Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sumarsono

Kelas: H
Nim : 1802099

5 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow


Setiap individu memiliki kebutuhan dari yang terkecil hingga terbesar. Tingkatan kebutuhan manusia bisa
dijabarkan ke dalam piramida kebutuhan Maslow. Piramida tersebut menjadi gambaran bagaimana
tingkat kebutuhan setiap individu. Tingkatan tersebut juga penting diketahui, karena akan terjadi pada
setiap orang.

Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, individu melakukannya dari tingkat yang terkecil. Misalnya,
seseorang haus, maka orang itu akan memenuhi kebutuhan dirinya untuk minum terlebih dahulu sebelum
memenuhi kebutuhan lainnya. Adanya tingkatan kebutuhan itu disebut kebutuhan Maslow. Maslow
menganggap bahwa kebutuhan yang paling rendah harus dipenuhi terlebih dahulu dari kebutuhan
menengah sampai kebutuhan paling tinggi. Hierarki kebutuhan Maslow tergambar dari sebuah piramida
yang berisi tingkatan kebutuhan. Ada enam tingkatan kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan fisiologi, rasa
aman, rasa memiliki dan kasih sayang, penghargaan, serta aktualitas diri.

Dari tingkat kebutuhan tersebut, Maslow menggambarkan sebagai tingkatan atau tangga kebutuhan.
Maslow berpendapat bahwa setelah manusia memenuhi kebutuhan paling bawah, manusia akan
memenuhi kebutuhan di tingkat berikutnya. Apabila manusia memenuhi kebutuhan pada tingkat atas
tetapi tingkat bawah belum terpenuhi, maka manusia akan kembali lagi pada kebutuhan sebelumnya.
Menurut Maslow, adanya hierarki kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan, yaitu motivasi
kekurangan dan motivasi perkembangan atau pertumbuhan. Motivasi kekurangan bertujuan untuk
mengatasi ketegangan manusia akan kekurangan kebutuhan yang ada. Motivasi perkembangan atau
kebutuhan didasarkan atas kapasitas manusia untuk tumbuh dan berkembang. Dua kapasitas tersebut
merupakan kapasitas bawaan manusia, sehingga manusia tidak bisa lepas dari dua kapasitas itu.

Hierarki Kebutuhan Maslow


Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa hierarki kebutuhan maslow memiliki 5 tingkatan, yakni:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan paling dasar yang lebih berhubungan pada kebutuhan fisik,
seperti kebutuhan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen. Kebutuhan fisiologi
merupakan kebutuhan yang memiliki potensi besar untuk menuju ke tingkat kebutuhan berikutnya.
Misalnya, ketika manusia merasa lapar, maka akan mengabaikan atau menekan dulu kebutuhan lain.
Manusia akan memuaskan rasa lapar tersebut dengan mencari makanan dan minuman. Untuk manusia
yang sudah mapan, sebuah rasa lapar merupakan gaya hidup. Mereka sudah memiliki cukup makanan,
tetapi yang mereka rasakan ialah citarasa dari makanan yang mereka inginkan. Berbeda dengan manusia
yang belum mapan, ketika merasa lapar, mereka tidak mementingkan cita rasa, tekstur, bau, ataupun
temperatur.

