Anda di halaman 1dari 39

Perancangan Perkerasan Jalan

Kuliah Ke - 1 (Pendahuluan)
Oleh : YASRUDDIN

Program Studi Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Lambung Mangkurat - Banjarbaru
Sejarah Perkerasan Jalan
- Sejalan dengan perkembangan umat manusia yang sesuai dengan
keperluan hidup dan komunikasi.

- Sekitar 3500 th SM. Konstruksi jalan pertama kalinya ditemukan di


MESOPOTANIA.

- Pada abad ke 18 ahli Prancis dan Skotlandia menemukan sistem


konstruksi perkerasan jalan.

- John Louden Mac Adam pada tahun (1756-1836) memperkenalkan sistem


perkerasan yang tediri dari batu pecah dengan lapisan atas ditutup batuan
kecil (perkerasan Macadam). Lapisan Macadam diberi lapisan aus
(pelindung) yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi
pasir kasar.

- PIERRE MARIE JEROME TRESAGUET (1716-1796) dari Prancis yang


mengembangkan jalan sistem batu pecah yang dilengkapi drainase dan
kemiringan jalan.

- THOMAS TELFORD (1757-1834) dari Skotlandia dengan bahan batu kali


15/20 cm - 25/30 cm yang disusun tegak dengan batu kecil dipermukaan. Di
Indonesia lebih banyak menggunakan ini.
Sejarah Perkerasan Jalan

Roman Road Structure (after Collins and Hart, 1936)


Sejarah Perkerasan Jalan

Prinsip " desak-mendosak '

Typical Telford Road (after Collins and Hart, 1936)


Sejarah Perkerasan Jalan

Macadam Pavement Core

Prinsip " tumpang tindih "

Typical Macadam Road (after Collins and Hart, 1936)


Sejarah Perkerasan Jalan

- Jalan yang pertama menggunakan aspal sebagai bahan pengikat pada 625
tahun SM (di BABYLON) hingga tahun 1880 ditemukannya kenderaan
bermotor bensin (GOTTLIEB dan KARL BENZ). Perkembangan jalan dengan
perkerasan aspal maju pesat mulai tahun 1920 sampai sekarang.

- Konstruksi jalan dengan perkerasan semen tahun 1828 (di LONDON) dan
mulai berkembang awal th 1900 an.

- Perkembangan jalan di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan


DAENLELS (antara Anyer - Banyuwangi) di Jawa Timur (membentang
sepanjang pulau jawa) pada akhir abad ke 18 dengan tujuan memudahkan
pengangkutan hasil tanaman.

- Untuk pengembangan diluar Jawa hampir tak bearti kecuali sekitar Sumatra
Tengah dan Utara.

- Pada awal tahun 1970 baru dimulai membangun jalan dengan klasifikasi baik
(9 Maret 1978) diresmikan jalan tol pertama dengan menggunakan bahan
perkerasan aspal panas (53 km) antara Jakarta - Bogor – Ciawi (Jagorawi).
Sejarah Perkerasan Jalan

Flexible Pavement Rigid Pavement

Showing Both Flexible (Left) and Rigid (Right) Pavements


Sejarah Perkerasan Jalan

Arterial Road
Rural Road

Residential Streets Collector Streets


Sejarah Perkerasan Jalan

Harbor Airport Port Pavement

HMA Basketball Court HMA Tennis Courts


Sejarah Perkerasan Jalan

Large Parking Lot

Pathways (Bicycle, Walking and Golf Cart)


Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan
- Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
• Aspal sebagai lapisan bahan pengikat.
• Sifat lapisan memikul dan menyalurkan beban lalu lintas ketanah dasar.
• Jenis campuran AC dan HRA.

- Perkerasan Kaku (Rigit Pavement)


• Semen sebagai lapisan bahan pengikat (dengan atau tanpa tulangan).
• Beban lalu lintas dipikul oleh plat beton.
• Dapat/tanpa menggunakan lapis pondasi.

- Perkerasan Komposit (Composite Pavement)


• Merupakan kombinasi antara perkerasan lentur dengan kaku.
• Perkerasan lentur diatas perkeraan kaku.

- Perbedaan Utama Perkersanan Lentur dan Kaku anatara lain :


Kondisi Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

- Bahan Pengikat Aspal. Semen.


- Repetisi Beban Rutting pada jalur roda. Retak pada permukaan.
- Penurunan Tanah Dasar Bergelombang mengikuti Bersifat seperti balok diatas
tanah dasar. perletakan.
- Perubahan Temperatur Modulus kekakuan berubah Modulus kekakuan tidak
dan terjadi tegangan yang berubah dan terjadi tegangan
kecil yang besar.
Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan

Rigid and Flexible Pavement Load Distribution

Basic Flexible Pavement Structure Basic Rigid Pavement Structure


Kreteria Perkerasan Jalan

1. Terhadap Lalu Lintas


- Permukaan rata, tidak bergelombang. tidak melendut
dan tidak berlubang.
- Permukaan cukup kaku atau tidak terjadi perubahan
bentuk akibat beban lalu lintas.
- Permukaan cukup kasat (kasar).
- Permukaan cukup mengkilap.

2. Terhadap Kekuatan
- Ketebalan yang cukup (mampu menyebarkan beban lalu
lintas ketanah dasar).
- Kedap air.
- Permukaan mudah mengalirkan air.
- Cukup kaku (tidak terjadi lendutan akibat adanya beban
lalu lintas).
Kreteria Perkerasan Jalan
3. Terhadap kualitas dan umur rencana

- Rencana tebal perkerasan jalan baru harus didasarkan pada :


• Beban rencana, Jumlah lalu lintas, Kondisi lingkungan, Kondisi tanah dasar
dan material perkerasan.

- Untuk perkerasan lapis tambah (overlay) disesuaikan metode yang digunakan


• Berdasarkan umur sisa (tebal dan kondisi lapisan existing).
• Benkelment Beam test atau Falling Weight Deflectometer.
• Indek kondisi kekasaran permukaan atau Roughness Coeficient Index (RCI)

- Analisa Campuran lapis permukaan, LPA, LPB dan Subgrade Perepation


• Bahan yang tersedia.
• Jenis lapisan yang dipilih.
• Jenis campuran.
• Sarana laboratorium.

- Pengawasan Pekerjaan
• Perencanaan tebal perkerasan yang baik.
• ` Komposisi campuran (dari tahap persiapan, mixing dan compaction).
• Tahap pemeliharaan (umur pelayanan, sistem drainase dan jenis lalu lintas
yang melewati jalan tersebut).
Struktur Lapis Perkerasan Jalan

1. Lapis Perkerasan Lentur


• Lapis Permukaan (Surface Course)
• Lapis Pondasi Atas (Base Course/LPA)
• Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course/LPB)
• Tanah Dasar (Subgrade)

2. Lapis Perkerasan kaku


• Plat beton (concrete slap)
• Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)
• Tanah Dasar (Subgrade)

3. Gaya yang bekerja pada lapis perkerasan


• Beban Kenderaan (gaya vertikal)
• Gaya Rem (gaya horizontal)
• Pukulan Roda Kenderaan (gaya getaran)
Struktur Lapis Perkerasan Jalan

Susunan lapis perkerasan lentur Susunan lapis perkerasan kaku

Full Depth Asphalt Pavement


Struktur Lapis Perkerasan Jalan

Asphalt Pavement with Untreated Base and Subbase

Asphalt Pavement with Portland Cement Concrete or Combined


Portland Cement Concrete and Asphalt Base
Struktur Perkerasan Jalan
Po = Beban roda

h = tebal lapis perkerasan

Pavement deflection result in tensile and compressive


P1 = Beban pada tanah dasar stresses in pavement structure

P1 < Po

Spread of wheel-load trough pavement structure


Fungsi Perkerasan Jalan

1. Lapis Permukaan (Surface Course)


• Menahan beban roda dan menyalurkan kelapisan dibawahnya.
• Sebagai lapis kedap air yang melindungi lapisan dibawahnya.
• Memberikan keamanan bagi kenderaan yang melewatinya.
• Sebaiknya mempunyai cukup kekasaran permukaan, tidak ada lendutan
dan kerusakan (rutting, corragulation dan cracking).
• Sifat lapis permukaan non Struktural (burda, burtu, latasir, buras, latasbum
dan lataston/HRS-WC).
• Sifat Struktural (lapen, lasbutag, laston/AC-WC).

2. Lapis Pondasi Atas (Base Course/LPA)


• Menahan gaya lintang dan menyebarkan kelapisan dibawahnya.
• Lapisan peresapan untuk pondasi dibawahnya.
• Sebagai pondasi lapisan permukaan.
• Persyaratan LPA (CBR > 90 %. PI < 4 %) bahan LPA adalah batu pecah,
kerikil pecah, stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
• Di Indonesia (LPA/Base. LPA Sub Base, Lapis Perkerasan bahu) dengan
gradasi sesuai Spesifikasi. Jenis LPA (Agregat Kelas A, Pondasi
Macadam, Pondasi Telford, AC Base, AC Binder, HRS Base, CTB/LTB).
Fungsi Perkerasan Jalan

3. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course/LPB)


• Bagian lapisan yang menyebarkan beban ketanah dasar.
• Mengurangi tebal lapisan.
• Lapis peresapan agar air tidak terkumpul dibawah lapis pondasi.
• Lapisan untuk mencegah pertikal halus naik kelapis pondasi.
• Persyaratan LPB (CBR > 60 %, PI < 10 %) bahan LPB adalah, batu
pecah, kerikil pecah, sirtu stabilisasi tanah dengan semen atau Kapur/
CTSB /LTSB.

4. Tanah Dasar (Subgrade)


• Mendukung lapis permukaan, base dan sub base.
• Tanah asli yang dipadatkan dengan baik.
• Bahan material lain(selected embankment).
• Tanah asli yang distabilisasi.
• Sifat yang dikehendaki tanah dasar (perubahan bentuk tatap, tidak ada
sifat mengembang dan menyusut, daya dukung merata, tidak ada
perbedaan penurunan, perlu dipelajari daerah patahan/kondisi geologis).
Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Large Milling Machine

Figure : Milling Machine

Figure : Pavement Cleaning After Milling


Figure : Pavement Sweeping After Milling
Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Multi-Head Breaker with Following "Grid" Roller Used to Crush and
Compact the Resulting Rubble

Figure: Drop Hammer Used for Cracking and Seating PCC


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Replacing a Deteriorated Figure : Replacing a Rigid Pavement


Portion of the Existing Pavement Slab Concrate Before an HMA Overlay

Figure : Repairing Failed Pavement Sections Before Overlay


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

A clean, dry crack ready to be sealed.

The existing pavement showing crack seals and minor raveling.

Crack Sealing Photo Gallery


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Microsurfasing Photo Gallery


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Full-Depth Patching Photo Gallery


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Good Tack Coat Coverage

Figure : Poor tack coat (left half) vs. a good


Figure : Poor Tack Coat Coverage tack coat (right half).
Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Core Extraction

Figures 1 and 2: Taking a Pavement Core for Density Quality Control

Figure : Pavement Core


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Truck Sampling During Night Paving

Figure : Taking a Nuclear Density Reading

Figure : Thin Lift Nuclear Density Gauge


Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure : Temperature Differentials


Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Infrared view of centerline streak


Centerline streak

Roller checking Roller checking up close


Cracks from rolling a cold mat

Poor longitudinal joint, already patched Poor longitudinal joint, not patched
Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Figure 2: PSC = 75-100 Example Figure 3: PSC = 50-75 Example

Figure 1: Washington State PSC System Scale

Figure 4: PSC = 25-50 Example Figure 5: PSC = 0-25 Example


Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Standar Desain Jalan
References
• Yoder, E. J. and Witczak, M. W., “Principles of Pavement Design”, John Willey
and Sons, Inc.
• Huang, Y. H., “Pavement Analysis and Design”, Prentice Hall.
• Croney, D., “The Design and Performance of Road Pavement ”, HMSO, London.
• Bent Thagesen, “Highway and Traffic Engineers in Development Countries”, E &
FN Spon, London.
• AASHTO, Guide for Design of Pavement Structures 1972, Washington DC.
• AASHTO, Guide for Design of Pavement Structures 1986, Washington DC.
• AASHTO, Guide for Design of Pavement Structures 1993, Washington DC.
• The Asphalt Institute, Thicknness Design Full Depth Asphalt Pavement
Structures for Highway and Streets, Manual Series No. 1 (MS-1), USA, 1970.
• The Asphalt Institute, Thicknness Design Full Depth Asphalt Pavement
Structures for Highway and Streets, Manual Series No. 1 (MS-1), USA, 1991.
• Department of The Enviromental Road Research Laboratory, Road Note 29, A
Guide to The Structural Design of Pavement For New Roads, Thirt Edition,
London, 1970.
• Ovearseas Road Note 31, A Guide to The Structural Design of Bitumen Surfaced
Roads in Trofical and Sub Trofical Countries, Fourth Edition, London, 1993.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai