Anda di halaman 1dari 8

Elya Sugianti) Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan......

EVALUASI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P)


PADA BALITA KURANG GIZI DI KABUPATEN TUBAN

EVALUATION OF FEEDING'S PROGRAMME TO THE MALNUTRITION


UNDER FIVE CHILDREN IN TUBAN DISTRICT

Elya Sugianti

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur


Jln. Gayung Kebonsari No. 56, Surabaya
e-mail: sugiantielya@gmail.com

Diterima : 28 Juli 2017; direvisi : 21 November 2017 ; disetujui : 30 November 2017

ABSTRAK

Program PMT-P adalah salah satu program yang dilaksanakan pemerintah dalam penanganan masalah gizi
pada balita kurang gizi khususnya pada keluarga miskin. Namuan, selama ini masih banyak kendala dalam
pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program PMT-P
berdasarkan segi input, proses dan output di Kabupaten Tuban. Informan dalam penelitian ini adalah kasie gizi
dinas kesehatan, kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi, bidan desa, dan kader. Analisis data dilakukan secara
deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dai segi input, SDM dan bahan PMT-P sudah memadai, namun
petunjuk pelaksanaan, sarana prasarana, dan pendanaan masih kurang, dari segi proses, penyimpanan,
pengangkutan dan pemantauan masih kurang, dari segi output, ketepatan umur sudah sesuai dan ada
keefektifan program dalam kenaikan berat badan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah program PMT-P
sudah efektif dalam meningkatkan berat badan balita sasaran walaupun masih terdapat kendala dalam
pelaksanaan program.

Kata kunci : kurang gizi, keluarga miskin, program PMT-P, evaluasi

ABSTRACT

Feeding's programme is one of the government's programs in handling nutritional problems for under-five
children especially in poor families. However, there are many obstacles in the implementation. The purpose of
this research is to evaluate of feeding's programme based on input, process and output in Tuban district. The
informant of this research are head section of health departement, head of public health center, nutritionist,
midwives, and cadres. Data analysis were used descriptive analysis. The results showed that based on input,
human resources and materials feeding's programme is adequate, but the guidance of implementation,
infrastructure, and funding is still lacking, based on process, storage, transportation and monitoring is still
lacking, based on output, accuracy of age is appropriate and feeding's programme effective to weight gain
malnutrition under five children. The conclusion of this research is feeding's programme has been effective in
increasing weight of target under five malnutrition children although there are still obstacles in program
implementation.

