Anda di halaman 1dari 22

RAGAM HIAS FLORA DAN KALA PADA UKIRAN TUMBAK

PANEMBAHAN I ABAD XV DAN PADA BALAI MANGANTI SEBAGAI


MOTIF BATIK

Febiyanti Tri Utami


Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: febiyanti.triutami@gmail.com

ABSTRAK
Ornamen atau ragam hias merupakan suatu hasil karya manusia yang diterapkan
pada suatu barang atau benda dengan tujuan untuk memperindah barang atau
benda yang dihias tersebut. Ragam hias pun ada berbagai jenis, seperti ragam hias
geometris, flora, fauna, manusia, topeng, dan sebagainya. Ragam hias banyak
terdapat di berbagai benda, bahkan pada senjata tumbak. Selain pada benda,
ragam hias juga dapat ditemukan digunakan untuk menghias bagian bangunan
(interior atau eksterior). Contohnya pada bangunan balai manganti di keraton
kanoman Cirebon. Selain itu ragam hias juga digunakan untuk membuat motif
batik. Pada artikel ini akan membahas tentang ragam hias flora dan kala yang
terdapat pada ukiran tumbak panembahan I abad XV dan yang terdapat di
bangunan balai manganti, makna simboliknya, makna filosofisnya, dan
pengaplikasiannya pada motif batik. Sumber-sumber dalam penelitiannya didapat
melalui studi pustaka.

Kata Kunci: Ragam Hias, Flora, Kala, Tumbak, Balai Manganti, Motif Batik

PENDAHULUAN lambat laun kota Cirebon menjadi


Cikal bakal kota Cirebon dimulai dari daerah yang memiliki potensi
sebuah desa nelayan Muara Jati yang perdagangan. Dampak dari pusat
dikuasai oleh Raja Galuh, karena perdagangan ini juga membawa kota
potensi keberadaannya yang strategis, Cirebon menjadi pusat kekuasaan di
bidang rohani dan kesenian. Semakin tercipta spekulasi akan adanya bukti
masyurnya kota Cirebon membuat kemitraan akan berbagai budaya, yang
pangeran Cakrabuana tertarik dan dimulai dari budaya Hindu-Budha,
membangun masjid pertama di Cina, Jawa, Arab, Belanda, Yunani
Cirebon yang kemudian menjadi Klasik, dan juga Islam.
Keraton Kasepuhan. Keraton menjadi Di museum senjata Keraton
simbol kemasyuran kota, juga sebagai Kasepuhan Cirebon terdapat banyak
simbol dari adanya kepemimpinan. senjata termasuk tumbak panembahan
Cirebon juga berkembang dengan salah satunya. Tumbak adalah senjata
masuknya pengaruh Portugis dan yang banyak ditemukan di seluruh
Hindia Belanda yang kemudian peradaban dunia, terutama karena
melahrikan Keraton Kanoman dan kemudahan pembuatannya dan biaya
Kacirebonan. pembuatannya yang murah. Tumbak
Sebagai sebuah kota perdagangan, adalah senjata untuk berburu dan
kota rohani dan juga kota keseninan, berperang, bagiannya terdiri dari
berbagai ornamen yang ada di tongkat sebagai pegangan dan kepala
Keraton-keraton Cirebon ini menjadi tumbak yang tajam dan kadang
bukti historis akan adanya pertukaran diperkeras dengan bahan lain. Di
informasi, atau pengaruh budaya yang Indonesia tumbak menjadi senjata
berkembang seiring berkembangnya utama yang banyak digunakan oleh
pula kota Cirebon. Pembuatan tentara-tentara tradisional Nusantara.
ornamen-ornamen ini jelas memiliki Ini terutama karena kelangkaan besi
makna, termasuk juga makna akan dan logam lainnya di Indonesia
ditempatkannya ornamen-ornamen sehingga sulit untuk membuat pedang.
tersebut. Pertukaran informasi yang Pada Tumbak Panembahan, ditemukan
diwujudkan dengan percampuran terdapat ornamen atau ragam hias pada
budaya yang nampak pada ornamen- tumbaknya.
ornamen di keraton Cirebon, seperti Bangunan Balai Manganti atau Sri
pada Keraton Kasepuhan dan Keraton Manganti yang terdapat di Keraton
Kanoman ini memberikan citra adanya Cirebon merupakan tempat yang
hubungan yang harmonis, sehingga berfungsi sebgai tempat menunggu
keputusan raja. Bentuknya bangunan sehingga benda-benda tersebut
tanpa dinding berbentuk limasan. Pada menjadi indah seperti yang kita lihat
bangunan tersebut terdapat beberapa pada hiasan
sisi yang ada ukiran ornamennya. kulit buku, piagam, kain batik, tempat
Ornamen berasal dari kata Ornare bunga dan barang-barang lainnya
(bahasa latin) yang berarti hiasan atau Soepratno (1997: 11). Semula
membuat indah. Soepratno B.A (1997: ornamen-ornamen berupa garis
11). Ornamen diartikan bentuk karya seperti: garis lurus,
seni garis patah, garis miring, garis sejajar,
yang ditambahkan atau sengaja dibuat garis lengkung, lingkaran dan
pada suatu benda agar benda tersebut sebagainya
bertambah indah. Menurut Susanto yang kemudian berkembang menjadi
(2011: 284) ornamen merupakan: bermacam-macam bentuk yang
“Hiasan yang dibuat dan digambar, beraneka
dipahat maupun dicetak, untuk ragam coraknya. Hal serupa juga
mendukung meningkatkannya kualitas dijelaskan oleh Gustami (1980: 4)
dan nilai pada suatu benda atau karya yang
seni. Istilah ornamen berasal dari mengatakan bahwa, “ornamen adalah
keinginan manusia untuk menghias komponen produk seni yang
benda-benda disekelilingnya. ditambahkan
Kekayaan bentuk menjadi sumber atau sengaja ditambahkan untuk
ornamen, dimasa lampau berkembang hiasan.”
