Anda di halaman 1dari 8

REVIEWARTICLE

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2 November 2017, Hal. 44-51

Hemophilia A yang Didapat: Suatu Tinjauan tentang Diagnosis


dan Manajemen
I Made Bakta
Divisi Hematologi dan Onkologi Medik
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/ RS Sanglah, Denpasar, Bali
E-mail: madebakta@yahoo.com

Abstrak
Hemophilia A yang didapat atau acquired hemophilia A (AHA) adalah penyakit perdarahan yang
didapat (acquired), suatu penyakit yang jarang, penyakit autoimun yang ditandai oleh autoantibodi terhadap
faktor VIII. Yang khas, penderita tidak menunjukkan riwayat perdarahan sebelumnya, datang dengan keluhan
utama perdarahan spontan, terutama perdarahan kulit atau mukosa. AHA lebih banyak terjadi pada umur tua,
baik pada laki maupun wanita dan dihubungkan dengan berbagai penyakit, seperti penyakit autoimun (lupus
erithematosus sistemik, penyakit limfoproliferatif, artritis rematoid), keganasan atau kehamilan. Sekitar
setengah dari penderita bersifat idiopatik. AHA didiagnosis jika dijumpai penderita tanpa riwayat perdarahan
sebelumnya, baik personal atau keluarga, dimana pemanjangan aPTT (activated plasma thromboplastin time)
tidak dapat dikoreksi setelah pencampuran dengan sejumlah volume yang sama dari plasma penderita dan
plasma normal yang diinkubasi selama 2 – 4 jam pada suhu 37oC. Kadar FVIII:C menurun. Aktivitas titer
inhibitor FVIII:C yang spesifik dapat dideteksi dan diukur dengan Bethesda assay atau dengan modifikasinya
Nijmegen assay. Dalam pengelolaan AHA, pengendalian terhadap perdarahan merupakan prioritas pertama.
Pada penderita dengan kadar inhibitor yang rendah, desmopressin dapat digunakan. Terapi FV III bypassing
agents (activated prothrombin complex concentrate atau recombinant FVIIa) diperlukan pada penderita
dengan kadar inhibitor yang tinggi atau penderita dengan episode perdarahan yang berat. Secara bersamaan
dilakukan eradikasi terhadap inhibitor (autoantibodi) untuk mengurangi risiko perdarahan berikutnya.
Dianjurkan terapi lini pertama dengan kortikosteroid atau terapi kombinasi kortikosteroid dengan
siklofosfamid. Untuk terapi lini kedua dapat dipakai rituximab, jika terapi lini pertama gagal atau terdapat
kontraindikasi.
Kata kunci: hemophilia yang didapat, diagnosis, manajemen
Abstract
[Acquired Hemophilia A: An Overview on Diagnosis and Management]
Acquired hemophilia A (AHA) is a rare acquired bleeding disorder, an autoimmune disease
characterized by autoantibody directed against factor VIII. Typically, patients with no prior history of
bleeding disorder, present with spontaneous bleeding, especially skin and mucosal bleeding. AHA occurs more
frequently in the elderly, both in male and female and may be associated with several conditions, such as
autoimmune diseases (systemic lupus erythematosus, lymphoproliferative disease, rheumatoid arthritis),
malignancies and pregnancy. Around half of the patients are idiopathic. AHA is diagnosed in patients without
previous personal or family bleeding history in which prolonged activated partial thromboplastin time is not
corrected after mixing and incubating for 2 – 4 hours at 37oC equal volumes of patient and normal plasma.
FVIII:C levels are reduced and a specific FVIII inhibiting activity is detected and measured by the Bethesda
assay or its Nijmegen modification. In the management of AHA, control of acute bleeding is the first priority.
In patients with low level inhibitor, desmopressin may be used. But FVIII bypassing agents (activated
prothrombin complex concentrate and recombinant activated FVII) are required for patients with high titre of
antibody or with serious bleeding episode. Immediate autoantibody eradication to reduce subsequent bleeding
risk should be performed. It is recommended initial treatment with corticosteroid or combination therapy with
corticosteroid and cyclophosphamide and suggest second-line therapy with rituximab if first-line therapy is
fails or is contraindicated.
Key words: acquired hemophilia A, diagnosis, management

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 45

PENDAHULUAN sangat sulit sehingga banyak kasus yang


Hemophilia A yang didapat terlewatkan.[1,4] Umur rata-rata secara
(Acquired hemophilia A = AHA) adalah keseluruhan dari AHA adalah 73,9 (61,4-
penyakit yang jarang dijumpai tetapi dapat 80,4) tahun. Distribusi umur AHA bersifat
menimbulkan perdarahan yang mengancam bifasik, puncak pertama yang lebih rendah
jiwa, akibat terbentuknya autoantibodi pada kelompok umur 20 sampai 30 tahun,
terhadap faktor VIII.[1] Autoantibodi adalah dengan puncak kedua yang lebih tinggi
antibodi yang ditujukan terhadap antigen pada kelompok umur 68 sampai 80 tahun.
dari tubuh sendiri (auto-antigen) yang Secara umum AHA mengenai kedua jenis
disebabkan oleh gangguan pada immune kelamin, wanita lebih dominan pada
surveillance. Antibodi ini bersifat kelompok muda sedangkan pada kelompok
neutralizingantibody yang mengikat FVIII tua laki-laki lebih dominan. Rasio laki-laki
sehingga tidak efektif disertai clearance berbanding wanita adalah 1:0,88.[1,2] Angka
yang meningkat sehingga kadar FVIII kematian penderita AHA adalah 7,9-22%.
[1]
menurun. Penurunan kadar FVIII
menimbulkan gangguan koagulasi yang PENYAKIT DASAR DAN PATOGEN-
berakibat terjadinya perdarahan. ESIS
AHA berbeda dengan “classical Sekitar 50% kasus AHA bersifat
hereditary hemophilia A” karena “classical idiopatik, sedangkan 50% disertai penyakit
hereditary hemophilia A” merupakan dasar (underlying disease). Penyakit dasar
penyakit herediter yang diturunkan secara yang dijumpai adalah penyakit autoimun,
resesif dan sex-linked, diderita sejak lahir tumor solid, penyakit limfoproliferatif dan
dan sebagian besar mengenai laki-laki, kehamilan.[5] Penyakit autoimun termasuk
sedangkan AHA adalah penyakit yang lupus eritematosus sistemik, artritis
didapat, mulai setelah umur dewasa atau rematoid dan sindroma Sjogren,
tua, mengenai baik laki-laki ataupun merupakan 17-18% dari penyakit dasar.[5]
wanita.[2] Sekitar 10% kasus AHA timbul pada
periode pospartum, biasanya pada
EPIDEMIOLOGI
primipara dan timbul dalam waktu 3 bulan
AHA merupakan penyakit yang setelah persalinan.[1] Penyakit dasar lain
sangat jarang dengan insiden 0,2 – 1,0 adalah tumor solid, keganasan
kasus per satu juta penduduk. Insiden limfoproliferatif, penyakit kulit (pemphigus
meningkat dengan meningkatnya umur, dan epidermolysis bulosa). AHA juga
menjadi 0,045/1 juta/tahun untuk umur <16 dihubungkan dengan pemakaian obat,
tahun dan 14,7 kasus/1 juta/tahun pada seperti penisilin dan interferon.[7]
umur di atas 85 tahun.[3] Angka insiden Gambaran penyakit dasar AHA dapat
yang dilaporkan mungkin lebih rendah dari dilihat pada Tabel 1.
yang sebenarnya karena diagnosis AHA

1,2,7]
Tabel 1 Penyakit yang dihubungkan dengan AHA[
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Idiopatik 50 – 51 %
Kehamilan 10%

Penyakit autoimun 17 – 18%


- Lupus eritematosus sistemik
- Artritis rematoid

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 46

- Anemia hemolitik autoimun


Kolitis ulseratif
Kelainan kulit 1,4%
- Psoriasis
- Pemphigus
Obat 3,4%
- Penisilin
- Interferon
Keganasan 11,8%
- Tumor solid
- Keganasan limfoproliferatif

------------------------------------------------------------------------------------------------

Antibodi yang terjadi pada AHA adalah TERAPI UNTUK MENGHILANGKAN


suatu autoantibodi, berbeda dengan ANTIBODI ATAU INHIBUTOR
antibodi pada hemophilia herediter yang Gejala klinik AHA berupa
disertai inhibitor, antibodinya adalah perdarahan pada orang dewasa, baik laki
aloantibodi. Aloantibodi bersifat poliklonal, maupun wanita, tanpa adanya riwayat
sebagian besar terdiri dari IgG4. Sedangkan keluarga. Jenis perdarahan pada AHA
autoantibodi pada AHA terdiri dari IgG1, adalah perdarahan subkutan yang luas
IgG2 atau IgA dan IGM, yang bersifat non- (dijumpai pada lebih dari 80% kasus)
complement fixing dan non-precipitating disertai perdarahan pada jaringan lunak
immunoglobulins.[6,7] Aloantibodi lainnya dan perdarahan mukosa, seperti
menginaktivasi FVIII secara komplit (type hematom pada otot, perdarahan urogenital
I kinetics), sedangkan autoantibodi (termasuk perdarahan postpartum),
menginaktivasi FVIII secara inkomplit hematemesis, dan melena. Dapat terjadi
(type II kinetics).[6] Pada penelitian 501 compartment syndrome, seperti penekanan
kasus di Eropa didapatkan kadar rata-rata pada saluran nafas. Perdarahan fatal terjadi
aktivitas FVIII adalah 2 (1-5) IU/dl, pada pada 9-22% kasus, sedangkan perdarahan
17,8% kasus kurang dari 1 IU/dl dan > 5 ringan yang tidak memerlukan terapi
IU/dl pada 24,3% kasus. Sekitar 15% orang terjadi pada 30% kasus. Berbeda dengan
yang kelihatan sehat mempunyai antibodi “classical hereditary hemophilia” dimana
terhadap FVIII titer rendah tanpa terdapat perdarahan yang khas adalah hemarthros
gejala (asimtomatik). Aloantibodi atau perdarahan otot karena trauma dan
merupakan neutralizing antibody, yang perdarahan jaringan lunak lainnya,
menyebabkan inaktivasi FVIII sehingga sedangkan pada AHA hemarthros jarang
FVIII tidak efektif dan cepat dikeluarkan
dari tubuh.[1] FVIII merupakan kofaktor dijumpai.[4] Derajat perdarahan
FIX, bersama dengan Ca++dan posfolipid pada hemophilia herediter berbanding lurus
membentuk kompleks X -ase (tenase). dengan kadar FVIII, sedangkan pada AHA
Tenase sangat esensial untuk sistem derajat perdarahan tidak berbanding lurus
koagulasi intrinsik pada pembekuan darah, dengan kadar FVIII atau kadar inhibitor.
oleh karena itu defisiensi FVIII Perbedaan antara hemophilia herediter
menyebabkan turunnya pembentukan dengan AHA dapat dilihat pada Tabel 2.
thrombin sehingga terjadi perdarahan.[7]

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 47

Tabel 2 Perbedaan hemophilia herediter dengan hemophilia yang didapat (AHA) [4]
Hemofilia herediter Hemophilia yang didapat (AHA)
1 Herediter, sex-linked recessive Acquired, autoimmune disease
2 Dijumpai pada laki-laki, wanita hanya sebagai Dijumpai pada laki maupun wanita
karier
3 Pada 30% kasus dijumpai inhibitor yang Merupakan penyakit autoimun dengan autoantibodi
bersifat aloantibodi
4 Mulai sejak lahir, manifes pada umur 2 tahun Pada umur dewasa-tua dengan puncak umur pada
ke atas kelompok 60-80 tahun, dan puncak lebih rendah
pada umur 20-40 tahun
5 Antibodi poliklonal dengan IgG4 paling sering Antibodi dengan IgG1, IgG2, IgA dan IgM

6 Perdarahan yang khas adalah hemarthros, Perdarahan sebagian besar (>80%) adalah
perdarahan otot karena trauma atau perdarahan perdarahan subkutan yang meluas dan perdarahan
jaringan lunak lainnya mukosa. Hemarthros jarang dijumpai

DIAGNOSIS dan terapi dengan heparin.[9] Untuk


Suatu panel internasional membedakannya dilakukan mixing test.
merekomendasikan diagnosis AHA sebagai Mixing test adalah pencampuran plasma
berikut: diagnosis AHA dipertimbangkan penderita dengan plasma normal yang
jika terdapat perdarahan akut atau yang dilakukan pada suhu 370C, aPTT diukur
baru terjadi (acute or recent bleeding) segera dan setelah 2 jam inkubasi. Pada
disertai dengan pemanjangan aPTT penderita dengan defisiensi faktor
(isolated prolonged aPTT) dengan waktu pembeku, aPTT akan kembali normal
prothrombin normal, tanpa riwayat setelah mixing test. Jika terdapat
perdarahan sebelumnya atau riwayat autoantibodi/inhibitor atau lupus
keluarga.[7,8] anticoagulant maka aPTT tetap
memanjang atau terjadi perbaikan kurang
Untuk diagnosis AHA harus dari 50%.[4,10,11]
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang teliti untuk mengetahui riwayat dan Pengukuran FVIII:C esensial dalam
jenis perdarahan serta mencari adanya diagnosis AHA. Kadar FVIII:C yang
penyakit dasar .[4,8] Oleh karena umur rendah tanpa penurunan faktor lain
penderita pada umumnya sudah lanjut, (isolated low FVIII:C) sugestif untuk
maka pemeriksaan untuk mencari penyakit diagnosis AHA.[8] Pengukuran kadar
penyerta (komorbid) menjadi penting yang inhibitor dilakukan dengan tehnik
akan mempengaruhi terapi.[1] Bethesda atau Nijmegen. Pemeriksaan
lupus anticoagulant dilakukan untuk
Pemanjangan aPTT tunggal membedakan penyebab pemanjangan
(isolated) merupakan pertanda laboratorik aPTT.[7,8]
yang khas pada AHA. Pemanjangan aPTT
dapat disebabkan oleh karena defisiensi Langkah-langkah diagnosis AHA
faktor koagulan (FVIII, FIX, FXI atau dianjurkan oleh Collins et al.,[9] adalah
FXII), adanya inhibitor (terhadap FVIII seperti pada Gambar 1.
atau FIX) atau adanya lupus anticoagulant

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 48

Gambar 1. Algoritma langkah-langkah diagnosis AHA. Dikutip dari: Collins P etal.9. Consensus
recommendation for the diagnosis and treatment of acquired hemophilia A. BMC Research Notes 2010,
3:161.

MANAJEMEN mengancam jiwa, tetapi sebagian


AHA merupakan kasus yang jarang mengalami perdarahan ringan. AHA pada
dijumpai sehingga sedikit dokter yang postpartum atau karena obat, tidak
mempunyai keahlian dalam bidang ini, oleh memerlukan terapi, hanya melakukan
karena itu penderita AHA sebaiknya dirujuk pengawasan yang ketat, oleh karena
ke Pusat Perawatan Hemophilia.[6,9] Pada inhibitor akan menghilang sendiri dalam
dasarnya manajemen untuk AHA terdiri beberapa bulan setelah persalinan atau
dari 2 jenis terapi yang diberikan secara obat dihentikan.[1]
simultan, yaitu:[12] Pada perdarahan minor atau kasus
Terapi untuk perdarahan dan AHA tanpa perdarahan dengan titer
komplikasinya, dan antibodi yang rendah dan tidak
Terapi untuk mengeluarkan dan/atau memerlukan tindakan bedah, cukup
eradikasi inhibitor (autoantibodi). dilakukan pengawasan yang ketat terhadap
keadaan klinis dan laboratorik. Penderita
Terapi untuk mengatasi perdarahan: harus dirawat di rumah sakit untuk
Terapi untuk menghentikan melakukan pengawasan yang ketat.
perdarahan menjadi prioritas utama dalam Inhibitor akan menghilang dalam beberapa
terapi.[8] Terapi untuk mengatasi perdarahan bulan pada sekitar 25% kasus, terutama
ini tergantung dari derajat perdarahan, titer pada AHA dengan kehamilan atau akibat
inhibitor dan penyakit dasar. Sebagian terapi antibiotika.[3] Jika perdarahan
penderita mengalami perdarahan yang memerlukan terapi, dimana kadar FVIII

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 49

>5% dan titer inihibitor rendah (<2BU), penghentian perdarahan adalah sama pada
pemberian desmopressin (DDAPV) dapat terapi rFVIIa dan APCC yaitu 93%.[14] Jika
meningkatkan FVIII. Desmopressin preparat rFVIIa tidak tersedia atau tidak
diberikan dengan dosis 0,3 µg/kg secara terjangkau karena biaya, Yang et al.[15]
intravena. Pemberian desmopressin tidak memakai APCC dengan dosis kecil dengan
boleh menunda pemberian bypassing agent hasil cukup baik, meskipun ini hanyalah
jika perdarahan tidak terkontrol.[13] pengalaman dari satu institusi saja.
International panel [8] menganjurkan Terapi Untuk Menghilangkan Antibodi
pemberian desmopressin jika bypassing atau Inhibitor
agent tidak tersedia. Dapat juga diberikan
faktor FVIII dengan dosis yang besar. Eradikasi antibodi dengan
Pemberian FVIII tidak pernah efektif pada imunosupresan harus diberikan segera
penderita AHA dengan titer inhibitor yang setelah diagnosis AHA ditegakkan. Belum
tinggi.[3] ada standar terapi yang tepat untuk
eradikasi inhibitor. Dua regimen yang
Pada perdarahan mayor, pilihan paling sering dipakai adalah: (1)
pertama adalah pemberian bypassing agent. kortikosteroid; (2) gabungan kortikosteroid
Bypassing agent yang tersedia saat ini siklofosfamid. Steroid yang diberikan
adalah rFVIIa (recombinant activated factor adalah prednisolon 1 mg/kg atau kombinasi
VII) dan activated prothrombin complex prednisolon dengan siklofosfamid 1-2 mg/
concentrate (aPCC) dengan nama dagang kg. Sekitar 70-80% kasus akan mengalami
FEIBA. Untuk rFVIIa (Novoseven) dosis remisi. Waktu rata-rata remisi adalah 5
yang diberikan adalah 90 µg/kg setiap 2-3 minggu. Jika dalam 2-3 minggu FVIII
jam sampai perdarahan terkontrol, tidak naik maka harus dicari terapi
kemudian dosis diturunkan sampai alternatif lain.[9] Pada suatu penelitian
perdarahan berhenti.[3,8,9] FEIBA diberikan dengan 249 kasus, mortalitas tanpa terapi
dengan dosis 50-100 IU/kg setiap 8-12 jam adalah 41%, dengan terapi imunosupresif
dengan dosis maksimum 200 IU/kg8,9 mortalitas turun menjadi 20%.[8] Penelitian
Komplikasi thromboemboli dilaporkan dari European A cquired Hemophilia
pada penggunaan bypassing agent, tetapi Registry mendapatkan bahwa
penggunaannya tetap dianjurkan jika imunosupresi dengan kortikosteroid
bahaya perdarahan lebih mengancam jiwa. dikombinasi dengan siklofosfamid
[8]
Jika terapi dengan bypassing agent tidak memberi hasil remisi 70%, lebih baik
dapat mengatasi perdarahan, ada yang dibandingkan kortikosteroid sendiri yaitu
menganjurkan immunoadsorption atau sebesar 48%.[13] Yang et al.[15]
plasmapheresis untuk mengeluarkan mendapatkan terapi dengan kortikosteroid
inhibitor atau antibodi.[8] atau kombinasi kortikosteroid dengan
European Acquired Haemophilia siklofosfamid memberikan remisi komplit
(EACH2) Registry, yang melaporkan 482 sebesar 89%.
penderita dengan satu atau lebih episode Terapi lini kedua untuk eradikasi
perdarahan, 144 (30%) tidak mendapat inhibitor adalah pemakaian rituximab.
terapi untuk perdarahan; 31 orang hanya Penelitian oleh European A cquired
diobati secara simtomatik saja. Diantara Hemophilia Registry mendapatkan bahwa
307 penderita yang diobati dengan first-line rituximab-based regimens menghasilkan
hemostatic agent, 174 (56,7%) mendapat remisi 61%.[13] Dosis rituximab adalah 375
rFVIIa, APCC 63 (20,5%), FVIII 56 mg/m2/minggu diberikan setiap minggu
(18,2%) dan 14 (4,6%) dengan DDAV selama 4 minggu.[7,16] Sarah et al.,[17]
(desmopressin). Perdarahan dapat memakai RCVP (rituximab,
dikontrol pada 269 dari 338 penderita cyclophosphamid, vincristine dan
(79,6%) yang diobati dengan first-line prednison) atau RCV (rituximab,
hemostatic agent. Keberhasilan cyclophosphamide dan prednison)

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 50

mendapatkan hasil yang cukup baik, acquired hemophilia A.


meskipun ini adalah hanya hasil dari satu Hematologica 2009;94:566-73.
institusi. 9. Collins P, Baudo F, Huth-Kuhne A,
DAFTAR PUSTAKA Ingerslev J, Kessler CM, Castellano
MEM. Consensus recommendations
1. Franchini M, Gandini G, Paolantonio for the diagnosis and treatment of
T, Mariani G. Acquired Hemophilia acquired hemophilia A. BMC
A: a concise review. Am J Hematol Reseach Notes 2010;3:161-9.
2005;80:55-63 10. Kessler CM, Knobl P. Acquired
2. Knoeble P, Marco P, Baudo F, hemophilia: an overview for clinical
Collins P, Huth-Kuhne A, Nemes L, practice. European J Haematol 2016;
Pellegrini F, Tengborn L, Levesque 96 Suppl; 81:36-41
H. Demographic and clinical data in 11. Coppola A, Capua MD, Minno
acquired hemophilia A: results from MNDD, Carbone AM. Acquired
the European Haemophilia Registry Hemophilia: An Overview on
(EACH2). J Thromb Hemostasis Diagnosis and Treatment. The Open
2012;10:622-31 Atherosclr & Thromb J 2009;2:29-
3. Janbain M, Leissinger CA, Krusse- 32
Jarres R. Acquired hemophilia A: 12. Zdziarska J, Musial J. Acquired
emerging treatment options. J Blood hemophilia A: an underdiagnosed,
Med 2015;6:143-50. severe bleeding disorder. Pol Arch
4. Collins PW, Hirsch S, Baglin TP, Med Wewn 2014;124:200- 6.
Dolan G, Hanley J, Makris M, 13. Collins P, Baudo F, Knoeble P,
Keeling DM, Liesner RI, Brown SA, Levesque H, Nemes L, Pellegrini F,
Hay CRM. Acquired hemophilia A Marco P, Tengborn L, Huth-Kuhne
in the United Kingdom: a 2-year A. Immunosupression for acquired
national surveillance study by the hemophilia A: results from the
United Kingdom Haemophilia European Acquired Haemophilia
Registry Centre Doctors’ Registry (EACH2). Blood
Organisation. Blood 2007;109:1870- 2012;120:47-55.
77. 14. Baudo F, Collins P, Huh-Kuhne A,
5. Flisinski M, Windyaga J, Stefanska Levesque H, Marco P, Nemes L, et
E, Huszcaza S, Donderski R, al. Management of bleeding in
Manitius J. Acquired hemophilia: a acquired hemophiliaA: results from
case report. Pol Arch Med Wewn the European Acquired Haemophilia
2008;118:228-33 (EACH2) Registry. Blood
6. Ma AD, Carrizosa D. Acquired 2012;120:39-46
Factor VIII Inhibitors: 15. Yang Y, Xue F, Shi H, Wang H,
Pathophysiology and Treatment. Zhang L, Ji M, et al. Acquired
Hematology 2006:432-6 Hemophilia A: Retrospective
7. Sakurai Y, Takeda T. Acquired Analysis of 49 Cases From a Single
Hemophilia A: A Frequently Chinese Hemophilia Center. Clin
Overlooked Autoimmune Appl Thromb/Hemostasis 2015;2:35
Hemorrhagic Disorders. J Immunol -40
Res 2014, Article ID 320674. 16. Franchini M. Rituximab in the
8. Huth-Kuhne A, Baudo F, Collins P, treatment of adult acquired
Ingerslev J, Kessler CM, Levesque hemophilia A: A systematic review.
H, Castellano MEM, Shima M, St- Criticals Rev in Oncol/Hematol
Louis J. International 2007;63:47-52
recommendations on the diagnosis 17. Sarah L, Prantik D, Gary B.
and treatment of patients with Systemic Therapy in Acquired

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 2 No. 2, November 2017, Hal. 51

Hemophilia – A Single Institute


Experience. Ulster Med J
2016;85:187- 92

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, Vol.2, No.2, November 2017, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.394.71-82.

Anda mungkin juga menyukai