Keywords : malnutrition, poor family, feeding's programme, evaluation

Volume 11 No. 2 Desember 2017 217


Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 217 - 224

PENDAHULUAN kecukupan gizi balita dengan memberikan


makanan tambahan untuk balita, dan bukan
Hingga saat ini masalah gizi masih untuk mengganti makanan utama sehari-hari
menjadi isu permasalahan global baik di negara balita (Depkes, 2011). Beberapa penelitian
maju maupun di negara berkembang seperti terdahulu, telah menemukan adanya manfaat
Indonesia. Terdapat lima masalah gizi di dari terselenggaranya program PMT-P, berupa
Indonesia yang masih terus diupayakan penambahan berat badan dan status gizi balita
penyelesaiannya, yaitu Kurang Energi Protein setelah menerima program PMT-P (Rochyani
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan dkk 2007; Supadmi dkk 2008; Sulistyaningsih
Akibat Kekurangan Gizi Yodium (GAKY), 2013).
Anemia Defisiensi Besi, dan obesitas. KEP Pelaksanaan program PMT-P tak terlepas
merupakan salah satu dari lima masalah gizi dari beberapa kendala. Adiyasa dkk (2010),
yang menjadi momok kelompok rentan seperti menemukan banyaknya kendala dalam
balita. Penurunan prevalensi KEP cenderung pelaksanaan program PMT-P, diantaranya
berfluktuatif. masalah pendataan riil balita pada keluarga
Secara nasional, Riset Kesehatan Dasar miskin, terbatasnya pengalokasian bahan dari
(Riskesdas) menemukan adanya peningkatan pusat, sulitnya pemantauan petugas dalam
prevalensi balita pendek dari 35,6%(2010) ketepatan konsumsi pada sasaran, adanya
menjadi 37,2%(2013), prevalensi gizi buruk dari penolakan PMT-P, adanya keterlambatan
4,9%(2010) menjadi 5,7%(2013), dan prevalensi formulir pencatatan dan pelaporan, dan
gizi kurang dari 13%(2010) menjadi 13,9%(2013) pelaksanaan program yang selalu di akhir tahun.
(Kemenkes 2010; Kemenkes, 2013a). Sementara Selain itu, menurut Lubis dkk (2012), adanya
di Jawa Timur, prevalensi balita pendek sumber daya yang kurang, sarana dan prasarana
cenderung stagnan dari tahun 2010 ke tahun 2013 yang minim, pendistribusian yang tidak sesuai
sebesar 35,8%, prevalensi gizi buruk meningkat sasaran, pemantauan status gizi balita yang
tipis dari 4,8%(2010) menjadi 4,9%(2013), dan belum sesuai standar juga merupakan kendala
prevalensi gizi kurang meningkat dari dalam pelaksanaan program PMT-P.
12,3%(2010) menjadi 14,2%(2013) (Kemenkes, Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar,
2010; Kemenkes, 2013a) prevalensi kurang gizi di Kabupaten Tuban
Undang-undang Kesehatan No. 36 mengalami sedikit penurunan dari 18.7% (2007)
Tahun 2009 pasal 141 telah mengamanatkan menjadi 17.4% (2013). Demikian halnya dengan
upaya perbaikan gizi masyarakat yang bertujuan prevalensi balita kurus (wasting), juga mengalami
untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan sedikit penurunan dari 16.7% (2007) menjadi
dan masyarakat melalui: perbaikan pola 14.1%(2013). Sementara untuk prevalensi balita
konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi pendek (stunting) cenderung stagnan (37.7%(2007)
seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, ke 37.7% (2013) (Kemenkes 2008b; Kemenkes
aktivitas fisik, dan kesehatan; peningkatan akses 2013b). Lain dari itu, berdasarkan data dari Dinas
dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan Kesehatan Provinsi Jawa Timur, prevalensi
kemajuan ilmu dan teknologi; dan peningkatan kurang gizi di Kabupaten Tuban pada tahun 2014
sistem kewaspadaan pangan dan gizi. sebesar 16.2%. Prevalensi ini sedikit lebih rendah
Sebagai tindak lanjut dari Undang- dibandingkan dengan data dari Riskesdas.
undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 terkait Sementara untuk prevalensi balita pendek, pada
upaya perbaikan gizi masyarakat, pemerintah tahun 2014 sebesar 36.6% di Kabupaten Tuban
telah menetapkan upaya kesehatan prioritas (Dinkesprov Jatim, 2015)
dalam pelayanan gizi, yaitu melalui upaya Mengingat masih tingginya prevalensi
penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi kurang gizi di Kabupaten Tuban serta masih
buruk. Salah satunya melalui program banyaknya kendala dalam pelaksanaan program
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan PMT-P, maka dipandang perlu untuk dilakukan
(PMT-P) terutama kepada balita dari keluarga evaluasi terhadap pelaksanaan program PMT-P
miskin yang mengalami kekurangan gizi. pada balita keluarga miskin di Kabupaten
Program PMT-P dimaksudkan untuk memenuhi Tuban.

218 Volume 11 No. 2 Desember 2017


Elya Sugianti) Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan......

Rumusan Masalah berumur lebih dari 35 tahun. Sementara untuk


sebaran latar belakang pendidikan, semua informan
Berdasarkan latar belakang permasalahan sudah memiliki latar belakang pendidikan yang
yang telah dipaparkan dalam bahasan sebelumnya, sesuai dengan bidang pekerjaannya. Sedangkan
dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimanakah untuk lama kerja, rata-rata informan sudah bekerja
evaluasi pelaksanaan program PMT-P pada antara 10-20 tahun. Berdasarkan latar belakang
balita keluarga miskin dari segi input, proses dan pendidikan yang dimiliki dan lama kerja di
output?” dinas/puskesmas, dapat dijustifikasi bahwa dari
segi kualitas dan kuantitas SDM yang bertanggung
Tujuan Penelitian jawab terhadap program PMT-P di Kabupaten
Tuban sudah cukup memadai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi pelaksanaan program PMT-P Tabel 1. Sebaran SDM yang bertanggung jawab
pada keluarga miskin dari segi input, proses, dan pada program PMT berdasarkan latar belakang
output di Kabupaten Tuban. pendidikan dan lama kerja