di Istana raja-raja dan para bangsawan, Salah satu jenis ragam hias ialah
baik di Barat maupun Timur, untuk ragam hias flora atau tumbuhan.
menghias bentuk-bentuk dasar dari Ragam hias flora adalah ragam hias
hasil, kerajinan tangan, peralatan, yang menggunakan bentuk flora
pakaian, interior (ruangan).” (tumbuhan) sebagai objek motif ragam
Ornamen yang dimaksudkan untuk hias flora sebagai bentuk.
menghias suatu bidang atau benda, Penggambaran ragam hias flora dalam
seni ornamen dilakukan dengan
berbagai cara baik natural maupun
stilirisasi sesuai dengan keinginan karena kemarahan Siwa, yang telah
senimannya, demikian juga dengan mengeluarkan api kemarahan dari
jenis tumbuhan yang dijadikan antara kedua alisnya. Kirtimukha
obyek/inspirasi juga berbeda sangat sakti dinamakan Mahakala,
tergantung dari lingkungan (alam, mukanya sangar, mulut menyeringai
sosial, dan kepercayaan pada waktu bertaring tajam, pembunuh dan
tertentu) tempat motif tersebut kanibal, ditugaskan menjaga
diciptakan. Ragam hias flora sebagai istana/candi. Raksasa Kirtimukha atau
sumber objek motif ragam hias dapat Mahakala adalah hiasan pintu istana
dijumpai hampir di seluruh pulau di dewa India dan di candi Jawa,
Indonesia. Ragam hias dengan motif kemudian berkembang luas ke Jawa
flora mudah ditemui pada barnag- Timur bernama Banaspati, di Bali
barang seni seperti batik, ukiran, dan bernama Boma, Kedok/Topeng, Batara
tenunan. Motif tumbuhan merupakan Kala, Barong, Gupala, Butakala dan
hasil gubahan sedemikian rupa jarang lainnya. Kata ”Kala” juga sering
dapat dikenali dari jenis dan bentuk dihubungkan dengan waktu dan
tumbuhan apa sebenarnya yang diubah matahari. Hiasan Kala di setiap daerah
atau distilasi, karena telah diubah dan memiliki bentuk dan fungsi sendiri-
jauh darin bentuk aslinya. Bentuknya sendiri. Seniman (arsitek) bangunan
ada yang berupa akar, daun, bunga, istana kayangan bernama Wisvakarma.
biji, tunas, buah, ranting, atau Periode Indonesia Hindu seniman
pohonnya. menghasilkan karya seni rupa corak
Ragam hias ”Kala” adalah jenis hiasan raksasa Kala klasik penjaga pintu
candi, bercorak muka kepala raksasa masuk candi dan sejenisnya; periode
pada pintu masuk candi Jawa Islam menghasilkan Batara Kala,
Indonesia Hindu. Hiasan Kala berasal gunungan wayang kulit purwa dan
dari India bernama Kirtimukha. lainnya; Terjadinya pergantian politik,
Bentuknya sangat indah, aneh, unik faham agama dan penguasa di
dan mistis, diperhatikan banyak fihak. berbagai daerah, menjadi penyebab
Kehadirannya menimbulkan utama perubahan bentuk dan fungsi
kontradiksi. Raksasa Kirtimukha lahir corak raksasa Kala. Pada candi klasik
Indonesia Hindu, periode Madya dan media belajar untuk menambah
moderen, raksasa Kala memiliki nama pengetahuan dan wawasan mengenai
dan bentuk berbeda, tetapi fungsinya batik, ragam hias atau ornamen, dan
tetap sebagai penghias dan penjaga sepintas mengenai keraton kasepuhan
”keamanan” pemiliknya. Periode dan keraton kanoman di cirebon. Dan
moderen menghasilkan (relief, tujuan lainnya sebagai memenuhi
lukisan) bentuk baru untuk hiasan salah satu tugas mata kuliah ornamen
dinding bangunan dan lainnya. Hiasan nusantara.
Kala diciptakan seniman kreatif,
inovatif mulai dari desain, persiapan KAJIAN PUSTAKA
bahan/alat dan pembentukan karya, A. Ragam Hias
menghasilkan karya seni rupa Ragam hias adalah bentuk dasar
bercorak raksasa Kala maupun topeng. hiasan yang biasanya akan menjadi
pola yang diulang biasanya akan
TUJUAN menjadi pola yang diulang-ulang
Penulisan artikel ini memiliki tujuan dalam suatu karya kerajinan atau seni.
untuk mencari tahu tentang ragam hias Karya ini dapat berupa tenunan,
atau ornamen dan mengulik ragam tulisan pada kain (misalnya batik),
hias flora dan ragam hias kala yang songket, ukiran, atau pahatan pada
ditemukan pada ukiran tumbak kayu/batu. Ragam hias dapat
panembahan I abad XV dan yang distilisasi(stilir) sehingga bentuknya
ditemukan pada beberapa bagian pahatan pada kayu/batu. Ragam hias
bangunan balai manganti keraton dapat distilisasi(stilir) sehingga
kanoman Cirebon. Karena biasanya bentuknya bervariasi.
setiap motif ada maknanya, penulis Ragam hias merupakan pola hias yang
melalui penulisan artikel ini mencari dibuat dengan digambar, dipahat, dan
tahu apa makna filosofis motifnya, apa dicetak, untuk dengan digambar,
makna simbolis motifnya, dan dipahat, dan dicetak, untuk
bagaimana pengaplikasiannya mendukung meningkatnya kualitas
sehingga menjadi motif batik. dan nilai pada suatu benda atau karya
Hasilnya nanti bisa digunakan sebagai seni. Ragam hias juga merupakan
perihal yang akan menyertai bidang Ornamen yang dimaksudkan untuk
gambar (lukisan atau jenis karya menghias suatu bidang atau benda,
lainnya) sebagai bagian dari struktur sehingga benda-benda tersebut
yang ada bidang gambar (lukisan atau menjadi indah seperti yang kita lihat
jenis karya lainnya) sebagai bagian pada hiasan
dari struktur yang ada di dalam. kulit buku, piagam, kain batik, tempat
Ragam hias mempunyai istilah lain bunga dan barang-barang lainnya
yakni ornamen. Ornamen berasal dari Soepratno (1997: 11). Semula
kata Ornare (bahasa latin) yang berarti ornamen-ornamen berupa garis
hiasan atau seperti: garis lurus,
membuat indah. Soepratno B.A (1997: garis patah, garis miring, garis sejajar,
11). Ornamen diartikan bentuk karya garis lengkung, lingkaran dan
seni sebagainya
yang ditambahkan atau sengaja dibuat yang kemudian berkembang menjadi
pada suatu benda agar benda tersebut bermacam-macam bentuk yang
bertambah indah. Menurut Susanto beraneka
(2011: 284) ornamen merupakan: ragam coraknya. Hal serupa juga
“Hiasan yang dibuat dan digambar, dijelaskan oleh Gustami (1980: 4)
dipahat maupun dicetak, untuk yang mengatakan bahwa, “ornamen
mendukung meningkatkannya kualitas adalah komponen produk seni yang
dan nilai pada suatu benda atau karya ditambahkan atau sengaja
seni. Istilah ornamen berasal dari ditambahkan untuk hiasan.”
keinginan manusia untuk menghias
benda-benda disekelilingnya.  Fungsi Aktif dan Pasif Ragam
Kekayaan bentuk menjadi sumber Hias
ornamen, dimasa lampau berkembang Sebagai karya seni yang dibuat untuk
di Istana raja-raja dan para bangsawan, mendukung keindahan dari suatu
baik di Barat maupun Timur, untuk produk mendukung keindahandari
menghias bentuk-bentuk dasar dari suatu produk tertentu, mempunyai
hasil, kerajinan tangan, peralatan, makna yang sifatnya aktif dan pasif.
pakaian, interior (ruangan).”
Ragam hias aktif adalah ragam hias  Macam-macam Motif Pembentuk
yang berfungsi selain untuk menghias Pola
suatu benda berfungsi selain untuk 1. Motif Geometris
menghias suatu benda juga Motif tertua dari ornamen adalah
mendukung hal lain pada benda bentuk geometris, motif ini lebih
tersebut misalnya ikut menentukan banyak memanfaatkan unsur-unsur
kekuatanya. Misalnya kaki kursi motif dalam ilmu ukur.
belalai gajah/motif kaki elang, ikan, a. Tumpal
buaya, dan sebagainya. Ragam hias tumpal memiliki bentuk
Ragam hias pasif adalah ragam hias segitiga sama kaki, yang pada zaman
yang berfungsi hanya sebatas prasejarah melambangkan hal magis.
menghias, tidak ada berfungsi hanya Ragam hias motif tumpal juga sering
sebatas menghias, tidak ada kaitanya disebut motif pucuk rebung yang
dengan hal lain seperti ikut dianggap sebagai lambang
mendukung konstruksi atau kekuatan pertumbuhan. Ada pula yang
suatu bendayang dihiasnya. mengatakan bahwa ragam hias tumpal
adalah konsep kesatuan.
 Motif dan Pola Ragam Hias b. Pilin berganda
Pola dalam bahasa Inggris di sebut Ragam hias pilin adalah ragam hias
“pattern”. Secara sederhana pola yang memiliki bentuk dasar huruf S.
merupakan penyebaran bentuk dan dalam variasinya ada juga yang
warna dalam suatu represnetasi berbentuk SS(pilin berganda). di
ulangan tertentu. Sedangkan motif dalam kesenian batik, pilin menjadi
merupakan sesuatu yang menjadi bentuk dasar ragam hias parang.
pangkal tema dari sesuatu karya ragam c. Meander
hias. Motif merupakan pangkal untuk Ragam hias meander memiliki bentuk
ragamhias. Motif merupakan pangkal dasar T. motif ini biasanya digunakan
untuk membentuk suatu pola, baik untuk membuat hiasan pinggir
dibentuk dari unsur garis maupun d. Swastika
suatu bentuk figure.
Dikenal di zaman perunggu. Swastika sangat menakutkan, mata melotot,
merupakan varian dari pola meander mulut menyeringai, memperlihatkan
dan pilin. taring-taring tajamnya. Hiasan Kala
e. Kawung biasanya dipahatkan di ambang pintu
Memiliki bentuk yang menyerupai atau relung candi. Biasanya dilengkapi
buah aren yang dipotong melintang dengan Makara, yaitu bentuk binatang
sehingga kelihatan empat biji aren. laut berbelalai yang diletakkan di
Memiliki makna keselarasan hidup di kanan kiri pintu atau pipi tangga candi
dunia dan akhirat (Teks Artefak Kala, Museum
Arkeologi Trowulan, 16 Oktober
2. Motif Non Geometris 2010). Hiasan Kala penjaga pintu
Merupakan ragam hias yang dibuat masuk candi berfungsi sakral dan
dengan berbagai teknik dan cara, yang menakutkan, namun selalu dihormati
mengambail inspirasi dari berbagai dan dipuja penganutnya.
hal,baik natural maupun stilisisasi Keberadaannya menimbulkan
apapun. Ragam hias ini biasanya kontradiksi. Ia sebagai raksasa
banyak mengambil dari inspirasi pembunuh dan kanibal memakan
manusia, binatang (fauna), tumbuhan setiap lawan yang akan masuk candi.
