Anda di halaman 1dari 29

Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 1
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS AIR

1. TUJUAN
a. Mengetahui cara pengukuran parameter kualitas air yang meliputi pH,
turbiditas, alkalinitas, TDS, daya hantar listrik, dan kesadahan.
b. Mengetahui karakteristik kualitas air derajat dari beberapa sampel air yang
diambil di lingkungan sekitar.

2. DASAR TEORI
Sumber air dari alam tidak pernah menghasilkan air yang murni. Di
dalamnya selalu terkandung berbagai zat yang terlarut atau tersuspensi. Namun
larutan zat-zat dimaksud meskipun hanya dengan kadar 1 ppm (part per million)
atau kurang dari pada itu akan dapat berpengaruh sekali terhadap mutu airnya.
Mengingat akan hal tersebut, istilah kimia air yang termaksud di atas ialah
pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat kimia dari
larutan (dalam air tersebut) karena:
a. memang telah ada sejak dari sumbernya, baik yang berbentuk impurities
maupun yang tidak.
b. penambahan zat-zat kimia yang sengaja dilakukan selama treatment
dilakukan.
c. zat-zat yang terbawa oleh atau masuk ke dalam aliran air tersebut sewaktu
pengaliran dalam pipa/penyaluran yang akan digunakan untuk keperluan
rumah tangga atau industri, maupun setelah air tersebut menjadi air limbah.

Beberapa parameter kualitas air yang diukur adalah derajat keasamaan (pH),
turbiditas, alkalinitas, total dissolved solids (TDS), daya hantar listrik, dan
kesadahan. Parameter-parameter tersebut diperlukan untuk menentukan
konfigurasi pengolahan air yang dibuat dan dapat digunakan sebagai air proses,
misalnya sebagai air umpan boiler.
Modul Praktikum Utilitas 1

pH (potential Hydrogen) air merupakan tingkatan yang menunjukkan asam


dan basanya suatu air atau air limbah yang diukur pada skala 0 s/d 14. Tinggi
rendahnya pH air tergantung pada mineral yang dikandung oleh air tersebut. pH
air standar adalah 6,5 s/d 8,5. Air dengan pH dibawah 6,5 disebut air asam dan
air dengan pH diatas 8,5 disebut air basa.
pH larutan diukur sebagai minus logaritma kansentrasi ion hidrogen yang
ditetpkan dengan metode pengukuran secara potensiometri dengan
menggunakan pH meter. Larutan penyangga (buffer) pH adalah larutan yang
dibuat dengan melarutkan garam dari asam lemah dengan basa kuat atau basa
lemah dengan asam kuat sehingga menghasilkan nilai pH tertentu dan stabil.
pH meter adalah alat ukur elektronik yang digunakan untuk mengukur kadar
pH dari sebuah cairan. Pada umumnya pH meter terdiri dari probe pengukur
khusus (elektroda kaca) yang terhubung dengan meter elektronik yang
mengukur dan menampilkan hasil pembacaan pH.
Kekeruhan atau turbiditas merupakan standar yang menggunakan efek
cahaya sebagai dasar untuk mengukur kondisi air baku dalam satuan skala NTU
(nephelometrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU
(formazin turbidity unit). Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kekeruhan suatu air atau larutan. Turbidimeter merupakan alat
pengujian kekeruhan dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya
yang datang. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi padatan
adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Alkalinitas adalah kemampuan air/larutan untuk menetralkan asam.
Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm). Alkalinitas terdiri dari
ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-) yang
merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman (Alaerts, 2002).
Ketiga jenis senyawa yang menyebabkan alkalinitas tersebut tidak dapat
hadir bersama-sama dalam air sehingga hanya ada lima kemungkinan
terdapatnya senyawa penyebab alkalinitas, yaitu (Setiadi, T., 2007):
a. Hanya senyawa hidroksida (OH-)
Modul Praktikum Utilitas 1

b. Hanya senyawa karbonat (CO32-)


c. Hanya senyawa bikarbonat (HCO3-)
d. CO32- dan HCO3-
e. OH- dan CO32-

Kaitan alkalinitas (Alaerts, G., 2002):


a. Alkalinitas karbonat ada. Jika phenolphtalein tidak nol, tetapi kurang
dari pada alkalinitas jumlah.
b. Alkalinitas hidroksida. Jika alkalinitas phenolphtalein lebih besar dari
pada setengah alkalinitas jumlah.
c. Alkalinitas bikarbonat ada. Jika alkali phenolphtalein kurang dari
setengah alkalinitas jumlah.