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian


kualitatif yang bersifat deskriftif evaluatif.
Penelitian dilakukan di empat puskesmas
terpilih di Kabupaten Tuban. Jangka waktu
penelitian selama dua bulan (Mei-Juni 2015).
Teknik pengambilan informan menggunakan
metode purposive. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 21 orang yang terdiri atas kasie gizi
dinas kesehatan, kepala puskesmas, tenaga
pelaksana gizi, bidan desa, dan kader. Data
dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Data primer dikumpulkan dengan wawancara
mendalam. Sementara data sekunder dikumpulkan Petunjuk pelaksanaan
dengan mendokumentasikan data-data terkait Petunjuk pelaksanaan program PMT-P
yang ada di dinas kesehatan dan puskesmas. merupakan hal penting yang harus ada supaya
Analisis data dilakukan secara deskriftif. program PMT-P dapat berjalan sebagaimana
seharusnya. Petunjuk pelaksanaan dapat berupa
HASIL DAN PEMBAHASAN buku pedoman, juklak atau juknis pelaksanaan
program PMT-P. Hal ini penting supaya ada
Aspek Input standar yang sama dalam pelaksanaan program
PMT-P antara pihak dinas kesehatan sebagai
Sumber daya manusia
koordinator program dan pihak puskesmas sebagai
Sumber daya manusia (SDM) sangat
pelaksana program. Petunjuk pelaksanaan dalam
penting peranannya dalam pelaksanaan
program PMT-P belum terdistribusikan dengan
program PMT-P. SDM yang bertanggung jawab
baik karena masih adanya ketidaksamaan
terhadap pelaksanaan program PMT-P adalah
pendapat antara dinas kesehatan dan petugas
kasie/staf gizi dinas kesehatan, kepala puskemas,
pelaksana gizi puskesmas. Belum terdapatnya
tenaga pelaksana gizi puskesmas, dan bidan
buku pedoman/juklak/juknis dalam program
desa. Kualitas dan kuantitas SDM dapat dilihat
PMT-P di puskesmas akan dapat berimplikasi
berdasarkan latar belakang pendidikan yang
terhadap pelaksanaan program PMT-P.
sesuai dengan bidang pekerjaan dan lama kerja.
Berdasarkan Tabel 1 pada sebaran umur, dapat
Sarana Prasarana
dilihat bahwa semua informan yang bertanggung
Sarana prasarana yang terkait dengan
jawab sebagai pelaksana program PMT-P sudah
pelaksanaan program PMT-P adalah keberadaan

