Anda di halaman 1dari 10

Kemasan memang bukan yang utama namun memegang peranan penting dalam

mendapatkan hati konsumen untuk memilih produk tertentu.Kemasan sangat


mempengaruhi penampilan produk sehingga menarik konsumen.Kemasan juga sangat
penting dalam menjaga keawetan dan higienitas produk untuk dalam jangka waktu
tertentu. Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap
makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum
diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen
dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas.

Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan


mutu bahan hasil pertanian.Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di
dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,
benturan, getaran).Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu
hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.Dari segi promosi
wadah atau pembungkusan berfungsi sebagtai perangsang atau daya tarik bagi
konsumen.Karena itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan
perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Secara tradisional nenek moyang kita menggunakan bahan kemasan alami untuk
mewadahi bahan pangan seperti buluh bambu, daun-daunan,pelepah atau kulit
pohon,kulit binatang,rongga batang pohon,batu,tanah liat,tulang dan sebagainya. Pada
industri modern berbagai kemasan dan proses pengemasan telah beragam. Kemasan
dengan variasi atmosfir, kemasan aseptik, kemasan transportasi dengan suhu rendah
dan lain-lain.

Di balik kelebihan-kelebihan yang dimiliki bahan kemas, penggunaan bahan kemas


yang sembarangan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan
dan juga kesehatan manusia.Terdapat beberapa bahan kemasan yang umumnya sulit
untuk didegradasikan (diuraikan) oleh mikro organisme sehingga dapat menimbulkan
masalah pencemaran lingkungan.Selain itu beberapa jenis bahan kemasan juga dapat
melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab dan pemicu kanker) pada kondisi
tertentu.Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan bahan kemasan yang masih
sangat minim, padahal dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap saat mereka terlibat
dengan bahan pangan yang dikemas.

PENGEMASAN

Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau


pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga
produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat
pemasaran
KEMASAN

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra,
tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di
pasar.

Sejarah Kemasan

Kemasan telah dikenal sejak zaman manusia purba. Masyarakat primitive menggunakan
kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari
hutan. Kemudian 8000 tahun yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam keramik
untuk mewadahi benda padat ataupun cair. Masyarakat Indonesia kuno membuat wadah
dari bambu untuk menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan
kemasan terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada zaman itu,
kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang
terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selain
itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama
perjalanan.
Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk melindungi
barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan perkembangan
zaman, barulah terjadi penambahan nilai fungsional dan peranan kemasan dalam
pemasaran mulai diakui sebagai satu kekuatan utama dalam persaingan pasar.
Peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an, supermarket mulai banyak
bermunculan, dimana kemasaran harus “dapat menjual” produk di rak-rak toko. Tetapi
pada saat itu pun kemasan hanya berfungsi memberikan informasi, memberitahu kepada
konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut.
Baru pada tahun 1980-an dimana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan
kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen, bentuk
dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran.
Disini kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan produk
dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan mengambil alih tugas penjualan
pada saat jual beli terjadi

Fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak
tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas,
kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat
merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan
informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin,
1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam
dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya,
misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya
seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan
mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan syrup
mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli
8. Sarana informasi dan iklan
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai.

TIPE KEMASAN

Kemasan dapat digolongkan atas beberapa hal antara lain :

1. Berdasarkan frekuensi dari pemakaian

1. Kemasan sekali pakai (disposable)

Kemasan sekali pakai (disposable) yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai. Contoh
bungkus plastik untuk es, bungkus dari daun-daunan, kotak karton lipat minuman sari buah.

b) Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip)

Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip) yaitu seperti: botol minuman, botol kecap, botol
sirup. Penggunaan kemasan secara berulang akan berhubungan dengan tingkat kontaminasi sehingga
tingkat kebersihannya harus diperhatikan.

c) Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable)

Wadah-wadah tersebut biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen, misalnya botol
air mineral yaitu untuk tempat air minum di rumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk
tempat kerupuk, wadah selai untuk tempat merica, dan lain-lain. Penggunaan kemasan untuk
kepentingan ini berhubungan dengan tingkat toksikasi.

2. Berdasarkan struktur sistem kemas

Klasifikasi kemasan berdasarkan kontak produk dengan kemasan atau berdasarkan letak suatu bahan
kemas di dalam sistem kemasan secara keseluruhan, dapat dibedakan atas:
a) Kemasan primer

Kemasan primer yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya
kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.

b) Kemasan sekunder

Kemasan sekunder fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak
karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan
sebagainya.

c) Kemasar tersier

Kemasan tersier yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer dan sekunder. Kemasan ini
digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke
dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

3. Sifat Kekakuan Bahan Kemasan

a) Kemasan fleksibel

Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah, dan
relatif tipis. Misalnya plastik, kertas dan foil.

b) Kemasan kaku

Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan,
relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.

c) Kemasan semi kaku atau semi fleksibel

Kemasan semi kaku atau semi fleksibel yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan
fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (botol susu, botol kecap, botol saus) dan wadah
bahan yang berbentuk pasta.

4. Berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan

a) Kemasan hermetis (tahan uap dan gas)

Kemasan hermetis yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air
sehingga kemasan ini tidak dapat dimasuki oleh bakteri, ragi dan debu. Wadah-wadah yang biasanya
digunakan untuk pengemasan secara hermetis adalah kaleng dan botol gelas. Tetapi jika penutupan
atau penyumbatan yang tidak sesuai dapat menyebabkan wadah tersebut tidak lagi hermetis.

b) Kemasan tahan cahaya


Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan. Misalnya kemasan logam, kertas dan
foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta
makanan hasil fermentasi. Karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.

c) Kemasan tahan suhu tinggi

Kemasan tahan suhu tinggi yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses pemanasan,
pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

5. Berdasarkan tingkat kesiapan pakai (Perakitan)

a) Wadah siap pakai

Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak
keluar dari pabrik. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.

2. Wadah siap dirakit atau wadah lipatan

Wadah siap rakit yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng
dalam bentuk lembaran (flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

JENIS BAHAN PENGEMASAN

1. Daun

Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable, yang biasanya berupa daun pisang, daun jati,
daun bambu, daun jagung dan daun palem. Lebih aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding
plastik.

2. Gerabah

Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan pangan asal tidak mengandung timbal.Gerabah yang
diglasir bersifat kedap air, kedap udara, mampu menghambat mikrobia, dan bersifat dingin sehingga
cocok untuk mengemas bahan pangan seperti saus, madu, anggur, minyak, curd/dadih dll.

Berikut adalah beberapa bahan kemas yang bersifat sulit terdegradasi (terurai);

3. Gelas

Sebagai bahan kemas gelas mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi)
kuat, tahan terhadap kerusakan,sangat baik sebagai barier terhadap benda padat,cair dan gas. Sifat
gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi disamping itu beberapajenis gelas
seperti pyrex tahan terhadap suhu yang tinggi. Kelemahan kemasan gelas yaitu mudah pecah dankurang
baik bagi produk-produk yang peka terhadap penyinaran (ultra violet).

 Terbuat dari campuran pasir C2O, soda abu, dan alumina.

 Bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)


 Kuat (tahan terhadap kerusakan akibat pengaruh waktu)

 Transparan (bentuk dan warna bahan pangan dapat dilihat).

 Kelemahannya adalah mudah pecah, tidak dapat digunakan untuk bahan pangan yang peka
terhadap sinar.

 Agar tidak mudah pecah sebaiknya bagian permukaan gelas dilapisi dengan lilin (wax) dan silika
yang halus.

Kemasan gelas berkembang terus, mulai dari bejana sederhana hingga berbagai bentuk kemasan yang
sangat menarik walaupun kemasan gelas terus bersaing dengan bahan kemasan lainnya (Osborne,1980).
Menurut Hanlon (1971),gelas bukan merupakan bahan kristal,sehingga lebih tepat disebut cairan beku.
Dalam proses pembuatannya bahan gelas mengalami proses annelling pada suhu 540 – 570° C.
Penggunaan bahan gelas untuk bahan pangan yang memerlukan pasteurisasi dan sterilisasi sangat tepat.

4. Kertas

Selain untuk media komunikasi atau media cetak, kertas digunakan menjadi bahan pengemas.Pada abad
ke 19 kertas menggantikan peranan kemasan dari tanah liat, gelas dan kaleng.Pada abad ke 19 itu pula
karton mulai berkembang dalam bentuk kantong kertas dan kardus.Jenis-jenis kertas kemudian lebih
beragam mulai dari kertas karton, kertas tulis, kraft, kertas label, kertas tahan minyak (lemak), hingga
berbagai jenis karton. Secara berangsur-angsur sebagai bahan kemas, kemasan kertas mendapat
saingan dari bahan kemas lain terutama plastik.Kertas dan karton dapat dibuat lembaran – lembaran
dan gulungan, karena itu memungkinkan untuk dilakukan proses laminasi sehingga kertas banyak
dikombinasikan dengan bahan lain yang kedap udara dan tahan air.

 Kertas “greaseproof”, dapat digunakan sebagai pengemas utama mentega, margarin, daging,
kopi, dan gula-gula. Mirip kertas karton namun memiliki kekedapan terhadap perembesan
lemak.

 Kertas “glassine”, dibuat 80% dari kertas greaseproof namun memiliki ketahanan terhadap
udara dan lemak yang kuat, permukaanya halus, serta mengkilat. Sering digunakan untuk
mengemas roti yang berkadar lemak tinggi.

 Kertas “kraft”, kertas yang dibuat dari bubur sulfat dan kayu kraft (yang berasal dari Swedia dan
Jerman). Memiliki sifat yang lebih kuat dari kertas Glassine, sehingga bahan pangan yang
dibungkus dengan kertas ini akan tetap kering lebih-lebih bila permukaannya dilem dengan
resin. Kertas ini biasanya digunakan untuk mengemas keju di negara-negara eropa.

Kantung kertas merupakan salah satu kemasan tertua yang masih tetap popular.Sedangkan amplop
adalah kantung kertas yang mempunyai bentuk khusus,sangat umum digunakan untuk pembungkus
surat. Kedua jenis pembungkus ini dinilai cukup murah, baik harganya maupun ongkos untuk
pengangkutannya. Mempunyai rasio bobot (perbandingan antara berat kemasan dengan berat produk
yang dikemas) yang rendah. Seperti juga amplop, kantung kertas dapat dibedakan atas beberapa jenis
rempah dan berbagai jenis tepung (Syarief,1989).

Karton lipat merupakan jenis pengemas yang popular karena mempunyai sifat praktis, murah dan
mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit ruang dalam pengangkutan dan
penyimpanan.Demikian pula dalam pencetakan dan penggrafiran dapat dilakukan untuk meningkatkan
penampilan produk.Pemakaian yang luas dari jenis kemasan ini disebabkan oleh banyaknya variasi
dalam hal model, bentuk dan ukuran dengan karakteristik yang khusus. Dalam perdagangan karton lipat
dikenal dengan nama FC (Folding Carton).

3. Kain Blacu

4. Edible film

 Digunakan untuk mengemas bahan pangan tepung, seperti tepung terigu atau tepung tapioka.
Dibuat dalam bentuk kantung-kantung yang berkapasitas 10–50 kg.

 Kelebihannya adalah tidak mudah sobek/ kuat kainnya, flesibel, mudah dicetak dan murah
harganya.

 Kelemahannya : memiliki permiabilitas udara yang jelek dan tidak kedap air.

Edible film adalah bahan pengemas organik yang dapat dimakan sekaligus dengan bahan pangan yang
dikemasnya, biasa terbuat dari senyawa polisakarida dan turunan lemak.ahan yang digunakan antara
lain polisakarida yang berasal dari rumput laut (agarose, karaginan, dan alginat), polisakarida pati,
amilosa film, gelatin, gum arabik, dan turunan monogliserida. Contoh pengemasan edible film adalah
pada sosis, permen, kapsul minyak ikan, sari buah dan lain-lain.

5. Karton

Karton sebenarnya merupakan bagian dari kertas namun lebih sering berfungsi sebagai wadah luar atau
sebagai penyokong wadah utama dalam pengemasan bahan pangan agar lebih kuat,
dan rigid.arton memiliki kelebihan antara lain elastisitas lebih baik dibanding kayu, dapat dicetak pada
permukaannya, dapat dikerjakan secara masinal, pemakaiannya mudah, dan dapat dilipat sehingga tidak
memerlukan ruang luas.

6. Logam

Beberapa keuntungan dari kemasan logam (kaleng) untuk makanan dan minuman yaitu mempunyai
kekuatan mekanik yang tinggi, mempunyai sifat sebagai barrier yang baik khususnya terhadap gas,uap
air,jasad renik,debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermitis. Disamping itu walaupun
mempunyai resiko adanya pengikisan atau migrasi unsur-unsur logam, akan tetapi tosisitasnya relatif
rendah,tahan terhadap perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim dam mempunyai permukaan yang
ideal untuk pemberian dekorasi dalam labeling.

 Bahan yang sering dipakai : Kaleng (tin plate) dan almunium.

 Tin plate adalah wadah yang terbuat dari baja yang dilapisi timah putih yang tipis, bagian
dalamnya juga dilapisi dengan lapisan email.

 Lapisan email tersusun atas senyawa oleoresin, fenolik, vinil, dan lilin. Fungsi email adalah untuk
mencegah korosi dan mencegah kontak antara metal dengan bahan pangan. Misalnya email
fenolik digunakan untuk melapisi kaleng pengemas bahan ikan dan daging.

Kemasan kaleng umumnya digunakan untuk berbagai produk yang mengalami proses sterilisasi termal.
Pada mulanya kemasan kaleng dibuat dari plat timah (tin plate) yang terdiri dari lembaran dasar baja
dilapisi timah putih dengan cara encelupan dalam timah cair panas (hot dipping) atau dengan proses
elektrolisa yaitu menggunakan listrik galvanis sehingga menghasilkan lapisan timah yang lebih tipis
standar,seperti misalnya kaleng baja bebas timah (tin free steel),kaleng tiga lapis (three piece cans), dan
kaleng lapis ganda (two piece cans) (Syarief,1989).

Aluminium adalah logam yang lebih ringan dari baja, mempunyai daya korosif oleh atmosfir yang
rendah, mudah dilekuk-lekukkan sehingga lebihmudah berubah bentuknya, tidak berbau, tidak berasa,
tidak beracun dan dapat menahan masuknya gas. Aluminium lebih sukar disolder sehingga sambungan-
sambungannya tidak dapat rapat. Kemasan yang dibuat dari alumiun dapat menyebabkan patahan –
patahan jika terlipat, sehingga dapat menimbulkan lubang-lubang.

 Aluminium memiliki keuntungan sebagai bahan pengemas, yaitu memiliki berat yang lebih
ringan dibanding baja.

 Aluminium juga mudah dibentuk sesuai keinginan.

 Aluminium lebih tahan korosi karena bisa membentuk aluminium oksida.

 Kelemahan aluminium adalah mudah berlubang dibanding baja dan lebih sukar disolder
sehingga sambungan kemasan tidak benar-benar rapat.

Pada umumnya penggunaan alumium secara komersial memerlukan sifat-sifat khusus yang mungkin
tidak menguntungkan bila digunakan aluminium yang murni. Penambahan komponen campuran dapat
memperbaiki sifat-sifatnya dan daya tahan korosi. Bahan –bahan yang umum digunakan sebagai
campuran diantaranya adalah tembaga, magnesium, mangan khronium, seng, besi dan titanium. Sifat-
sifat yang spesifik dari aluminium memungkinkan penmggunaan logam terbebut sebagai tutup kaleng
kemasan berbagai jenis makanan dan minuman atau untuk tube logam lunak / collapsible tube (
Iskandar ,1987).

Foil adalah bahan kemasan dari logam, berupa lembaran aluminium ayng padat dan tipis dengan
ketebalan kurang dari 0,15 mm. Mempunyai kekerasan yang berbeda-beda,yaitu dari mulai yang sangat
lunak sampai yang keras. Foil mempunyai sifat yang hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya (cocok
untuk kemasan margarin dan yoghurt). Pada umumnya digunakan sebagai bahan pelapis (laminan) yang
dapat ditepatkan pada bagian dalam (lapisan dalam) atau lapisan tengah sebagai penguat yang dapat
melindungi kemasan (Syarief,1989)

7. Plastik

Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya.
Kelemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui
pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.
Penggunaan plastik sebagai kemasan dapat berupa kemas bentuk (flexible) atau sebagai kemas kaku.
Makanan padat yang umumnya memiliki umur simpan pendek atau makanan yang tidak memerlukan
perlindungan yang hebat dikemas dengan kemasan bentuk. Akan tetapi makan cair dan maka padat
yang memerlukan perlindungan yang kuat perlu dikemas dengan kemasan kaku dalam bentuk botol,
jerigen, kotak atau bentuk lainnya (Suryati dan Setiawan ,1987).

Berbagai jenis kemasan bentuk muncul dengan pesat seperti polietilen, polipropilen, polyester nilon dan
film vinil. Sebagai bahan pengemas ,plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal,komposit atau
berupa lapisan – lapisan (multi lapis) dengan bahan lain (kertas,aluminium foil ). Kombinasi tersebut
dinamakan laminasi yang diproses baik dengan cara laminasi akstrusi maupun laminasi adhesif. Dengan
demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan.
Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka plastik dapat dibagi dua, yaitu :

 Termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu, dan mempunyai
sifat dapat balik (reversible) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan.

 Termoset atau Termodursinable : tidak dapat mengikuti perubahan suhu, bila sekali pengerasan
telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali (non reversible). Pemanasan yang
tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai, karena
sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.

Penggunaan plastik untuk kemasan makanan cukup menarik karena sifat-sifatnya yang menguntungkan,
seperti luwes (mudah dibentuk), mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti
kemasan logam, serta mudah dalam penanganannya. Di dalam perdagangan dikenal plastik untuk
kemasan pangan (food grade) dankemasan untuk bukan pangan (non food grade). Kemasan kaku yang
terbuat dari plastik paling banyak digunakan untuk mengemas produk susu. Dua jenis bahan dari plastik
yang terbaik yaitu LDPE (Low Density Polyethylene ) dan HDPE (High Density Polyethylene). Bentuk-
bentuk kemasan plastik kaku dapat dijumpai dengan mudah di pasaran dalam bentuk yang siap pakai
seperti botol, jerigen, drum ,gelas ,mangkuk, ember, dan lain-lain (Syarief,1989)

Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya.
Kelemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui
pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika
suhu turun.Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen, cellophan,
polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester, poliamida, dan
polietilentereptalat (PET).

 Polietilen : adalah jenis plastik yang harganya paling murah dan memiliki beberapa varian antara
lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High Density Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat
(PET). Polietilen memiliki sifat kuat bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan
dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.

 Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan dapat
dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti. Cellophan yang
dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah
direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan kedap
oksigen sehingga baik untuk mengemas makanan yang mengandung minyak atau lemak.

 Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan yaitu dapat berkerut
(Shrinkable) dan sering digunakan untuk mengemas daging atau keju.

 Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan transmisi
udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang dikeringkan.
Dampak Negatif Bahan Kemasan

Berubahnya pola hidup masyarakat dari tahun ke tahun yang diikuti dengan perkembangan teknologi
yang begitu pesat mendorong munculnya begitu banyak bahan kemas sintetis yang dipakai. Salah satu
bahan kemas sintetis yang paling sering dijumpai adalah plastik. Apablia tidak dimanfaatkan dengan
baik, plastik dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan konsumen juga terhadap lingkungan
hidup (limbah).

PENUTUP

Kesimpulan

 Perubahan pola / kebiasaan hidup masyarakat srta diikuti dengan perkembangan IPTEK yang
begitu pesat mengakibatkan muculnya berbagai macam bahan kemas sintetis dalam proses
pengemasan produk pangan.

 Sebagian besar bahan kemas sintetis bersifat sulit terdegradasi / terurai seperti plastik, logam,
gelas/ kaca, kertas/karton yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan hidup
apabila tidak diolah dengan baik (limbahnya).

DAFTAR PUSTAKA

Febryani, Yessy. 2016. Pengertian, Sejarah, Fungsi, Syarat, dan Klasifikasi Kemasan.
https://yessyfebryani.wordpress.com/2016/08/29/pengertian-sejarah-fungsi-syarat-dan-
klasifikasi-kemasan/. (Diakses : 14 November 2019)

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta: Erlangga.
Putri, Deni. 2015. Sejarah dan Definisi Kemasan.
http://deniputri58.blogspot.com/2015/10/sejarah-dan-definisi-kemasan.html. (Diakses : 14
November 2019).
Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia.
Wangko, Iwan. 2014. Bahan Kemasan Yang Sulit Terdegradasi.
https://iwanwangko.wordpress.com/2014/11/10/tugas-mata-kuliah-teknologi-
pengemasan/. (Diakses : 14 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai