Meninggal dunia
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat minum jamu : disangkal
5
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan sehari-hari tinggal di rumah
bersama keluarga. Berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS
kelas 3.
6
(3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-),
strabismus (-/-)
7. Wajah : Wajah simetri, gerakan involunter (-),moon face (+),
butterfly rash (-)
8. Kulit wajah : pucat (-), sianosis (-)
9. Telinga : Normotia, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-),
nyeri tekan tragus (-)
10. Sinus paranaslis dan Hidung : Nyeri tekan sinus paranasalis (-),
sekret (-), epistaksis (-), krepitasi (-), deviasi septum nasi
(-)
11. Bibir : Sianosis (-), benjolan (-), bibir tampak kering dan pecah
pecah
12. Mulut : Bibir kering (+), lidah berada di tengah , tidak tertarik ke
salah satu sisi, papil lidah atrofi (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), oral thrush (-), tonsil T1-T1, uvula (+) di
tengah, faring hiperemis (-),
13. Gigi : Gigi tanggal (-), caries gigi (-), gusi hiperemis (-)
Pemeriksaan Leher
14. Tekanan vena juglaris : R+2 cmH2O,
15. Kelenjar tiroid : Simetris kanan dan kiri, pembesaran
kelenjar tiroid (-), tanda peradangan (-), thril
(-), nodul (-) , nyeri tekan (-), bising (-)
16. Kelenjar getah bening : pembesaran kelenjar getah bening leher (-),
nyeri tekan (-), luka (-)
17. Thorax : Bentuk normochest, simetris,
pengembangan dada kanan=kiri, retraksi
intercostal (-), pernafasan abdominothorakal,
sela iga melebar(-), pembesaran kelenjar
getah bening axilla (-/-), spider nevi (-),
18. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
7
Palpasi : Ictus kordis kuat angkat, teraba di SIC VI 1 cm
ke lateral linea mid clavicularis sinistra,
diameter 2,5 cm, amplitudo iktus normal, durasi
2/3 durasi sistol,
Perkusi :
Batas Jantung
- Kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
- Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
- Kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
- Kiri bawah: SIC VI 1 cm ke lateral dari Linea Mid
Clavicularis Sinistra
Kesan: batas jantung kesan melebar caudolateral
Auskultasi :
- SIC 2 linea parasternalis dekstra : BJ II lebih keras dari BJ I
, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
- SIC 2 linea parasternalis sinistra: BJ II lebih keras dari BJ I ,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
- SIC 4-5 linea parasternalis sinistra : BJ I lebih keras dari BJ
II , intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
- SIC 4-5 linea midclavicularis sinistra : BJ I lebih keras dari
BJ II , intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
13. Pemeriksaan Pulmo
a. Depan
Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris kanan dan kiri,
sela iga tidak melebar, iga tidak
mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris
kanan=kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-)
8
Palpasi
- Statis : Simetris kanan dan kiri, emfisema
subkuitis (-),benjolan (-), nyeri tekan (-)
- Dinamis : Pergerakan kanan=kiri, fremitus raba
kanan=kiri
Perkusi
- Kanan : Sonor, pekak pada batas absolut paru
hepar pada SIC VI linea midclavicularis
dekstra
- Kiri : Sonor, timpani sesuai batas paru
lambung pada SIC VII linea aksilaris
anterior sinistra
Auskultasi
Suara dasar paru: vesikuler di kedua
lapang paru, suara tambahan: wheezing
(-/-), ronkhi basah kasar (-/-), ronkhi
basah halus (-/-), krepitasi (-/-)
b. Belakang
Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak
melebar, buffalo hump (+)
- Dinamis :Pengembangan dada simetris
kanan=kiri, sela iga tidak melebar, retraksi
intercostal (-),
Palpasi
- Statis : Simetris kanan dan kiri, emfisema subkuitis
(-), benjolan (-), nyeri tekan (-)
- Dinamis : Pergerakan kanan=kiri, fremitus raba
kanan=kiri
Perkusi
- Kanan : Sonor
9
- Kiri : Sonor
- Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
: Suara dasar paru : vesikuler kedua di lapang paru , suara
tambahan: wheezing (-/-), ronkhi basah kasar (-/-), ronkhi
basah halus (-/-), krepitasi (-/-)
14. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding thorak, simetris,
ascites (-), venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput
medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat 35x / menit, bruit hepar
(-), bising epigastrium (-)
Perkusi :
- Timpani (+), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok (-)
- Pekak pada bawah procesus xiphoideus sepanjang 5 cm ,
Pekak pada BACD sepanjang 8 cm
- Timpani pada SIC VI linea aksilaris anterior kiri ,
Splenomegali (-)
- Liver span : Jarak antara batas atas dan batas bawah hepar
sepanjang 8 cm
Palpasi :
- Supel, Distended (-), nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
- Shifting dullness : Tidak ada perubahan suara dari timpani
ke redup
- Undulasi : tidak merasakan getaran pada dinding perut
kontralateral
- Hepar : Tepi hati lancip, permukaan tidak berbenjol,
konsistensi kenyal , nyeri tekan (-)
- Murphy sign : negatif
- Schuffner : tidak teraba membesar
- Mc burney sign: Nyeri tekan pada titik mcburney (-)
10
- Bimanual palpasi : Ginjal tak teraba (-/-)
- Nyeri ketok costovertebrae angle (-/-)
15. Ekstremitas
Akral dingin _ _ Oedem _ _
_ _ _ _
Superior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin (-/-),
ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-),
clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan nyeri
gerak (+/+), deformitas (-/-), palmar eritem (-/-),
Inferior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin(-/-),
ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-),
clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan nyeri
gerak genu bilateral (+/+), deformitas (-/-),
11
MPV 8.6 Fl 7.2-11.1
PDW 16 % 25-65
Hitung Jenis
Eosinofil 0.40 % 0.00-4.00
Basofil 0.10 % 0.00-2.00
Netrofil 85.50 % 55.00-80.00
Limfosit 11.20 % 22.00-44.00
Monosit 2.80 % 0.00-7.00
Kimia Klinik
Glukosa Darah
114 mg/dl 60-140
Sewaktu
SGOT 14 u/l <31
SGPT 32 u/l <45
Creatinine 0.6 mg/dl 0.6-1.2
Ureum 28 mg/dl <50
Elektrolit
Natrium Darah 142 mmol/L 136-145
Kalium Darah 3.5 mmol/L 3.3-5.1
Kalsium Ion 1.25 mmol/L 1.17-1.29
Serologi
HbsAg Non-reactive Non-reactive
12
Kolestrol Total 229 mg/dl 50-200
Kolestrol LDL 179 mg/dl 79-186
Kolestrol HDL 61 mg/dl 34-87
Trigliserida 96 mg/dl < 150
13
Hyline 0 /LPK 0-3
Granulated 0–1 /LPK Negatif
Lekosit - /LPK Negatif
14
D. Foto rontgen Thorax (13 Maret 2019)
Kesimpulan:
Cardiomegaly
15
E. Pemeriksaan EKG
III. RESUME
A. Anamnesis:
16
- Keluhan nyeri membaik dengan obat MP yang diminum oleh pasien
namun keluhan kembali muncul dalam 3-4 jam setelah minum obat.
Keluhan tidak menghilang dengan istirahat. Keluhan tidak disertai
dengan pembengkakkan dan demam sebelumnya.
- Pasien memiliki riwayat sakit lupus ± 3 tahun terakhir, rutin kontrol
dan konsumsi obat MP. Pasien juga mengatakan mempunyai sakit
darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu, rutin minum obat amlodipin
10mg/hari. Pasien juga mengaku mempunyai sakit kencing manis
sejak ± 3 tahun, rutin berobat menggunakan insulin sebelum makan
dan sebelum tidur.
- Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa dan mondok
kurang lebih 3 bulan yang lalu di RSUD Dr. Moewardi.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
- Tekanan darah : 170/90 mmHg
- Nadi :102 kali/menit
- VAS : 5 di regio genu
2. Rambut: mudah rontok (+)
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah (13 Maret 2019)
- Darah Rutin: Hb 11.5 g/dl ↓, AT 459 ribu/µl ↑
- Index Eritrosit: MCH 26.3 pg ↓, MCHC 30.3 g/dl ↓, PDW 16% ↓
17
- Hitung Jenis: netrofil 85.5% ↑, limfosit 11.2% ↓
- Kimia Klinik: HbA1c 7.5% ↑,GD2PP 161 mg/dl ↑,kolesterol total 229 mg/dl ↑
2. Pemeriksaan urin (13 Maret 2019)
Keton (+)
Bakteri (+)
Epitel squamous: 8-10/LPB
Epitel transisional: 2-3/LPB
Silinder granulated: 0-1/LPK
Mukus: 0.38 /uL
Eritrosit: 1-2/LPB
Leukosit: 2-3/LP
Kesan : Ketonuria, bakteriuria
3. Foto Thorax PA (13 Maret 2019)
Kesimpulan: cardiomegaly
4. EKG
Kesimpulan : LVH
18
RENCANA AWAL
19
belum diberikan obat
apapun.
- Keluhan disertai
nyeri perut dirasakan
di bagian bawah kiri,
terasa seperti
diremas-remas, serta
demam, batuk dan
pilek.
Pemeriksaan fisik :
Nadi :102
kali/menit
Mulut : bibir kering (+)
Abdomen: Auskultasi:
bising usus (+)
meningkat 35x/menit
Pemeriksaan
penunjang: -
20
Komplikasi: Dehidrasi
berat
2 SLE derajat Anamnesis: - Inj. MP 12,5 Penjelasan Monitoring
ringan - Pasien mengeluhkan mg/ 12 jam kepada VAS dan
dengan nyeri di sendi tubuh pasien keluhan
manifestasi sejak 2 minggu mengenai
artritis SMRS. Nyeri kondisi,
dirasakan hilang prosedur
timbul makin lama diagnosis dan
makin memberat tatalaksana
terutama pada beserta
persendian di lengan, komplikasi
tangan, tungkai, kaki yang dapat
kanan dan kiri. terjadi.
- Keluhan nyeri
membaik dengan obat
MP yang diminum
oleh pasien namun
keluhan kembali
21
muncul dalam 3-4 jam
setelah minum obat.
Keluhan tidak
menghilang dengan
istirahat. Keluhan
tidak disertai dengan
pembengkakkan dan
demam sebelumnya.
- Pasien memiliki
riwayat sakit lupus ± 3
tahun terakhir, rutin
kontrol dan konsumsi
obat MP.
Pemeriksaan Fisik:
Wajah : moon face (+)
Punggung : buffalo
hump (+)
Ekstremitas :
22
a) superior : kanan dan
kiri nyeri sendi (+)
b) Inferior : kanan dan
kiri nyeri sendi (+)
Pemeriksaan
Penunjang:
-
Komplikasi: neuropati
SLE
3 Cushing Anamnesis Uji 24 jam free Tappering off MP Penjelasan -
Syndrome Konsumsi MP 3 tahun cortisol urin hingga <10 kepada
Pemeriksaan Fisik mg/24 jam pasien
Bufallo hump (+) mengenai
Moon face (+) kondisi,
prosedur
diagnosis dan
tatalaksana
beserta
komplikasi
23
yang dapat
terjadi.
4. Hipertensi Anamnesis - Ramipril Penjelasan KUVS/8jam
stage II Pasien juga mengatakan 5mg/24jam p.o kepada
mempunyai sakit darah Amlodipin pasien
tinggi sejak 5 tahun 10mg/24jam mengenai
yang lalu, rutin minum p.o kondisi,
obat amlodipin prosedur
10mg/hari. diagnosis dan
Pemeriksaan Fisik tatalaksana
Tekanan darah : 170/90 beserta
mmHg komplikasi
Pemeriksaan yang dapat
Penunjang: - terjadi.
Komplikasi:
Hipertensi kronis, HHD
24
5. DM tipe II Anamnesis GDP Inj. Lantus 0- Penjelasan GDS 22/05
Non-obese dd Pasien juga mengaku GD2PP 0-0-10 unit kepada
DM tipe lain mempunyai sakit HbA1c SC pasien
baik kencing manis sejak ± 3 Profil lipid Inj. mengenai
tahun, rutin berobat Novorapid 8- kondisi,
menggunakan insulin 8-8 unit SC prosedur
sebelum makan dan diagnosis dan
sebelum tidur. tatalaksana
Pemeriksaan Fisik beserta
- komplikasi
Pemeriksaan
yang dapat
Penunjang:
terjadi.
GDS : 144 mg/dl
HbA1c: 7.5%
GDP: 81 mg/dl
GD2PP: 161 mg/dl
Komplikasi: koma
hiperglikemi, KAD,
25
HHS, nefropati DM,
neuropati DM
6. HHD Anamnesis Echocardiography Inj. Penjelasan EKG
Riwayat darah tinggi Furosemide kepada BC
(+) sejak 5 tahun yang 20mg/8jam pasien
lalu mengenai
Pemeriksaan Fisik kondisi,
Jantung: perkusi: batas prosedur
jantung kesan melebar diagnosis dan
caidolateral. tatalaksana
Pemeriksaan beserta
Penunjang: komplikasi
Foto Thorax PA (13 yang dapat
Maret 2019) terjadi.
Kesimpulan:
cardiomegaly
Komplikasi: CHF,
syok cardiogenik
26
V. FOLLOW UP
A. 13 Maret 2019 (DPH 1)
Subjektif Pasien mengeluhkan nyeri sendi, pusing, dan mual,
BAB cair. Muntah, demam disangkal.
Objektif KU : sakit sedang, compos mentis E4V5M6
TD : 170/100 mmHg
HR : 96x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.3oC
VAS : 2-3
GD2PP: 144
GDP: 98
Kepala : mesocephal, rambut rontok (+)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Wajah : moon face (+), malar rash (-)
Hidung : napas cuping hidung (-)
Mulut : mukosa basah (+), oral ulcer (-)
Leher : JVP R+2 cmH2O, KGB membesar
(-)
Thorax : normochest, simetris, punggung
buffalo hump (+)
Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,
bising (-), batas jantung kesan melebar caudolateral
Pulmo : SDV (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-)
Abdomen : Bising usus (+) 24x/menit , nyeri
tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : superior dan inferior nyeri sendi (+)
- -
oedem
- -
27
Assesment 1. SLE derajat ringan dengan manifestasi artritis
2. GEA dehidrasi ringan-sedang
3. HHD
4. DM tipe II non-obese dd DM tipe lain
5. Cushing syndrome
Planning Terapi
1. Bed rest tidak total
2. O2 3 lpm NK
3. Diet DM 1700 kkal
4. Inf RL 20 tpm
5. Inj. Santagesic 1 amp/8 jam
6. Candesartan 8 mg/24 jam p.o
7. Amlodipin 10 mg/24 jam p.o
8. New Diatab 2 tab/BAB cair p.o
9. MP 4 mg 1-0-1 p.o
10. Ostovel 0,25 g/24 jam p.o
11. Myfortic 360 mg/12 jam p.o
12. Inj. Novorapid 8-8-8 IU SC
13. Inj. Lantus 0-0-0-10 IU SC
Planing
1. Cek urin, feses rutin
2. Cek GDP, GD2PP, HbA1c, profil lipid, asam urat
3. ALP, GGT, Protein total
4. Bilirubin direct/ indirect
28
HR : 82x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.4oC
VAS : 1-2
GD2PP : 145
GDP : 144
Kepala : mesocephal, rambut rontok (+)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Wajah : moon face (+), malar rash (-)
Hidung : napas cuping hidung (-)
Mulut : mukosa basah (+), oral ulcer (-)
Leher : JVP R+2 cmH2O, KGB membesar
(-)
Thorax : normochest, simetris, punggung
buffalo hump (+)
Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,
bising (-), batas jantung kesan melebar caudolateral
Pulmo : SDV (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-)
Abdomen : Bising usus (+) 24x/menit , nyeri
tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : superior dan inferior nyeri sendi (+)
oedem
- -
- -
29
LDL : 179 SGPT : 32
HDL : 61 Cr : 0.6
TG : 96 Ureum : 28
HCO2 : 142 Ca : 1.25
K : 3,5 HbsAg : non reaktif
Assesment 1. SLE derajat ringan dengan manifestasi artritis
2. GEA dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
3. HHD
4. DM tipe II non-obese dd DM tipe lain
5. Cushing syndrome
Planning Terapi
1. Bed rest tidak total
2. O2 3 lpm
3. Diet lunak 1700 kkal
4. Inf NaCl 20 tpm
5. Inj. Santagesic 1 amp/8jam
6. Candesartan 8mg/24jam p.o
7. New diatabs 8mg/24jam p.o
8. Amlodipin 10mg/24jam p.o
9. MP 4 mg1-0-1
10. My Fortic 360mg/12 jam p.o
11. Ostovel 0.25g/24jam p.o
12. Simvastatin 0-0-0-20 mg p.o
13. Inj Novorapid 6-6-6 IU SC
14. Inj Lantus 0-0-0-10 IU SC
30
Objektif KU : sakit sedang, compos mentis E4V5M6
TD : 160/100 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.2oC
VAS :0
Kepala : mesocephal, rambut rontok (+)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Wajah : moon face (+), malar rash (-)
Hidung : napas cuping hidung (-)
Mulut : mukosa basah (+), oral ulcer (-)
Leher : JVP R+2 cmH2O, KGB membesar
(-)
Thorax : normochest, simetris, punggung
buffalo hump (+)
Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,
bising (-), batas jantung kesan melebar caudolateral
Pulmo : SDV (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-)
Abdomen : Bising usus (+) 20x/menit , nyeri
tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : superior dan inferior nyeri sendi (-)
oedem
- -
- -
Assesment 1. SLE derajat ringan dengan manifestasi artritis
(perbaikan)
2. GEA dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
3. HHD
4. DM tipe II non-obese dd DM tipe lain
31
5. Cushing syndrome
Planning Terapi
1. Bed rest tidak total
2. O2 3 lpm
3. Diet Lunak DM 1720 kkal
4. Inf RL 20 tpm
5. Inj Santagesic 1 amp/8 jam
6. Candesartan 1 x 16mg p.o
7. Amlodipin 10 mg/24 jam p.o
8. MP 4 mg/12 jam
9. Myfortic 360mg/12 jam p.o
10. Ostovel 0,25 g /24 jam p.o
11. Simvastatin 0-0-0-20 mg p.o
12. Inj. Novorapid 8-8-8 IU SC
13. Inj. Lantus 0-0-0-10 IU SC
Plan:
1. GDP, GD2PP
2. BLPL
32
BAB II
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis pasien diketahui pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi
dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari SMRS. Keluhan BAB cair dirasakan >10
kali setiap hari, konsistensi cair, warna kuning, jumlah 1 gelas belimbing, lendir
dan darah disangkal. Keluhan tidak hilang dengan istirahat dan belum diberikan
obat apapun. Keluhan disertai nyeri perut sebelumnya. Nyeri perut dirasakan di
bagian bawah kiri, terasa seperti diremas-remas. Keluhan disertai mual tetapi tidak
muntah.
33
Adanya volume cairan dan feses yang terlalu banyak keluar dan tidak
disertai dengan volume intake cairan yang cukup, maka akan sangat rentan terjadi
dehidrasi pada pasien. Untuk mengukur derajat dehidrasi pada orang dewasa, kita
dapat menggunakan beberapa kriteria melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik,
yaitu.
34
Untuk mengetahui penyebab pasti dari gastroenteritis akut, dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang meliputi:
Oral, misalkan:
1. Cairan garam gula, oralit, pedialyte, renalyte.
Diberikan pada pasien dengan diare akut tanpa komplikasi atau
dengan dehidrasi ringan.
2. Larutan rehidrasi oral (LRO), dengan komposisi:
– Natrium 75mmol/L, Klorida 65mmol/L, glukosa anhidrat
75mmol/L, kalium 20mmol/L, sitrat 10mmol/L = 245mmol/L
– Larutan rehidrasi oral (LRO) dari beras (air tajin) lebih superior
dari LRO biasa pada kolera.
Intravena
Diberikan kepada pasien dengan diare akut dengan komplikasi dehidrasi
sedang-berat dan/atau komplikasi lainnya.
35
Resusitasi, dapat digunakan cairan intravena sebagai berikut:
– Ringer laktat
– Ringer asetat
Rumatan, dapat digunakan kombinasi elektrolit + nutrisi cairan intravena
sebagai berikut:
- Ringer laktat
- Ringer asetat > + Dekstrosa + As.Amino - Normal salin
- Ringer dekstrosa - Aminofluid - Dan cairan sejenis lainnya
- Ringer dekstrosa
- Aminofluid
- Dan cairan sejenis lainnya
Pada pasien ini telah mendapatkan terapi cairan intravena menggunakan
Ringer Laktat dengan 20 tetes per menit untuk rumatan cairan. Lalu untuk evaluasi
perbaikan dehidrasi dapat dinilai melalui klinis pasien dan adanya peningkatan urin
output.
36
Vaskulitis (4) Tidak didapatkan kelainan kulit 0
Hemolisis (3) Hb 11,5 0
Trombositopeni
Miositis (3) Nyeri dan lemah sendi otot proksimal 0
Artritis (2) Nyeri seluruh sendi ekstremitas (+), tetapi 2
tidak ditemukan adalanya pembengkakan
Gangguan Rambut mudah rontok (+) tetapi pull test (-) 0
Mukokutaneus (2)
Serositis Pleuritis (-), Pericacarditis (-), Peritonitis (-) 0
Demam (-)
0
Fatigue (-)
Leukopenia (-)
0
Limfopeni (-)
Total Score 2
0–1 Remisi
2–5 Ringan
6–9 Sedang
10 - 13 Berat
14 Sangat berat
37
A. Edukasi/konseling
1. Penjelasan mengenai definisi dan penyebab lupus
2. Tipe dari SLE dan sifat masing-masing tipe
3. Masalah yang terkait dengan fisik. Hal ini berhubungan dengan penjelasan
kegunaan latihan fisik (berenang, sepeda statis) untuk mencegah atrofi otot
ekstremitas, penjelasan mengenai pemakaian steroid yang dapat
mengakibatkan osteoporosis (meningkatkan kemungkinan fraktur),
cushing syndrome, dan komplikasi lainnya. Penjelasan mengenai
pentingnya mengatur jadwal istirahat, pengaturan diet yang seimbang,
pemakaian alat kontrasepsi, dan tanda infeksi untuk mengatasi infeksi
lebih cepat juga diperlukan.
4. Pengenalan masalah psikologis pasien juga perlu diperhatikan seperti
pemahanan diri pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengtasi
stress dan kelelahan, dan bagaimana cara untuk mengatasi rasa nyeri.
5. Pemakaian obat (jenis, dosis, lama pemakaian, perlunya suplementasi).
6. Dimana pasien dapat mendapatkan informasi mengenai SLE (kelompok
pendukung, yayasan masyarakat)
B. Program Rehabilitasi
Program ini diperlukan untuk mencegah wasting otot yang dapat terjadi karena
imobilitas >2 minggu. Dapat dilakukan dengan transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) untuk mengurangi rasa nyeri pasien sehingga mobilitas
segera dapat dilakukan untuk mencegah kekakuan dan spasme otot.
C. Pengobatan Medikamentosa.
Pasien ini mengalami SLE derajat ringan dengan manifestasi artritis ringan.
Sehingga dapat diberikan kortikosteroid dosis rendah dengan kortikosteroid
<10mg/hari secara peroral untuk keluhan nyeri dan inflamasi. Pada pasien ini
digunakan metil prednisolone 4mg peroral/24 jam.
38
potensiasi terhadap hormon lain seperti somatotropin dan katekolamin dalam proses
lipolisis di jaringan lemak. Pada pasien ini didapatkan hiperlipidemia yang ditandai
dengan peningkatan kolesterol total. Hiperkortisolisme menyebabkan penumpukan
jaringan lemak pada tempat yang khas seperti pada wajah (moon face), area
interskapular (buffalo hump) dan dasar mesenterik (obesitas tubuh). Penyebab
distribusi jaringan lemak yang khas ini belum diketahui, tetapi diperkirakan
berhubungan dengan resistensi insulin dan atau peningkatan kadar insulin. Pada
pasien ini didapatkan moon face dan buffalo hump.
39
dengan menurunkan secara perlahan dosis kortikosteroid yang diberikan hingga
mencapai dosis fisiologis pasien sesuai algoritma pada gambar 2.
40
Gambar 2. Algoritma tappering off untuk pencegahan withdrawal steroid eksogen.