Volume 11 No. 2 Desember 2017 219


Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 217 - 224

gudang penyimpanan dan kendaraan sasaran diprioritaskan kepada balita gizi buruk
pengangkut bahan PMT-P. Fasilitas gudang dan gizi kurang dari keluarga miskin. Prioritas
penyimpanan yang khusus untuk program PMT- alokasi balita sasaran khusus untuk keluarga
P di dinas kesehatan belum ada. Bahan PMT-P miskin dianggap penting karena mengingat
ketika sudah ada di dinas kesehatan langsung bahwa masalah gizi di Kabupaten Tuban tidak
dibagikan ke puskesmas masing-masing sejumlah semata-mata karena faktor kemiskinan, banyak
alokasi balita sasaran yang telah ditentukan. keluarga mampu yang memiliki anak kurang
Jikapun ada penyimpanan di dinas kesehatan, gizi.
biasanya digabungkan dengan gudang arsip.
Demikian halnya untuk penyimpanan di Aspek Proses
puskesmas, gudang penyimpanan bahan PMT-P
digabungkan dengan gudang arsip. Persiapan
Sementara alat transportasi untuk Persiapan merupakan langkah yang
mengangkut bahan PMT-P dari dinas kesehatan juga penting dilakukan sebelum program PMT-P
ke puskesmas atau dari puskesmas ke ibu balita dilaksanakan. Persiapan yang perlu dilakukan
sasaran juga tidak tersedia secara khusus. dalam program PMT-P diantaranya adalah
Berdasarkan informasi yang sudah dihimpun, pendataan balita sasaran, sosialisasi dan rapat
bahan PMT-P dari dinas ke puskesmas diangkut koordinasi antara para pelaksana program PMT-
menggunakan mobil puskesmas keliling, atau P. Proses pendataan balita sasaran sudah sesuai
mobil sewa bak terbuka, bahkan ada juga dengan prosedur yang telah ditetapkan. Terbatasnya
puskesmas yang menggunakan ambulan untuk dana dari dinas kesehatan mengakibatkan tidak
mengangkut bahan PMT-P. Sedangkan semua balita gizi kurang masuk dalam kriteria
pengangkutan bahan PMT-P dari puskesmas ke balita sasaran. Hanya balita yang memiliki status
ibu balita sasaran, dilakukan oleh bidan desa gizi sangat kurang dan kurus serta berasal dari
dengan menggunakan motor, untuk kemudian keluarga miskin yang menjadi prioritas balita
disimpan terlebih dahulu di polindes sebelum sasaran.
dibagikan ke ibu balita sasaran. Sementara itu, selain pendataan balita
sasaran, sosialisasi dan rapat koordinasi
Bahan PMT-P program PMT-P merupakan aspek persiapan
Bahan paket program PMT-P baik di yang juga penting untuk dilakukan agar
Kabupaten Tuban berupa makanan kemasan. pelaksanaan program PMT-P tidak tumpang
Makanan kemasan PMT-P di Kabupaten Tuban tindih dengan program lainnya dan untuk
berupa susu Pan Enteral 90 sachet per anak yang menyamakan persepsi dalam pelaksanaan
dikonsumsi selama 90 hari. Paket program PMT-P program PMT-P baik di tingkat dinas kesehatan
sudah sesuai dengan pengadaan yang dilakukan maupun puskesmas. Sosialisasi program dan
oleh dinas kesehatan. Paket PMT-P tidak ada yang rapat koordinasi program PMT-P di Kabupaten
mengalami kerusakan, tercecer ataupun tersisa, Tuban dilakukan di awal tahun berjalan kepada
baik di dinas kesehatan, puskesmas ataupun di seluruh kepala puskesmas dan petugas gizi.
polindes/rumah bidan desa. Hal ini dapat Sosialisasi dan rapat koordinasi program PMT-P
dijustifikasi bahwa bahan paket PMT-P sudah sudah berjalan dengan baik di Kabupaten Tuban.
sesuai dengan peruntukannya untuk tambahan Sosialisasi dan koordinasi yang baik dalam
makanan balita baik dilihat dari segi jenis, program PMT-P akan dapat meningkatkan
jumlah dan mutunya. kelancaran pelaksanaan program PMT-P.

Pendanaan Pelaksanaan
Pendanaan sangat penting kaitannya Pelaksanaan program PMT-P merupakan
dengan pelaksanaan program PMT-P. Namun, aspek paling penting dalam tahapan-tahapan
seringkali dana yang tersedia untuk program program PMT-P. Pelakasanaan program PMT-P
PMT-P tidak bisa mengkover semua balita gizi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
buruk dan gizi kurang yang ada. Demikian penyimpanan bahan PMT-P, pengangkutan
halnya, pendanaan untuk program PMT-P di bahan PMT-P, dan pendistribusian bahan PMT-
Kabupaten Tuban. Untuk itu, alokasi balita P ke balita sasaran. Penyimpanan bahan PMT-P

220 Volume 11 No. 2 Desember 2017


Elya Sugianti) Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan......

merupakan bagian dari pelaksanaan program Jikapun ada penyimpanan hanya sebagian kecil
PMT-P yang perlu diperhatikan. Dalam menjaga saja puskesmas yang mengadakan hal tersebut.
kualitas bahan PMT-P, tempat atau gudang Pendistribusian bahan PMT-P kepada
penyimpanan harus dihindarkan dari adanya ibu balita sasaran dilakukan secara bertahap.
binatang pengganggu seperti tikus, kecoa, dan Jadwal pendistribusian bahan PMT-P
binatang lainnya. Namun, penyimpanan bahan menggunakan hari lain diluar jadwal posyandu.
PMT-P tidak lagi dilakukan oeleh Dinas Jadwal pendistribusian harus sudah
Kesehatan Kabupaten Tuban. Setelah bahan diberitahukan terlebih dahulu kepada ibu balita
PMT-P tiba di dinas kesehatan dari rekanan, sasaran. Hal ini untuk menghindari
pihak puskesmas langsung mengambil bahan kecemburuan sosial karena tidak semua balita
PMT-P tersebut. Demikian halnya dengan yang datang ke posyandu mendapatkan PMT-P.
puskesmas, begitu bahan PMT-P tiba di Pendistribusian bahan PMT-P sudah berjalan
puskesmas, bidan desa langsung mengambil dengan baik. Namun, kendala terjadi apabila
bahan PMT-P untuk selanjutnya disimpan di ibu-ibu balita sasaran tidak datang ke polindes
rumah bidan desa atau di polindes sebelum atau bidan desa untuk mengambil bahan PMT-P
dibagikan ke ibu balita sasaran dan atau menimbang balita mereka. Alasan
Sementara untuk pengangkutan bahan mereka tidak datang adalah karena bahan PMT-
PMT-P, standar keamanan kurang diperhatikan. P masih ada atau balita sudah bosan memakan
Padahal standar keamanan ini akan mempengaruhi paket PMT-P. Dalam kondisi ini, peran kader
kualitas bahan PMT-P. Proses pengangkutan sangat penting untuk mengantarkan bahan
bahan PMT-P harus terhindar dari bahan-bahan PMT-P ke rumah ibu balita sasaran.
yang dapat merusak kualitas bahan PMT-P
seperti cairan, tumpukan benda berat atau benda Pemantauan
tajam. Dalam pengangkutan bahan PMT-P yang Pemantauan pelaksanaan program
perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis PMT-P dapat dilakukan dengan mengevaluasi
kendaraan untuk mengangkut. Minimnya tentang bagaimana pelaksanaannya, apakah
fasilitas pengangkutan seperti kendaraan sudah terdistribusi ataukah belum dan
khusus untuk mengangkut PMT-P sebenarnya bagaimana perkembangan pertumbuhan balita
dapat menghambat pelaksanaan program PMT- serta bagaimana daya terima balita sasaran
P. Pengangkutan bahan PMT-P di Kabupaten terhadap bahan PMT-P. Pemantauan terhadap
Tuban tidak menggunakan kendaraan khusus. pelaksanaan program PMT-P seharusnya
Kendaraan yang digunakan adalah mobil dilakukan oleh pihak dinas kesehatan. Namun,
puskesmas keliling atau mobil sewa bak terbuka. dinas kesehatan justru menyerahkan pelaksanaan
Namun, keterbatasan ini tidak lantas dijadikan sepenuhnya kepada pihak puskesmas. Dinas
hambatan yang berarti di dinas kesehatan Kesehatan mengevaluasi pelaksanaan program
Kabupaten Tuban. Hal yang terpenting adalah PMT-P berdasarkan laporan dari puskesmas
bahan PMT-P dapat diangkut hingga sampai setelah program PMT-P berakhir. Pemantauan
kepada ibu balita sasaran. program PMT-P yang dimaksud dalam
Selanjutnya untuk pendistribusian penelitian ini meliputi penimbangan berat badan
bahan PMT ke sasaran, Dinas Kesehatan balita sasaran, dan pencatatan dan pelaporan
Kabupaten Tuban tidak mengantarkan bahan hasil penimbangan ke dinas kesehatan.
PMT-P ke puskesmas. Sebaliknya, pihak Penimbangan berat badan balita
puskesmas yang mengambil bahan PMT-P ke sasaran program PMT-P dilakukan setiap
dinas kesehatan. Serah terima bahan PMT-P minggu sekali pada waktu pengambilan bahan
dilakukan oleh pihak dinas kesehatan dengan PMT-P ke polindes, namun ada juga puskesmas
tenaga pelaksana gizi puskesmas berdasar yang melakukan penimbangan setiap dua
jadwal yang telah diberitahukan terlebih dahulu minggu sekali pada waktu pengambilan bahan
oleh pihak dinas kesehatan. Sementara ketika PMT-P ke polindes. Apabila ibu balita sasaran
bahan PMT-P sudah diterima di puskesmas, dan balitanya tidak datang pada waktu
bahan PMT-P langsung diambil oleh bidan desa pengambilan bahan PMT-P, penimbangan
masing-masing tanpa mengalami proses dilakukan satu bulan sekali, pada waktu jadwal
penyimpanan terlebih dahulu di puskesmas. posyandu

Volume 11 No. 2 Desember 2017 221


Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 217 - 224

Sementara itu, selain penimbangan balita kriteria sebagai sasaran program PMT-P.
sasaran, pencatatan dan pelaporan juga merupakan Penolakan balita terhadap PMT-P dan
kegiatan penting yang harus dilaksanakan oleh penggantian balita sasaran dengan balita lain
pelaksana program terutama petugas pelaksana merupakan beberapa kendala yang terjadi
gizi puskesmas. Hal ini untuk mengetahui dan dilapangan. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatannya
melaporkan bagaimana perkembangan atau sasaran program PMT-P, balita yang seharusnya
perubahan berat badan balita sebelum dan dapat PMT-P menjadi tidak dapat, sebaliknya
sesudah program PMT-P. Pencatatan berat balita yang seharusnya tidak dapat PMT-P jadi
badan balita sasaran dilakukan pada waktu mendapatkan PMT-P karena harus menggantikan
pendistribusian PMT-P ke sasaran, yaitu pada posisi menjadi balita sasaran. Terbatasnya
waktu ibu dan balita datang bersama balita untuk anggaran menyebabkan balita yang menolak
mengambil bahan PMT-P dan menimbangkan PMT-P tidak mendapatkan PMT-P pengganti.
balitanya. Sementara pelaporan dilakukan Hal ini apabila dibiarkan akan menyebabkan
setelah program PMT-P berakhir dan tidak ada balita tersebut akan bertambah buruk status
pemantauan selama program berlangsung. gizinya, apalagi ketika ibu balita kurang
Seharusnya pelaporan dilakukan setiap satu bulan perhatian terhadap kondisi gizi anaknya. Dalam
sekali, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan mengatasi masalah ini seharusnya pada tahap
evaluasi dari pelaksanaan program PMT-P yang perencanaan, menu PMT-P yang diberikan
dilaksanakan mulai bulan pertama, bulan kedua, disesuaikan dengan preferensi balita, dan lebih
dan bulan ketiga. Minimnya pemantauan selama memvariasikan makanan PMT-P untuk
program berlangsung dapat menyebabkan menghindari kebosanan balita terhadap bahan
lemahnya kontrol dalam pelaksanaan program PMT-P.
PMT-P. Hal ini dapat menjadi penghambat
sehingga pelaksanaan program PMT-P tidak Kenaikan berat badan balita sasaran.
berjalan secara maksimal sesuai dengan tujuan Kenaikan berat badan balita merupakan
yang diharapkan. salah satu indikator output untuk melihat
keberhasilan pelaksanaan program PMT-P. Dari
Aspek Output Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian PMT-P
selama 90 hari pada balita dapat meningkatkan
Ketepatan sasaran. berat badan balita rata-rata sebesar 1 kg dari 8.3
Ketepatan sasaran dalam penelitian ini kg menjadi 9.3 kg. Terdapatnya peningkatan
adalah ketepatan umur sasaran dan ketepatan berat badan balita sasaran program PMT-P
penerima PMT-P. Berdasarkan sebaran umur, menunjukkan bahwa program PMT-P pada
semua sasaran program PMT-P berada dalam rentang balita di Kabupaten Tuban memberikan dampak
umur 6-59 bulan. Hal ini mengindikasikan positif untuk kenaikan berat badan balita
bahwa pemberian PMT-P sudah sesuai dengan sasaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan
umur sasaran dalam aturan yang ditetapkan penelitian yang dilakukan oleh Supadmi dkk
dalam pedoman atau juknis dinas kesehatan. (2008) tentang pengaruh PMT-P pada balita
Sementara untuk ketepatan penerima Kurang Energi Protein (KEP) di Magelang yang
PMT-P sering tidak sesuai dengan sasaran menemukan bahwa terjadi peningkatan berat
program yang telah ditetapkan. Hal ini karena badan rata-rata sebesar 700 gram dari 8.5 kg
balita sasaran program PMT-P terkadang menjadi 9.2 kg setelah program PMT-P.
menolak PMT-P yang diberikan, bahkan ibu
balita terkadang memberikan kepada tetangga Tabel 2. Berat Badan Balita Sebelum dan
mereka atau balita lain yang tidak termasuk Sesudah Program PMT-P
kriteria program. Dalam mensiasati masalah ini
dan supaya bahan PMT-P yang diberikan tidak
mubazir atau terbuang, petugas pelaksana gizi
puskesmas atas persetujuan dinas kesehatan
mengambil langkah dengan cara mengganti
balita sasaran program PMT-P dengan balita lain
yang tidak tercover program, namun memiliki Sumber : Data Primer, diolah

222 Volume 11 No. 2 Desember 2017


Elya Sugianti) Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan......

