Anda di halaman 1dari 23

BAB III

TUNE – UP

A. Pengertian Tune Up

Translate kata "tune" itu berarti menyetel, menyesuaikan, mencocokkan dan

menyempurnakan. Sedangkan kata "up" itu berarti ke atas, naik, atau menaikkan

jika sebagai kata kerja. Jadi tune up jika di indonesiakan artinya adalah

menyetel/menyesuaikan/mencocokkan/menyempurnakan ke atas.

Dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian tune up adalah

menyetel, menyesuaikan, mencocokkan dan menyempurnakan engine atau mesin

atau mobil supaya performanya dapat ke atas atau maksimal.

Sedangkan secara umum pengertian tune up adalah suatu pekerjaan servis

ringan engine/mesin/mobil yang bertujuan agar performa mesin/engine/mobil

dapat maksimal atau ke atas, dan pekerjaannya dapat berupa pemeriksaan dan

pencocokan dengan standar pabrik, penyetelan, perbaikan, perawatan dan atau

penggantian komponen jika diperlukan.

B. Tujuan Tune Up

Tune-up merupakan servis yang paling sering dilakukan dibandingkan

dengan jenis servis mobil yang lain, seperti overhaul, spooring- balancing, dan

kenteng magic (ketok magic). Tune-up merupakan servis yang bertujuan untuk

mengembalikan tenaga motor / mobil agar sesuai dengan standarnya. Jadi, tune-up

merupakan servis penting sebuah motor / mobil sebelum servis lainnya.


Pekerjaan tune-up harus sesuai dengan prosedurnya. Tanpa mengikuti urutan

yang benar, hasil tune-up tidak akan sempurna dan akan banyak mengalami

terjadinya pengulangan pekerjaan. Ibarat orang membersihkan ruangan, langkah

yang tepat adalah menyapu (membersihkan) bagian atas (langit-langit), kemudian

membersihkan lantainya. Jika menyapu lantai terlebih dahulu, kemudian

membersihkan langit-langit ruangan, lantainya harus disapu lagi. Ini jelas tidak

efisien, baik tenaga, waktu, maupun hasil pekerjaan. Dengan prosedur tune-up

yang benar, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut:

 Waktu yang diperlukan lebih cepat.

 Tenaga yang dikeluarkan untuk menservis lebih kecil.

 Peralatan lebih awet karena frekuensi pemakaian alat berkurang.

 Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya relatif lebih kecil.

Adapun bagian – bagian dari kendaraan yang sering di tune – up antara lain :

1. Sistem pendingin

Komponen system pendingin yang biasa di tune-up antara lain:

a. Air radiator

Sebelum tune-up dimulai, terlebih dahulu air radiatornya kita periksa. Buka

tutup radiator dengan cara diputar, kemudian lihat air radiator dari lubang

pengisian air. Jika jumlah air radiatornya kurang, tambahkan secukupnya

dengan air yang bersih.

7
b. Reservoir tank

Volume air di radiator dikatakan cukup jika ketinggiannya mencapai batas

bawah leher tutup radiator. Jangan menghidupkan mesin dalam keadaan air

radiator kurang, karena, mesin akan menjadi sangat panas.

c. Tutup radiator

1) Gunakan alat uji tutup radiator

2) Tekanan pembukaan standar :

0,75- 1,05 kg/cm persegi (10,7- 14,9 psi )

Tekanan pembukaan minimum :

0,6 kg/cm persegi (8,5 psi )

3) Apabila tekanan pembukaan kurang dari minimum, maka tutup radiator

perlu di ganti.

2. Oli Pelumas

Setelah memeriksa air radiator, tahap berikutnya adalah memeriksa oli mesin.

Jika oli mesin diperiksa setelah tune-up selesai, hasil tune-up tidak akan maksimal

8
karena kondisi oli mesin berpengaruh terhadap suhu kerja mesin. Selain itu, oli

mesin juga berpengaruh terhadap bunyi mesin. Jika oli mesin sangat kotor, encer,

atau kurang, bunyi mesin akan menjadi kasar. Hal ini akan berpengaruh terhadap

putaran stasioner dan idel.

Pemeriksaan oli mesin meliputi volume oli dan kondisi oli. Volume oli harus

memenuhi batas minimal yang ditentukan, jika Oli kurang, tambahkan dengan oli

yang kekentalanya sama. Sebaiknya, oli yang ditambahkan tersebut mereknya

sama, untuk menghindari reaksi kimia yang dapat merugikan kondisi dan kerja

mesin.

Dilihat dari bahan bakunnya, oli pelumas ada 2 macam, yaitu :

a. Oli Mineral Oli mineral dibuat dari bahan crude oli yang mengandung bahan

hidro karbon dan parafin yang cukup tinggi.

b. Oli Sintetis merupakan hasil dari perpaduan beberapa senyawa kimia. Oli

sintetis lebih baik daripada oli mineral karena bisa tahan bekerja pada suhu

rendah dan suhu tinggi.

c. Kondisi Visual Mesin

Selesai memeriksa oli mesin, jangan langsung menghidupkan mesin. Amati

dengan teliti kondisi visual mesin. Pastikan bahwa mesin benar-benar aman

untuk dihidupkan.

Memeriksa kondisi mesin secara visual termasuk tindakan pencegahan

kecelakaan yang harus dilakukan sebelum tune-up. Mesin dikatakan aman untuk

dihidupkan jika pemeriksaan mesin menunjukkan hasil sebagai berikut:

9
1) Tidak ada kabel yang tersangkut.

2) Tidak ada kabel busi yang tidak terpasang.

3) Pemasangan kabel-kabel busi sudah benar sesuai dengan urutan

pengapiannya.

4) Tidak ada peralatan apa pun yang terletak di atas mesin.

5) Baut dan mur terpasang dengan baik.

6) Tidak terdapat kebocoran bensin pada mesin.

7) Tidak ada kabel yang mengalami hubungan singkat.

8) Oli mesin dan air radiator cukup.

3. Menghidupkan Mesin

Setelah mesin siap dihidupkan dan aman dari kemungkinan adanya bahaya,

hidupkan mesin pada putaran stasioner, beberapa menit kemudian tambahkan

putarannya jika diperlukan. Jangan menghidupkan mesin langsung pada putaran

tinggi, karena pelumasan belum sampai ke seluruh komponen mesin, untuk

mencegah keausan pada komponen. Untuk keperluan menganalisis kerusakan

mesin, selama mesin hidup perhatikan tiga hal sebagai berikut:

a. Bunyi Mesin

Bunyi mesin yang bisa timbul saat menghidupkan mesin sebagai berikut:

1) Ledakan akibat Pembakaran

Ledakan akibat pembakaran bahan bakar (bensin atau solar)

menimbulkan bunyi yang khas. Pada mesin yang pembakarannya normal,

bunyi ledakannya rata. Pada mesin yang pembakarannya tidak normal,

10
bunyi ledakannya tidak rata, terjadi entakan setiap beberapa detik. Jika

bunyi tersebut tidak disalurkan lewat knalpot, akan terdengar sangat

keras dan memekakkan telinga.

Bunyi mesin berbahan bakar bensin lebih halus dibandingkan dengan

mesin berbahan bakar solar atau diesel.

2) Getaran Komponen

Mengetahui ciri-ciri bunyi berbagai mesin akan mempermudah dalam

menentukan kerusakannya. Bunyi yang ditimbulkan oleh getaran

komponen mesin merupakan bunyi yang tidak normal. Getaran tersebut

bisa terjadi karena baut atau mur yang longgar, komponen retak, atau

patah. Bunyi-bunyi akibat getaran mesin berbeda sekali dengan bunyi

akibat pembakaran bahan bakar.

3) Gesekan

Gesekan komponen yang tidak dilumasi dengan oli, bisa menimbulkan

bunyi yang tidak nyaman. Bunyi akibat gesekan bisa timbul pada tuas

sistem kawat gas karburator yang tidak dilumasi dengan baik, gesekan

piston dengan dinding silinder, atau gesekan pada lakher.

11
4) Aliran Gas

Aliran gas yang bocor bisa menimbulkan bunyi yang tidak normal,

seperti terjadinya kebocoran pada saluran gas masuk dalam silinder

(intake manifold). Bunyi tersebut berupa desis yang keras.

5) Ketukan (knocking)

Bunyi yang diakibatkan oleh adanya ketukan dua komponen mesin yang

cukup keras, biasanya terjadi di daerah sebagai berikut:

 Celah katup yang terlalu besar.

 Bantalan poros engkol longgar.

 Piston kocak.

 Pen piston longgar.

 Poros nok kocak.

 Loncatan Bunga Api.

Loncatan listrik tegangan tinggi bisa menimbulkan bunyi khas. Bunyi tersebut

bisa mirip suara seekor cicak berdecak. Penyebab loncatan bunga api listrik

adalah kebocoran arus atau hubungan singkat.

6) Tekanan Gas

Bunyi yang disebabkan oleh tekanan gas yang bocor hampir sama

dengan kebocoran aliran gas masuk. Kebocoran gas disebabkan oleh

sekat yang kurang rapat. Bunyi mesin harus didengarkan dengan saksama

12
untuk mencari penyebab kerusakan mesin. Karena itu, bandingkan bunyi

mesin sebelum dan setelah tune-up.

b. Getaran Mesin

Perhatikan getaran selama mesin hidup pada putaran stasioner. Mesin yang

normal tidak memiliki getaran yang kasar. Jika diamati, pada waktu mesin

dinyalakan, bodi mesin tersebut tidak bergetar kecuali kabel-kabel businya

yang sedikit bergetar. Jika getaran mesin agak kasar, berarti terdapat

gangguan pada proses pembakaran atau komponen-komponennya. Getaran

yang kasar disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Tekanan kompresi tidak sama antara masing-masing silinder.

2) Tekanan kompresi di atas standarnya.

3) Pembakaran pada salah satu silinder tidak normal.

4) Salah satu busi mati.

5) Salah satu kabel busi lepas.

6) Pemasangan kabel busi tidak sesuai urutan pengapiannya.

7) Terdapat komponen-komponen yang kocak atau kendor baut-bautnya.

c. Asap Knalpot

Setelah bunyi mesin dan getarannya diamati, selanjutnya perhatikan dengan

teliti bentuk dan warna asap sisa pembakaran yang keluar dari knalpot. Asap

yang keluar dari knalpot merupakan petunjuk baik tidaknya proses

pembakaran bahan bakar mesin tersebut.

13
Ada empat warna asap knalpot yang dapat dijadikan petunjuk baik tidaknya

proses pembakaran dalam mesin sebagai berikut:

1) Warna Asap Hitam

Warna asap hitam pada mesin diesel merupakan sesuatu yang wajar.

Namun, warna asap hitam pada mesin bensin merupakan pertanda adanya

pembakaran yang tidak sempurna karena kelebihan bensin pada campuran

gas dan bensinnya. Ukuran standar yang digunakan sebagai pembanding

warna asap dikatakan hitam atau normal adalah asap mesin dalam kondisi

normal.

2) Warna Asap Putih

Asap mesin 2 tak yang normal berwarna putih. Berbeda dengan mesin 4

tak, jika asap mesin 4 tak berwarna putih berarti terdapat kerusakan atau

gangguan pada mesin tersebut. Warna putih disebabkan asap dari oli yang

terbakar. Pada mesin 2 tak, oli memang terbakar bersama bensin. Namun

pada mesin 4 tak, oli tidak terbakar, kecuali terdapat kebocoran oli dari

karter ke ruang bakar.

3) Asap Tak Berwarna

Asap mesin 4 tak yang baik adalah yang tidak berwarna. Warna asap

seperti ini menandakan campuran gas normal, tidak kelebihan bensin,

tidak bercampur dengan oli, dan tidak kekurangan bensin.

14
4) Asap Knalpot Berjelaga

Jelaga pada asap mesin, baik itu mesin 2 tak maupun 4 tak, disebabkan

adanya kandungan minyak tanah di dalam bensin. Jika asap yang

dihasilkan berjelaga, bunyi mesin pasti tidak normal (kasar) dan

elektroda businya hitam.

4. Saringan bahan bakar (Fuel filter)

1. Lepas filter bahan bakar

2. Perhatikan saluran masuk dan buangnya

3. Semprotkan udara bertekanan rendah

4. Urutan penyemprotan : saluran buang - saluran masuk, saluran masuk - saluran

buang, saluran buang - saluran masuk.

5. Tiup ( dengan mulut ) dari saluran masuk dan buangnya. Apabila ringan :

berarti bersih, apabila berat harus diganti.

15
6. Saringan udara (Air filter)

Saringan udara terlebih dahulu harus diservis dibandingkan dengan komponen

yang lain, karena saringan udara merupakan komponen mesin yang paling dingin

dibandingkan dengan komponen yang lain setelah mesin dihidupkan. Selain itu

saringan udara juga berpengaruh terhadap komponen lain jika diservis

belakangan, seperti terhadap pembentukan campuran udara dan bensin di saluran

pada intake manifold (saluran pemasukan gas).

Saringan udara atau lebih populer dengan sebutan filter terletak di dalam kotak

berbentuk lingkaran yang menyerupai piring. Kotak tersebut terbuat dari pelat

besi biasa. Saat pengapian, putaran stasioner sangat dipengaruhi oleh saringan

udara. Penyetelan idel juga dipengaruhi oleh saringan udara.

5. Baterai (Accu)

Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan accu. Pemeriksaan accu meliputi

sebagai berikut:

16
a. Tinggi Air Accu

Air accu harus cukup, yakni ketinggiannya antara garis batas atas (upper

level) dan garis batas bawah (lower level). Jika air accu jumlahnya kurang,

tambahkan dengan accu zur secukupnya. Ketinggian air accu pada prinsipnya

adalah merendam seluruh sel-sel accu sekurang-kurangnya 1 cm di atas sel.

Jika mobil menggunakan accu kering, perawatannya menjadi lebih mudah

karena tidak memerlukan air accu yang bisa berkurang karena penguapan.

Kutub-kutub accu juga harus bersih, tidak kotor oleh jamur atau sejenisnya.

Namun, harga accu kering lebih mahal sehingga masih banyak mobil yang

menggunakan accu basah. Air accu yang kurang (di bawah standar) berakibat

reaksi pada accu tidak maksimal, sehingga arus yang dihasilkannya tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan listrik pada mobil.

17
b. Bersihkan Kutub-kutub Accu dari Jamur dan Karat

Jamur pada kutub-kutub accu bisa dibersihkan dengan air hangat, sedangkan

karat yang mengotori kutub-kutub accu harus dibersihkan dengan ampelas.

Bagian yang nampaknya remeh, tetapi sangat penting, adalah klem atau

penjepit kabel accu dengan kutub- kutubnya. Klem tersebut mudah sekali

kendor. Jika klem kendor, mesin akan mati karena busi tidak melon¬catkan

bunga api. Untuk merawat klem agar tetap berfungsi dengan baik, ke¬raskan

baut pengikatnya dan gunakan klem yang berkualitas baik. Kutub-kutub accu

yang kotor atau berkarat menyebabkan tahanan sangat besar. Akibatnya, arus

yang mengalir menjadi berkurang (kecil) sehingga tenaga mesin menjadi

berkurang, bahkan mesin tak bisadihidupkan. Pada pemeriksaan pengapian,

umumnya accu diperiksa paling akhir, itu pun kalau bunga api yang keluar

dari busi sangat kecil dan bagian pengapian lainnya telah diservis.

6. Sistem Pengapian

Komponen system pengapian yang biasa di tune-up antara lain:

a. Busi

Busi sebaiknya diperiksa setelah pengukuran tekanan kompresi atau sebelum

penyetelan celah katup. Alasannya, pada pengukuran tekanan kompresi

maupun penyetelan celah katup busi dalam keadaan tidak terpasang, bisa

menghasilkan efisiensi kerja yang optimal. Saat pengukuran kompresi, busi

harus dilepaskan karena lubang busi digunakan untuk memasukkan ujung alat

18
pengukur tekanan kompresi. Pada penyetelan celah katup, busi sebaiknya

dalam keadaan tidak terpasang agar mesin ringan saat diputar.

Bagian busi yang perlu diperiksa adalah elektrodanya, yang meliputi

kebersihan dan celah elektrodanya. Elektroda yang kotor harus diampelas

dengan ampelas besi dan elektroda positif dan elektroda negatif tidak boleh

berhubungan. Karena itu, harus disetel celahnya. Adanya kotoran pada kedua

elektroda busi bisa mengakibatkan terhalangnya jalan loncatan bunga api

listrik.

Setelah elektrodanya dibersihkan dengan ampelas, pada elektroda busi

perhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Jika terdapat lingkaran berwarna agak biru antara elektroda tengah dengan

insulatornya, berarti tipe busi yang digunakan cocok.

2) Jika insulatornya agak hitam dan elektrodanya berwarna biru, berarti tipe

businya terlalu dingin.

3) Jika insulatornya berwarna putih dan terjadi erosi pada elektrodanya,

berarti tipe businya terlalu panas.

Ada tiga tipe busi, yaitu busi panas, sedang, dan dingin. Busi tipe panas kurang

tahan terhadap panas, tipe dingin tahan terhadap panas. Busi panas cocok untuk

perjalanan jauh.

19
b. Kabel busi

Setelah platina diservis, tutup distributor tidak perlu segera dipasang. Periksa

kondisi tutup distributor beserta kabel-kabelnya. Pemeriksaan tersebut

dilakukan setelah menyervis platina dengan tujuan untuk efisiensi kerja.

Kondisi mesin dipengaruhi oleh kualitas pengapiannya. Kualitas pengapian

dipengaruhi oleh nyala api busi dan kabel¬kabel businya. Namun, kabel busi

harus diperiksa atau diservis terlebih dahulu daripada businya, karena kabel

busi merupakan pengantar untuk lewatnya arus tegangan tinggi ke busi.

Nyala api busi sangat dipengaruhi oleh kondisi kabel-kabel businya.

Kabel busi tidak boleh diganti dengan kabel yang sembarangan kualitasnya.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari hambatan yang besar pada busi.

Isolasi kabel busi harus memenuhi syarat, karena listrik yang dialirkan

bertegangan tinggi (15.000-20.000 volt). Isolasi kabel busi yang sudah usang

harus diganti kabelnya. Penggantian kabel busi sebaiknya satu unit, dengan

20
harga yang bermacam¬macam. Umumnya, semakin mahal harganya, semakin

baik kualitasnya.

Kabel busi yang retak isolatornya atau telah usang menyebabkan timbulnya

crossfire, yakni induksi pada kabel busi yang berdekatan, sehingga busi yang

kabelnya terkena induksi meloncatkan bunga api liar dan menyebabkan kerja

mesin terganggu. Cross fire menyebabkan bunyi mesin kasar dan tenaga

mesin menjadi turun. Untuk mengecek kabel busi biasanya besarnya tahanan

diukur menggunakan Ohm meter, jika besarnya tahanan tidak sesuai dengan

standartnya maka kabel busi diganti dengan yang baik.

c. Tutup distributor

Tutup distributor sebaiknya diperiksa kondisinya bersamaan dengan

pemeriksaan kabel-kabel busi dan servis platina. Hal ini dimaksudkan untuk

meng¬hemat waktu kerja. Jika pemeriksa¬an tutup ditributor dilakukan

se¬telah mesin dihidupkan, akan mengulangi pekerjaan melepas dan

mencabut kabel busi dan tutup dis¬tributor.

Tutup distributor dinyatakan baik jika kondisinya sebagai berikut:

1) Tidak retak.

2) Arang pada tutup distributor yang berfungsi meng¬alirkan listrik tegangan

tinggi tidak aus.

3) Bisa menutup dengan rapat.

21
Ada model tutup distributor yang dilengkapi lubang ventilasi di bagian

atas tutup tersebut. Fungsi lubang ventilasi tersebut adalah untuk penguapan air

yang terjebak di dalam tutup distributor. Dengan adanya ventilasi tersebut, uap air

bisa keluar sehingga distributor tetap kering.

d. Platina

Setelah saringan udara dibersihkan atau diganti, komponen berikutnya yang

harus diservis adalah platina. Platina terletak di dalam distributor. Platina

perlu diperiksa atau diservis terlebih dahulu sebelum menyetel saat pengapian

dan putaran stasioner. Jika platina disetel setelah penyetelan saat pengapian

dan putaran stasioner, akan terjadi pengulangan kerja. Setelah platina

dibersihkan dan dipasang, saat pengapian pasti berubah, karena saat

pengapian dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah platina lebih besar, saat

pengapian akan maju sedikit. Sebaliknya, jika celah platina lebih sempit, saat

pengapian akan mundur.

Putaran stasioner juga dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah platina lebih

besar, putaran stasioner akan turun. Sebaliknya, jika celah platina semakin

kecil, putaran stasioner akan naik sedikit. Meskipun perubahan putaran

stasioner tersebut tidak begitu besar, perlu diperhatikan untuk ketelitian hasil

servis. Kondisi permukaan kontak platina sangat berpengaruh terhadap

putaran stasioner dan bunyi mesin. Jika permukaan platina kotor, putaran

22
stasioner akan turun. Namun, jika permukaan platina dibersihkan, putaran

stasioner akan naik. Karena itu, tidak tepat jika platina diservis setelah

penyetelan putaran stasioner dan campuran gas.

Setelah perbaikan platina selesai, pasanglah platina dengan benar. Perhatikan

kabel yang bisa menyebabkan hubungan singkat dengan bodi mesin.

Hubungan singkat dengan bodi mesin mengakibatkan tidak terjadinya

loncatan bunga api pada busi. Apabila mobil sudah menggunakan CDI maka

tidak perlu melewati tahapan ini.

7. Menyetel Celah Katup

Langkah paling tepat begitu selesai menyervis busi adalah menyetel celah

katup. Selama penyetelan celah katup, busi tidak perlu dipasang di

lubangnya. Biarkan mesin tanpa busi untuk sementara, hingga penyetelan

katup selesai.

Penyetelan celah katup dalam keadaan mesin tanpa busi akan memperoleh

keuntungan sebagai berikut:

a. Mesin akan lebih ringan diputar saat mencari posisi top kompresi masing-

masing silinder.

b. Mempermudah dalam memeriksa posisi piston, yakni sudah mencapai titik

puncaknya atau belum.

c. Lebih aman, karena mesin tidak mungkin berputar (hidup) tanpa busi.

23
d. Syarat Penyetelan Katup

Agar penyetelan katup berhasil dengan baik, harus dipenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1) Penyetelan dilakukan ketika katup menutup rapat.

2) Penyetelan dilakukan ketika celah katup paling besar.

3) Penyetelan katup dapat berhasil dengan baik jika proses kerja mesin

(gerak naik-turun piston) sesuai dengan gerak katup-katupnya.

e. Cara Penyetelan

Ada dua cara penyetelan untuk memenuhi syarat-syarat agar penyetelan

katup berhasil dengan baik, yaitu sebagai berikut:

1) Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat piston berada di

posisi top kompresi masing-masing silinder. Cara ini banyak

membutuhkan tenaga dan waktu, karena harus memutar puli sesuai

dengan banyaknya silinder sampai mendapatkan posisi piston pada top

silinder 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Saat posisi top kompresi, kedua katup

iNdan EX harus dalam keadaan menutup rapat, sehingga bisa disetel

celahnya.

2) Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat piston pada posisi

top kompresi silinder 1 dan silinder lain yang diperlukan sesuai dengan

proses kerja mesin. Cara ini lebih cepat dan menghemat dengan tenaga,

tetapi memerlukan pengetahuan teknik mobil yang cukup, khususnya

24
hubungan antara urutan pengapian (FO = firing order) dan penyetelan

katup.

8. Positive Crank Case Ventilation (PCV)

PCV adalah sistem ventilasi ruang engkol. Uap bensin yang bocor ke dalam

ruang engkol dialirkan kembali ke ruang bakar mesin melalui sebuah selang

yang menghubungkan ruang engkol ke intake manifold.

Setelah penyetelan katup, sebaiknya PCV diservis terlebih dahulu sebelum

.tes kompresi. PCV sedikit berpengaruh terhadap tekanan kompresi dan

putaran mesin. Tanpa PCV putaran mesin lebih rendah dibandingkan dengan

ketika PCVdiaktifl<an.

Dalam servis PCV, yang perlu diperiksa adalah kerja katup PCV dan

kerapatan selang-selangnya. Katup PCV yang telah rusak sebaiknya diganti

dengan yang baru.

25
9. Saat Pengapian

Saat pengapian sebaiknya disetel setelah penyetelan putaran mesin.

Alasannya, karena saat pengapian yang tercantum dalam buku pedoman

servis mobil adalah saat pengapian pada putaran stasioner. Jika saat

pengapiannya disetel pada putaran tidak stasioner, akan terjadi pengulangan

kerja. Hal ini sebenarnya bisa dihindari, karena begitu pu¬taran mesin disetel,

saat penga¬t,piannya pasti berubah.

Prinsip penyetelan saat pengapian adalah memutar dis¬tributor dalam

keadaan mesin hidup sampai memperoleh bunyi mesin yang paling halus

dengan tenaga yang paling besar. Prinsip penyetelan ini bisa dijadikan

pedoman, jika penyetelan saat pengapian dilakukan tanpa menggunakan

timing- light (penyetelan perigapian) atau alat bantu lainnya.

Distributor dapat diputar ke kiri atau ke kanan setelah baut pengikatnya

dikendorkan. Jika distributor diputar berlawanan arah dengan putaran rotor,

berarti saat pengapiannya dimajukan. Sebaliknya, jika distributor diputar

searah dengan putaran rotor, berarti saat pengapian dimundurkan.

10. Idel

Penyetelan idel merupakan penyetelan yang paling akhir dalam tune-up mesin

mobil. Hasil penyetelan idel tidak berpengaruh terhadap saat pengapian, celah

katup, kompresi, dan pendinginan. Sebaliknya, idel sangat dipengaruhi oleh

berbagai komponen mesin.

26
Menyetel idel pada prinsipnya adalah menyetel campuran antara udara

dengan bensin pada putaran idling. Jadi sebelum menyetel campuran idel,

putaran mesinnya harus stasioner terlebih dahulu. Jika setelah penyetelan idel,

kemudian putaran stasionernya berubah, putaran stasionernya harus disetel

ulang.

11. Tali Kipas

Dalam tune up, tali kipas juga harus disetel. Kekencangan tali kipas

berpengaruh terhadap pendinginan dan putar¬an alternator. Jika tali kipas

kendor, putaran mesin tidak bisa memu-tar kipas pendingin de¬ngan baik

karena selip.

Akibatnya, pendinginan oleh kipas tidak sesuai dengan putaran mesin

sehingga mesin menjadi panas. Selain itu, putaran alternator juga tidak bisa

maksimum sehingga pengisian ke baterai kurang baik.

C. Menghidupkan Mesin Setelah Tune-Up

Setelah tune-up selesai dan mesin akan dihidupkan, perhatikan seluruh

komponen mesin sudah terpasang di tempatnya dengan benar atau belum. Jika

semua komponen telah terpasang dengan benar, hidupkan mesin pada ifputaran

stasioner beberapa menit. Selama mesin berputar stasioner, dengarkan bunyi

normal, naikkan putaran mesin perlahan-lahan sambil perhatikan bunyi mesin,

getaran, dan asap knalpotnya. Jika sudah yakin tidak terdapat gangguan atau

ketidaknormalan pada mesin, berarti tune-up telah selesai.

27
28

Anda mungkin juga menyukai