Anda di halaman 1dari 7

LEADERSHIP IN DIVERSITY

TIU : Peserta diharapkan mampu memahami konsep kepemimpinan

TIK :

 Defenisi
 Pendekatan kepemimpinan
 Skill dan karakter kepemimpinan
 Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership. Secara morfologi,


leadership berasal dari kata kerja (verb) to lead yang artinya: memimpin, menggiring, atau
mengarahkan. Guru manajemen modern Peter Drucker menyebutkan betapa pentingnya
peranan kepemimpinan para manajer dalam sebuah organisasi, karena seorang pemimpin
mampu merubah keadaan dan membuat segala impian dan cita-cita organisasi dapat
terwujud sesuai dengan harapan (makes thing happen).

Dalam aliran behavioral seorang manajer tidak harus dilahirkan, namun dapat
dipersiapkan atau ditugaskan. Kepemimpinan bukanlah sebuah jabatan dalam organisasi,
tetapi sebuah kekuatan yang sangat berpengaruh. Kepemimpinan bukanlah berdasarkan
kepada jabatan atau kedudukan, tapi terletak pada otoritas dan prestis seseorang.
Kepemimpinan mungkin datang dari antusiasisme pribadi, otoritas pribadi, kredibilitas,
pengetahuan, keterampilan atau karisma. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah adanya
power atau pengaruh yang dimiliki pemimpin terhadap anak buahnya.

Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership. Leadership adalah kata


benda (noun) yang berasal dari kata kerja (verb) to lead yang secara harafiah memiliki
banyak makna, diantaranya : menyebabkan, menuntun, memimpin, menggiring,
mengarahkan dan memenangkan (Echols and Shadily, 1997:351).

Pemimpin (leader) adalah tokoh atau orang yang memimpin, sedangkan


kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi atau mengajak orang
lain (pengikut atau anak buah) untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya.

Menurut Stogdill (1974:259) dalam Yukl (2010:20) beberapa definisi atau batasan
kepemimpinan yang telah dikenal sejak kurun waktu 50 tahun terakhir diantaranya :

Leadership is “the behavior of an individual... directing the activities a group toward a shared
goal, (Hemphill & Coons, 1957:7). Kepemimpinan adalah "perilaku individu... mengarahkan
kegiatan kelompok menuju tujuan bersama", (Hemphill & Coons, 1957:7).

Leadership is “the influential increment over and above mechanical compliance with the
routine directives of the organization”, (Katz & Kahn, 1978:528). Kepemimpinan adalah
"pengaruh incremental di atas mekanisme kepatuhan dengan arahan rutin organisasi", (Katz
& Kahn, 1978:528).

Leadership is realized in the process whereby one or more individuals succed in attempting
to frame and define the reality of others”, (Smircich & Morgan, 1982:258). Kepemimpinan
diwujudkan dalam proses di mana satu atau lebih individu berhasil dalam kelompok dan
menyadari realitas kehadiran orang lain", (Smircich & Morgan, 1982: 258).

Leadership is “the process of influencing the activities of an organized group toward goal
achievement”, (Rauch & Behling, 1984:46). Kepemimpinan adalah "proses mempengaruhi
kegiatan kelompok yang terorganisir menuju pencapaian tujuan", (Rauch & Behling,
1984:46).

Leadership is about articulating visions, embodying values, and creating the environment
within which thing can be accomplished”, (Richards & Engle, 1986:206). Kepemimpinan
adalah tentang mengartikulasikan visi, mewujudkan nilai-nilai, dan menciptakan lingkungan
agar tujuan dapat dicapai", (Richards & Engle, 1986:206).

Leadershing is a process of giving purpose (meaningful direction) to collective effort, and


causing willing effort to be expended to achieve purpose”, (Jacobs & Jaques, 1990: 281).
Kepemimpinan adalah proses memberikan tujuan (arahan yang berarti) terhadap usaha
kolektif, dan menyebabkan orang bersedia mengeluarkan tenaga untuk mencapai tujuan,
(Jacobs & Jaques, 1990:281).

Leadership “is the ability to step outside the culture... to start evolutionary change processe
that are more adaptive”, (Schein, 1992:2). Kepemimpinan "adalah kemampuan untuk
melangkah keluar dari budaya ... untuk memulai proses perubahan evolusioner yang lebih
adaptif", (Schein, 1992:2).

Leadership is the process of making sense of what people are doing together so that people
will understand and be commited”, (Drath & Palus, 1994:4). Kepemimpinan adalah proses
untuk memahami apa yang dilakukan orang bersama sehingga orang akan memahami dan
berkomitmen", (Drath & Palus, 1994, h. 4)

Leadership is exercised when person ... mobilize ... institutional, political, psychological, and
other resources so as to arouse, engage, and satisfy the motives of followers”, (Burns,
1978:18). Kepemimpinan dilaksanakan ketika orang... memobilisasi ... sumber daya
institusional, politik, psikologis, dan lainnya sehingga membangkitkan, melibatkan, dan
memuaskan motivasi pengikut", (Burns, 1978:18).

Leadership is “the ability of an individual to influence, motivate and enable others to contribut
toward the effectiveness and success of the organization...”, (House et al., 1999:184).
Kepemimpinan adalah "kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan
memungkinkan orang lain untuk memberikan kontribusi terhadap efektivitas dan
keberhasilan organisasi ...", (House et al, 1999:184).

Leadership is ”the influencing process of leaders and followers to achieve organizational


goals/objectives through change”, (Lussier N. Robert & Christopher F. Achua, 2007:6).
Kepemimpinan adalah "proses mempengaruhi antara pemimpin dengan pengikut untuk
mencapai tujuan organisasi melalui perubahan ...", (Lussier N. Robert & Christopher F.
Achua, 2007:6).

Pendekatan Kepemimpinan

o Pendekatan Ciri
Salah satu pendekatan yang paling awal untuk mempelajari kepemimpinan adalah
pendekatan ciri (trait approach). Pendekatan ini menekankan sifat pemimpin seperti
kepribadian, motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini
adalah asumsi bahwa beberapa orang terlahir sebagai pemimpin. Mereka memiliki
ciri tertenru yang tidak dimiliki oleh orang lain. Teori kepemimpinan awal mengakui
bahwa keberhasilan manajerial disebabkan oleh kemampuan luar biasa seperti
energi yang tidak kenal lelah, intuisi untuk melakukan penetrasi, kemampuan untuk
memprediksi masa depan yang luar biasa, dan kekuatan membujuk yang tidak dapat
ditolak.
o Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku (behaviour approach) diawali pada tahun 1950-an setelah
banyak peneliti tidak puas dengan pendekatan ciri dan mulai memberikan perhatian
yang lebih mendalam terhadap apa yang sebenarnya dilakukan oleh manajer dalam
pekerjaannya. Penelitian perilaku kemudian terbagi ke dalam dua subkategori utama.
Pertama, peneliti menguji bagaimana manajer menggunakan waktunya dan pola
aktivitas, tanggung jawab, dan fungsi khas untuk pekerjaan manajerial. Kedua,
pendekatan perlaku berfokus pada mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang
efektif. Metode penelitian yang lebih disukai mencakup survei peneltian lapangan
yang menggunakan kuesioner deskripsi perilaku. Dalam 50 tahun terakhir, terdapat
ratusan survei yang telah menguji korelasi antara perilaku kepemimpinan dan
berbagai indikator keefektifan kepemimpinan.
o Pendekatan Kekuasaan-Pengaruh
Pendekatan kekuasaan-pengaruh menguji proses pengaruh yang terjadi antara
pemimpin dengan pengikutnya. Seperti penelitian tentang ciri dan perilaku, beberapa
penelitian mengenai kekuasaan-pengaruh memiliki pandangan yang berfokus pada
pemimpin dengan asumsi implisit bahwa sebab-akibat adalah satu arah (pemimpin
bertindak dan pengikut memberikan reaksi). Penelitian ini berusaha menjelaskan
keefektifan kepemimpinan menurut jumlah dan jenis kekuatan yang dimiliki oleh
pemimpin dan bagaimana kekuatan itu digunakan.
o Pendekatan Situasi
Pendekatan situasi menekankan pentingnya faktor konteks yang mempengaruhi
proses kepemimpinan. Variabel situasi yang penting adalah karakteristik pengikut,
sifat pekerjaan yang dilakukan oleh unit pemimpin, jenis organisasi, dan sifat
lingkungan eksternal. Pendekatan ini memiliki dua subkategori utama. Kategori
pertama peneliti berusaha mengungkap tingkat kesamaan atau keunikan proses
kepemimpinan berbagai jenis organisasi, level manajemen dan budaya. Kategori
kedua berusaha mengidentifikasi aspek situasi yang “melunakkan” hubungan
karakteristik pemimpin (seperti ciri, keterampilan, perilaku) terhadap keefektifan
kepemimpinan.
o Pendekatan terintegrasi
Pendekatan terintegrasi melibatkan lebih dari satu jenis variabel kepemimpinan.
Beberapa tahun belakangan ini sudah menjadi kebiasaan para peneliti untuk
menggunakan dua atau lebih jenis variabel kepemimpinan dalam satu penelitian,
tetapi tetap jarang sekali mendapatkan teori yang dapat mencakup semua hal
tentang kepemimpinan (seperti ciri, perilaku, proses pengaruh, variabel situasi, dan
hasil). Contoh yang baik tentang pendekatan terintegrasi adalah teori konsep diri dari
pemimpin yang kharismatik yang berusaha menjelaskan mengapa pengikut dari
beberapa pemimpin bersedia memberikan dukungan yang luar biasa dan
memberikan pengorbanan pribadi untuk mencapai tujuan atau misi group.