(flora), topeng atau kedok, dan benda Bentuk dan fungsinya sangat indah
lainnya. sebagai karya seni rupa mistis. Kata
candi berasal dari ”candi-ghra”,
B. Ragam Hias Kala artinya rumah candika. Candika=dewi
Ragam hias Kala adalah salah satu Durga, seorang dewi yang
jenis ornamen candi, bercorak muka berhubungan erat dengan kematian.
kepala raksasa di ambang pintu masuk Bangunan yang berhubungan kematian
candi Jawa periode Indonesia Hindu. ialah bangunan pemakaman, oleh
Hiasan corak Kala juga disebut kedok karena itu di dalam candi sering
atau topeng (karena hanya terdapat pripih semacam periuk yang
menampilkan bagian raut muka-red). menyimpan abu jenazah (Sudarmono,
Kala adalah salah satu binatang dalam 1979: 47). Pemahaman yang kabur,
mitologi Hindu yang digambarkan bahwa candi untuk menyebut semua
bangunan peninggalan kesenian penguasa yang saat itu memberi
IndonesiaHindu, baik yang berupa peluang seniman kreatif inovatif untuk
stupa, wihara, istana, pemandian dan menghasilkan corak dan fungsi
sebagainya, atau pun yang betul-betul raksasa Kala baru, berbeda dengan
candi. Konsep dasar rancangan candi Kala penghias candi pertamanya.
Klasik Indonesia adalah keinginan Ragam hias corak raksasa Kala perlu
menciptakan tiruan gunung pada pusat ditelusuri asal-usulnya dan variasi
alam semesta, tempat para dewa dapat bentuknya ditampilkan pada tulisan ini
dibujuk untuk menjelma menjadi agar mudah difahami perkembangan
patung atau lingga yang ditempatkan bentuk dan fungsi di setiap
dalam ruangan yang menyerupai gua. periodenya.
Ini bersandar pada kepercayaan bahwa
gunung merupakan tempat kekuatan  Asal Usul Ragam Hias Kala.
adikodrati. Setelah ”elit” yang Pandangan manusia prasejarah
berkuasa membangun dengan batu, terhadap dunia mitos mewarnai
tempat bangunan mulai menyebar ke produk kebudayaan Indonesia Hindu.
dataran rendah. Perluasan ini mungkin Hiasan Kala yang terdapat pada pintu
berasal dari paduan semangat: masuk candi klasik Indonesia Hindu
keinginan membuat tempat keagamaan berasal dari mitologi India kuno. Pada
lebih mudah dicapai masyarakat pintu masuk sebuah pura, candi atau
umum dan pengakuan untuk ”elit” menhir, baik di Bali, di Jawa maupun
yang berkuasa bahwa hubungan di India kita temukan ukiran kepala
dengan kekuatan dewa secara nyata raksasa pada ambang pintu masuk
menambah kekuasaan duniawi mereka (kori aggung). Di Bali disebut Boma,
(Miksic, dalam Gunawan Tjahjono, yaitu raksasa dengan mulut terbuka
2002: 52). Terjadinya pergeseran tata menganga, taring runcing dengan
letak bangunan candi menyebar ke tangan terbuka di sebelah kanan dan
berbagai daerah dataran rendah, kiri wajah (muka) raksasa tersebut.
menjadi penyebab terciptanya bentuk Ukiran wajah raksasa pada candi-
muka raksasa Kala coraknya lebih candi di Jawa Timur disebut Banaspati
bervariasi. Kejadian ini kehendak (Vanaspati), di Jawa Tengah disebut
Kala. Bentuk tersebut berasal dari penggambarannya adalah jumlah
Kirtimukha di India. Dalam mitos, Ia lengan, namun detail lainnya dapat
sangat sakti mendapat kedudukan bervariasi juga. Sebagai contoh, dalam
terhormat untuk menjaga pintu masuk beberapa kasus ada Mahakala putih,
istana/candi bergelar Mahakala. dengan beberapa kepala, tanpa alat
Mahakala sangat dikenal di sekolah kelamin, dengan hiasan alternatif dan
Buddhisme Tibet. Mahakala biasanya sebagainya.
berwarna hitam. Seperti halnya semua
warna diserap dan larut dalam hitam.  Fungsi Hiasan Corak Kala
Semua nama dan bentuk dikatakan Peradaban Timur yang agung dari
melebur menjadi orang-orang Mesopotamia dan Mesir ke Cina dan
Pandangan manusia prasejarah India, kuil memiliki fungsi yang
terhadap dunia mitos mewarnai sangat penting. Kuil tidak hanya
produk kebudayaan Indonesia Hindu. imago mundi, melainkan juga
Mahakala, melambangkannya semua diartikan sebagai penciptaan ulang
bertaut, alam yang komprehensif. model transenden pada tatanan
Hitam juga dapat mewakili total duniawi. Konsepsi Timur kuno
ketiadaan warna, dan sekali lagi dalam mengenai kuil sebagai tiruan karya
hal ini menandakan sifat Mahakala arsitektur surga. Pada gagasan ini,
sebagai realitas hakiki atau absolut. ditemukan salah satu tafsiran bahwa
Prinsip ini dikenal dalam bahasa manusia religius mengalami ruang
Sanskerta sebagai Nirguna, di luar sakral dan mempertentangkan ruang
semua kualitas dan bentuk, dan ini profan. Perlu sedikit penjelasan
ditandai oleh kedua interpretasi. tentang perspektif yang dibuka oleh
Mahakala hampir selalu digambarkan konsepsi religius. Jika kuil merupakan
dengan sebuah mahkota lima imago mundi, hal ini karena dunia
tengkorak, yang merupakan sebagai karya dewa, sehingga bersifat
transmutasi lima kleshas (penderitaan sakral. Kesucian kuil merupakan bukti
negatif) ke dalam lima kebijaksanaan. melawan segala kerusakan duniawi.