Kebutuhan Fisiologi berbeda dengan kebutuhan lain karena kebutuhan fisiologi memiliki dua hal.
Pertama, kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau minimal dapat diatasi,
seperti pada kebutuhan makan manusia. Setelah selesai makan mereka akan merasa kenyang dan
kemungkinan bisa merasa mual ketika dihadapkan dengan makanan lagi. Kedua, kekhasan dari kebutuhan
psikologis ini ialah kebiasaan yang diulang-ulang. Pada saat seseorang tersebut telah memenuhi rasa
laparnya, selanjutnya rasa lapar tersebut akan muncul kembali dan terus berulang-ulang, mereka akan
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.
Dalam manajer implikasi, kebutuhan psikologis bisa ditujukan kepada kebutuhan psikologi karyawan.
Perusahaan harus memberikan gaji yang sesuai dengan kebutuhan karyawannya. Selain itu, perusahaan
juga memberikan kebutuhan waktu makan dan istirahat yang cukup.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka ada kebutuhan rasa aman, seperti rasa aman fisik,
stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari berbagai ancaman, teroris, penyakit, takut,
cemas, atau bencana alam. Apabila kebutuan fisiologi perlu dipenuhi secara total, sedangkan kebutuhan
akan rasa aman tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak bisa dapat terlindungi dari berbagai
ancaman meteor, kebanjiran, atau ancaman dari orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak merasa aman mempunyai tingkal laku yang berbeda. Mereka
akan bertingkah laku seperti orang yang memiliki ancaman besar. Orang yang merasa tidak aman otomatis
akan mencari kestabilan dan akan berusaha keras menghindari hal-hal atau keadaan yang asing atau yang
tidak diharapkan.

Dalam manajer implikasinya kebutuhan ini, manajer dapat memberikan jaminan keamanan kepada
karyawan, seperti lingkungan yang aman, tempat yang higienis, atau jaminan pensiun, sehingga mereka
merasa aman baik dalam lingkungan ataupun finansial.

3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang

Setelah dua kebutuhan di atas terpenuhi, selanjutnya akan muncul kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki
dan kasih sayang. Manusia akan mencari sahabat, pasangan, keturunan, dan kebutuhan untuk dekat
dengan keluarga. Seseorang yang cintanya sudah relatif terpenuhi tidak akan merasa panik ketika
menolak cinta dan ketika ada seseorang yang menolak dirinya, ia juga tidak merasa hancur. Maslow
berpendapat bahwa kebutuhan cinta merupakan cinta yang memberi dan cinta yang menolak. Kita perlu
memahami cinta, mengamalkannya, menciptakannya, dan mengajarkannya.

Dalam manajer implikasinya, kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan sosial. Manajer perlu
mendorong tim untuk mengatur kegiatan sosial. Dari kegiatan sosial tersebut akan menciptakan
persahabatan dan keluarga. Dengan begitu kebutuhan akan kasih sayang dapat terpenuhi.

4. Kebutuhan Akan Penghargaan

Setelah tiga kebutuhan di atas terpenuhi, manusia akan mengejar kebutuhan akan penghargaan, seperti
menghormati orang lain, status, ketenaran, reputasi, perhatian, dan sebagainya. Menurut Maslow,
kebutuhan akan penghargaan juga terbagi atas dua tingkatan, yaitu tingkatan yang rendah dan tinggi.
Tingkatan rendah yaitu kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan status, ketenaran, reputasi,
perhatian, apresiasi, martabat, dan dominasi. Kebutuhan yang tinggi ialah kebutuhan harga diri seperti
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Maslow
berpendapat, apabila kebutuhan harga diri sudah teratasi, maka manusia siap memenuhi kebutuhan pada
tingkat yang lebih tinggi lagi.
Dalam manajer implikasinya, kebutuhan ini berhubungan erat dengan kebutuhan harga diri. Manajer
harus memberi reward untuk karyawan yang mampu mencapai atau melebihi target mereka. Manajer
juga bisa mempromosikan kepada karyawan untuk menempati kedudukan yang lebih tinggi. Hal ini akan
membuat karyawan memiliki harga diri dan kebutuhan atas penghargaan terpenuhi.

5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkatan kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan ini melibatkan
keinginan yang terus-menerus untuk mencapai potensi. Menurut Maslow, kebutuhan ini ialah kebutuhan
yang dimiliki manusia untuk melibatkan diri sendiri untuk menjadi apa yang sesuai keinginannya
berdasarkan kemampuan diri. Manusia akan memenuhi hasratnya sesuai dengan kemamuan yang dimiliki
pada dirinya.

Dalam manajer implikasinya, manajer dapat menantang karyawan dalam pekerjaannya, sehingga
ketrampilan dan kreatifitas karyawan dapat meningkat dan terpakai sepenuhnya. Bukan hanya itu,
peluang berkembang juga perlu diberikan agar karyawan dapat mengembangkan kariernya. Manajer bisa
membuat tantangan tersebut sebagai dorongan kepada karyawan. Dengan begitu, tumbuh motivasi
karyawan untuk memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri.

Itulah lima kebutuhan Maslow yang akan terus ada selama manusia hidup. Lima kebutuhan tersebut
berjenjang dari mulai yang mendesak hingga muncul dengan sendirinya. Ketika kebutuhan yang mendesak
sudah dapat terpenuhi, maka dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi akan muncul.
Dari implikasi pada setiap kebutuhan, bukan hanya dapat terjadi pada bidang manajer saja. Tingkatan
kebutuhan Maslow juga dapat terjadi pada setiap individu.

Hierarki kebutuhan maslow bisa digambarkan menggunakan piramida untuk memudahkan tingkatan
kebutuhan dari yang terkecil sampai terbesar. Tingkatan kebutuhan tersebut juga tidak bisa terlewati,
setiap kebutuhan akan mencapai tingkatan secara teratur. Manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan yang
paling besar apabila kebutuhan yang terkecil belum terpenuhi. Misalnya, manusia tidak bisa mendapatkan
kebutuhan rasa memiliki atau kasih sayang sebelum kebutuhan psikologisnya terpenuhi, begitu pun
seterusnya. Di samping itu, kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan yang paling dasar. Manusia harus
mendapatkan kebutuhan psikologis untuk mencapai kebutuhan lain. Kebutuhan tersebut berasal dari fisik
setiap individu, sehingga menjadi kunci utama untuk melangkah mencapai kebutuhan selanjutnya.
Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya
Sebagai orang tua, tentunya selalu mempunyai harapan bahwa anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
mantap dan mandiri tanpa menghilangkan sisi baik dari karakternya.

Pembentukan pribadi yang baik akan berguna sebagai bekal anak untuk menghadapi lingkungan sosialnya
sendiri, serta juga menentukan kemampuannya berjuang dalam menghadapi masalahnya sendiri. Orang
tua mana yang tidak ingin anaknya dapat memiliki kemampuan berjuang dalam kehidupannya sendiri,
bukan? Karena itulah, pembentukan pribadi anak menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari.

Perkembangan anak selalu menarik untuk dibicarakan dalam dunia psikologi, sebab hal ini sangat
mendasari pembentukan karakter anak dan menentukan menjadi pribadi seperti apakah sang anak
tersebut. Pengaruh – pengaruh yang masuk di dalam kehidupan seorang anak sangat menentukan
pembentukan karakternya kelak.

Karena itulah, masa – masa awal seorang anak selalu menjadi perhatian intens para ahli psikologi, dan
juga tentunya perhatian orang tua. Banyak teori tentang perkembangan psikologi anak, salah satunya
adalah teori psikososial Erikson yang dicetuskan oleh Erik Erikson.

Perkembangan Psikososial dan Ego

Teori dari Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan istilah perkembangan psikososial. Teori
psikososial Erikson ini merupakan salah satu teori terbaik mengenai kepribadian yang ada dalam psikologi.
Seperti Sigmund Freud, Erikson juga mempercayai bahwa kepribadian seseorang akan berkembang
melalui beberapa tingkatan tertentu.

Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan mengenai
persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan melalui proses interaksi sosial.
Perkembangan ego akan selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang didapatkan
seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain. Ego yang sempurna menurut Erikson adalah
yang mengandung tiga aspek utama yaitu:

 Faktualitas – Yaitu kumpuan fakta dan data yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang
digunakan, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
 Universalitas – Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan atau sense of reality,
menggabungkan hal yang praktis dan konkrit dengan pandangan mengenai seluruh semesta.
 Aktualitas – Yaitu suatu cara untuk memperkuat hubungan dengan orang lain agar mencapai
tujuan bersama.

Erikson juga mempercayai bahwa kemampuan untuk memotivasi sikap dan perbuatan seseorang dapat
memicu suatu perkembangan menjadi positif, hal inilah yang kemudian mendasari penyebutan teorinya
sebagai Teori Perkembangan Psikososial.
Teori Perkembangan Psikososial Erikson

Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. Ada delapan tingkatan yang
menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui oleh manusia. Setiap manusia dapat naik
ke tingkat berikutnya walaupun tidak sepenuhnya tuntas mengalami perkembangan pada tingkat
sebelumnya.

Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan semua bidang kehidupan yang artinya jika
setiap tingkatan itu tertangani dengan baik oleh manusia, maka individu tersebut akan merasa pandai.
Sebaliknya jika tingkatan – tingkatan tersebut tidak tertangani dengan baik, akan muncul perasaan tidak
selaras pada orang tersebut.

Erikson percaya bahwa dalam setiap tingkat, seseorang akan mengalami konflik atau krisis yang akan
menjadi titik balik dalam setiap perkembangannya. Menurut pendapatnya, konflik – konflik ini berpusat
pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan dalam pengembangan kualitas tersebut. Selama
masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat sejalan dengan potensi kegagalannya pula.

Tahapan Perkembangan Psikososial

Teori psikososial Erikson berkaitan dengan prinsip – prinsip dari perkembangan secara psikologi dan sosial,
dan merupakan bentuk pengembangan dari teori psikoseksual dari Sigmund Freud. Delapan tahapan yang
dibuat oleh Erikson yaitu:

1. Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)


Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi dari lingkungannya
adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau pengasuhnya yang selalu bersama
setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih
sayang maka anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan.

Akan tetapi, jika ibu atau pengasuh tidak dapat merespon kebutuhan si anak, maka anak bisa menjadi
seorang yang selalu merasa tidak aman dan tidak bisa mempercayai orang lain, menjadi seorang yang
selalu skeptis dan menghindari hubungan yang berdasarkan saling percaya sepanjang hidupnya.

Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3 tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan
sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya
kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi
pribadi yang mandiri serta percaya diri.

Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang
anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang
mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu
terhadap kemampuan dirinya sendiri.
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain seperti motorik dan
kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun sosial
dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.

Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak, akibatnya anak dapat selalu
merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan
juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya.
Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidak
pedulian.

Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)


Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan suatu perasaan bangga
terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai
berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga.

Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta percaya diri, dan
pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan
untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat
anak menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.

Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)


Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka
sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk
melewati hal tersebut.

Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas
yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat banyak
penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan
identitas serta ketidak yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.

Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)


Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda, yaitu
merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan
orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta
kasih sayang.

Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang
sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing
dari orang lain.

Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)


Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah mapan dalam
kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai memberikan seseorang perasaan
untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya,
maka biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya
mengalami stagnasi.
Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang alur kehidupannya
yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sebelumnya tidak
terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini, maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun
jika gagal mereka bisa menjadi putus asa.

Kelebihan Teori Erikson

Sebenarnya teori dari Erikson adalah pengembangan dari teori Freud. Banyak orang yang lebih memilih
teori Erikson daripada teori Freud karena Erikson mencakup seluruh masa dan tahapan kanak – kanak
hingga lanjut usia sementara Freud hanya sebagian diantaranya yaitu sampai masa remaja.

Dan juga karena banyak orang tidak percaya bahwa manusia hanya didominasi oleh naluri seksual mereka
seperti yang dinyatakan Freud. Erikson menangkap banyak masalah utama dalam kehidupan yang menjadi
dasar pembentukan teori psikososisalnya tersebut. Teori psikososial Erikson dianggap lebih realistis
karena membawa aspek kehidupan seperti sosial dan budaya.

Setiap teori tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, namun teori psikososial Erikson telah
mendasari banyak metode pendidikan dan pengasuhan terhadap anak – anak usia dini. Para orang tua
pun dapat mendasarkan pola pengasuhan mereka kepada teori ini jika menginginkan anak terbentuk
dengan baik dan memiliki kepribadian serta karakter yang positif.

Anda mungkin juga menyukai