Anda di halaman 1dari 12

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN YANG

BERWAWASAN LINGKUNGAN
OLEH : DICKY ERLANGGA
PASCA SARJANA PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
ABSTRAK
Akhir-akhir ini isu lingkungan menjadi isu pokok dalam berbagai aktivitas manusia,
salah satunya adalah kegiatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur
memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan. Namun bila pembangunan tersebut memperhatikan aspek-aspek
lingkungan, maka dapat menyelamatkan lingkungan dan mengurangi dampak fatalitas
bencana. Pemerintah sebagai penanggung jawab dan penyelenggara infrastruktur jalan dan
jembatan wajib menyelenggarakan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan sehingga tercipta infrastruktur jalan dan jembatan yang berkelanjutan. Namun
dalam kenyataan di lapangan aspek lingkungan masih kurang diperhatikan, baik pihak
proyek sebagai pemilik (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor).
Artikel ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari literatur ilmiah dan
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bertujuan untuk memaparkan
dan menjelaskan aspek-aspek lingkungan yang harus mendapatkan perhatian dalam
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Dengan adanya penjelasan tersebut
diharapkan pihak-pihak pemangku kepentingan (stakeholder) akan lebih peduli terhadap
lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga
pembangunan yang dilaksanakan selain akan memberikan dampak bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat juga turut melestarikan lingkungan.
Secara umum kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan. Setiap tahapan harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, dalam tahap perencanaan pembangunan
jalan dan jembatan supaya rute (trase) jalan dan jembatan tidak melalui daerah konservasi
serta dalam pelaksanaan dan pengoperasian serta pemeliharaannya haruslah seminimal
mungkin gangguannya terhadap lingkungan, baik flora dan fauna maupun masyarakat
sekitarnya.
Kata kunci : infrastruktur jalan dan jembatan, stakeholder, lingkungan

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk mendukung distribusi
lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk struktur ruang wilayah (Renstra
Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi
yaitu : tujuan pembangunan dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun
dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan pembangunan
untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak negatif terhadap
lingkungan yang minimum.
Para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan, yang terdiri dari pemerintah sebagai pemilik (owner)
sekaligus pembuat kebijakan (policy maker), pengusaha/kontraktor sebagai penyedia jasa dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap infrastruktur jalan dan jembatan,
haruslah bersama-sama melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sehingga
infrastruktur jalan dan jembatan yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi sebagaimana
mestinya tapi juga berwawasan lingkungan sehingga produk infrastruktur yang dihasilkan
ramah terhadap lingkungan.
Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan dan pedoman yang mengatur
masalah pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan, Dalam
implementasi di lapangan peraturan dan pedoman tersebut telah dimasukkan dalam pasal
syarat-syarat kontrak, sehingga kontraktor sebagai penyedia jasa wajib melaksanakan pasal –
pasal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan?
 Bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan?
 Bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan di Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, artikel ini bertujuan untuk
membahas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan
sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Pembahasan akan dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan
jembatan serta bagaimana pelaksanaannya di Indonesia.
1.4 Manfaat
Artikel ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para stakeholder bagaimana
pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan,
sehingga kegiatan pembangunan tersebut tidak hanya untuk pembangunan semata, tapi juga
dalam rangka pelestarian lingkungan. Bagi masyarakat luas, artikel ini juga bertujuan untuk
memberikan pemahaman bagaimana seharusnya pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan dilaksanakan sehingga tidak merusak lingkungan, dan pada akhirnya dapat tercipta
apa yang disebut dengan pembangunan yang berkelanjutan.

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan
Lingkungan
Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi, industrialisasi
dan modernisasi. Namun dalam pelaksanaan khususnya pada pembangunan yang bersifat
fisik seringkali para pihak yang terlibat mengabaikan masalah lingkungan, sehingga
menyebabkan kerusakan lingkungan. Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan, masalah lingkungan tidak terlalu diperhatikan, baik pada saat perencanaan
maupun pada saat pengoperasiannya, hal ini karena pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan
pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasil atau produk dari pembangunan itu sendiri,
sementara dampaknya terhadap lingkungan masih diabaikan. Pada dasarnya kegiatan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan pasti mengakibatkan dampak terhadap
lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, sebagai contoh pembangunan jalan
pada daerah yang tidak stabil dapat mengakibatkan kejadian tanah longsor yang efeknya
bahkan lebih besar daripada penebangan hutan (Sumarwoto et.al,2001). Agar pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan yang dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
atau setidaknya meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan
tersebut harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang baik dari
sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya keharmonisan dengan alam
(Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
yang berwawasan lingkungan, maka dalam setiap tahapan pembangunan harus
memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan
lingkungan dengan sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).
2.2 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam Pembangunan Infrastruktur
Jalan dan Jembatan
Kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/M/1995
tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum, yang pada prinsipnya
mengatur semua aspek lingkungan pada seluruh siklus pembangunan proyek bidang
pekerjaan umum, termasuk proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan dan jembatan terdiri dari 8 (delapan)
kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan,DPU,2006) yaitu :
1. Perencanaan umum
2. Pra studi kelayakan
3. Studi kelayakan
4. Perencanaan teknis
5. Pra konstruksi
6. Konstruksi
7. Pasca konstruksi
8. Evaluasi pasca konstruksi

Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU

Gambar 2.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus Pembangunan


Infrastruktur Jalan dan Jembatan.

Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan, sebagai contoh dengan pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan jalan
dan jembatan setelah perencanaan umum langsung studi kelayakan tanpa adanya pra studi
kelayakan. Penerapan pertimbangan lingkungan seperti yang tercantum pada gambar 2.1 di
atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan umum
Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan diawali dengan
perencanaan umum yang berupa gagasan awal baik ide pembangunan jalan atau jembatan
baru maupun peningkatan jalan atau jembatan yang telah ada. Walaupun masih berupa
perencanaan umum dan belum adanya kegiatan fisik, namun pihak pemrakarsa proyek sudah
harus mengidentifikasi sedini mungkin dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya
proyek atau pembangunan jalan dan jembatan terhadap lingkungan, melalui proses
penyaringan lingkungan. Dengan adanya proses penyaringan tersebut akan didapat gambaran
apakah suatu proyek perlu adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau
cukup dengan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan
Lingkungan) ataupun cukup dengan penerapan SOP (Standard Operation Procedure).
Adapun kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang wajib AMDAL
atau RKL dan RPL dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah.

Tabel 2.1 Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib dilengkapi
dengan AMDAL atau RKL dan RPL.
( Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

Wajib dilengkapi Wajib dilengkapi


NO. Jenis Proyek AMDAL RKL dan RPL
(Skala/besaran)*) (Skala/besaran)**)
1. Jalan tol dan jalan layang
a. Pembangunan jalan tol a. Semua besaran -
b. Pembangunan jalan laying atau subway b. Panjang ≥ 2 km b. Panjang < 2 km
c. Peningkatan jalan tol dengan pembebasan - c. Semua besaran
lahan untuk Damija
d. Peningkatan jalan tol tanpa pembebasan - d. Panjang ≥ 5 km
lahan untuk Damija

2. Jalan raya
a. Pembangunan/peningkatan jalan dengan
pelebaran di luar Damija

 Di kota besar/metropolitan :
 Panjang, atau Panjang ≥ 5 km 1 km ≤ panjang < 5 km
 Luas pembebasan tanah Luas ≥ 5 Ha 2 Ha ≤ luas < 5 Ha
 Di kota sedang
 Panjang, atau Panjang ≥ 10 km 3 km ≤ panjang < 10 km
 Luas pembebasan tanah Luas ≥ 10 Ha 5 Ha ≤ luas < 10 Ha
 Pedesaan/antar kota
 Panjang Panjang ≥ 30 km 5 km ≤ panjang < 30 km

b. Peningkatan jalan dengan pelebaran pada


Damija yang ada
- Panjang ≥ 10 km
 Di kota besar/metropolitan
(Jalan arteri atau kolektor)
3. Jembatan
- Panjang ≥ 20 m
a. Pembangunan jembatan di kota besar /
metropolitan - Panjang ≥ 60 m
b. Pembangunan jembatan di kota sedang /
lebih kecil

*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001


**) : Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003

Catatan :
 Kota metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa
 Kota besar : Jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa
 Kota sedang : Jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwa
 Kota kecil : Jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwa
 Kota di pedesaan : Jumlah penduduk 3000 – 20.000 jiwa

b. Tahap pra studi kelayakan


Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana kegiatan yang
meliputi penentuan beberapa alternatif koridor trase / alinyemen jalan atau jembatan, dan
setiap alternatif dikaji aspek teknis, ekomis dan juga kelayakan lingkungan melalui proses
kajian awal lingkungan.
c. Tahap studi kelayakan
Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis, ekonomi,
finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif trase jalan atau jembatan
berdasarkan data yang didapat dari hasil survey. Analisis kelayakan lingkungan dilakukan
melalui studi AMDAL atau RKL dan RPL.
Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus dapat diterima
oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu pembangunan, pengoperasian maupun
pemeliharaannnya (Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan,DPU,2005), misalnya :
1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi
2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan sekitarnya
3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi
4. Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta menyiapkan
kerangka acuan kerja
5. Mendukung tata ruang dari wilayah studi
Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan disajikan dalam bentuk
dokumen RKL dan RPL yang merupakan pedoman untuk pengelolaan lingkungan pada tahap
perencanaan teknis (detail design), pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.
d. Tahap perencanaan teknis
Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :
 Penetapan trase/rute jalan secara definitif berdasarkan pengukuran lapangan yang
akurat
 Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail jalan, jembatan
dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-syarat dan spesifikasi teknis
yang digunakan pada tahap konstruksi
 Perhitungan biaya konstruksi
 Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi
Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah penjabaran
RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta spesifikasi dalam pengelolaan
lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan perencana teknis harus memahami dokumen
RKL yang telah ditetapkan, karena itu tim konsultan perencana seyogyanya dilengkapi
dengan tenaga ahli lingkungan. Dalam kegiatan
Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan dan jembatan sudah harus mencakup biaya
pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun pada tahap pasca konsruksi. Jika
diperlukan pengadaan tanah, maka pada tahap ini perlu dilakukan studi pengadaan tanah dan
pemukiman kembali termasuk semua dampak yang akan timbul, sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam dokumen RKL.
e. Tahap pra konstruksi
Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk
yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa proyek atau instansi
terkait. Pengelolaan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan
RPL untuk penanganan dampak sosial yang mungkin terjadi.
f. Tahap konstruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan teknik sipil, meliputi pekerjaan
tanah, struktur jalan atau jembatan, bangunan pelengkap dan perlengkapannya. Penerapan
pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL
tahap konstruksi, untuk menangani semua dampak yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan
konstruksi, seperti erosi, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan
utilitas di areal proyek dan sebagainya.

Tabel 2.2 Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan Alternatif
Pengelolaannya.

Kegiatan yang Prakiraan Dampak Yang Alternatif Pengelolaan


Menimbulkan Dampak Timbul Lingkungan
Persiapan Pekerjaan Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja a. Kecemburuan sosial a.1. Tenaga kerja lokal
diprioritaskan
a.2. Sosialisasi pada penduduk
lokal
b.1. Pemberian informasi tentang
b. Peningkatan kesempatan kerja
(dampak positif) tenaga kerja yang diperlukan
b.2. Pelatihan tenaga kerja local

a.1. Perbaikan jalan yang rusak


2. Mobilisasi peralatan berat a. Kerusakan prasarana jalan
a.2. Membatasi tonase

a. Penyiraman jalan secara


3. Pembuatan jalan masuk a. Pencemaran udara
berkala

Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi
a. Di lokasi proyek
a. Penghijauan
1. Pembersihan dan penyiapan
a. Gangguan pada flora dan fauna b. Penyiraman
lahan b. Pencemaran udara c. Pembuatan tanggul atau
c. Pencemaran air permukaan
drainase sementara untuk
pengendalian air larian
d. Pemindahan dan perbaikan
d. Gangguan pada utilitas utilitas

a. Penyiraman secara berkala


b. Pembuatan tanggul atau
a. Pencemaran udara (debu) drainase sementara untuk
2. Pekerjaan tanah (galian /
b. Pencemaran air
pengendalian air larian
timbunan)
c. Pembuatan sistem drainase

c. Gangguan pada aliran air tanah d.1. Perkuatan tebing


d.2. Pengendalian air tanah
dan air permukaan
e. Penataan lansekap
d. Gangguan stabilitas

e. Perubahan bentang alam /


a. Penyiraman secara berkala
lansekap
b.1. Pengaturan lalu lintas
b.2. Pemasangan rambu lalu lintas
a. Pencemaran udara (debu)
b. Gangguan lalu lintas
3. Pekerjaan badan jalan / lapis a.1. Pengaturan lalu lintas
a.2. Pemasangan rambu lalu lintas
perkerasan

a. Gangguan lalu lintas a. Pemberitahuan kepada


masyarakat sekitar dan
4. Pembuatan sistem drainase
pengaturan jadwal kerja
b. Penggunaan bor
a. Kebisingan

5. Pemancangan tiang pancang


c.1. Pengaturan lalu lintas
c.2. Pemasangan rambu lalu lintas
b. Getaran (kerusakan bangunan
sekitar)
c. Gangguan lalu lintas
a.1. Pengaturan lalu lintas
a.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Gangguan lalu lintas


a. Penanaman pohon dan
tanaman hias
6. Pekerjaan bangunan bawah
dan bangunan atas jembatan
a. Peningkatan estetika lingkungan
atau jalan laying
(dampak positif)
a. Penyiraman berkala dan bak
7. Pembangunan bangunan
truk ditutup terpal
pelengkap jalan
b. Perawatan kendaraan
c. Pemeliharaan/perbaikan jalan
a. Pencemaran udara (debu) d.1. Pengaturan lalu lintas
b. Di lokasi quarry dan jalur
d.2. Pemasangan rambu lalu lintas
transportasi material
1. Pengambilan tanah dan b. Kebisingan
c. Kerusakan badan jalan a. Pemilihan lokasi quarry yang
material bangunan di quarry
d. Gangguan lalu lintas
tepat
dan borrow area di darat
b. Pengendalian bahan buangan
c. Pengendalian bahan buangan
d.1. Perkuatan tebing
a. Degradasi dasar sungai d.2. Penggalian bertahap

b. Pencemaran air sungai a. Penyiraman secara berkala


2. Pengambilan material di c. Gangguan terhadap biota air b. Perawatan kendaraan
d. Longsor tebing sungai c. Pemeliharaan/perbaikan jalan
quarry sungai
d. Pengaturan lalu lintas

a. Pencemaran udara (debu)


b. Kebisingan
c. Kerusakan badan jalan
a. Pendekatan kepada
d. Gangguan lalu lintas
masyarakat
3. Pengangkutan tanah dan b. Perawatan peralatan
c. Perawatan peralatan
bahan bangunan
d. Pengendalian limbah cair
e. Pengaturan lalu lintas
a. Kecemburuan social

b. Pencemaran udara
c. Di lokasi base camp dan
c. Kebisingan
AMP d. Pencemaran air permukaan
1.3Pengoperasian base camp e. Kecelakaan lalu lintas
(barak pekerja, kantor,
stone*) crusher dan AMP**))
Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU
Keterangan : *) Stone crusher : alat pemecah batu
**) AMP (Asphalt Mixing Plant) : Unit pencampur aspal panas
f. Tahap pasca konstruksi
Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian (pemanfaatan)
jalan atau jembatan dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat dimanfaatkan secara optimal
dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan
pemeliharaan ruas jalan atau jembatan tersebut, diperlukan pelaksanaan dan pemantapan
RKL dan RPL tahap pasca konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pencemaran
udara dan kebisingan serta pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.
g. Tahap evaluasi pasca proyek
Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan atau pengoperasionalan
ruas jalan atau jembatan yang telah dibangun / ditingkatkan sampai dengan tercapainya umur
rencana desain. Pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah evaluasi pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap sebelumnya agar dapat dijadikan
masukan dalam kegiatan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
selanjutnya.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap siklus kegiatan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang telah dijelaskan di atas harus dipantau
pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan sebelum dan setelah pelaksanaan
pembangunan jalan dan jembatan. Selain itu dengan pemantauan pengelolaan lingkungan
dapat diketahui keberhasilan pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan.
2.3 Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan

Lingkungan di Indonesia
Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum telah banyak mengeluarkan
keputusan, peraturan dan NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan. Aturan-aturan tersebut telah
dijadikan bagian dari dokumen kontrak seperti dituangkan dalam syarat-syarat kontrak dan
dalam spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat para pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan kontrak pembangunan jalan dan jembatan baik pihak proyek maupun penyedia
jasa (kontraktor).
Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program “green construction” yaitu
kegiatan pembangunan atau konstruksi yang ramah lingkungan. Dalam kegiatn pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan, pemerintah tengah menggalakkan program penggunaan
material daur ulang, yaitu penggunaan kembali bahan agregat dari konstruksi jalan yang telah
rusak dengan menggunakan teknik dan campuran tertentu sedemikian rupa agregat tersebut
dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan baru sehingga dapat menghemat
penggunaan sumberdaya alam batuan dan pasir. Dalam hal konstruksi penahan longsor badan
jalan tengah dikembangkan penggunaan rumput vetifer, selain murah, kuat dan ramah
lingkungan juga menambah nilai estetika.

BAB III. PENUTUP


3.1. Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan :
1. Kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan berpotensi menyebabkan
kerusakan lingkungan, sehingga setiap siklus kegiatan perlu adanya pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan.
2. Perlu adanya kesadaran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan kontrak
konstruksi, baik pihak proyek (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor) dalam
pengelolaan lingkungan pada pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.
3. Pengelolaan lingkungan di bidang jalan dan jembatan perlu ditunjang penguatan kapasitas
institusional dan sumberdaya manusia
3.2. Ucapan terima kasih
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. Urip Santoso,
S.Ikom, MSc, Ph.D sebagai dosen pengampu mata kuliah penyajian ilmiah yang telah
membimbing dalam teknik penulisan ilmiah dan para kolega yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah berkenan membaca dan memberikan koreksi pada penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
____________ 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001,
tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
____________ 2003. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003, tentang
Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana
Wilayah yang Wajib dilengkapi dengan UKL dan UPL. Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
____________ 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011, tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi.
Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
____________ 2010. Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Sumarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bandung.
Manik, K.E.S, 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandar Lampung.
Michell, B., Setiawan, B. dan Rahmi, D.H. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Yogyakarta.
____________ 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No.
08/BM/05. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.
____________ 2009, Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
No. 010/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.
____________ 2009. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
No. 011/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.
____________ 2005. Pedoman Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan No. Pd T-19-
2005-B. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Suratmo, F. Gunawan. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta
Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dalam Usaha Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum Edisi III 2006. Jakarta.
____________ 2001. Environmental Awarenes for Civil Construction Projects. Transport
South Australia. Walkerville SA.

Anda mungkin juga menyukai