Variasi yang paling terkemuka di Berdasarkan asumsi bahwa
manifestasi Mahakala dan perencanaan arsitektur kuil adalah
karya para dewa, maka berada di surga karakteristik, mistis, bagian budaya
dekat dengan para dewa. Model Indonesia Hindu. Secara fisik, corak
transenden dari candi itu mempunyai Kala penjaga pintu candi berfungsi
eksistensi spiritual surgawi dan abadi. sebagai elemen estetik bersifat pasif
Melalui rahmat para dewa manusia terhadap struktur bangunan candi.
dapat memperoleh penglihatan yang Berbeda dengan hiasan aktif atau
mempesona. Terhadap konsep tersebut hiasan konstruktif. Hiasan aktif tidak
manusia mencoba menirunya di bumi dapat dipisahkan dari bangunan utama,
(Eliede, 2002: 55-56). Keterangan karena jika dihilangkan akan merusak
tersebut menegaskan bahwa konstruksi bangunan candi. Hiasan
pembangunan candi yang dihiasi arca corak raksasa Kala pada candi
dan relief raksasa Kala dan lainnya termasuk ragam hias klasik tradisional
adalah sakral. Corak Kala atau raksasa Indonesia Hindu. Keberadaannya telah
Mahakala pada candi berfungsi untuk, dibuktikan secara historis, bentuknya
(1) menghiasi tubuh candi menjadi bermakna mistis, dikerjakan secara
indah, (2) wujud Kirtimukha cermat dan teliti dari bahan batu sejak
(Mahakala) penjaga pintu masuk ribuan tahun yang lalu. Kondisinya
istana (candi), kuil, gua semedi, dan masih tetap kokoh sampai sekarang.
pura, (3) pelengkap sarana dan Corak Kala di candi Prambanan,
prasarana upacara sakral, (4) wujud Borobudur, dan Kalasan di Jawa
karya seni rupa, dan (5) penghias Tengah bergaya naturalis, sedangkan
karya seni rupa. Corak raksasa pada candi di Jawa Timur bergaya
Mahakala sering ditransformasi dekoratif. Hal tersebut dapat
menjadi karya seni rupa sakral. digeneralisasi bahwa seni ornamen
Perlengkapan upacara Barong Ket, Jawa Tengah bergaya naturalis,
Batara Kala dan Banaspati penghias sedangkan seni ornamen Jawa Timur
gunungan wayang kulit purwa, bergaya dekoratif (Sutanto,1984:
maknanya sama dengan raksasa Kala 112). Simbol-simbol dalam agama
candi klasik Jawa. Banyaknya corak Hindu dengan berbagai bentuk, wujud,
dan fungsi raksasa Kala beserta nama dan fungsinya mengandung arti
inovasinya berkesan angker, sakral, untuk mendekatkan umat kepada yang
dipuja, yakni Tuhan Yang Maha Esa, periode Islam. Bentuk dan fungsinya
manifestasi-Nya, para dewata, roh-roh berbeda dengan raksasa Kala
suci para rsi, roh suci para leluhur sebelumnya.
yang telah disucikan sesuai ajaran
agama Hindu (Titib, 2001: 67). C. Batik
Berbagai dewa sebagai wujud-wujud Batik merupakan hal yang tidak
tertinggi adalah sumber tenaga yang asing bagi masyarakat Indonesia saat
paling nyata dan kuat, yaitu kekuatan ini. Batik merupakan salah satu
kehidupan. Namun, melalui kenyataan warisan nusantara yang unik.
tersebut mereka hanya menjadi Keunikannya ditunjukkan dengan
spesialis untuk prokreasi, dan barbagai macam motif yang memiliki
kehilangan kekuatan spiritual yang makna tersendiri. Menurut Asti M. dan
lebih lembut dan agung dari Tuhan Ambar B. Arini (2011: 1) berdasarkan
Sang Pencipta. Ketika dewadewa etimologi dan terminologinya, batik
langit tidak lagi mendominasi merupakan rangkaian kata mbat dan
kehidupan religius, wilayah-wilayah tik. Mbat dalam bahasa Jawa dapat
spiritual, simbolisme uranik, mitos dan diartikan sebagai ngembat atau
ritus-ritus pendakian, dan yang sejenis, melempar berkali-kali, sedangkan tik
tetap sangat mempengaruhi dimensi berasal dari kata titik. Jadi, membatik
sakral. Apa yang ”di atas”, yang artinya melempar titik berkali-kali
”tinggi”, tetap menghadirkan yang pada kain. Adapula yang mengatakan
transenden dalam kesadaran religius bahwa kata batik berasal dari kata
manusia. Meskipun telah digusur dari amba yang berarti kain yang lebar dan
berbagai kultus dan digantikan dalam kata titik. Artinya batik merupakan
mitos oleh tema-tema yang lain dalam titik-titik yang digambar pada media
kehidupan religius, langit tetap kain yang lebar sedemikian sehingga
menghadirkan diri sebagai simbol menghasilkan pola-pola yang indah.
transendental (Eliade, 2002: 130). Dalam Kamus Besar Bahasa
Mitos dan simbol raksasa Kala Indonesia, batik memiliki arti kain
penjaga pintu candi klasik Indonesia bergambar yang pembuatannya secara
Hindu kemudian berlanjut pada khusus dengan menuliskan atau
menerakan malam pada kain itu, cukup pesat. Tidak hanya secara
kemudian pengolahannya diproses produksi saja namun juga dengan
dengan cara tertentu. Keanekaragaman perkembangan motifnya. Banyak
motif batik dari seluruh Indonesia motif-motif baru dan dengan warna-
membuat beberapa orang kesulitan warna yang lebih menarik. Di Jawa
untuk mengenalinya. Untuk terdapat beberapa kelompok motif
memudahkan pengenalan, beberapa batik dengan ragam hias geometris,
seniman batik mengelompokkan yaitu Ceplok, Kawung, Nitik, dan
motif-motif tersebut berdasarkan Parang.
bentuk geometris setiap motif, yaitu:
kelompok dengan ragam hias METODOLOGI PENELITIAN
geometris dan ragam hias non Pada tanggal 5 November 2019
geometris. Menurut Sri Soedewi penulis berangkat ke Cirebon untuk
Samsi (2007: 3) batik dengan ragam mengunjungi Keraton Kasepuhan
hias geometris adalah batik dengan Cirebon, Keraton Kacirebonan,
dasar berbentuk bangun geometri Keraton Kanoman Cirebon dan Batik
seperti persegi, persegi panjang, Trusmi. Tujuan penelitian dalam
lingkaran, segitiga, dan lainnya. artikel ini adalah mencari tahu tentang
Contoh dari batik geometris yaitu ragam hias dan mengulik ragam hias
bentuk motif kawung, parang, nitik, flora dan ragam hias kala yang
ceplok, dan lain sebagainya. ditemukan pada ukiran tumbak
Sedangkan, batik dengan ragam hias panembahan I abad XV dan yang
nongeometris adalah batik dengan ditemukan pada beberapa bagian
unsur dasar bukan bangun geometris. bangunan balai manganti keraton
Ragam hias ini cenderung fleksibel kanoman Cirebon. Mencari tahu apa
dan lebih menceritakan keadaan alam makna filosofis motifnya, apa makna
atau masyarakat sekitar dengan bentuk simbolis motifnya, dan bagaimana
bunga, daun, hewan, dan lainnya. pengaplikasiannya sehingga menjadi
Contoh dari batik nongeometris yaitu motif batik. Sehingga metode
batik motif mega mendung. penelitian yang tepat digunakan oleh
Perkembangan batik di Indonesia penulis adalah metode penelitian
pendekatan deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan penelitian, data Ornamen yang dimaksudkan untuk
didapatkan dari penelusuran sumber menghias suatu bidang atau benda,
pustaka yang berkaitan dengan sehingga benda-benda tersebut
penelitian ini. Berbagai teori yang menjadi indah seperti yang kita lihat
didapatkan dari penelusuran sumber pada hiasan
pustaka tersebut kemudian digunakan kulit buku, piagam, kain batik, tempat
untuk menganalisis persoalan ragam bunga dan barang-barang lainnya
hias dan mengulik ragam hias flora
dan ragam hias kala yang ditemukan Tumbak Panembahan I abad XV
pada ukiran tumbak panembahan I
abad XV dan yang ditemukan pada
beberapa bagian bangunan balai
manganti keraton kanoman Cirebon.
Langkah penelitian yang penulis
tempuh adalah pengumpulan data
dengan melakukan penelusuran dari
berbagai sumber pustaka sebagai
bahan untuk dianalisis dan diolah.
Lalu melakukan pengolahan,
pengkajian dan analisis data dari
bahan yang ditemukan sebelumnya
untuk selanjutnya menarik
kesimpulan. Setelah analisis data
dilakukan, didapatkan suatu
kesimpulan yang menjadi jawaban
dari tujuan dilakukannya penelitian
ini. Kesimpulan itulah yang menjadi
hasil akhir dari penelitian ini.
sama dan dilakukan secara berulang-
ulang.
Ciri-ciri bentuk sulur-suluran
digambarkan sebagai pohon yang
menjalar, daunnya
bercabang menjalar seperti angka
enam dan sembilan silih berganti.
Adapun jenis
Dapat dilihat bahwa ada ukiran ragam jenis motif sulur-suluran yaitu sebagai
hias flora pada tumbak. Pada kepala berikut:
tumbak dan pegangannya terdiri dari 1) Motif Sulur Tangkai
ragam hias bunga dan sulur-sulur. Motif sulur-suluran tangkai
Selain itu, ada pula tumbak yang di merupakan jenis suluran yang
kepala tumbaknya terdapat ragam hias merambat seperti ranting yang melilit.
kepala kala dan flora. Motif sulur dan Motif ini mempunyai karakter yaitu
bunga hampir menutupi seluruh berbentuk garis lengkung memanjang.
bagian tumbak. Dalam penerapannya motif ini dapat
Sulur-suluran yang digunakan digunakan pada ornamen benda
merupakan bentuk suluran dan daun pinggiran dan juga sebagai pelengkap
dari bungo.
tumbuhan yang merambat. Adapun 2) Motif Sulur Daun
makna dari ornamen sulur-sulur Motif pandan merupakan jenis motif
menurut Jaja yang menyerupai tumbuhan yang
yaitu melambangkan adanya merambat dan terdapat ukelan. Jenis
kesuburan dan kehidupan yang motif ini biasa diterapkan sebagai
bergerak dinamis. hiasan pinggiran kerajinan lakuer.
Ornamen sulur-sulur melambangkan Fungsinya dapat sebagai garis
penyatuan (jalan) dan kesuburan pembatas. Adapun karakteristik dari
kehidupan yang bergerak dinamis. motif sulur daun ini yaitu merambat
Bentuk yang diterapkan pada ornamen seperti sulur dan bentuk seperti daun.
sulur-suluran ini memiliki bentuk yang
Ornamen sulur daun melambangkan masing kelopaknya berbentuk
pelengkap kesempurnaan . melengkung.
Motif bungo melati lengkung ini
Motif daun yang berfungsi sebagai merupakan jenis motif yang lama,
pelengkap mempunyai 3 jenis yaitu yang sering digambarkan oleh perajin-
daun runcing bercabang tiga, motif perajin terdahulu, sehingga
daun lebar, dan motif daun tumpul. mempunyai karakter garis lengkung
Karakteristik jenis motif daun pada bagian kelopaknya. Garis
pelengkap keseluruhannya sama lengkung memiliki tiga karakter
bercabang tiga, hanya perbedaannya yang pertama garis lengkung busur,
terdapat pada ujung daun yang runcing garis lengkung kubah dan garis
dan tumpul, serta tangkainya ada yang lengkung mengapung. Yang dimaksud
halus dan berduri. garis lengkung busur adalah garis yang
Motif daun pinggiran, fungsinya dapat berbentuk ¼ lingkarang, garis
sebagai garis pembatas. lengkung kubah yaitu garis yang
berbentuk ½ lingkaran, dan garis
Motif bunga/bungo lengkung mengapung yaitu garis yang
Selain sulur-suluran, terdapat juga berbentuk ¾ lingkaran.
motif bunga atau bungo. Ornamen Motif bungo melati bertingkat
bungo melati melambangkan kesucian merupakan jenis motif yang
hati. mempunyai karakteristik yaitu pada
Bunga teratai mempunyai makna bentuk kelopak yang disusun secara
yaitu: Bahwa kebaikan tidak selalu bertingkat dari bawah hingga ke atas
dimonopoli oleh salah satu level, bisa dan pada bagian tengahnya terdapat
saja tumbuh dari lumpur yang kotor. lingkarang kecil yang merupakan
gambaran dari inti sari pada motif
Motif bungo melati memiliki beberapa bungo melati tersebut.
jenis yaitu bentuk bagian tengahnya Jenis motif ini merupakan
yang berbeda-beda ada yang perkembangan dari motif bungo melati
berbentuk spiral dan ada juga yang sebelumnya seperti perkembangan dari
berbentuk lingkaran serta masing- motif bungo melati lengkung. kedua
dari jenis motif melati ini mempunyai Motif hias kepala kala ini terdapat
makna yang sama dan hanya pada salah satu kepala tumbak
bentuknya yang berbeda. panembahan dan juga dapat ditemukan
Kelopak bungo melati memiliki di beberapa bagian bangunan balai
makna simbolis melambangkan manganti.
keanggunan. Sedangkan tangkainya
mengartikan bahwa adanya keteguhan Pada Tiang balai manganti terdapat
hati. ragam hias daun keluen. Daun keluen
mempunyai makna yaitu bahwa sifat
Motif kepala kala manusia jangan berlebih-lebihan,
Hiasan corak Kala juga disebut kedok karena ada yang lebih dari yang paling
atau topeng (karena hanya lebih. Hidup harus dalam
menampilkan bagian raut muka-red). keseimbangan, dan kesetimbangan
Kala adalah salah satu binatang dalam yang akan membuat hidup lebih
mitologi Hindu yang digambarkan tenang.
sangat menakutkan, mata melotot, Ada pula motif hias praba pada tiang
mulut menyeringai, memperlihatkan ruangan Sri Manganti, ini adalah
taring-taring tajamnya. variasi motif hias daun keluen, oyod
Motif hias kala mempunyai simbol mingmang dan bunga matahari.
atau makna bahwa yang bisa masuk ke Motif hias oyod mingmang juga
dalam diri manusia dari luar itu adalah bermakna menerangkan yaitu: Bahwa
segala unsur yang negatif dan positif. kita tidak boleh menyepelekan kaum
Maka dari itu setiap manusia harus yang kecil atau masyarakat kecil.
berhati-hati terhadap segala unsur Karena biasanya kita bisa terjatuh
yang negatif yang bisa masuk ke dengan hal yang kecil, bukan hal yang
dalam diri kita, agar kita selalu mawas besar.Maka dari itu kita harus bisa
diri atau waspada. Selain itu makna berhati-hati dalam menjalani
pada ruangannya tersendiri kehidupan, dan tidak boleh
dimaksudkan untuk penangkal agar menyepelekan kaum kecil karena
unsur-unsur negatif tidak mudah biasanya dari kaum kecil inilah
masuk ke dalam ruangan. muncul sesuatu yang besar dan
istimewa. Motif hias oyod mingmang bunga. Jadi wijaya kusuma adalah
mempunyai makna yaitu: kembang atau bunga kemenangan.
Menggambarkan rangkaian akar yang Pada tiang segiempat balai manganti
saling berkaitan sehingga membentuk terdapat motif hias padma. Motif hias
satu kekuatan yang utuh, kekuatan padma mempunyai makna yaitu:
persatuan dan kesatuan yang memiliki Bunga padma adalah lambang
dasar adikodrati. Manusia memiliki kesucian, kesucian yang dilambangkan
akar kepribadian, akar budaya, dan padma pada umpak mempunyai
akar bangsanya masing-masing. makna yang identik dengan arti kokoh
Perbedaan yang ada hendaknya yang kuat, yang tidak akan
menjadi kekuatan untuk tidak saling tergoyahkan oleh segala macam
merusak antara satu akar budaya bencana yang menimpanya.
dengan akar budaya yang lain.
Sedangkan bunga matahari adalah Pengaplikasian motif flora (sulur-
bunga yang melambangkan suluran dan bunga atau bungo) dan
kehangatan dan kekaguman, juga motif kepala kala pada kain batik.
dianggap sebagai tanda umur panjang. UNESCO mengukuhkan batik menjadi
Bunga ini mempunyai makna milik Indonesia sebagai warisan
kesetiaan. Makna simbolis Inti sari budaya pada tanggal 2 Oktober 2009.
bunga matahari yang menyerupai Sehingga tanggal 2 Oktober
seperti matahari melambangkan diperingati sebagai Hari Batik di
sebuah kehidupan, Kelopak bungo Indonesia.
matahari yang mekar seperti bungo Keanekaragaman motif batik dari
mawar melambangkan kelembutan, seluruh Indonesia membuat beberapa
Tangkainya yang pendek mengartikan orang kesulitan untuk mengenalinya.
bahwa adanya kerendahan hati. Untuk memudahkan pengenalan,
Pada tiangnya juga terdapat ragam beberapa seniman batik
hias bunga wijaya kusuma. Bunga mengelompokkan motif-motif tersebut
wijaya kusuma mempunyai makna berdasarkan bentuk geometris setiap
yaitu: “Wijaya” adalah kemenangan, motif, yaitu: kelompok dengan ragam
dan “Kusuma” adalah kembang atau hias geometris dan ragam hias non
geometris. Motif flora dan kepala kala
termasuk ke dalam ragam hias non
geometris. Pengaplikasiannya pun
bervariasi, ragam hias flora mengalami
banyak gubahan atau variasi dari
setiap motifnya. Misalnya bentuk
ragam hias bunga melati kain batik
yang satu berbeda dengan satunya
lagi. Ini dikarenakan pembuatnya pun
memiliki kreatifitas yang berbeda.
Namun makna yang dikandungnya
tetap sama, hanya bentuknya saja yang
berbeda. Begitu pula dengan bentuk
ragam hias kepala kala yang belum
tentu motif kain batik daerah satu
sama dengan bentuk motif kain batik
daerah lainnya walaupun ragam hias
yang dipakai sama-sama kepala kala.
Contoh kain batik yang menggunakan
ragam hias kepala kala adalah kain
batik turonggo yakso dari trenggalek.
Berikut adalah beberapa contoh kain
batik dengan motif flora (sulur dan
bunga) dan motif kepala kala:

KESIMPULAN
Ornamen atau ragam hias merupakan Ornamen atau ragam hias dapat
suatu hasil karya manusia yang diaplikasikan pada berbagai benda,
diterapkan pada suatu barang atau termasuk senjata. Contohnya tumbak
benda dengan tujuan untuk panembahan. Juga bisa diaplikasikan
memperindah barang atau benda yang pada interior dan eksterior ruangan
dihias tersebut. Ragam hias pun ada atau bangunan. Contohnya seperti
berbagai jenis, seperti ragam hias yang terdapat di bangunan balai
geometris, flora, fauna, manusia, manganti keraton di Cirebon.
topeng, dan sebagainya. Ornamen Selain itu juga, terdapat pada benda
yang dimaksudkan untuk menghias yang sering kita lihat, yaitu kain batik.
suatu bidang atau benda, sehingga Banyak sekali ragam hias yang
benda-benda tersebut menjadi indah dijadikan motif batik dari berbagai
seperti yang kita lihat pada hiasan daerah di nusantara. Begitu kaya
kulit buku, piagam, kain batik, tempat ragam hias yang kita miliki. Sudah
bunga dan barang-barang lainnya sepatutnya kita ikut melestarikannya
Ragam hias flora merupakan jenis dan lebih mengembangkannya lagi
ragam hias yang menggunakan flora agar terus hidup dan tidak termakan
atau tumbuh-tumbuhan sebagai objek zaman lalu hilang. Banyak sekali cara
atau motifnya. Contohnya motif sulur- yang bisa dilakukan untuk
suluran dan motif bunga. Ragam hias mewujudkan itu selagi kita mau
kedok atau topeng merupakan jenis berusaha.
ragam hias yang menggunakan wajah
sebagai objek atau motifnya. ACKNOWLEDGEMENT
Contohnya motif kepala kala. Dengan selesainya artikel ini, penulis
Ragam hias juga bisa banyak sekali mengucapkan syukur pada Allah SWT
bentuknya. Karena bisa digubah sesuai karena dengan ridha Nya melancarkan
kreatifitas pembuatnya. Contohnya kegiatan ke Cirebon dan melindungi
terdapat banyak bentuk motif sulur- kita semua dalam perjalan pulang-
suluran dan bunga yang berbeda-beda pergi maupun ketika disana sehingga
namun tetap memiliki makna yang dapat menulis dan menyelesaikan
sama. artikel ini, Terima Kasih kepada Bapak
Drs. H. Agus Nursalim, M.T. selaku Sunggono, A. (2018). Ornamentasi
dosen mata kuliah ornamen nusantara, pada Keraton Kasepuhan dan Keraton
terima kasih kepada Harisha nur Kanoman Cirebon.
almira a.k.a Sasa yang sudah Sumadi. RAGAM HIAS KALA
mengkoordinir kebutuhan untuk SEBAGAI KARYA SENI RUPA
perjalanan ke keraton sehingga lancar, Pangestu, I, A., & Yuwono, B. T.
terima kasih teman-teman Mandala (2018). DAUN PISANG SEBAGAI
Rupa 2017, terima kasih kepada bapak SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN
pengelola keraton kasepuhan cirebon, DHAPUR TOMBAK. TEXTURE: Art
keraton kanoman cirebon, keraton & Culture Journal, 1(2), 145-160.
kacirebonan, dan para tour guide nya https://wikipedia.org/
yang membantu menjelaskan tentang https://eprints.uny.ac.id
keraton dan segala artefaknya yang Mulyani, Desi. (2013). KERAJINAN
sangat membantu penulis dalam LAKUER DITINJAU DARI PROSES
menyelesaikan artikel ini. Terima DAN MAKNA SIMBOLIS
kasih juga kepada semua pihak yang ORNAMEN DI HOME INDUSTRI
mendukung dalam perjalanan ke ROSA ART 19 ILIR PALEMBANG
keraton, membantu, memberikan https://docplayer.info/72649416-
tenaga dan motivasi dalam Ragam-hias-flora-ragam-hias-
dokumentasi dan pencarian sumber flora.html
untuk menulis artikel ini sehingga
terlaksana dengan baik, lancar dan
sukses.

DAFTAR PUSTAKA
Nurainun, N. (2008). Analisis industri
batik di Indonesia. Fokus Ekonomi,
7(3).
Kuntjoro-Jakti, R. D. R. I. (2010).
Ragam Hias Nusantara. Humaniora,
1(2), 246-252.

Anda mungkin juga menyukai