Sementara berdasarkan hasil uji statistik DAFTAR PUSTAKA


dalam Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan
berat badan yang bermakna (p<0.05) antara -----------. 2009. Undang-Undang Republik
sebelum dan sesudah program PMT-P selama 90 Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
hari. Hal ini menunjukkan bahwa program PMT- Tentang Kesehatan. Jakarta
P dapat meningkatkan secara efektif terhadap
berat badan balita sasaran program PMT-P. Adiyasa dkk. 2010. Evaluasi Program Pemberian
MP-ASI bubuk instan dan biskuit di Kota
Tabel 3. Perbedaan Berat Badan Balita Sebelum Mataram, Kabupaten Lombok Barat,
dan Sesudah Program PMT-P Berdasarkan Lombok Timur, dan Bengkulu Utara
Hasil Uji Paired T Test Tahun 2007. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
Vol.6. No.3, Maret : 145-155

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012.


Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2012.
Surabaya: Dinkesprov Jatim
Sumber : Data Primer, diolah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemberian PMT-P merupakan tambahan 2008a. Riset Kesehatan Dasar 2007.
makanan utama balita sasaran dan bukan Jakarta : Badan litbangkes Kemenkes, RI
merupakan makanan pengganti makanan
sehari-hari balita sasaran. Adanya kenaikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
berat badan tidak hanya karena pemberian PMT- 2008b. Riset Kesehatan Dasar dalam Angka
P saja, namun ada faktor lain yang diduga juga Provinsi Jawa Timur Tahun 2007. Jakarta :
turut meningkatkan berat badan balita sasaran Balitbangkes, Kemenkes RI
program PMT-P, seperti konsumsi makanan
utama balita (Supadmi dkk, 2008) dan konsumsi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
snack atau makanan selingan balita. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010.
Jakarta: Badan litbangkes Kemenkes RI
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
bahwa dari aspek input, ketersediaan SDM 2011. Panduan Penyelenggaraan
sudah memadai dari kualitas dan kuantitasnya, Pemberian Makanan Tambahan
bahan PMT-P juga sudah memadai, namun untuk Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang.
petunjuk pelaksanaan belum terdistribusikan Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
dengan baik, sarana prasarana dan pendanaan
juga masih kurang. Sementara dari segi proses, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
proses persiapan seperti pendataan balita dan 2013a. Laporan Riset Kesehatan Dasar
sosialisasi serta rapat koordinasi sudah berjalan 2013. Jakarta: Badan litbangkes
dengan baik, demikian halnya dengan proses Kemenkes RI
pendistribusian paket PMT-P. Namun, untuk
proses penyimpanan dan pengangkutan masih Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
kurang memadai. Sedangkan untuk proses 2013b. Riset Kesehatan Dasar dalam Angka
pemantauan, penimbangan sudah dilakukan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Jakarta :
dengan baik, akan tetapi untuk monitoring Balitbangkes, Kemenkes RI
selama program PMT-P berlangsung masih
kurang. Dari segi output, masih terdapat Lubis dkk. 2012. Analisis Implementasi Program
ketidaktepatan sasaran, namun, terdapat Penanggulangan Gizi Buruk pada Anak
kenaikan berat badan balita sasaran yang Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
signifikan setelah program berakhir. Medan Labuhan, Kota Medan Tahun
2008. Penel Gizi Makan 35(1): 70-77

Volume 11 No. 2 Desember 2017 223


Jurnal Cakrawala Vol. 11 No. 2 Desember 2017 : 217 - 224

Rochyani dkk. 2007. Pengaruh Pemberian MP- Supadmi dkk. 2008. Pengaruh Pemberian
ASI Program dan MP-ASI Komersial Makanan Tambahan pada Balita
terhadap Pertumbuhan Bayi Usia 6-11 Kurang Energi Protein (KEP)
Bulan di Kabupaten Kampar. Jurnal Gizi Pengunjung Balai Penelitian dan
Klinik Indonesia Vol.3,No.3, Maret :106- Pengembangan Gangguan Akibat
114 Kekurangan Yodium (BPP GAKY)
Magelang. PGM 31(2): 59-66
Sulistyaningsih R. 2012. Evaluasi Program
Pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Terhadap
Perbaikan Status Gizi Balita di Kelurahan
Saigon dan Parit Mayor Kecamatan
P o n t i a n a k T i m u r .
http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=111576&val=5161,
diakses tanggal 6 Oktober 2014

224 Volume 11 No. 2 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai