Anda di halaman 1dari 12

Laporan Makalah Kelompok 1A

”Seksualitas pada Remaja”

Nisa Aulia Fitri : 18031001 Wahyu Praba Yudha : 18031010

Bahriatul Khoiriyah : 18031005 Sari Fitri Wahyuni : 18031014

Nur annysa amude : 18031019 Indria Syahfitri : 18031035

Syarifah Khairun Nadia : 18031023 Arpida Ningsi : 18031039

Ines Kurniasih : 18031027 Dewi santri : 18031043

Novia Putri : 18031031 Melania Yantika : 18031048

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT, karena berkat beliau kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Maternitas tentang “Seksualitas pada
Remaja”, selain itu, tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
seksualitas pada remaja.

Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah ini selanjutnya menjadi jauh lebih baik. Untuk itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

Kelompok 1A

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1

1.2 Tujuan penulisan 2

1.3 Manfaat Penulisan 2

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Seksualitas remaja wanita 3

2.2 prilaku seksual remaja wanita 4

2.3 kehamilan remaja 5

2.4 hasil penelitian 6

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keingintahuan remaja tentang seksualitas dan dorongan seksual menyebabkan remaja
terlibat dalam aktivitas seksual, yang pada akhirnya menciptakan masalah pada remaja yang
berhubungan dengan perilaku seksual, seperti kekerasan, kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi dan pernikahan dini. Menurut data penelitian yang dilakukan oleh Centra Mitra Remaja
(CMR) Medan diperoleh bahwa ada lima tahapan yang sering dilakukan remaja yaitu dating
(taksir menaksir), kissing (cium bibir), necking (mencium leher), petting dan coitus (hubungan
seks).
Pengetahuan remaja mengenai seksual dan dampak dari seks bebas masih sangat rendah.
Sumber informasi utama remaja diperoleh dari teman sebaya (65%), film porno (35%), sekolah
(19%) dan orang tua (5%). Selain itu, kebanyakan remaja mengakui lebih nyaman berbicara
mengenai seksualitas dengan teman. Remaja sering tidak mendapat informasi yang transparan
tentang masalah seksual dan kesehatan reproduksi, sehingga mereka seringkali kurang siap
dalam melakukan hubungan seksual atau kurang mampu mencegah diri mereka dari
Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dan Penyakit Menular Seksual (PMS).
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai masalah seksual, berpengaruh pada
meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan, yang seringkali berakhir dengan aborsi.
Tidak semua kehamilan dapat diterima dengan baik kehadirannya. Dua pertiga dari 75 juta
kehamilan yang tidak diinginkan didunia berakhir dengan aborsi yang disengaja dan 20 juta
diantaranya dilakukan secara tidak aman. Aborsi yang tidak aman sering menyebabkan
kematian pada remaja. Aborsi tidak aman berkontribusi sebesar 13% terhadap seluruh
kematian ibu di dunia.
Sementara itu, jumlah penderita AIDS di dunia sebanyak 33,3 juta kasus dan di Asia
sebanyak 4,9 juta kasus. Data lainnya menyebutkan bahwa 20% sampai 25% dari seluruh
infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja dan perempuan lebih rentan untuk tertular HIV 2,5
kali dibandingkan laki-laki. Di Indonesia, penderita HIV-AIDS pada tahun 2002 sebanyak 110
ribu, pada tahun 2006 sebanyak 193 ribu, dan pada tahun 2007 hingga 2008 jumlah kasus terus
1
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Seksualitas remaja wanita
b. Untuk mengetahui bagaimana prilaku seksual remaja wanita
c. Untuk mengetahui bagaimana dan penyebab terjadi kehamilan pada remaja
d. Untuk mengetahui hasil penelitian sebagai isu dan trend terkini di suatu wilayah

1.3 Manfaat
a. mengetahui lebih dalam tentang Seksualitas remaja wanita
b. mengetahui bagaimana prilaku seksual remaja wanita
c. mengetahui bagaimana dan penyebab terjadi kehamilan pada remaja
d. mengetahui hasil penelitian sebagai isu dan trend terkini di suatu wilayah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Seksualitas remaja wanita
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan dan
berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak sama
dengan seks. Seksualitas ialah interaksi factor-faktor biologi, psikologi personal, dan
lingkungan. Identitas dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri
individu tentang seksualitas, seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan
pembelajaran peran-peran maskulin atau feminim.
Remaja dalam menentukan sikap haruslah bersikap mandiri, tegas, dan bebas. Artinya
dapat mengambil keputusan sesuai dengan keinginan tanpa harus membatasi diri, dapat
menentukan apa yang terbaik untuk diri sendiri. Hal inilah yang disebut sebagai prilaku asertif.
Asertif dari kata assertive yang berarti tegas dalam pernyataan, pasti dalam mengekpresikan
diri dan pendapatnya. Asertif terhadap prilaku seksual pranikah adala kemampuan sesorang
bersikap tegas mempertahankan hak seksualnya untuk tidak dilecehkan dan dapat mengambil
keputusan seksualnya dengan tetap memberi penghargaan hak orang laindan tanpa menyakiti
orang lain atau pasangannya, serta mengekspresikan dirinya secara jujur dengan cara yang
tepat tanpa perasaan cemas yang mengganggu sehingga mendorong terwujudnya kesejajaran
dan persamaan dalam hubungan dengan pasangannya.
Jika remaja putri mampu melakukan penilaian tentang benar dan salah, baik dan buruk
suatu prilaku, maka mereka akan memahami mana prilaku yang benar dan mana prilaku yang
salah, sehingga remaja putri dapat mengambil keputusan untuk bertindak sesuai dengan nilai-
nilai yang timbul dari hati nurani dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa
tanggung jawab. Dalam prilaku seksual, jika remaja putri mampu melakukan pertimbangan
tersebut akan memunculkan pemahaman tentang risiko prilaku seksual, maka remaja akan
mampu untuk mengelola dorongan seksualnya secara baik dan dorongan seksualnya dapat
dapat disalurkan secara sehat serta bertanggungjawab. Banyak remaja yang melakukan prilaku
seksual pranikah, padahal remaja diharapkan dapat menolak prilaku seksual pranikahnya agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

3
2.2 Perilaku seksual remaja wanita
Banyak remaja di Amerika Serikat adalah rmaja yang aktif secara seksual dan berisiko
hamil. Setiap tahun lebih dari satu juta ramaja AS hamil. AS memiliki angka kehamilan remaja,
angka kelahiran, dan angka abortus yang lebih tinggi dari pada kebanyakan negara maju lain.
Pusat Statistik Kesehatan Nasional (National Centers For Health Statistics) (1993)
melapoorkan bahwa 95% remaja putri merupakan remaja yang aktif secara seksual sebelum
berusia 19 tahun. Peningkatan terbesar kelahiran hidup per 1000 wanita ditemukan pada
kelompok remaja tahap awal. Dewasa ini hampir separuh remaja usia 14 tahun hamil sebelum
mencapai usia 20 tahun. Kebanyakan remaja putri melakukan hubungan seksual pertama kali
dirumah mereka.hubungan seksual paling banyak dimulai pada musim panas. Selain itu, 22%
siswa SMP/SMU di AS melaporkan bahwa mereka memiliki sekurang-kurangnya empat
pasangan seks (Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit [Center For Disease Control and
Prevention], 1991). Remaja yang pernah berhubungan seksual jarang berhenti melakukan
aktivitas seksual. Sekitar 63% kasus PMS terjadi di anak muda berusia kurang 24 tahun
Suatu peninjauan ulang catatan remaja berusia 15 tahun atau kurang, yang datang ke
klinik keluarga berencana, menunjukkan bahwa 41% diantaranya melakukan hubungan
seksual pertama kali pada usia 12 dan 13 tahun, 18% anatara usia 14dan 15 tahun, dan sisanya
sebelum usia 12 tahun. Meskipun lebih dari 7% remaja ini melaporkan bahwa mereka
mengalami penganiayaan seksual dan diperkosa, 19% remaja lainnya menjelaskan situasi
dirumah atau menampilkan gejala-gejala yang berkaitan dengan riwayat penganiayaan seksual,
11% pernah menderita dua atau tiga PMS yang berbeda, dan 26% terkena tiga atau lebih PMS.
Perilaku yang berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan mortalitas remaja
memiliki tema yang sama, yakni mengambil risiko. Mengambil risiko didefinisikan sebagai
prilaku disengaja yang akhirnya tidak pasti (Irwin,1989). Para remaja mengatakan bahwa
mereka mengambil risiko karena risiko tersebut menyenangkan, konsekuensinya tampaknya
tidak besar, dan semua temannya mengambil kesempatan. Perilaku mengambil risiko terkait
dengan kehamilan remaja. Meskipun banyak remaja yang sehat, bahagia, dan menikmati
kehidupan seks secara aktif, mereka bertanggung jawab dan sadar akan dampak ekspresi
seksual mereka. AS adalah salah satu negara industry yang memiliki angka kehamilan dan
melahirkan terbesar pada remaja.
4
2.3 Kehamilan remaja
Kehamilan pada masa remaja menghentikan proses pembentukan identitas dan tugas
perkembangan. Mencoba secara simultan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa
hamil dan pada masa remaja normal dapat sangat menyulitkan. Beban psikologis dapat
menyebabkan depresi dan penundaan dalam memperoleh identitas seorang yang dewasa.
Pencegahan primer, sekunder dan tersier diperlukan untuk mencegah kehamilan pada masa
remaja.
Pencegahan primer meliputi, tatapi tidak terbatas pada, mengajarkan kaum muda tentang
seksualitas. Selain itu, masyarakat harus membahas ketidakadilan dalam pemberian
kesempatan, yang mendapatkan wanita dan etnik minoritas dalam kondisi dimana mereka
berisiko lebih besar untuk menjadi korban masalah social, seperti kehamilan pada remaja.
Pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi para remaja harus bersedia. Pencegahan
sekunder harus mencakup pelayanan kontrasepsi bagi remaja yang aktif secara seksual.
Akhirnya, pencagahan tersier harus mencakup kemudahan untuk memperoleh perawatan
prenatal, keluarga berencana, dan perawatan lanjutan bayi dan anak-anak pada remaja ini.
Banyak factor-faktor risiko terkait dengan kehamilan pada remaja, termasuk status sosio-
ekonomi yang rendah, status minoritas etnis, dibesarkan dalam keluaga dengan satu orangtua,
pendidikan rendah, aspirasi pekerjaan yang rendah, dan dibesarkan dalam masyarakat yang
memiliki angka insiden yang tinggi untuk semua factor ini. remaja yang hamil sebelum tamat
SMU rata-rata mengalaminya dua tahun sebelum mereka lulus. Remaja berusia kurang daru
16 tahun memiliki risiko lebih besar untuk hamil. Remaja yang hamil secara social mungkin
tidak sekompeten atau sebaik teman sebanyanya yang tidak hamil dalam keterampilan
penyelesaian masalah.
Remaja hamil seringkali memperpanjang periode waktu antara mencurigai bahwa mereka
hamil dan memastikan kehamilan tersebut. Hal ini biasanya disebabkan mereka menyangkal
bahwa mereka hamil. Karena para remaja tidak rela mencurigai bahwa diri mereka hamil, para
petugas kesehatan harus secara langsung menanyai remaja tentang aktivitas seksual mereka
dan mendiskusikan pentingnya pemeriksaan dini jika dicurugai terjadi kehamilan.

5
2.4 Hasil penelitian
Diambil dari jurnal ”Perilaku Seksual Remaja Putri di Smk 1 Nusantara Ciputat Tahun
2012” Oleh Novia Fardilla, Abdullah Syafei, Raihana N Alkaff, Puspita Palupi. Dilakukan
penelitian dengan metode kualitatif, dengan desain penelitian fenomenologis. Partisipan dari
penelitian ini adalah remaja rentang usia 14-17 tahun berjumlah 5 orang. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
Penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) kepada partisipan
dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan. Dari hasil analisis tematik dalam penelitian
ini ditemukan 6 tema yaitu:
1. Hubungan intim dan kasih saying
Tema ini didapatkan dari kategori makna seksualitas. Makna seksualitas yang diketahui
oleh remaja di SMK 1 Nusantara Ciputat umumnya tidak menjelaskan makna seksualitas
dengan benar. Oleh sebab itu, setelah peneliti mengetahui penjelasan dari setiap partisipan,
peneliti memberikan klarifikasi mengenai jawaban dari partisipan mengenai seksualitas.
2. Touching
Tema ini didapatkan dari kategori perilaku seksualitas remaja, kategori ini dinyatakan
kepada seluruh partisipan utama. Kategori ini mendapat penjelasan dari partisipan
mengenai perilaku seksual yang pernah remaja lakukan dengan pasangannya. Salah satu
tema dari kategori ini adalah touching. Seperti yang dinyatakan oleh partisipan:
“paling Cuma berpegangan tangan daong, enggak ada yang laen, ya mungkin pelukan,
rangkulan gitulah kak,” (Nn.S)
3. Kissing
Partisipan lain mengungkapkan perilaku seksual yang pernah mereka lakukan dengan
pasangan mereka adalah ciuman. Hal-hal yang berupa pegangan tangan, merangkul dan
cium pipi merupakan hal yang wajar mereka lakukan dengan pasangan mereka. Seperti
yang diungkapkan pasrtisipan berikut:
“hubungan seksual sih nggak pernah kak, tapi dibawah itu pernah saya melakukan hal-hal
seperti cupang, cupang itu melakukan ciuman, tapi lebih dari ciuman bibir, bisa di dada,
dimana aja anggota tubuh laen…” (Tn.R)

6
4. Media
Tema ini didapatkan dari kategori sumber dan informasi seksualitas, yang didapatkan oleh
remaja, kategori ini ditanyakan kepada seluruh partisipan utama. Kategori ini mendapatkan
penjelasan dari partisipan mengenai sumber dan informasi dari mana dan dari siapa
informasi itu didapatkan. Hal itu dinyatakan partisipan sebagai berikut:
“ dari apa ya? Emm.. internet, dari masyarakat kayak sama ngobrol dama teman atau
tetangga gitu” (Tn.R)
5. Teman sebaya
Tema ini didapatkan dari kategori sumber dan informasi seksualitas yang remaja dapatkan.
Selain media, patisipan lainnya mengungkapkan bahwa sumber informasi yang paling
banyak di dapatkan merupakan dari teman sebaya pada saat mereka berkumpul ataupun
bersama.
6. Rangsangan
Tema ini didapatkan dari kategori makna seksualitas remaja, selain para partisipan
mengungkapkan makna seksualitas merupakan hubungan intim, juga mengungkapkan
bahwa makna seksualitas yang mereka ketahui merupakan suatu rangsangan. Hal itu
dinyatakan oleh partisipan sebagai berikut:
“seksualitas itu gimana ya, mungkin itu salah satu nafsu manusia, yang bisa memuaskan
nafsu manusia…” (Ns.S)
“ seksualitas itu rangsangan” (Tn.R)
Remaja cenderung memahami bahwa seksualitas itu merupakan suatu hubungan seksual
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini membuktikan bahwa kurang terpaparnya remaja
terhadap makna seksualitas. Sumber dan informasi yang didapat dan sering dicari oleh remaja
adalah internet, televise, majalah. Diperlukan peran aktif pihak sekolah dan keluarga dalam
lingkungan serta pendidikan tentang bagaimana berprilaku seksual yang benar. Selain itu,
diperlukan pendampingan pada remaja dalam menerima informasi secara benar tentang
pendidikan seksual.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan dan
berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak sama
dengan seks. Seksualitas ialah interaksi factor-faktor biologi, psikologi personal, dan
lingkungan. Remaja dalam menentukan sikap haruslah bersikap mandiri, tegas, dan bebas.
Artinya dapat mengambil keputusan sesuai dengan keinginan tanpa harus membatasi diri,
dapat menentukan apa yang terbaik untuk diri sendiri. Hal inilah yang disebut sebagai prilaku
asertif.
Banyak remaja di Amerika Serikat adalah rmaja yang aktif secara seksual dan berisiko
hamil. Setiap tahun lebih dari satu juta ramaja AS hamil. AS memiliki angka kehamilan remaja,
angka kelahiran, dan angka abortus yang lebih tinggi dari pada kebanyakan negara maju lain.
Kehamilan pada masa remaja menghentikan proses pembentukan identitas dan tugas
perkembangan. Mencoba secara simultan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa
hamil dan pada masa remaja normal dapat sangat menyulitkan. Beban psikologis dapat
menyebabkan depresi dan penundaan dalam memperoleh identitas seorang yang dewasa.
Banyak factor-faktor risiko terkait dengan kehamilan pada remaja, termasuk status sosio-
ekonomi yang rendah, status minoritas etnis, dibesarkan dalam keluaga dengan satu orangtua,
pendidikan rendah, aspirasi pekerjaan yang rendah, dan dibesarkan dalam masyarakat yang
memiliki angka insiden yang tinggi untuk semua factor ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari., I. (2012). Kesehatan reproduksi untuk mahasiswa kebidanan dan keperawatan.
Yogyakarta: Salemba Medika.
Qibtiyah., A. (2006). Paradigma pendidikan seksualitas. Bandung: Kurnia Salam Semesta.
Yanuarius. (2004). Pendidikan seksualitas remaja ajarilah aku pendidikan seks. Yogyakarta:
Salemba Medika.
Fardilla., N., dkk. (2012). Prilaku seksual remaja putri di smk 1 nusantara ciputat tahun 2012 vol
3 No 3.

Anda mungkin juga menyukai