TDS adalah jumlah zat padat terlarut, baik berupa ion-ion organik, senyawa,
maupun koloid di dalam air. Konsentrasi TDS yang terionisasi dalam suatu zat
cair mempengaruhi konduktivitas listrik zat cair tersebut. Makin tinggi
konsentrasi TDS yang terionisasi dalam air, makin besar konduktivitas listrik
larutan tersebut.
Daya hantar listrik kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang
dinyatakan dalam µmhos/cm (µS/cm). Konduktivitas air bergantung pada
jumlah ion- ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Secara
umum, faktor yang lebih dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah
temperatur.
Kesadahan merupakan kondisi air dengan konsentrasi garam-garam yang
tinggi, di antaranya garam-garam Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan dapat disebabkan
oleh garam karbonat, bikarbonat, sulfat, dan atau klorida. Kesadahan dapat
menyebabkan kerak (scale) di boiler.
Modul Praktikum Utilitas 1

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1) Multi parameter (pH, TDS, 7) Labu Erlenmeyer
DHL) 8) Buret
2) Turbidity meter 9) Statif/penyangga
3) Pipet tetes 10) Beaker glass
4) Pipet ukur 25 ml 11) Kertas tissue
5) Gelas ukur 12) Termometer
6) Bola karet (karet 13) Corong
penghisap)
b. Bahan
1) Sampel air dari 3 (tiga) sumber yang berbeda.
2) Air suling
3) Larutan H2SO4 0,02 N.
4) Larutan indikator PP.
5) Larutan indikator MO.
6) Larutan NaEDTA 0,01 N.
7) Indikator EBT (Eriochrome Black T)
8) Larutan pH buffer 10 + 0,1

c. Langkah kerja
Pengukuran pH, TDS, dan DHL
1) Lakukan kalibrasi alat dengan larutan standar untuk pH, TDS, dan DHL
sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
2) Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji
sampai suhu kamar.
3) Prosedur
a) Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
b) Bilas elektroda dengan contoh uji.
Modul Praktikum Utilitas 1

c) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pHmeter


menunjukkan pembacaan yang tepat.
d) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pHmeter.
4) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali untuk setiap contoh uji.
5) Hitung rata-rata hasil pengukuran untuk setiap contoh uji.

Pengukuran Turbiditas
1) Siapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan.
2) Siapkan alat ukur turbidimeter dan nyalakan.
3) Kalibrasi alat turbidimeter.
4) Bagi sampel menjadi dua untuk pembacaan duplo.
5) Bilas tabung turbidimeter dengan sampel air dan masukkan sampel ke
dalam tabung turbidimeter. Bersihkan bagian luar dari tabung
turbidimeter kemudian membaca turbiditasnya pada turbidimeter.
6) Lakukan untuk beberapa sumber air.
7) Rata-rata hasil pengukuran turbiditas untuk setiap sampel air dan hitung
standar deviasinya.
8) Catat spesifikasi tubidimeter yang digunakan.

Pengukuran Alkalinitas
1) Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2) Menentukan Alkalinitas Phenolphtalein:
a) Masukkan 100 ml sampel air ke dalam Erlenmeyer 250 ml
b) Tambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein
c) Jika setelah ditambah indicator, larutan tidak berwarna maka kadar
OH- dan CO3- kecil sekali atau nilai P=0.
d) Jika setelah ditambah indicator larutan menjadi berwarna merah
lembayung maka larutan dititrasi dengan larutan HSO 0,02 N hingga
larutan menjadi tidak berwarna dan dicatat volume titrasi.
e) Menghitung alkalinitas PP menggunakan rumus:
Modul Praktikum Utilitas 1

𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝐴×𝐵
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 ( )= × 1.000 × 50,4
𝐿 𝐶
Dimana,
A = mL H2SO4
B = Normalitas H2SO4
C = mL sampel air
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3
3) Menentukan Alkalinitas total:
a) Tambahkan 3 tetes indikator Metil Orange ke dalam contoh air yang
telah ditentukan akalinitas PP-nya.
b) Titrasi dengan H2SO4 0,02 N dari buret sampai warna berubah
menjadi jingga pucat.
c) Menentukan alkalinitas total menggunakan rumus:
𝑚𝑔𝐶𝑎𝐶𝑂3 (𝐴 + 𝐷)
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 ( )= × 𝐵 × 1000 × 50,4
𝐿 𝐶

Dimana,
A = mL H2SO4 (untuk alkalinitas PP)
B = Normalitas H2SO4
C = mL sampel air
D = mL H2SO4 (untuk alkalinitas total)
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3

Pengukuran Kesadahan
1) Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 mL encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.
2) Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 + 0,1.
3) Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT.
4) Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan
sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru.
5) Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
Modul Praktikum Utilitas 1

6) Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15


mL, encerkan contoh uji dengan air suling dan ulangi langkah 1 s/d 5.
7) Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA
yang digunakan.
8) Perhitungan kesadahan total:
1.000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 ) = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎) × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 100
𝑉𝐶.𝑢.
Dimana
VC.u. = volume larutan contoh uji (mL)
VEDTA(a) = volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi
kesadahan total
MEDTA = molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)

4. ANALISIS DATA
Tabel Hasil Pengukuran Parameter Air
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
No. Parameter
Ul 1 Ul 2 Ul 3 Ul 1 Ul 2 Ul 3 Ul 1 Ul 2 Ul 3
1. pH
2. DHL
3. TDS
4. Turbiditas
5. Alkalinitas
6. Kesadahan
7. Rata-rata
Standar
8.
Deviasi

5. ANALISIS (PEMBAHASAN)

6. TUGAS DAN PERTANYAAN


a. Apa manfaatnya bagi kita untuk mengetahui parameter suatu air?
b. Buatlah kesimpulan dan saran dari hasil percobaan yang telah dilakukan!
7. KESIMPULAN DAN SARAN
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 2
PENENTUAN JENIS DAN DOSIS KOAGULAN PADA PENGOLAHAN

AIR SECARA KIMIA

1. Tujuan
a. Memahami proses yang terjadi pada pengolahan air dengan metode jar test.
b. Mampu menentukan jenis koagulan yang tepat dalam pengolahan air bersih.
c. Mampu menentukan dosis koagulan yang tepat dalam pengolahan air
bersih.
d. Memahami pengaruh jenis dan dosis koagulan terhadap kualitas air bersih.

2. Keselamatan Kerja
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
c. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan
laboratorium.

3. Pengantar
Jar test adalah uji air baku dalam pemilihan jenis koagulan dan penentuan
konsentrasi koagulan dalam pengolahan air bersih. Uji ini terdiri dari tiga tahapan
pengolahan, yaitu koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi.
Koagulasi merupakan proses penggumpalan partikel koloid karena
penambahan bahan kimia yang disebut koagulan sehingga partikel-partikel tersebut
bersifat netral dan membentuk endapan karena gaya gravitasi.
Flokulasi adalah peristiwa pengumpulan partikel-partikel kecil hasil
koagulasimenjadi floks yang lebih besar sehingga lebih cepat mengendap.
Proses koagulasi dilakukan dengan mengaduk contoh yang telah ditambah
koagulan dengan kecepatan (100-120) rpm selama 1 menit. Selama proses
koagulasi terjadi destabilisasi partikel koloid sehingga membentuk microflock.
Modul Praktikum Utilitas 1

Proses flokulasi dilakukan dengan pengadukan lambat ±30 rpm selama 15 menit.
Proses sedimentasi dilakukan dengan pengendapan selama 1 jam.
Jenis-jenis koagulan:
a. Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O)
b. Sodium aluminat (NaAlO2)
c. Ferrous sulfat (FeSO4.7H2O)
d. Chlorinated copperas
e. Ferri chloride (FeCl3.6H2O)
f. Ferri sulfat (Fe2(SO4)3)
Jenis koagulan aid diantaranya:
a. Poly aluminium chloride (PAC)
b. Karbon aktif
c. Activated silica
d. Bentonic clay
Reaksi yang terjadi pada penambahan zat koagulan dengan koagulan
pembantu:
Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2O
FeCl3.6H2O + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl + 6H2O

4. Bahan dan Peralatan


a. Bahan
1) Contoh Air Baku
2) Larutan Al2(SO4)3 (tawas) 10.000 ppm
3) Larutan FeCl3 10.000 ppm
4) Larutan Ca(OH)2 5.000 ppm
5) Larutan NaOH 4.000 ppm
6) Akuades

b. Peralatan
1) Jar Test Appratus
Modul Praktikum Utilitas 1

2) Stop Wacth
3) Turbidity meter
4) pH meter
5) Timbangan analitik
6) 4 buah beaker glass 500 ml
7) Gelas ukur 500 ml
8) Batang pengaduk gelas
9) Pipet ukur 5 ml dan 10 ml
10) Kertas tisu
11) Kertas label

c. Cara Kerja
Pengujian contoh baku air dilakukan dengan perlakuan tanpa
prasedimentasi dan dengan prasedimentasi. Adapun langkah-langkah kerja
praktikum ini sebagai berikut:
1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Lakukan perhitungan volume koagulan dan volume koagulan pembantu
yang akan ditambahkan ke dalam contoh uji jika kita tentukan
konsentrasi koagulannya adalah 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm dan 80 ppm.
Larutan baku yang tersedia adalah:
- Larutan baku koagulan Al2(SO4)3.18H2O 10.000 ppm yang akan
direaksikan dengan koagulan pembantu Ca(OH)2 5000 ppm.
- Larutan baku koagulan FeCL3.6H2O 10.000 ppm yang akan
direaksikan dengan koagulan pembantu NaOH 4000 ppm.
3) Siapkan contoh air baku tanpa perlakuan prasedimentasi.
4) Ukur pH menggunakan alat pHmeter dan turbiditas awal menggunakan
alat turbiditymeter.
5) Isi empat beaker glass dengan contoh air baku sebanyak 500 ml di
dalam gelas ukur dan beri label.
Modul Praktikum Utilitas 1

6) Ambil contoh air baku di dalam beaker glass dengan menggunakan


pipet ukur sebanyak volume koagulan ditambah volume koagulan
pembantu yang akan ditambahkan ke dalam contoh uji.
7) Masukkan larutan baku koagulan dan larutan baku koagulan pembantu
sesuai hasil perhitungan.
8) Aduk larutan menggunkan alat jar test dengan pengadukan cepat (+100
rpm) selama 1 menit.
9) Aduk dengan pengadukan lambat (+30 rpm) selama 15 menit.
10) Matikan alat jar test dan angkat batang pengaduk.
11) Diamkan dan biarkan mengendap selama 1 jam.
12) Ukur pH dan turbiditas contoh uji.
13) Catat hasil pengamatan.
14) Lakukan hal yang serupa pada contoh air baku untuk contoh uji dengan
prasedimentasi dengan pengendapan contoh uji selama 30 menit.
15) Amati perbedaan yang terjadi dan simpukan hasilnya.
16) Cuci dan bersihkan semua alat yang sudah digunakan.

5. Perhitungan
a. Al2(SO4)2
1) Volume contoh 500 mL
2) Konsentrasi larutan baku Al2(SO4)3 10.000 ppm
3) Konsentrasi larutan baku Ca(OH)2 5.000 ppm
4) Mr Al2(SO4)3.18H2O = 666
5) Mr Ca(OH)2 = 74

Al2(SO4)3 Ca(OH)2
No.
Ppm mmol/L Ml ppm mmol/L mL

1. 50

2. 60
Modul Praktikum Utilitas 1

Al2(SO4)3 Ca(OH)2
No.
Ppm mmol/L Ml ppm mmol/L mL

3. 70

4. 80

6) Menghitung kebutuhan Al2(SO4)2 dalam 500 mL air.

𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1 = volume larutan baku Al2(SO4)3 yang ditambahkan

ppm1 = konsentrasi larutan baku Al2(SO4)3

V2 = volume contoh uji (500 mL)

ppm2= konsentrasi Al2(SO4)3

7) Menghitung kebutuhan Ca(OH)2


Setiap mol Al2(SO4)3 diperlukan 3 mol Ca(OH)2 sehingga didapatkan
Mol Ca(OH)2 = 3 mol Al2(SO4)3
𝒑𝒑𝒎 𝑪𝒂(𝑶𝑯)𝟐 𝒑𝒑𝒎 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑
= 𝟑×
𝑴𝒓 𝑪𝒂(𝑶𝑯)𝟐 𝑴𝒓 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑.𝟏𝟖𝑯𝟐 𝑶

Volume Ca(OH)2 yang ditambahkan:


𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1= volume larutan baku Ca(OH)2 yang ditambahkan

ppm1= konsentrasi larutan baku Ca(OH)2

V2= volume contoh uji (500 mL)

ppm2= konsentrasi Ca(OH)2


Modul Praktikum Utilitas 1

b. FeCl3
1) Volume contoh 500 mL
2) Konsentrasi larutan baku FeCL3.6H2O = 10.000 ppm
3) Konsentrasi larutan baku NaOH = 4.000 ppm
4) Mr FeCL3.6H2O = 270,33
5) Mr NaOH = 40

FeCL3.6H2O NaOH
No.
Ppm mmol/L Ml ppm mmol/L mL

1. 40

2. 50

3. 60

4. 70

6) Menghitung kebutuhan FeCL3.6H2O dalam 500 mL air :


𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1= volume larutan baku FeCL3.6H2O yang ditambahkan

ppm1= konsentrasi larutan baku FeCL3.6H2O

V2= volume contoh uji (500 mL)

ppm2= konsentrasi FeCL3.6H2O

7) Menghitung kebutuhan NaOH


Setiap mol FeCL3.6H2O diperlukan 3 mol NaOH sehingga didapatkan:
Mol NaOH = 3 mol FeCL3.6H2O

𝒑𝒑𝒎 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒑𝒑𝒎 𝑭𝒆𝑪𝒍𝟑. 𝟔𝑯𝟐 𝑶


=𝟑×
𝑴𝒓 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝑴𝒓 𝑭𝒆𝑪𝒍𝟑 . 𝟔𝑯𝟐 𝑶
Volume NaOH yang ditambahkan:
Modul Praktikum Utilitas 1

𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1= volume larutan baku NaOH yang ditambahkan

ppm1= konsentrasi larutan baku NaOH

V2= volume contoh uji (500 mL)

ppm2= konsentrasi NaOH

a. Tabel Pengamatan dengan Al2(SO4)3 tanpa Ca(OH)2

Perlakuan Al2(SO4)3 pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 50

Tanpa 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

1 50

Dengan 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

b. Tabel Pengamatan dengan Al2(SO4)3 dan Ca(OH)2

Al2(SO4)3 pH Turbiditas
Perlakuan No. Keterangan
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 50

Tanpa 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80
Modul Praktikum Utilitas 1

1 50

Dengan 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

c. Tabel Pengamatan dengan FeCL3.6H2O tanpa NaOH

Perlakuan FeCl3.6H2O pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 40

Tanpa 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

1 40

Dengan 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

d. Tabel Pengamatan dengan FeCL3.6H2O dan NaOH

Perlakuan FeCl3.6H2O pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 40

Tanpa 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

1 40
Modul Praktikum Utilitas 1

Dengan 2 50
Prasedimentasi
3 60

4 70

6. ANALISIS
7. PERTANYAAN
a. Dari percobaan yang dilakukan, jenis koagulan mana yang menurut Anda
memberikan hasil kualitas air terbaik?
b. Berdasarkan hasil pengamatan hasil pengolahan air dengan berbagai dosis
koagulan dan koagulan pembantu, perlakuan yang manakah yang anda
rekomendasikan untuk pengolahan air tersebut?
c. Apa yang akan terjadi jika proses pengolahan air secara kimia kekurangan
dosis koagulan?
d. Apa yang akan terjadi jika proses pengolahan air secara kimia kelebihan
dosis koagulan?
e. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi.