Skill dan Karakter Kepemimpinan

Pengertian karakter atau sifat dasar seseorang (traits) adalah berbagai atribut
individual meliputi aspek-aspek kepribadian, temperamental, kebutuhan, motivasi, serta
nilai-nilai. Sifat dasar kepribadian seseorang sifatnya stabil. Contohnya, adalah rasa percaya
diri, terbuka (extroversion), kematangan emosional dan tingkat kemampuan kerja.
Sedangkan pengertian kemampuan atau skills adalah kemampuan seseorang melakukan
pekerjaan dengan cara yang efektif. Seperti traits, skills juga terbentuk berdasarkan
perpaduan antara proses belajar dan sifat yang diturunkan secara genetis.

Kemampuan manajerial (managerial skills) menurut Katz (1955) dan Mann (1965)
dalam Yukl (2010:44) terdiri dari tiga golongan, yaitu : pertama, kemampuan teknis
(technical skills) berurusan dengan pekerjaan, kedua, kemampuan berhubungan sosial
(interpersonal skills / social skills) dan berhubungan dengan orang lain dan ketiga,
kemampuan konseptual atau kognitif (conceptual/cognitive skills) berurusan dengan
gagasan atau konsep.
Kemampuan (skills) Jenis kemampuan
Kemampuan Teknis Pemahaman tentang metode, proses,
(Technical skills) prosedur, dan teknik dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu dan kemampuan
menggunakan alat yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut
Kemampuan Interpersonal Pemahaman tentang perilaku manusia dan
(Interpersonal skills) proses antar pribadi, kemampuan memahami
perasaan orang lain, perilaku dan motivasi
orang lain dari apa yang dikatakan dan lakukan
orang lain (empati, kepekaan sosial),
kemampuan berkomunikasi secara jelas dan
efektif, (bicara fasih dan lancar, persuasif), dan
kemampuan untuk membangun hubungan dan
kerjasama yang efektif (taktis, diplomatis,
mampu mendengarkan dengan baik,
pemahaman tentang penerimaan perilaku
sosial)
Kemampuan Kemampuan analisis secara umum, berfikir
Konseptual/Kognitif logis, cakap dalam pembentukan konsep dan
(Conceptual skills) konseptualisasi dari hubungan yang komplek
dan ambisius, kreatif dalam membangkitkan
gagasan dan pemecahan masalah, mampu
menganalisis kejadian dan mempersepsikan
kecenderungan kejadian, mengantisipasi
perubahan,

Salah satu aspek yang mempengaruhi penggunaan dan kebutuhan skill adalah
kedudukan manajer dalam hierarki autoritas jabatannya. Secara umum, semakin tinggi
kedudukan atau jabatan manajer jenis skill yang diperlukan adalah konseptual atau kognitif,
sedangkan skill teknik lebih rendah. Sedangkan level menengah, yang diperlukan adalah
interpersonal skills, disamping skill teknis. Untuk manajer level rendah kemampuan teknis
dituntut tinggi dan skill konsepsional atau kognitif rendah.
Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin
dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai
kemampuan dan kepribadiannya (Sukarno Marzuki, 2002). Menurut Ostroff (1992) gaya dan
sikap kepemimpinan adalah salah satu yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat pula
mempengaruhi komitmen organisasi, dan kinerja karyawan.

Hersey dan Blanchard (1992) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan pada


dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan,
serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Gaya kepemimpinan
dalam organisasi sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif
dan membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang
sama dalam memimpin bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter
tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya. Pemimpin yang efektif dalam
menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa
bawahannya, apa kelemahan dan kelebihannya.

Dalam teori jalur tujuan (Path Goal Theory) yang dikembangkan oleh Robert House
(1971, dalam Kreitner dan Kinicki, 2005) menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja
yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi
bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha yang
serius. Perilakupemimpin memberikan motivasi sampai tingkat (1) mengurangi halangan
jalanyang mengganggu pencapaian tujuan, (2) memberikan panduan dan dukunganyang
dibutuhkan oleh para karyawan, dan (3) mengaitkan penghargaan yangberarti terhadap
pencapaian tujuan. House mengidentifikasikan gaya kepemimpinan dalam lima gaya
kepemimpinan, yaitu:

1. Gaya Direktif
Dimana pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari
mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus diselesaikan dan standar kerja, serta
memberikan bimbingan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan
pengawasan.(Mamduh, 1997).
House dan Mitchell (1974) dalam Yukl (1989) menyatakan bahwa direktif leadership itu
memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberi
pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan
dan prosedur-prosedur, mengatur waktu dan mengkoordinaasi pekerjaan mereka.
Sedangkan menurut Griffin (1980) dalam Yukl (1989), pegawai yang mengerjakan
tugas-tugas sulit tetapi karena kurang motivasi mereka tidak mau menerima situasi
yang ambigu ini dengan mengatur aktivitas-aktivitas mereka sendiri. Fungsi pimpinan
dalam situasi ini adalah memberikan struktur tugas dengan merencanakan,
mengorganisir, mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengontrol kerja anak buahnya.
Sikap direktif yang demikian diperkirakan akan membuahkan hasil-hasil yang positif.
2. Gaya Supportif
Gaya kepemimpinan yang menunjukkan keramahan seorang pemimpin, mudah ditemui
daan menunjukkan sikap memperhatikan bawahannya (House dan Mitchell 1974 dalam
Yukl 1989). Mamduh (1997) mengatakan jika manajer ingin meningkatkan kesatuan dan
kekompakan kelompok digunakan gaya kepemimpinan supportif. Sedangkan Yukl
(1989) mengatakan apabila tugas tersebut terlalu menekan (stresfull), membosankan
atau berbahaya, maka supportif akan menyebabkan meningkatnya usaha dan
kepuasan bawahan dengan cara meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi
ketegangan dan meminimalisasi aspek-aspek yang tidak menyenangkan.
Kepemimpinan gaya supportif, menggambarkan situasi dimana pegawai yang memiliki
kebutuhan tinggi untuk berkembang mengerjakan tugas-tugas yang mudah, sederhana,
dan rutin. Individu seperti ini mengharapkan pekerjaan sebagai sumber pemuasan
kebutuhan, tetapi kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Reaksi yang mungkin timbul
adalah perasaan kecewa dan frustasi. Bukti-bukti penelitian oleh House&Mitchell (1974)
dalam Yukl (1989) dengan kuat menunjukkan bahwa pegawai yang mengerjakan tugas-
tugas yang kurang memuaskan seperti ini cenderung memberikan respon positif
terhadap sikap pimpinan yang supportif (Griffin, 1980) dalam Yukl (1989).
3. Gaya Partisipatif
Gaya kepemimpinan dimana mengharapkan saran-saran dan ide mereka (bawahan)
sebelum mengambil suatu keputusan (House dan Mitchell 1974 dalam Yukl 1989).
Gaya kepemimpinan yang partisipatif lebih sesuai jika bawahan mempunyai locus of
control yang tinggi, ia merasa jalan hidupnya lebih banyak dikendalikan oleh dirinya
bukan oleh faktor luar seperti takdir, (Mamduh, 1997). Vroom dan Arthur Jago (1988
dalam Yukl, 1989) mengatakan bahwa partisipasi bawahan juga mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan oleh pemimpin. Situasi dimana kebutuhan untuk berkembang
rendah dan pegawai mengerjakan tugas-tugas yang mudah, sikap yang dianggap tepat
untuk pegawai yang secara ego terlibat dengan pekerjaan dan mengalami kepuasan
intrinsik dari tugas yang dikerjakan adalah sikap partisipatif dan berorientasi prestasi
(Griffin, 1980 dalam Yukl, 1989).
4. Gaya Orientasi Prestasi
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus
mencari pengembangan prestasi dalam pencapaian tujuan tersebut. Yukl (1989)
menyatakan bahwa tingkah laku individu didorong oleh need for achievement atau
kebutuhan untuk berprestasi. Kepemimpinan yang berorientasi kepada prestasi
(achievement) dihipotesakan akan meningkatkan usaha dan kepuasan bila pekerjaan
tersebut tidak tersetruktur (misalnya kompleks dan tidak diulang-ulang) dengan
meningkatkan rasa percaya diri dan harapan akan menyelesaikan sebuah tugas dan
tujuan yang menantang. Kepuasan kerja lebih tinggi diperoleh apabila telah
melaksanakan prestasi kerja yang baik. Pegawai yang memiliki kebutuhan untuk
berkembang dan mengerjakan tugas-tugas sulit berdasarkan pembahasan konseptual
House&Mitchell (1974 dalam Yukl, 1989) sikap pemimpin yang paling tepat untuk
pegawai ini adalah gaya partisipatif dan berorientasi prestasi.
5. Gaya Pengasuh
Dalam kepemimpinan gaya pengasuh, sikap yang mungkin tepat adalah campur tangan
minim dari pimpinan. Dimana pemimpin hanya memantau kinerja tetapi tidak
mengawasi pegawai secara aktif. Tidak dibutuhkan banyak interaksi antara pimpinan
dengan pegawai sepanjang kinerja pegawai tidak menurun. Pimpinan merasa lebih
tepat untuk tidak campur tangan dengan tugas-tugas pegawai (Griffin, 1980 dalam Yukl,
1989).

Sedangkan Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:

 Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka
mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya
timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai
kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
 Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain:
- Menganggap bawahannya belum dewasa
- Bersikap terlalu melindungi
- Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
- Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
 Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
- Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
- Pemimpin bertindak sebagai dictator
- Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman
 Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai sifat-sifat:
- Menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
- Lebih banyak menggunakan sistem perintah
- Menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
- Formalitas yang berlebih-lebihan
- Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
- Sifat komunikasi hanya sepihak
 Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi
pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasimenghadapi potensi sikap
individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi
pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua
unsur organisasi dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,
pembuatan rencana keputusan, disiplin.

Anda mungkin juga menyukai