Pasien juga memiliki riwayat kencing manis sejak ± 3 tahun dan saat ini
rutin berobat menggunakan insulin sebelum makan dan sebelum tidur. Hasil
pengobatan dengan insulin yang telah dilakukan pasien perlu dipantau secara
terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar
yang diharapkan serta kadar lipid dan HbA1c juga mencapai kadar yang
diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah sesuai target yang
ditentukan. Kriteria pengendalian DM pada konsensus kerap berubah dari tahun
2006, 2011 dan yang terakhir 2015. Pada konsensus tahun 2006, kriteria
pengendalian DM dibagi menjadi 3 kriteria yaitu baik, sedang dan buruk dengan 9
parameter berupa IMT, tekanan darah, glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam
PP, A1c, kolestrol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida.
41
Tabel 1. Kriteria pengendalian diabetes melitus (Perkeni, Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2006)
42
Tabel 3. Sasaran pengendalian DM (Perkeni, Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2, 2015)
Parameter Sasaran
IMT (kg/m2) 18,5 - < 23*
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 140
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 90
Glukosa darah prepandial (mg/dl) 80 – 130 **
Glukosa darah 1-2 jam PP (mg/dl) < 180 **
HbA1c (%) < 7 (atau individual)
Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 (< 70 bila risiko KV sangat
tinggi)
Kolesterol HDL (mg/dl) Laki-laki > 40; Perempuan > 50
Trigliserida (mg/dl) < 150
Keterangan: KV = kardiovaskular, PP = post prandial
*The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment, 2000
**Standards of Medical Care in Diabetes, ADA 2015
43
darah puasa yang perlu dicapai yaitu 80-130 mg/dl dan glukosa darah 2 jam post
prandial <180 mg/dl, kemudian pada pasien didapatkan GDP 81 mg/dl dan GD2PP
161 mg/dl sehingga hasil glukosa darah pasien sesuai dengan target pengendalian
DM. Kadar HbA1c pada pasien tidak sesuai dengan target yang mana HbA1c yang
seharusnya dicapai yaitu <7%, namun pada pasien HbA1c 7,5%. Kolesterol LDL
pada pasien yaitu 179 mg/dl juga tidak sesuai dengan target kolesterol LDL <100
mg/dl. Namun, kolesterol HDL dan trigliserida pasien mencapai target dari
pengendalian DM. Kolesterol HDL pasien yaitu 61 mg/dl sesuai target pada
perempuan >50 mg/dl, dan trigliserida pasien 96 mg/dl sesuai dengan target
trigliserida <150 mg/dl. Pasien memenuhi 5 dari 9 parameter pengendalian DM
sehingga pasien termasuk pasien diabetes melitus dengan gula darah terkontrol
baik.
Etiologi diabetes melitus pada pasien ini juga dapat disebabkan oleh efek
dari SLE yang dialami pasien. SLE merupakan suatu penyakit rematik autoimun
yang ditandai dengan adanya inflamasi multisistem kronis. Inflamasi kronis
menyebabkan gangguan metabolik seperti resistensi insulin kemudian diabetes
melitus. Hal ini terbukti dengan risiko mengalami DM yang lebih tinggi pada pasien
SLE. Selain itu, pengobatan utama pada SLE masih menggunakan kortikosteroid
akibatnya pasien SLE rentan terhadap efek samping metabolik yang tidak
diinginkan dari penggunaan kortikosteroid jangka panjang yaitu resistensi insulin,
diabetes melitus (DM), obesitas dan tekanan darah tinggi, yang dapat menyebabkan
penyakit kardiovaskular. Peningkatan risiko diabetes sekitar dua kali lipat dan
gangguan toleransi glukosa dilaporkan pada pasien yang diobati secara kronis
dengan glukokortikoid sistemik, bahkan dengan dosis yang lebih rendah dari
prednisolon 7,5 mg setiap hari. Risiko ini ditunjukkan lebih besar pada subjek
dengan adipositas abdomen atau kecenderungan genetik terhadap diabetes dan pada
subjek yang menggunakan dosis glukokortikoid yang lebih tinggi dan untuk periode
waktu yang lebih lama. Steroid meningkatkan kadar glukosa darah dengan berbagai
mekanisme, yaitu antagonis kerja insulin dan menginduksi resistensi insulin
sehingga menghasilkan peningkatan produksi glukosa hati dan pengurangan
44
penyerapan glukosa ke dalam otot. Steroid juga dapat menginduksi apoptosis pada
sel pankreas yang dapat menyebabkan berkurangnya sekresi insulin. Pengurangan
ekspresi glukosa transporter 2 (GLUT-2) oleh glukokortikoid dapat menyebabkan
obesitas dan selanjutnya meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus. Sehingga
DM yang dialami pasien dapat termasuk dalam DM tipe 2 atau DM tipe lain karena
obat yang dalam kasus ini akibat steroid atau steroid-induced diabetes mellitus.
Pengobatan DM pada pasien ini berupa pemberian insulin yaitu Inj. Lantus
0-0-0-10 unit SC dan Inj. Novorapid 8-8-8 unit SC. Terapi insulin pada pasien
diabetes yang menjalani rawat inap dilihat dari derajat keparahan penyakit, target
glukosa darah, dan pemantauannya dibagi menjadi 2 bagian besar:
45
terapi dosis insulin terbagi pada pasien rawat inap dibagi menjadi dosis awal dan
penyesuaian dosis.
Tabel 4. Regimen terapi dosis insulin terbagi pada pasien rawat inap
46
b. total short-acting yang diberikan >30
atau 50 unit/hari, tetapi glukosa darah
belum terkendali
47
Kurva Glukosa Darah
200
150
100
50
0
DPH 0 DPH 1 DPH 2
GD2PP GDP
48
Hipertensi Tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100
49
7. Berolahraga ringan 30 menit sehari, hal ini dapat mengurangi tekanan darah
sistolik 4-9 mmHg.
AHA/ASA merekomendasikan pola makan rendah natrium/garam, tinggi
kalium, dan kaya akan buah, sayur, dan produk olahan susu yang rendah lemak
untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke. Bila pengubahan
gaya hidup tidak berhasil untuk menurunkan tekanan darah, maka dilakukan terapi
farmakologi sebagai bagian dari tatalaksana hipertensi. Diuretika golongan tiazida
(misalnya HCT) merupakan pilihan pertama bila tidak ada indikasi pemaksa
(compelling indication).
50
Komplikasi hipertensi dapat mengenai berbagai organ target seperti
jantung (penyakit jantung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung), otak
(stroke), ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati), juga arteri perifer (klaudikasio
intermiten). Kerusakan organ-organ tersebut berlangsung pada tingginya tekanan
darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan
tidak diobati. Pemeriksaan fisik pada pasien juga didapatkan pelebaran batas
jantung ke arah caudolateral serta dari pemeriksaan penunjang seperti EKG
didapatkan gambaran LVH serta foto thorax didapatkan gambaran cardiomegali
dengan CTR 64%. Hal ini menandakan pasien telah mengalami komplikasi berupa
kelainan struktural jantung yang disebabkan oleh hipertensi arterial atau disebut
juga Hypertensive Heart Disease.
Salah satu poin baru yang sangat penting dalam guideline JNC 8 ini adalah
adanya perubahan target tekanan darah sistolik pada pasien berusia 60 tahun ke atas
(target sistolik <150 mmHg dan target diastolik <90 mmHg). Selain itu, target
tekanan darah pada pasien dewasa dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik juga
berubah dari guideline sebelumnya <130/80 mmHg menjadi <140/90 mmHg pada
guideline JNC 8. Hal ini merupakan target yang lebih achievable dibandingkan
guideline sebelumnya, dengan demikian penilaian keberhasilan terapi anti-
hipertensi akan menjadi lebih baik, sehingga meningkatkan moral dokter ataupun
pasien hipertensi.
51
Gambar 4. Algoritma penanganan hipertensi
52
BAB III
PENUTUP
53
DAFTAR PUSTAKA
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al. Seventh
report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. Hypertension. Dec 2003;42(6):1206-52.
Shaharir SS, Gafor AHA, Said MSM, Kong NCT. Steroid-induced diabetes mellitus in
systemic lupus erythematosus patients: analysis from a Malaysian multi-ethnic
lupus cohort. International Journal of Rheumatic Diseases. 2015; 18: 541-47.
Sattar SBA, Singh S. Bacterial Gastroenteritis. [Updated 2019 Mar 8]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513295/
Chow, Chung M et al. “Acute gastroenteritis: from guidelines to real life.” Clinical and
experimental gastroenterology vol. 3 (2010): 97-112.
PGI. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia. 2009. PB PGI
54