Bab II Fix
Bab II Fix
TINJAUAN PUSTAKA
(Batak Toba), jambe (Jawa),dan bua (Maluku). Sementara dalam bahasa Inggris,
pinang biasa dikenal sebagai Betel palmatau, Betel nut tree. Nama ilmiah pinang
adalah Areca catechu L. Dalam bahasa Hindi, buah ini disebut supari, tetapi bahasa
Melayu menyebutnya adakka atau adekka, lalu Sri Lanka menyebutnya puvak.
Sementara Thailand dan China masing-masing menyebutnya dengan mak dan pin-
Ordo : Arecales
6
7
Genus : Areca
metabolit yang terkandung dalam kulit buah pinang yaitu falvoniod, alkaloid,
fenolik, dan triterpenoid. Kandungan utama kulit buah pinang yang bersifat
cara kompleksisasi dengan inisiator radikal bebas logam transisi. Berikut ini
adalah gambar buah pinang seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.
2.2 ArangAktif
pada suhu tinggi. (Kvech et al., 1998). Arang aktif merupakan adsorben terbaik
dalam sistem adsorpsi karena memiliki luas permukaan yang besar dan daya
adsorpsi yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Dimana luas
menggunakan arang aktif. Arang aktif bersifat hidrofobik, yaitu molekul pada arang
aktif cenderung tidak bisa berinteraksi dengan molekul air. Arang aktif diperoleh
dengan proses aktivasi agar zat-zat pengotor yang melapisi permukaan arang dapat
dapat dilakukan dengan menggunakan uap panas, gas karbondioksida pada suhu
permukaan (surface area) adalah salah satu sifat fisik dari arang aktif yaitu sebesar
1,95 x 106 m2kg-1, dengan total volume pori-pori sebesar 10,28 x 104m3mg-1 dan
menyerap adsorbat dalam jumlah banyak. Semakin besar luas permukaan suatu
Menurut Hendra (2006) arang aktif adalah arang yang konfigurasi atom
karbonnya bebas dari ikatan unsure lain, serta rongga atau pori dibersihkan dari
senyawa lain atau pengotor sehingga permukaan dan pusat aktif menjadi luas dan
daya serap terhadap cairan akan meningkat. Sedangkan Hartanto dan Ratnawati
(2010), melaporkan bahwa arang aktif adalah arang yang tersusun oleh atom-atom
9
C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C
pada setiap sudutnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Struktur grafit arang aktif (Hartanto dan Ratnawati, 2010)
Jenis Persyaratan
Proses pengontrol
glasifikasi
Karbonisasi Arang Arang Aktif
CO2, uap, dll
i
Material
Proses aktivasi
(H3PO4, ZnCL2, dll)
Arang Arang Aktif
K
Disaring/dicuci
arbonasi
Gambar 2.3 Skema pembuatan karbon aktif secara umum (Marsh dan Francisco,
2006)
Pada Gambar 2.3 menjelaskan secara skematis proses pembuatan arang aktif
secara umum yaitu metode arang aktif teraktivasi fisika dan aktivasi kimia. Namun
pada prinsipnya terdapat tiga proses pembuatan arang aktif secara berkelanjutan
sebagai berikut.
Arang aktif dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang didalamnya
terkandung unsur karbon seperti batu bara, tempurung kelapa, kayu, sekam
padi, tulang binatang, dan lain-lain. Pemilihan bahan dasar untuk dijadikan
memiliki daya tahan yang baik dan mudah untuk diaktivasi (Marsh dan
Fransisco, 2006). Oleh karena sabut kulit pinang memenuhi kriteria arang
aktif maka sabut pinang sangat berpotensi untuk menjadi bahan baku arang
aktif.
2. Karbonisasi
tertentu dari bahan-bahan organic dengan jumlah oksigen terbatas. Alat yang
mmbentuk air, methanol, uap asam asetat, hidrokarbon, dan tar-tar. Setelah
karbonisasi material yang tertinggal adalah karbon dalam bentuk arang yang
mempunyai area permukaan yang kecil. Pada saat karbonisasi terjadi beberapa
karbon diperoleh pada suhu 500-8000 yaitu sekitar 80% (Marsh dan
Franscisco, 2006).
12
3. Aktivasi
meningkatkan luas permukaan dan daya adsorpsi karbon aktif karena pada
Proses aktivasi terbagi menjadi dua yaitu aktivasi secara termal/fisika dan
serap. Zat activator bersifat mengikat air dan akan masuk dalam pori dan
kimia yang biasa dipakai sebagai activator antara lain: MgCl2, HNO3, NaCl,
keunggulan daripada aktivasi fisika. Pada aktivasi kimia, suhu aktivasi yang
digunakan lebih rendah daripada yang digunakan pada aktivasi fisika. Selain
itu, aktivasi kimia menghasilkan pembentukan struktur pori yang lebih baik,
13
luas permukaan yang lebih tinggi, produk arang aktif yang lebih besar/banyak
permukaan zat lain sebagai akibat dari gaya tarik molekul-molekul yang bekerja
pada permukaan adsorben. Zat yang diserap disebut adsorbat sedangkan zat yang
menyerap disebut adsorben (Osipow, 1962). Berdasarkan gaya tarik antar molekul
adsorben dengan adsorbat, adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Adsorpsi fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van Der Waals antara
terjadinya ikatan lemah dan mudah putus, panas adsorpsinya yang rendah (0,42-
4,20 kJ/mol), keseimbangan adsorpsi terjadi secara reversible dan cepat serta
2. Adsorpsi kimia, yaitu adsorpsi yang ditandai dengan terjadinya ikatan kovalen
antara zat yang diserap dengan adsorben, dimana ikatan ini relative lebih kuat
dibandingkan dengan ikatan pada adsorpsi fisika, panas adsorpsinya cukup tinggi
1. Sifat adsorben
Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori yang sebagian besar terdiri
dari unsur karbon dan berbentuk amorf dengan struktur yang tidak
penting dalam proses adsorpsi arang aktif karena berhubungan dengan luas
semakin besar karena jumlah molekul adsorbat yang diserap oleh adsorben
dari adsorben.
2. Sifat adsorbat
Jika molekul adsorbat lebih kecil dari pori-pori adsorben maka adsorpsi
akan semakin besar. Proses adsorpsi oleh arang aktif terjadi karena
terjebaknya molekul adsorbat dalam rongga arang aktif. Arang aktif dapat
menyerap molekul lain yang berukuran lebih kecil atau sama dengan
3. Temperature
saat berlangsungnya proses, karena tidak ada peraturan umum yang bisa
Untuk senyawa yang mudah menguap, adsorpsi dilakukan pada suhu kamar
4. Ukuran partikel
kecepatan adsorpsi digunakan arang aktif dengan ukuran mikro atau meso.
Salah satu cara untuk memperkecil ukuran partikel suatu adsorben adalah
5. pH
6. Waktu kontak
didasarkan pada banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi oleh setiap gram adsorben
pada keadaan jenuh. Kapasitas adsorpsi suatu arang aktif didasarkan pada besarnya
pori dari arang aktif yang dipengaruhi oleh jenis pengaktivasi yang diberikan.
1. Isoterm Langmuir
bergantung pada ukuran dan struktur molekul adsorbat; sifat pelarut dan porositas
adsorben; semua situs pada permukaan bersifat bersifat homogen dengan energy
ikatan yang besar sehingga membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada adsorben
dan adsorbat; kemampuan adsorpsi molekul pada suatu situs tidak tergantung pada
sebagai berikut :
𝐶 1 𝐶
= + …………………………………….................................(2.1)
𝑚 𝑛𝐾 𝑛
Dimana :
adsorpsi) (mg/g)
dibawah ini
C/m (mg/g)
1
×𝑏
(𝐶/𝑚)
1
(𝐶/𝑚)
C(mg/L)
Dari kurva linear hubungan antara C/m vs C maka dapat ditentukan nilai b
dari kemiringan (slope) dan K dari intersep kurva. Energi adsorpsi (Eads) yang
didefinisikan sebagai energi yang dihasilkan apabila satu mol zat terlarut
teradsorpsi dalam adsorben dan nilainya ekuivalen dengan nilai negative dari
Dimana:
18
T= temperature (K)
2. Isoterm Freundlich
yang sama dan memiliki energy ikat yang lemah. Model isotherm Freundlich
multilayer. Hal ini berkaitan dengan cirri-ciri dari adsorpsi fisika dimana adsorpsi
dapat terjadi pada banyak lapisan (multilayer) (Atkins, 2006). Isotherm Freundlich
1/𝑛
𝑄𝑒 = 𝐾𝑓 𝐶𝑒 ………………………………………………………….(2.3)
Dimana :
bentuk logaritmanya :
𝑙
Log 𝑄𝑒 = log 𝐾𝑓 + 𝑛 log 𝐶𝑒 ……………………………………….(2.4)
19
Sehingga dari rumus diatas dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 2.5 dibawah
ini.
Log Qe
l/n
Log Kf
Log Ce
1998). Alat ini menggunakan dua sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber
cahaya Uv pada panjang gelombang 220-380 nm dan sumber cahaya visibel pada
panjang gelombang 380-780 nm. Radiasi Uv-Vis dapat diserap oleh larutan
berwarna hal tersebut dikarenakan adanya gugusan kromofor yaitu gugus warna
dari dalam larutan atau gugus tak jenuh kovalen yang bertanggung jawab terjadinya
berwarna atau disebut dengan warna yang diserap sebagai warna komplementer dari
warna yang akan dianalisis. Panjang gelombang serapan menunjukkan ukuran jarak
tingkatan energi dari orbital-orbital senyawa yang diradiasikan oleh sinar Uv pada
It It
T= atau %T = x 100% ……………………………..(2.5)
I0 I0
I
𝐴 = − log 𝑇 = −𝑙𝑜𝑔 I t …………………………………(2.6)
0
berikut:
A = ε .b. c ……………………………….................................(2.7)
Dimana:
A = intensitas absorbs
b = tebal lintasan
c = konsentrasi larutan.
logam seperti Cu, Pb, Zn, Cr, Cd dan lain-lain dalam jumlah yang relatif kecil
secar9a kualitatif. Metode SSA menjadi pilihan yang tepat dalam analisis karena
terlebih dahulu terhadap sampel yang di analisis. Selain itu metode SSA sangat
penyerapan energi cahaya oleh atom-atom netral dalam keadaan gas pada panjang
adalah mengukur serapan yang dilakukan oleh atom-atom logam hasil dari
pengubahan larutan sampel menjadi fase uap. Beberapa atom mengalami okidasi
termal dan sebagian besar tetap tinggal dalam keadaan dasar (ground state) dapat
menyerap radisasi yang dihasilkan oleh suatu sumber khusus yang dibuat dari unsur
tersebut (lampu katoda). Panjang gelombang yang dikeluarkan dari sumber radiasi
Besarnya energi yang diserap oleh atom pada tingkat energi dasar untuk
untuk setiap unsur, sehingga hanya pada panjang gelombang tertentu suatu unsur
padat berubah menjadi gas, mengalami disosiasi menjadi atom netral. Di dalam
nyala, atom-atom netral menyerap radiasi energi cahaya yang dikenakan padanya
Desolvasi
Nebulasi
𝑀+ X2- 𝑀+ X2-
(Larutan) (Uap) 𝑀𝑋 (Padat)
Volatilisasi
M + X2- Disosiasi
(Uap) (Uap)
M
Gambar 2.6 Rangkaian proses atomisasi pada AAS (Zainuddin, 1986)
hukum Lambert Beer, dimana absorbans berbanding langsung dengan tebal larutan
𝐴 = 𝑎. 𝑏.……………………………………………(2.8)
Dimana:
23
A= absorban
a= absorptivitas
b= panjang burner
C= konsentrasi larutan
(koefisien ekstingsi molar L mol-1 cm-1). Jadi 𝐴 = ɛ. b. C. Hukum Lambert Beer ini
identifikasi arang aktif sabut buah pinang. Difraksi sinar-X (XRD) digunakan untuk
analisis kualitatif yang bersifat tidak merusak dan masih bisa digunakan untuk
analisis lainnya (Tan, 1992). Dasar penggunaan sinar-X adalah susunan sistematik
atom-atom atau ion-ion dalam bidang kristal. Pada kebanyakan kristal, jarak antar
atom atau bidang kristal mempunyai ukuran yang hampir sama dengan panjang
elektron yang bergerak cepat ke suatu target logam. Atom-atom yang mengalami
antara 0,001 dan 100 Å, yang merupakan panjang gelombang radiasi Kα dan Kβ,
dimana kebanyakan logam memancarkan pita-pita lebar dari radiasi Kα dan Kβ,
24
contohnya target Cu. Dengan menggunakan saringan nikel, radiasi Kβ dari Cu dapat
dihalangi atau dijerap dan radiasi Kα dari Cu yang lolos diisolasi untuk digunakan
dalam analisis. Jika suatu berkas sinar radiasi Kα Cu mengenai bidang kristal dari
tersebut pada suatu arah tertentu. Penguatan sinar-X yang terpancarkan menjadi
kuantitatif hanya jika mengikuti hukum Bragg. Hukum Bragg didefinisikan sebagai
berikut:
𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃 ……………………………………………………….(2.9)
Dimana:
𝜆 = panjang gelombang
𝜃 = sudut difraksi
n = tingkat difraksi
berkas sinar datang. Difraksi dari bidang-bidang atom berjarak sama yang berurutan
film fotografi, akan dihasilkan suatu seri titik atau garis (pita). Posisi dari garis-
Luas permukaan arang aktif dapat diukur dengan metode adsorpsi isotermis
Pada penelitian ini akan diukur luas permukaan arang aktif dengan menggunakan
aplikasi model BET terhadap adsorpsi fisik dengan menggunakan nitrogen sebagai
prinsip BET. Dengan alat tersebut, maka luas permukaan dari arang aktif dapat
langsung diketahui.
𝑃 1 (𝐶−1) 𝑃
𝑃0
= + ( 0) ……………………………….(2.10)
𝑊 [( )−1] 𝑊𝑚 𝐶 𝑊𝑚 𝐶 𝑃
𝑃
Dimana :
C = Konstanta BET
26
𝑊𝑚 𝑁 𝜎
𝑆= ……………………………………………….(2.11)
𝑀
Dimana :