Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PERCOBAAN III
MENENTUKAN KEKENTALAN (VISKOSITAS) DENGAN
“OSBORNE REYNOLD”
3.1 Deskripsi.
Percobaan kekentalan air (viskositas) dengan “osborne reynold” untuk mengetahui
kondosi alairan laminer, turbulet dan kecepatan aliran.
3.2 Teori.
Pada tahun 1884 Osborne Reynolds melakukan percobaan untuk menunjukan sifat –
sifat aliran laminar dan turbulen. Alat yang digunakan terdiri dari pipa kaca yang dapat
melewatkan air dengan berbagai kecepatan (gambar 2.3.1). Aliran tersebut diatur oleh katup
A. Pipa kecil B yang berasal dari tabung berisi zat warna C ujungnya yang lain berada pada
lubang masuk pipa kaca. Reynolds menunjukan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil
didalam pipa kaca, zat warna akan mengalir dalam satu garis lurus seperti benang yang sejajar
dengan sumbu pipa. Apabila katup dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah
besar dan benang warna mulai bergelombang yang akhirnya pecah dan menyebar pada
seluruh aliran didalam pipa ( gambar 2.3.2 )

Gambar 2.3.1. Alat Osborn Reynolds


Kecepatan rerata pada mana benang warna mulai pecah disebut kecepatan kritik.
Penyebaran dari benang warna disebabkan oleh percampuran dari partikel – partikel zat cair
selama pengaliran. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kecepatan kecil,
percampuran tidak terjadi dan partikel–partikel zat cair bergerak dalam lapisan – lapisan yang
sejajar, dan menggelincir terhadap lapisan di sampingnya. Keadaan ini disebut aliran laminer.
Pada kecepatan yang lebih besar, benang warna menyebar pada seluruh penampang pipa, dan
terlihat bahwa percampuran dari partikel–partikel zat cair terjadi; keadaan ini disebut aliran
turbulen.

Gambar 2.3.2. Aliran laminer (a), kritik (b) dan turbulen (c)

Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan yaitu kekentalan zat
cair  (mu), rapat massa zat cair  (rho), dan diameter pipa D. Hubungan antara ,, dan D
yang mempunyai dimensi sama dengan kecepatan adalah D.

Reynolds menunjukan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu angka tertentu.
Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran didalam pipa dengan nilai  /
D, yang disebut dengan angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini :

v ρ.v.D v.D 
Re   atau Re  dimana  
μ μ  
Dengan  (nu) adalah kekentalan kinematik. Dari percobaan yang dilakukan untuk aliran air
melalui pipa dapat disimpulkan bahwa pada angka Reynolds rendah gaya kental dominan
sehingga aliran adalah laminar. Dengan bertambahnya angka Reynolds baik karena
bertambahnya kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau betambah besarnya
dimensi medan aliran (pipa), akan bisa menyebabkan kondisi aliran laminar menjadi tidak
stabil. Sampai pada suatu angka Reynolds di atas nilai tertentu aliran berubah dari laminar
menjadi turbulen.
Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk
angka Reynolds di bawah 2,000, gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair,
dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminar. Aliran akan turbulen apabia angka
Reynolds lebih besar 4.000. Apabla angka Reynolds berada di antara kedua nilai tersebut (
2000< Re <4000 )aliran adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai diatas ( Re =
2000 dan Re = 4000 ) disebut batas kritik bawah dan atas.

3.3 Tujuan.

Percobaan kekentalan air (viscositas) dengan “osborne reynold” untuk mengetahui


kondisi aliran laminer, transisi, turbulen dan kecepatan aliran.

3.4 Peralatan yang digunakan.

- Hidraulik Bench (F1-10)


- Alat percobaan Reynolds
- Zat pewarna
Gambar :

2
1
3
10
4
5 ooo o
ooooooo o
ooooooo 6 oo

7
11
8

9 12

500 330
Keterangan gambar :
1. Klep pengontrol aliran pewarna
2. Reservoir pewarna
3. Height adjusmen screw
4. Over flow
5. Infector pewarna
6. Bel mouth entri
7. Glas marbles
8. Pipa fleksibel untuk pengeluaran
9. Klep pengontrol aliran
10. Head tank
11. Pipa pemasukan
12. Pipa untuk pengamanan aliran
3.5 Tahap dan cara percobaan.

1. Isi reservoir zat pewarna dengan pewarna, letak kan peralatan pada bangku kerja dan
hubungkan pipa inlet ke pompa.
2. Bagian bawah injektor pewarna diatur sampai diatas bell mouth inlet.
3. Tutup kontrol aliran.
4. Buka katup pompa dan dengan pelan isi head tank sampai air mengakir melalui peluap.
5. Buka klep pengontrol aliran sampai pipe visualisasi terisi pewnuh air, kemudian ditutup
untuk membiarkanair mengalir kepipa visualisasi.
6. Ukur temperatur air dan tentukan viskositas airnya.
7. Buka katup inlet sampai air mengalir kecil dari pipa outlet.
8. Buka dengan kecil katup kontrol aliran dan atur katup[ kontrol pewarna sampai mengalir
pelan dengan tanda pewarna, ukur dan catat debitnya (debit = Volume air/waktu). Ulangi
beberapa pengukuran untuk setiap debit.
9. Rubah untuk beberapa debit yang sedikit lebih besar dengan membuka katup kontrol
aliran,dan ukur masing-masing debitnya hingga mencapai debit pada kondisi kritis.
10. Ulangi prosedur tersebut untuk pengurangan kecepatan ambil ukuran tertentu dari debit
pada kondisi kritis.

3.6 Analisa data dan hasil percobaan.

Data hasil percobaan :


N0 Kondisi pewarna yang dilihat Volume air (ml) Waktu (detik)
I Aliran lurus 28 7
II Aliran agak menyebar 30 4
III Aliran menyebar 42 1

Analisa perhitungan
Diameter pipa = 1 cm = 0,01 m
Temperatur air = 23 c
6
Viscositas air = 1.15 x 10
1
Luas pipa (A) =   d2
4
1
= 3.14  0,012
4
= 7,854 x 10–5 m 2

Pada kondisi I
1.Volume air (V) = 28 ml = 0.028 liter = 2.8 x 10 5 m 3

V
2. Debit (Q) =
t
2.8  10 5
=
7
= 4  10 6 m 3 /dt
Q
3.Kecepatan (v) =
A
4  10 6
=
7,854  10 5
= 0.051 m/dt
4. Angka reynold (Re) = V d  
V d
 

0.051 0,01
=  1
1.15  10 6
= 443.478 → 443.478  2000 (aliran laminer)

Pada kondisi II
1.Volume air (V) = 30 ml = 0.030 liter = 3 x 10 5 m 3

V
2. Debit (Q) =
t
3  10 5
=
4
= 7.5  10 6 m 3 /dt
Q
3.Kecepatan (v) =
A
7.5  10 6
=
7,854  10 5
= 0.095 m/dt
4. Angka reynold (Re) = V d  
V d
 

0.095  0,01
=  1
1.15  10 6
= 830.372 → 830.372  2000 (aliran laminer)

Pada kondisi III


1.Volume air (V) = 42 ml = 0.028 liter = 4.2 x 10 5 m 3

V
2. Debit (Q) =
t
4.2  10 5
=
1
= 4.2  10 5 m 3 /dt
Q
3.Kecepatan (v) =
A
4.2  10 5
=
7,854  10 5
= 0.535 m/dt
4. Angka reynold (Re) = V d  
V d
 

0.535  0,01
=  1
1.15  10 6
= 4652.174 → 4652.174 ≥ 4000 (aliran Turbulen)
Pentabelan hasil perhitungan
Kondisi Aliran Volume Waktu Debit (m 3 Kecepatan Angka Sifat
air (m 3 ) (dt) /dt) (m/dt) reynold aliran

I Lurus 2.8 x 10 5 7 4  10 6 0.051 443.478 Laminer

II Lurus 3 x 10 5 4 7.5  10 6 0.095 830.372 Laminer


5 5
III Lurus 4.2 x 10 1 4.2  10 0.535 4652.174 Turbulen

Keterangan :
 Aliran laminer, jika Re  2000
 Aliran transisi, jika 2000Re4000
 Aliran turbulen, jika Re  4000

3.7 Kesimpulan.
1. Angka Reynolds dipengaruhi oleh :
 Besarnya kekentalan kinetik suatu cairan
 Besarnya diameter pipa
2. Keadaan aliran dipengaruhi :
 Kekentalan zat cair
 Rapat massa zat cair
 Diameter pipa
3. Seharusnya pada percobaan di lakukan pengukuran suhu air dengan thermometer agar
bisa langsung diketahui vickositas kinetic lewat tabel viskositas air
3.8 Daftar pustaka.

(Hidraulika II, Bambang Triatmodjo, 1993, Hal. 3 – 4)

Anda mungkin juga menyukai