Anda di halaman 1dari 3

Percobaan 8

KINETIKA ADSORPSI

I.Tujuan
Dalam percobaan ini akan dilakukan kajian kinetika adsorpsi karbon aktif
terhadap asam asetat dalam larutan.
II.Landasan.Teori
Adsorben adalah zat yang digunakan untuk mengadsorpsi logam
(limbah cair), zat warna, dan protein dari biomassa yang ada di alam seperti
cangkang keong sawah. Proses pembuatan kitosan melewati beberapa tahapan
seperti (penghilangan/ deproteinasi proses demineralisasi pengurangan mineral),
(penghilangan/ pengurangan protein), pembentukan kitin, bleaching, dan
kitosan. Setelah menjadi kitosan, aktivitas dari cangkang keong sawah akan
semakin meningkat karena kitosan memiliki sisi aktif dari kitosan berada
pada gugus amina (-NH2) dan gugus hidroksil (-OH). Terbentuknya kitosan
sangat dipengaruhi oleh pH,derajat deasetilasi, dan berat molekulnya.
Semakin tinggi berat molekul dari kitosan yang dihasilkan menunjukkan
semakin baik kualitasnya. Proses adsorpsi merupakan peristiwa kontak antara
permukaan kitosan cangkang keong sawah (Pila ampullacea) dengan adsorbat
Pb2+melalui proses difusi. Proses adsorpsi merupakan peristiwa kontak antara
permukaan kitosan cangkang keong sawah (Pila ampullacea) dengan adsorbat
Pb2+ melalui proses difusi. Pada umumnya mekanisme adsorpsi terjadi melalui
4 tahapan yaitu perpindahan adsorbat ke permukaan adsorben,difusi
film,difusi pori, dan melibatkan reaksi kimia seperti pertukaran ion kompleks
dan pengkelatan. Adsorpsi terjadi karena permukaan adsorben memiliki pori
yang akan digunakan untuk mengikat zat/ molekul/ partikel lain yang
masuk melalui pori tersebut. Penentuan kinetika adsorpsi bergantung pada
waktu kontak atau waktu reaksi antara Pb 2+ dengan adsorben (kitosan
cangkang keong sawah). Kemampuan adsorpsi suatu adsorben akan
meningkat tiap satuan waktu dan akan mencapai kesetimbangan pada titik
tertentu. Titik kesetimbangan merupakan titik dimana adsorben sudah tidak
lagi mampu menyerap adsorbat yang masuk (titik konstan). adsorpsi
berlangsung secara lambat karena semua situs aktif dari kitosan telah
ditempati oleh ion logam Pb2+. Hal ini menunjukkan bahwa proses
kesetimbangan mulai tercapai dimana (laju adsorpsi pada suatu larutan sama
dengan laju desorpsinya) (Nitsae et al.,2018).
Secara umum, partikel nano adalah adsorben yang baik untuk
menghilangkan berbagai polutan. Selain itu, partikel yang diimpregnasi nano besi
dilaporkan bermuatan positif. Oleh karena itu, ini memiliki kecenderungan
menarik yang baik untuk menempel ion fluoride di permukaannya. partikel nano-
impregnasi memiliki muatan positif dengan bromida sebagai ion negatif. Elektro
negativitas masing-masing f luoride dan bromide adalah 3,98 dan 3,16. Oleh
karena itu, fluorida menggantikan bromida dengan mudah digabungkan dengan
negativitas elektro yang lebih tinggi daripada bromida. Oleh karena itu,
penghilangan fluoride pada adsorben yang dilaporkan dikendalikan oleh gaya
tarik elektrostatik. Karenanya, fluoride mudah diganti bromida. Itulah sebabnya
metode yang dilaporkan cepat untuk menghilangkan fluoride dari air. Studi
Desorpsi Untuk membuat metode desorpsi ekonomi dan daur ulang adsorben
dievaluasi. Adsorben diperlakukan dengan asam dan basa. Diamati bahwa
desorpsi maksimum 20% dengan asam. Namun, hingga 90% desorpsi dicapai
dengan natrium hidroksida basa kuat (1,0 N). Basa lain seperti kalium
hidroksida, kalsium hidroksida, dan magnesium hidroksida juga digunakan,
tetapi penyerapan maksimum terjadi hanya dengan natrium hidroksida saja.
Adsorben yang diregenerasi digunakan untuk foce cycle for therma kanan untuk
menghasilkan.fluor/fluoride.(Ali/et/al.,2015)
Kinetika adsorpsi tergantung pada interaksi adsorbat-adsorben dan
kondisi sistem. Pada Gambar 5 didapat hasil data serapan Timbal untuk kedua
kinetika yang menunjukkan bahwa model kinetika orde dua memberi korelasi
data yang lebih baik daripada pada model kinetika orde pertama. Model kinetika
pada kedua adsorben tersebut dapat ditentukan dari harga koefisien
kelinerannya (R2) yang mendekati satu. Hal ini menunjukkan bahwa kinetika
adsorpsi timbal dengan adsorben bulu ayam lebih sesuai menggunakan model
kinetika orde dua. Hal ini juga sesuai dengan penurunan timbal dengan proses
adsorpsi yang menggunakan bentonit (Yarkandi 2014). Demikian juga
pengurangan timbal dengan menggunakan gabungan antara bulu ayam dan
kitosan menghasilkan kinetika adsorpsi orde dua Temperatur proses adsorpsi
dapat mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan
adsorpsi dapat meningkat apabila temperaturnya meningkat, dan menurun
apabila temperaturnya menurun. Penelitian hubungan antara suhu, diperoleh
hasil yang terlihat pada Gambar 4. Kondisi maksimum diperoleh pada suhu 34
oC. Pada suhu 34 oC mendapatkan prosentase adsorpsi maksimum sebesar
91,079 %. Pengaruh suhu pada adsorpsi Timbal serapan oleh bulu ayam yang
menunjukkan dari suhu 25°C hingga 34°C mengalami peningkatan serapan
Timbal. Pada proses adsorpsi ini bersifat endotermis, karena kecepatan adsorpsi
meningkat dengan meningkat nya suhu(Rengga et al., 2018)

Anda mungkin juga menyukai