8. KESIMPULAN DAN SARAN


9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 3
PENENTUAN JENIS RANGKAIAN, DOSIS PENGALIRAN ARUS
LISTRIK DAN WAKTU PENGALIRAN LISTRIK PADA PENGOLAHAN
AIR SECARA ELEKTRO-KOAGULASI

1. TUJUAN
a. Memahami proses yang terjadi pada pengolahan air dengan metode elektro-
koagulasi.
b. Mampu menentukan jenis rangkaian dan dosis pengaliran arus listrik dan
waktu pengaliran yang tepat untuk pengolahan air secara elektrokoagulasi.
c. Memahami konsep kebutuhan bahan dan listrik yang digunakan dalam
proses pengolahan air dengan metode elektrokoagulasi.
d. Mampu melakukan analisa ekonomi terhadap kebutuhan listrik yang
dibutuhkan proses pengolahan air dengan metode elektrokoagulasi.
e. Memahami kelemahan dan kelebihan metode elektrokoagulasi untuk
pengolahan air bersih.

2. KESELAMATAN KERJA
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
c. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
d. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan
laboratorium.

3. PENGANTAR
Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan
arus lisrik searah melalui peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit
yang digunakan untuk pengolahan air.
Modul Praktikum Utilitas 1

Reaksi yang tejadi pada proses elektrokoagulasi.


Pada elektroda positif (Katoda) :
Larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas hidrogen
(H2) pada katoda.
2H2O (l) + 2e- → 2OH- (aq) + H2 (g)
Pada Elektroda Negatif (Anoda) :
Anoda terbuat dari logam almunium akan teroksidasi.
Al (s) + 3H2O (l) → Al(OH)3 (aq) + 3H+ (aq) + 3e-
Jika larutan mengandung ion-ion logam lain maka ion-ion logam akan direduksi
menjadi logamnya dan terdapat pada batang katoda.
Ln+ + ne- → L(s)
Dari reaksi tersebut, pada anoda akan dihasilkan gas, buih, dan flok
Al(OH)3. Selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat unsur yang ada di dalam
limbah, sehingga flok akan memiliki kecenderungan mengendap.
Hukum Faraday I : “jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda berbanding
lurus dengan jumlah muatan listrik yang mengalir melalui sel elektrolisis”
Muatan 1 mol electron (e-) = 6,02.1023 × 1,6.1019 Coulomb
= 96.500 Coulomb
= 1 Faraday
Muatan listrik sebesar 1 Faraday dapat mengendapkan 1 gr ekivalen.

4. BAHAN DAN PERALATAN


a. Bahan
1) Contoh Air Baku : Air Sungai Bengawan Solo
2) Akuades
b. Peralatan
1) Seperangkat alat koagulator elektroda Aluminium
2) Rectifier
3) Multimeter sebagai Amperemeter
4) Multimeter sebagai Voltmeter
5) Jar Test Appratus
Modul Praktikum Utilitas 1

6) Stop Wacth
7) Turbidity meter
8) 2 buah beaker glass 500 ml
9) Gelas ukur 500 ml
10) Pipet ukur 10 ml
11) Kertas tisu
12) Kertas label

c. Langkah kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Rangkai semua peralatan listrik .
3) Hubungkan dengan alat koagulator dengan elektroda aluminium sesuai
jenis rangkaiannya.
4) Masukkan air ke dalam reaktor elektrokoagulasi sesuai volumenya sampai
bibir outlet.
5) Masukkan elektroda ke dalam contoh air.
6) Tentukan voltagenya.
7) Hubungkan rangkaian dengan arus listrik selama watu yang diperlukan
yaitu 1’, 2’ dan 3’.
8) Catat voltage dan arus yang terbaca pada multimeter.
9) Tuang air ke dalam 2 beaker glass sebanyak masing-masing 500 ml.
10) Lakukan pengadukan lambat 30 rpm dengan alat jar test selama 15 menit.
11) Angkat batang pengaduk biarkan mengendap selama 1 jam.
12) Ukur turbiditasnya.
13) Lakukan untuk variasi rangkaian seri dan paralel, variase voltase dan
variasi waktu.
14) Lakukan perhitungan kadar Al yang teroksidasi dari hasil pengamatan.
15) Amati perbedaan yang terjadi dan simpukan hasilnya.
16) Cuci dan bersihkan semua alat yang sudah digunakan.
Modul Praktikum Utilitas 1

5. TABEL PENGAMATAN
a) Rangkaian Seri
Turbiditas

Voltage (V) Arus (I) Waktu (t)


I II Rata-rata

1’

2’

3’

1’

2’

3’

1’

2’

3’

1’

2’

3’
Modul Praktikum Utilitas 1

b) Rangkaian Paralel
Turbiditas

Voltage (V) Arus (I) Waktu (t)


I II Rata-rata

1’

2’

3’

1’

2’

3’

1’

2’

3’

1’

2’

3’
Modul Praktikum Utilitas 1

6. TABEL PERHITUNGAN
Volume contoh air/Volume reaktor = L
Ar. Al =
Bil Faraday (F) =
𝐴𝑟. 𝐴𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐴𝑙 =
𝐵𝑖𝑙𝑜𝑘𝑠 𝐴𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑙 (𝑚𝑔) = 𝑀𝑒𝑞 × 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐴𝑙 × 1000
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑙 (𝑚𝑔)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝐿)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑠
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙
= × 𝑀𝑟. 𝐴𝐿2 (𝑆𝑂4 )3 . 18𝐻2 𝑂
2 × 𝐴𝑟. 𝐴𝑙

a) Rangkaian Seri
Kadar
Q=I×t F Massa Kadar Al
V I(A) t (dtk) Meq (≈F) Tawas
(coulomb) (q:bil.F) Al(mg) (ppm)
(ppm)

60

120

180

60

120

180

60

120

180

60
Modul Praktikum Utilitas 1

Kadar
Q=I×t F Massa Kadar Al
V I(A) t (dtk) Meq (≈F) Tawas
(coulomb) (q:bil.F) Al(mg) (ppm)
(ppm)

120

180

b) Rangkaian Paralel
Kadar
Q Massa Kadar Al
V I(A) t (dtk) F Meq Tawas
(coulomb) Al(mg) (ppm)
(ppm)

60

120

180

60

120

180

60

120

180

60

120

180
Modul Praktikum Utilitas 1

7. ANALISIS (PEMBAHASAN)
8. PERTANYAAN
a. Bagaimana pengaruh besarnya arus, waktu dan bentuk rangkaian
terhadap jumlah Al yang teroksidasi untuk penjernihan air?
b. Dari praktikum yang dilakukan, jelaskan perlakuan manakah yang
memberikan hasil terbaik dari sisi kualitas air dan ekonomi.
c. Tunjukkan kelebihan dan kelemahan metode elektrokoagulasi untuk
pengolahan air dibanding dengan metode dengan penambahan bahan
kimia.
d. Gambarkan skema rangkaian listrik dan elektroda yang dijalankan dalam
praktikum, baik yang seri maupun yang paralel.
e. Bagaimana pengaruh bentuk rangkaian terhadap kebutuhan listrik untuk
pengolahan air dengan elektrokoagulasi?

9. KESIMPULAN DAN SARAN


10. DAFTAR PUSTAKA
11. LAMPIRAN
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 4
UNIT PENGOLAHAN AIR SECARA ELEKTRO-KOAGULASI

1. Tujuan
a. Memahami proses elektrokoagulasi dalam pengolahan air.
b. Memahami hubungan antara kuat arus, waktu dan elektroda yang
teroksidasi.
c. Menghitung dimensi peralatan yang digunakan dalam unit pengolahan air
sescara elektrokoagulasi.
d. Menghitung kapasitas dan debit maksimum unit pengolahan air secara
elektrokoagulasi untuk tiap tahapan proses.

2. Keselamatan Kerja
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
c. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
d. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan
laboratorium.

3. Pengantar

Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan


arus lisrik searah melalui peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit
yang digunakan untuk pengolahan air.

Bak koagulasi merupakan tangki yang berfungsi untuk mereaksikan air


limbah dengan bahan kimia koagulan.

Bak flokulasi merupakan tangki berpengaduk dengan kecepatan lambat


(kurang dari 50 rpm) yang berfungsi untuk mereaksikan air limbah dengan bahan
kimia flokulan,

Bak Sedimentasi adalah bak yang berfungsi memisahkan solid-liquid


menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid.
Modul Praktikum Utilitas 1

Sand filter adalah suatu tangki yang berfungsi untuk proses filtrasi
(penyaringan). Di dalam tangki filtrasi terisi media-media padat yang berfungsi
untuk menahan flok sehingga air yang keluar sudah jernih.

4. Metodologi Praktikum
a. Bahan
1) Contoh Air Baku : Air limbah/air sungai
2) Akuades

b. Peralatan
1) Unit pengolahan air 7) Selang air
elektrokoagulasi skala 8) Ember
laboratorium. 9) Stop Wacth
2) Rectifier 10) Turbidity meter
3) Multimeter sebagai 11) pHmeter
Amperemeter 12) beaker glass
4) Multimeter sebagai 13) Gelas ukur 500 ml
Voltmeter 14) Pipet ukur 10 ml
5) Sand Filter 15) Kertas tisu
6) Pompa air 16) Kertas label

c. Cara Kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Rangkai peralatan elektrokoagulator, hubungkan dengan voltmeter dan
amperemeter.
3) Hubungkan bak koagulator dengan bak flokulator dilanjutkan bak
sedimentasi dan tangki filter.
4) Siapkan contoh air di ember besar letakkan sebelum elektrokoagulator.
5) Siapkan pompa untuk menaikkan air dari ember ke bak koagulator.
6) Pompa air limbah masukkan ke bak koagulator dan jalankan semua
peralatan.
Modul Praktikum Utilitas 1

7) Catat voltage dan arus yang terbaca pada multimeter.


8) Jalankan unit pengolahan hingga air keluar dari filter.
9) Ukur debit air yang melewati unit pengolahan dengan menggunakan gelas
ukur dan stopwatch.
10) Ukur pH, turbiditas, dan alkalinitas air yang masuk dan yang keluar unit
pengolahan air.
11) Catat dimensi peralatan tiap tahapan pengolahan.
12) Lakukan analisa tingkat keberhasilan unit pengolahan air tersebut.

5. Hasil Pengamatan
Tahapan Pengolahan meliputi:
a. Prapengolahan
1) Tujuan tahapan:
2) Sumber air baku:
3) Karaktristik air baku:
- pH =
- Turbiditas =
- Alkalinitas =

b. Koagulasi
1) Tujuan tahapan:
2) Metode yang digunakan: elektrokoagulasi
3) Bahan Elektroda :
4) Luas elektroda :
5) Volume kotak elektroda:
6) Jumlah sel :
7) Jarak antar sel :
8) Jenis Rangkaian :
9) Besar Arus :
10) Besar Tegangan :
11) Debit air :
Modul Praktikum Utilitas 1

12) Perhitungan dosis aluminium yang teroksidasi:


13) Setara dengan pemakaian Al2(SO4)3 :

c. Flokulasi
1) Tujuan tahapan:
2) Keceparan pengadukan:
3) Dimensi bak flokulasi:

d. Sedimentasi
1) Tujuan tahapan:
2) Model pengendapan:
3) Dimensi bak pengendap:
4) Ukuran plat:
5) Jumlah plat:
6) Jarak antar plat:
7) Kemiringan plat:
8) Debit maksimum:

e. Filtrasi
1) Tujuan tahapan:
2) Model filter:
3) Media filtrasi:
4) Diameter filter:
5) Tinggi filter:
6) Luas penampang filter (A)
7) Debit (Q):
8) Kecepatan maksimum penyaringan (Vf):
𝑄
𝑣𝑚𝑎𝑥 = =
𝐴
Modul Praktikum Utilitas 1

f. Pascapengolahan
1) Tujuan tahapan:
2) Sumber air baku:
3) Karaktristik air baku:
- pH =
- Turbiditas =
- Alkalinitas =

6. ANALISIS (PEMBAHASAN)

7. PERTANYAAN
1. Menurut Anda, peralatan di tahapan yang mana yang belum sesuai, baik
metode maupun kapasitasnya?
2. Apakah unit pengolahan air yang anda amati sudah menunjukkan hasil yang
baik? Tunjukkan parameter yang mendukung jawaban Anda.
3. Dari segi tingkat kemudahan pengolahan, menurut Anda dimanakah unit
pengolahan dengan metode elektrokoagulasi ini dapat diaplikasikan dengan
baik? Mengapa demikian?
4. Apakah dari segi ekonomi, unit pengolahan air tipe elektrokoagulasi layak
untuk diaplikasikan? Jelaskan.
5. Apa kelebihan dan kekurangan unit pengolahan air secara elektrokoagulasi
ini?

8. KESIMPULAN DAN SARAN


9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai