Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN PERILAKU CARING

PERAWAT WANITA DALAM MEMBERIKAN ASUHAN


KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RSUD KRATON PEKALONGAN

THE RELATIONSHIP BETWEEN WORK FAMILY CONFLICT AND


CARING BEHAVIOR OF FEMALE NURSE IN INPATIENT ROOM
AT KRATON HOSPITAL OF PEKALONGAN REGENCY

Windi Cindiyana
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan

Nur Izzah
Staf Pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan

ABSTRAK

Perawat di Indonesia saat ini di dominasi oleh kaum wanita. Perawat wanita yang
sudah menikah rentan mengalami konflik peran ganda. Konflik peran ganda
merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat mempengaruhi aspek caring
dari seorang perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konflik
peran ganda dengan perilaku caring perawat wanita. Desain penelitian deskriptif
korelatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling dengan jumlah 65 responden. Alat pengumpulan
data menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil
penelitian menunjukkan lebih dari separuh (55,4%) responden memiliki konflik
peran ganda kategori tinggi, lebih dari separuh (52,3%) responden memiliki
perilaku caring kurang baik dan ada hubungan yang signifikan antara konflik
peran ganda dengan perilaku caring perawat wanita di ruang rawat inap RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan, didapatkan nilai ρ value sebesar 0,001 (<0,05).
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk manajemen
keperawatan, diharapkan ada tindak lanjut untuk menangani konflik peran ganda
pada perawat wanita yang sudah menikah melalui pelatihan tentang manajemen
waktu dan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan rekan kerja dan
atasan.

Kata kunci : konflik peran ganda, perilaku caring, perawat wanita


ABSTRACT

Nurses in Indonesia are currently dominated by women. Married female nurses


are vulnerable to multiple role conflicts. These is one of the psychological
symptoms that can affect in the aspect of caring among nurses. This study aims to
determine the relationship between multiple role conflicts and caring behavior
among female nurses. Descriptive correlative research design through cross
sectional approach. Was used the sampling technique uses total sampling with a
total of 65 respondents. The data collection tool uses a questionnaire. Statistical
tests using the Chi Square test. The results of this study showed that more than
half (55.4%) of respondents had high category dual role conflict, more than half
(52.3%) of respondents had poor caring behavior and there is a significant
relationship between work family conflict and caring behavior of female nurse
who work in inpatient room at Kraton Hospital of Pekalongan Regency with ρ
value 0.001 (<0.05). The results of this study many be used as a source of
information for nursing management, it is expected that there will be follow-up to
deal with multiple role conflicts in married female nurses through training on time
management and the importance of maintaining good relationships with
coworkers and superiors.

Keywords : work family conflict, caring behavior, female nurses


PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan sebagai bagian
Negara-negara ASEAN (Association of integral dari pelayanan kesehatan di rumah
South East Asia Nations) pada tahun 2015 sakit, memiliki peran yang amat penting dan
telah bersepakat untuk melakukan integrasi memiliki daya ungkit yang besar untuk
ekonomi dengan tujuan menciptakan stabilitas mencapai tujuan menuju Rumah Sakit
ekonomi dan kemakmuran yang merata di Indonesia Kelas Dunia (Dirjen Bina Upaya
seluruh ASEAN dalam rangka menghadapi Kesehatan RI 2013). Pelayanan keperawatan
persaingan ekonomi global. Pengintegrasian sering disebut sebagai ujung tombak dari
ekonomi negara-negara ASEAN tersebut pelayanan yang ada di rumah sakit, karena
dikenal dengan ASEAN Economic Community pelayanan keperawatan bersifat komprehensif,
atau masyarakat ekonomi asean (MEA). MEA mencakup pelayanan bio-psiko-sosio-kultural
memberi dampak yang signifikan terhadap dan spiritual, perawat sebagai pelaksana
banyak sektor, termasuk industri rumah sakit. asuhan keperawatan berada di dekat pasien
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di selama 24 jam, sehingga perawat memegang
kawasan ASEAN memberi dampak pada peranan yang dominan dalam rangka
kesejahteraan masyarakat (Ambarriani, 2017). memberikan kepuasan kepada pelanggan atau
Masyarakat yang semakin sejahtera pasien (Nursalam, 2013).
akan menuntut pelayanan kesehatan yang Perawat merupakan salah satu profesi
lebih baik, dan mereka dapat memilih yang mulia, merawat pasien yang sedang sakit
pelayanan terbaik di seluruh kawasan adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak
ASEAN, canggihnya teknologi akan semua orang bisa memiliki kesabaran dalam
mendekatkan jarak dan memudahkan melayani orang yang tengah menderita
masyarakat untuk memperoleh layanan penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong
kesehatan yang prima dari manapun, hal ini sesama memerlukan kemampuan khusus dan
berdampak pada meningkatnya persaingan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu
dalam industri pelayanan kesehatan, seperti perawat memerlukan kemampuan khusus dan
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan
lainnya. Hal ini berarti akses jasa pelayanan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
kesehatan semakin mudah terjangkau dan tercermin dalam perilaku caring atau kasih
berdampak semakin ketatnya persaingan di sayang (Johnson 1989 dalam Dwidiyanti
bidang pelayanan kesehatan. Hal ini 2008, h. 4).
menjadikan tugas manajemen rumah sakit McFarlane (dalam Morrison & Burnard
semakin berat (Ambarriani, 2017). 2009, h.12) mengartikan keperawatan sebagai
Tugas manajemen rumah sakit dalam proses „menolong, membantu, melayani,
menghadapi tingkat persaingan yang tinggi di caring‟, menunjukkan bahwa keperawatan
sektor kesehatan khususnya rumah sakit, dan caring adalah sesuatu yang tidak
salah satu strateginya adalah pembinaan dan terpisahkan dan pada saat yang sama
pengawasan mutu tenaga kesehatan. Terutama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas
ditujukan untuk meningkatkan kualitas tenaga praktik dilakukan dalam proses caring di
kesehatan, sesuai kompetensi yang lingkungan keperawatan. Caring adalah
diharapkan dalam mendukung esensi keperawatan, yaitu inti nilai-nilai moral
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam keperawatan yang berdasarkan nilai
peningkatan kualitas sumber daya manusia kemanusiaan dan mendahulukan
khususnya di bidang kesehatan, pemerintah kesejahteraan orang lain, dalam hal ini adalah
telah berupaya melalui tugas belajar di klien dan keluarganya. Caring dapat
berbagai jenjang pendidikan. Seperti diklat, mempengaruhi kehidupan seseorang dalam
fungsional tenaga kesehatan, diklat cara bemakna dan memicu eksistensi yang
manajemen tenaga kesehatan, workshop dan lebih memuaskan (Morrison & Burnard 2009,
beberapa bimbingan teknis untuk peningkatan h.9).
pengetahuan dan keterampilan tenaga Watson (1979 dalam Dwidiyanti 2008,
kesehatan termasuk tenaga keperawatan h.5) yang terkenal dengan Theory of Human
(Kemenkes RI, 2016). Care, mempertegas bahwa caring sebagai
jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan terhadap organisasi di mana mereka bekerja
antara pemberi dan penerima asuhan untuk (Nursalam, 2013).
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai Fenomena saat ini menunjukkan bahwa
manusia, dengan demikian mempengaruhi perawat di rumah sakit didominasi oleh
kesanggupan pasien untuk sembuh. Lebih perawat wanita. Hal ini diperkuat data PPNI
lanjut Mayehoff (dalam Ulfa, 2018) tahun 2017 yang menunjukkan bahwa jumlah
memandang caring sebagai suatu proses yang perawat sebanyak 359.339 orang yang terdiri
berorientasi pada tujuan membantu orang lain 71% (256.326 orang) perawat wanita dan
bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. hanya 29% (103.013 orang) perawat laki-laki
Mayehoff juga memperkenalkan sifat- (Kemenkes RI, 2017). Hasil penelitian Izzah
sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. dkk (2018) tentang perilaku caring perawat
Sedangkan Sobel mendefinisikan caring pada RSUD Kraton dan RSUD Kajen
sebagai suatu rasa peduli, hormat dan Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa
menghargai orang lain. Artinya memberi 68,2% responden berjenis kelamin
perhatian dan mempelajari kesukaan- perempuan, 79,5% sudah menikah dengan
kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang rata-rata lama bekerja lebih dari 5 tahun (7,8
berpikir, bertindak dan berperasaan. tahun) dan usia rata-rata adalah 30,9 tahun.
Citra perawat di mata masyarakat Perawat wanita yang telah menikah dan
Indonesia saat ini belum terbangun dengan bekerja adalah seorang wanita dengan peran
baik. Keadaan ini disebabkan oleh nilai-nilai ganda. Peran ganda adalah dua peran atau
profesionalisme perawat yang belum lebih yang dijalankan dalam waktu yang
sepenuhnya diaplikasikan dalam kegiatan bersamaan (Soeroso, 2008). Wanita karir
pelayanan keperawatan, termasuk perilaku khususnya perawat yang sudah berkeluarga
caring sebagai inti keperawatan. Hal ini secara otomatis memikul peran ganda, baik
diperkuat hasil penelitian Mailani dan Fitri peran di lingkungan pekerjaan maupun di
(2017) yang menunjukkan bahwa sebagian keluarga. Seorang perawat wanita yang
besar (46,4%) perilaku caring perawat buruk. menjalankan kedua peran tersebut
Lebih lanjut, studi dokumentasi yang memerlukan energi yang lebih besar dan
dilakukan oleh Izzah dkk (2018) di tiga rumah cenderung akan lebih mengalami kelelahan
sakit di Jawa Tengah terkait keluhan yang kerja karena adanya beban kerja yang lebih
dilaporkan oleh keluarga melalui kotak surat besar (Hartati, 2012).
dan pusat SMS dan wawancara, ditemukan Konflik peran sering timbul pada
bahwa beberapa perawat tidak jujur, tidak seorang yang memiliki peran ganda. Konflik
ramah kepada klien dan keluarga, kurang peran ganda adalah sebuah konflik yang
responsif terhadap keluhan klien , layanan timbul akibat tekanan-tekanan yang berasal
mereka berada di bawah harapan klien dan dari pekerjaan dan keluarga. Konflik peran
komunikasi yang kurang baik dengan klien ganda dapat terjadi karena seseorang
dan keluarga. mengemban lebih dari satu peran yang saling
Gibson, James & John (2000, dalam bertentangan dan salah satu dari peran
Livianita, 2015) menyatakan bahwa tersebut menuntut lebih atau membutuhkan
psikologis merupakan salah satu faktor yang lebih banyak perhatian (Greenhaus, et. al.,
mempengaruhi aspek “caring” dari seorang 2000 dalam Rosyad, 2017). Konflik peran
perawat. Pekerjaan seorang perawat sangatlah merupakan suatu gejala psikologis yang
berat. Dari satu sisi seorang perawat harus dialami oleh seseorang yang bisa
menjalankan tugas yang menyangkut menimbulkan rasa tidak nyaman dan secara
kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. potensial bisa menurunkan motivasi kerja,
Di sisi lain, keadaan psikologis perawat sehingga bisa menurunkan kinerja secara
sendiri juga harus tetap terjaga. Kondisi keseluruhan termasuk caring perawat (Tsai
seperti inilah yang dapat menimbulkan dan Shis, 2005 dalam Fanani, 2008).
tambahan beban kerja dan rasa tertekan pada Hasil observasi yang dilakukan pada
perawat, akibatnya kinerja mereka menjadi bulan Januari 2018 di RSUD Kraton
buruk dan secara tidak langsung berpengaruh Kabupaten Pekalongan pada 8 ruang rawat
inap didapatkan data perawat sebanyak 116 Pekalongan pada Januari tahun 2018
orang, yang terdiri dari 69 perempuan dan 47 sebanyak 65 orang.
laki-laki. Data tersebut mendukung fenomena
bahwa kaum perempuan mendominasi tenaga SAMPEL
keperawatan di RSUD Kraton Kabupaten Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
Pekalongan. Berdasarkan latar belakang di ini adalah total sampling dengan sampel
atas menguatkan alasan peneliti untuk sebanyak 65 responden.
melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan konflik peran ganda dengan INSTRUMEN PENELITIAN
perilaku caring perawat wanita dalam 1. Kuesioner konflik peran ganda
memberikan asuhan keperawatan di ruang Kuesioner konflik peran ganda
rawat inap RSUD Kraton Pekalongan”. dalam penelitian ini diadaptasi dari Frone
et al, kemudian dimodifikasi oleh Bustan
RUMUSAN MASALAH (2016) dan pernah dipergunakan oleh
Berdasarkan latar belakang di atas, Rosyad (2017), Kuesioner ini telah
rumusan masalah pada penelitian ini “Apakah peneliti modifikasi pada sistem jawaban
ada hubungan konflik peran ganda dengan dengan mengurangi yang tadinya 6
perilaku caring perawat wanita dalam tingkatan menjadi 5 tingkatan yaitu sangat
memberikan asuhan keperawatan di ruang setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan
rawat inap RSUD Kraton Pekalongan?”. sangat tidak setuju, agar memudahkan
responden dalam menjawab pertanyaan
TUJUAN PENELITIAN kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari 14
1. Tujuan Umum pernyataan yang terbagi menjadi dua
Tujuan umum pada penelitian ini bagian yaitu konflik pekerjaan-keluarga
adalah untuk mengetahui hubungan dan konflik keluarga-pekerjaan. Terdapat
konflik peran ganda dengan perilaku 7 pernyataan mengenai konflik pekerjaan-
caring perawat wanita dalam memberikan keluarga dan 7 pernyataan mengenai
asuhan keperawatan di ruang rawat inap konflik keluarga-pekerjaan.
RSUD Kraton Pekalongan. 2. Kuesioner perilaku caring perawat
2. Tujuan Khusus Kuesioner variabel perilaku
a. Gambaran konflik peran ganda caring perawat dalam penelitian ini
perawat wanita di ruang rawat inap menggunakan Care Q yang didesain oleh
RSUD Kraton Pekalongan. Larson (1994 dalam Zees, 2011). Care Q
b. Gambaran perilaku caring perawat (Caring Assesment Inventory) pernah
wanita dalam memberikan asuhan digunakan oleh Zees (2011) dan Setiawan
keperawatan di ruang rawat inap (2014). Care Q (Caring Assesment
RSUD Kraton Pekalongan. Inventory) merupakan suatu instrument
c. Hubungan konflik peran ganda dengan yang digunakan untuk mempersepsikan
perilaku caring perawat wanita dalam perilaku caring perawat. Perilaku caring
memberikan asuhan keperawatan di yang ditampilkan pada alat ukur ini
ruang rawat inap RSUD Kraton meliputi 6 dimensi yaitu kesiapan dan
Pekalongan. kesediaan, kemampuan memberikan
penjelasan dan memediasi, kemampuan
DESAIN PENELITIAN memenuhi kenyamanan, kemampuan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melakukan tindakan pencegahan atau
korelatif dengan menggunakan pendekatan antisipasi, kemampuan membina
cross sectional. hubungan saling percaya serta
kemampuan memberikan bantuan dan
POPULASI pengawasan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kuesioner ini terdiri dari 40
perawat wanita yang sudah menikah di ruang pernyataan, bentuk pernyataan kuesioner
rawat inap RSUD Kraton Kabupaten merupakan pernyataan tertutup (closed
ended) dengan pilihan jawaban “Selalu”, Tekanan sebagai orang tua
“Sering”, “Jarang”, “Tidak pernah”. merupakan beban kerja sebagai orang
Pemberian skor Pernyataan favourable, tua di dalam keluarga. Beban yang
jika jawaban “Selalu” diberi skor 4, ditanggung bisa berupa beban pekerjaan
“Sering” diberi skor 3, “Jarang” diberi rumah tangga karena tidak dapat
skor 2, “Tidak pernah” diberi skor 1. membantu dan merawat anak. Tekanan
Pemberian skor Pernyataan unfavourable, perkawinan merupakan beban sebagai istri
jika jawaban “Selalu” diberi skor 1, di dalam keluarga. Beban yang
“Sering” diberi skor 2, “Jarang” diberi ditanggung bisa berupa pekerjaan rumah
skor 3, “Tidak pernah” diberi skor 4. tangga karena suami tidak dapat
membantu, tidak adanya dukungan suami
TEKNIK ANALISA DATA dan sikap suami yang mengambil
1. Analisis Univariat keputusan tidak secara bersama-sama.
Analisa univariat dalam penelitian yang Kurangnya keterlibatan sebagai istri
dilakukan ini adalah untuk mengetahui mengukur tingkat seseorang dalam
frekuensi dan proporsi konflik peran memihak secara psikologis pada perannya
ganda dan gambaran perilaku caring sebagai pasangan. Keterlibatan sebagai
perawat wanita dalam memberikan istri bisa berupa kesediaan sebagai istri
asuhan keperawatan di ruang rawat inap untuk menemani suami dan sewaktu
RSUD Kraton Pekalongan. dibutuhkan suami. Campur tangan
2. Analisis Bivariat pekerjaan menilai derajat dimana
Analisa bivariat ini digunakan untuk pekerjaan seseorang mencampuri
mengetahui hubungan konflik peran kehidupan keluarganya. Campur tangan
ganda dengan perilaku caring perawat pekerjaan dapat berupa persoalan-
wanita dalam memberikan asuhan persoalan pekerjaan yang mengganggu
keperawatan di ruang rawat inap RSUD hubungan di dalam keluarga (Gaffey,
Kraton Pekalongan. Uji statistik yang 2003 dalam Tedelina, 2013).
digunakan adalah uji statistik Chi Square Perawat wanita dihadapkan oleh
karena untuk mengetahui adanya berbagai masalah baik dari pekerjaan
hubungan variabel bebas dan variabel maupun masalah keluarga. Wanita dalam
terikat dengan skala data nominal dan kelompok keluarga merupakan tumpuan
nominal. harapan pemenuhan rasa kasih sayang
setiap anggota keluarganya, seorang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN wanita dalam keluarga dituntut untuk
1. Gambaran konflik peran ganda perawat dapat membimbing dan mendidik
wanita di ruang rawat inap RSUD Kraton anaknya, merawat, memelihara dan juga
Kabupaten Pekalongan mengayomi anggota keluarganya
Hasil penelitian ini menunjukkan (Utaminingsih, 2017).
bahwa lebih dari separuh (55,4%) perawat Hal ini sesuai dengan pendapat
wanita di ruang rawat inap RSUD Kraton Sawiji (2017) bahwa perawat wanita yang
Kabupaten Pekalongan memiliki konflik sudah menikah sering mengeluhkan
peran ganda kategori tinggi yaitu 36 kesulitan dalam membagi waktu untuk
responden. Hasil penelitian ini tidak melaksanakan tugasnya sebagai ibu,
sesuai dengan hasil penelitian Wulandari merasa lelah dengan pekerjaan rumah,
(2013) yang menunjukkan bahwa lebih tidak dapat berkonsentrasi dengan baik
dari separuh (54,4%) perawat wanita yang ketika memiliki permasalah dengan
sudah menikah di RSUD Banyumas keluarga dan tidak memiliki semangat
memiliki konflik peran ganda tingkat bekerja ketika tidak mampu menjalankan
sedang. Hal ini dikarenakan pada perannya sebagai ibu karena terhambat
penelitian ini hasil ukur hanya dua pekerjaanya. Ketidakseimbangan tuntutan
kategori rendah dan tinggi, tidak ada waktu antara pekerjaan dengan keluarga,
kategori sedang. jam kerja dan libur kerja yang tidak
menentu pada perawat dapat membuat suaminya sepulang kerja, memiliki
individu tersebut kurang bisa memenuhi waktu bersantai bersama keluarga dan
tuntutan keluarga secara maksimal dapat berkomunikasi secara intensif
sehingga menimbulkan terjadinya konflik dengan suami dan anak sehingga seorang
peran ganda (Utaminingsih, 2017). wanita yang bekerja tetap dapat
Waktu bersama keluarga yang melaksanakan komitmennya untuk
kurang. Bekerja menggunakan sistem shift keluarga yaitu memberikan perhatian pada
kerja membuat waktu bersama keluarga anggota keluarga dan melaksanakan
berkurang karena adanya jam kerja tanggung jawab rumah tangga.
yang lebih panjang / intensitas lamanya Seorang wanita yang bekerja perlu
waktu kerja terutama pada shift kerja untuk mengusahakan quality time bersama
malam, dimana memiliki jam kerja yang keluarga dengan bersikap lebih efisien dan
lebih panjang yaitu selama kurang lebih produktif dalam pekerjaan. Makin wanita
10 jam dan dilakukan secara terus tidak efisien dan produktif dalam bekerja,
menerus selama 7 hari dalam seminggu makin banyak pekerjaan yang
sesuai dengan jadwal rotasi shift masing- menumpuk dan tertunda dan makin
masing pekerja (Prasetio, 2014). membuat wanita malas untuk
Ketegangan akibat kelelahan kerja menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan
yang lebih tinggi. Bekerja dengan sistem tersebut, hingga dapat menghambat
shift membuat tingkat kelelahan kerja hubungan wanita dengan keluarga. Ketika
menjadi lebih tinggi. Tercurahnya sudah dirumah, pikiran wanita masih
perhatian wanita pada pekerjaan memikirkan mengenai deadline tugas /
menyebabkan energi dan waktunya pekerjaan yang membuat pikiran menjadi
menjadi terkuras saat bekerja. Ketika tegang dan terbebani sehingga wanita
sudah seharian bekerja kemudian ketika menjadi lebih sensitif dan mudah marah.
pulang kerumah dengan sisa energi yang Sehingga, diperlukan manajemen keluarga
ada, sulit bagi mereka untuk dapat duduk yang baik dan manjemen waktu yang baik
dengan santai untuk membantu anak sehingga dapat tercapai efisien dan
mengerjakan tugas, mengerjakan produktivitas kerja (Rosiana, 2007).
pekerjaan rumah serta menemani suami Memelihara hubungan yang baik
karena sudah lelah bekerja. Hal ini dengan rekan kerja dan atasan dapat
disebabkan karena tegangan dari satu mencegah timbulnya masalah yang tidak
peran mempengaruhi performa individu di perlu. Dukungan moril dan emosional dari
peran yang lain (Prasetio, 2014). rekan kerja dan atasan dapat membuat
Terdapat beberapa strategi yang seseorang menjadi lebih semangat
dapat dilakukan bagi wanita dalam bekerja, dapat membantu ketika
mengurangi terjadinya konflik peran menghadapi masalah keluarga serta
ganda (Rosiana, 2008) yaitu : manajemen dengan pengertian dari rekan kerja dan
waktu adalah strategi penting yang atasan dapat membuat kita merasa lebih
perlu dilakukan untuk mengoptimalkan nyaman saat harus meninggalkan urusan
perannya. Manajemen waktu yang dapat pekerjaan untuk urusan keluarga yang
dilakukan yaitu tentukan dan tetapkan penting. Bentuk bantuan adanya rekan
tujuan dalam bekerja, tetapkan prioritas kerja dapat diwujudkan dengan kita
dan delegasikan beberapa tugas (baik mendelegasikan beberapa pekerjaan
tugas rumah maupun kantor) pada orang kepada rekan kerja sehingga dapat
lain. Memperkerjakan asisten atau mengurangi beban dalam bekerja
pembantu rumah tangga. Memperkerjakan (Rosiana, 2008).
seorang asisten rumah tangga dapat sangat 2. Gambaran perilaku caring perawat di
membantu untuk meringankan beban Ruang rawat inap RSUD Kraton
pekerjaan rutin sehingga seorang wanita Kabupaten Pekalongan
yang bekerja dapat lebih memberikan Hasil penelitian menunjukkan
perhatian kepada anak maupun bahwa lebih dari separuh (52,3%) perawat
wanita di ruang rawat inap RSUD Kraton seseorang dan bagaimana seseorang
Kabupaten Pekalongan memiliki perilaku berfikir, bertindak dan berperasaan. Tidak
caring kurang baik yaitu 34 responden. mudah untuk mendapatkan sifat-sifat
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan tersebut memerlukan pemupukan dan
hasil penelitian Agusriansa (2015) yang penyiraman berupa suport dan penguatan
menunjukkan bahwa lebih dari separuh (Dwidiyanti, 2008). Hal inilah yang
(54,9%) responden berpendapat perilaku menjadi salah satu faktor lain penyebab
caring perawat ruang rawat inap Dahlia perilaku caring perawat di ruang rawat
RSUD Arifin Achmad dalam kategori inap RSUD Kraton Kabupaten
sedang. Hal ini dikarenakan pada Pekalongan semuanya baik.
penelitian ini hasil ukur hanya dua Caring dapat mempengaruhi
kategori kurang baik dan baik, tidak ada kehidupan seseorang dalam cara
kategori sedang. bermakna dan memicu eksistensi yang
Hasil penelitian ini dapat diartikan lebih memuaskan. Caring merupakan
bahwa perilaku caring perawat di ruang suatu proses yang memberikan
rawat inap RSUD Kraton Kabupaten kesempatan kepada seseorang (baik
Pekalongan belum baik. Hal ini sangat pemberi asuhan (carrer) maupun
dimungkinkan terjadi karena perilaku penerima asuhan) untuk pertumbuhan
caring belum membudaya di kalangan pribadi, yang didukung dengan aspek-
para perawat. Sebagian besar perawat aspek pengetahuan, penggantian irama,
lebih memfokuskan pada tindakan medik kesabaran, kejujuran, rasa percaya,
dan diagnostik. Perawat lebih disibukkan kerendahan hati, harapan dan keberanian
oleh tindakan-tindakan pengobatan (Morrison dan Burnard, 2009).
sehingga waktu untuk melakukan caring Pemberian pelayanan keperawatan
kepada pasien lebih berkurang. Hal ini yang didasari oleh perilaku caring
juga ditunjukkan melalui jawaban perawat mampu meningkatkan kualitas
responden pada pertanyaan nomor 11 pelayanan kesehatan. Penerapan caring
“Saya menanggapi pertanyaan klien hanya yang diintegrasikan dengan pengetahuan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan biofisikal dan pengetahuan mengenai
kesehatan klien saja” yang memiliki rata- perilaku manusia akan dapat
rata nilai paling rendah yaitu 2,11. meningkatkan kesehatan individu dan
Hal senada juga ditunjukkan memfasilitasi pemberian pelayanan
penelitian oleh Vanhanen dan Kyngas kepada pasien. Watson (1979 dalam
(1998 dalam Morrison & Burnard, 2009) Nindya, 2014) menambahkan bahwa
yang menjelaskan bahwa perawat lebih caring yang dilakukan dengan efektif
menunjukkan perilaku caring fisik dari dapat mendorong kesehatan dan
pada yang afektif. Pemenuhan kebutuhan pertumbuhan individu. Selain itu, William
biologis menjadi fokus utama perawat, (1997, dalam Nindya, 2014) dalam
sehingga kebutuhan lainnya seperti penelitiannya, menemukan adanya
kebutuhan psikologis, spiritual dan sosial hubungan yang signifikan antara persepsi
menjadi kurang diperhatikan. mengenai perilaku caring perawat dengan
Caring sebagai proses yang kepuasan pasien terhadap pelayanan
berorientasi pada tujuan membantu orang keperawatan. Dengan demikian, perilaku
lain bertumbuh dan mengaktualisai diri. caring yang ditampilkan oleh seorang
Sungguh sebagai perilaku yang tidak perawat akan mempengaruhi kepuasan
semua orang mampu melakukannya, klien. Perilaku caring perawat dapat
kecuali orang yang mampu berjiwa besar memberikan kemanfaatan bagi pelayanan
dan berlapang dada. Sifat-sifat caring kesehatan karena dapat meningkatkan
seperti sabar, jujur, rendah hati, sikap rasa kesehatan dan pertumbuhan individu serta
peduli, hormat dan menghargai orang lain. meningkatkan kepuasan pasien sehingga
Artinya memberi perhatian dan akan meningkatkan kunjungan pasien ke
mempelajari kesukaan-kesukaan rumah sakit dan pada akhirnya
memberikan keuntungan finansial bagi terhadap perilaku caring perawat di ruang
rumah sakit (Nindya, 2014). rawat inap RSJD Dr. Amino
RSUD Kraton Kabupaten Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Pekalongan merupakan rumah sakit yang Hasil penelitian ini juga sesuai pernyataan
sedang berkembang. Upaya yang Gibson, James & John (2000, dalam
dilakukan RSUD Kraton Kabupaten Livianita, 2015) bahwa psikologis
Pekalongan dalam upaya peningkatan merupakan salah satu faktor yang
mutu pelayanan kesehatan dimulai dari mempengaruhi aspek “caring” dari
perbaikan infrastruktur sampai seorang perawat. Konflik peran
peningkatan SDM. Perawat sebagai merupakan suatu gejala psikologis yang
caring profession merupakan salah satu dialami oleh seseorang yang bisa
bagian dari SDM di rumah sakit harus menimbulkan rasa tidak nyaman dan
dapat memberikan asuhan keperawatan secara potensial bisa menurunkan
yang optimal sehingga mutu pelayanan motivasi kerja, sehingga bisa menurunkan
kesehatan dapat ditingkatkan. Perilaku kinerja secara keseluruhan termasuk
caring perawat di ruang rawat inap RSUD caring perawat (Tsai dan Shis, 2005
Kraton Kabupaten Pekalongan belum dalam Fanani, 2008).
semuanya baik, banyak perawat yang Dwidiyanti (2008) menjelaskan
belum memahami tentang keperawatan bahwa caring sebagai suatu affect yang
yang berlandaskan caring sehingga digambarkan sebagai suatu emosi,
pelatihan tentang caring sangat penting perasaan belas kasih atau empati terhadap
dalam meningkatkan perilaku caring. pasien yang mendorong perawat untuk
3. Hubungan konflik peran ganda dengan memberikan asuhan keperawatan bagi
perilaku caring perawat wanita di ruang pasien. Oleh sebab itu, psikologis seorang
rawat inap RSUD Kraton Kabupaten perawat sangat mempengaruhi perilaku
Pekalongan caring perawat.
Berdasarkan hasil analisis statistik Perawat sering mengeluhkan ketika
dengan menggunakan uji uji Chi Square pagi hari tidak sempat untuk membuatkan
didapatkan nilai ρ value sebesar 0,001 sarapan untuk keluarga, ketika malam hari
(<0,05) sehingga Ho ditolak, dapat tidak dapat menemani anak belajar atau
disimpulkan bahwa ada hubungan yang istirahat karena harus bekerja serta tidak
signifikan antara konflik peran ganda dapat menemani suami ketika dibutuhkan.
dengan perilaku caring perawat wanita di Ketika sudah seharian bekerja kemudian
ruang rawat inap RSUD Kraton ketika pulang ke rumah dengan sisa
Kabupaten Pekalongan. Nilai OR 6,8 energi yang ada, sulit untuk dapat duduk
maknanya bahwa perawat yang memiliki dengan santai membantu anak
konflik peran ganda tinggi beresiko 6,8 mengerjakan tugas, mengerjakan
kali lebih besar untuk berperilaku caring pekerjaan rumah serta menemani suami
yang kurang baik dibandingkan dengan karena sudah lelah bekerja. Hal ini
perawat yang tidak memiliki konflik peran disebabkan karena tegangan dari satu
ganda (rendah).. Hal ini juga dapat dilihat peran mempengaruhi performa individu di
melalui tabel silang yang menunjukkan peran yang lain. Ketegangan akibat
bahwa pada perawat yang memiliki tekanan dari dua peran tersebut menjadi
konflik peran ganda tinggi sebagian besar perawat wanita mudah mengalami konflik
(72,2%) memiliki perilaku caring yang peran.
kurang baik, sedangkan pada perawat Semua tuntutan yang harus
yang memiliki konflik peran ganda rendah dijalankan seorang wanita dalam keluarga
sebagian besar (72,4%) memiliki perilaku harus mampu dijalankan agar perannya
caring yang baik. sebagai ibu rumah tangga dapat berjalan
Hasil penelitian ini mendukung hasil dengan baik. Ketika terdapat
penelitian Kusuma (2017) yang permasalahan di pekerjaan yang tidak
menunjukkan ada hubungan konflik kerja dapat terselesaikan maka seorang tersebut
cenderung menjadi lebih emosional dan 3. Ada hubungan yang signifikan antara
melimpahkan amarahnya pada keluarga konflik peran ganda dengan perilaku
begitu pula sebaliknya yang merupakan caring perawat wanita di ruang rawat inap
tanda terjadinya konflik berdasarkan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan,
tegangan (strain based conflict) (Gaffey, didapatkan nilai ρ value sebesar 0,001
2003 dalam Tedelina, 2013). Perawat (<0,05). Perawat yang memiliki konflik
wanita yang bekerja juga akan memiliki peran ganda tinggi beresiko 6,8 kali lebih
perasaan bersalah akibat tidak dapat kecil untuk berperilaku caring yang baik
mengurus keluarga dengan baik dan harus dibandingkan dengan perawat yang tidak
meninggalkan urusan keluarga karena memiliki konflik peran ganda (rendah)
harus bekerja.
Pekerjaan sebagai perawat tidak SARAN
mudah dilakukan oleh wanita yang telah 1. Bagi rumah sakit
menikah dan memiliki anak karena Pihak manajemen rumah sakit perlu
mereka dituntut untuk dapat menjalankan memberikan perhatian untuk menangani
perannya sebaik mungkin sebagai pekerja masalah konflik peran ganda yang dialami
dan juga ibu rumah tangga. Adanya oleh perawat wanita melalui pelatihan
tuntutan pekerjaan seperti jumlah jam tentang manajemen waktu dan pentingnya
kerja, beban kerja dan shift kerja secara menjaga hubungan yang baik dengan rekan
positif sangat diasosiasikan dengan kerja dan atasan dapat mencegah
konflik peran ganda. Hal ini sesuai timbulnya masalah yang tidak perlu,
dengan pendapat Poelmans (2001 dalam manajemen rumah sakit juga perlu
Sawiji, 2017) yang mengatakan bahwa mengusahakan libur yang cukup untuk
konflik peran ganda menimbulkan quality time bersama keluarga, sehingga
dampak negatif, baik terhadap wanita diharapkan konflik peran ganda dapat
bekerja itu sendiri, keluarganya, maupun berkurang dan dapat meningkatkan
bagi organisasi tempat dia bekerja. perilaku caring perawat.
Beberapa dampak negatif secara 2. Bagi profesi keperawatan
individual diantaranya adalah Perawat wanita diharapkan dapat
menurunkan kinerja dalam kehidupan semakin mampu untuk memanajemen
rumah tangga, ketegangan dan stres pada waktu, tenaga dan perhatian antara dua
diri peran yang dijalani. Perawat diharapkan
Berdasarkan pembahasan yang dapat melakukan strategi untuk
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa memanajemen konflik peran ganda agar
perawat wanita yang sudah menikah konflik peran tidak meningkat menjadi
cenderung mengalami konflik peran ganda konflik peran ganda tinggi dan
yang disebabkan tekanan-tekanan dari meningkatkan perilaku caring terhadap
masing-masing peran. Konflik peran pasien.
mengakibatkan psikologis terganggu yang 3. Bagi penelitian
bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan Hasil penelitian ini merupakan data
mempengaruhi perilaku caring perawat. dasar untuk penelitian selanjutnya. Peneliti
berharap adanya penelitian lanjut terkait
SIMPULAN faktor-faktor yang mempengaruhi konflik
1. Lebih dari separuh (55,4%) perawat peran ganda dan pengaruh konflik peran
wanita di ruang rawat inap RSUD Kraton ganda terhadap variabel lain
Kabupaten Pekalongan memiliki konflik
peran ganda kategori tinggi. REFERENSI
2. Lebih dari separuh (52,3%) perawat Agusriansa (2015). Persepsi Pasien
wanita di ruang rawat inap RSUD Kraton Preoperatif Terhadap Perilaku Caring
Kabupaten Pekalongan memiliki perilaku Perawat. Jurnal. Riau : Universitas
caring kurang baik. Riau.
Akbar, DA. (2017). Konflik Peran Ganda Ilyas, Y. (2012). Kinerja Teori, Penilaian &
Karyawan Wanita dan Stres Kerja. Penelitian. Depok : Universitas
Jurnal. Palembang : Universitas Islam Indonesia.
Negeri Raden Fatah. Izzah, N. dkk (2018). The Improvement of
Ambarriani, A. S. (2017). Peran Manajer Caring Behavior among Nurses through
Keuangan Rumah Sakit di Era Nursing Leadership Based on the
Masyarakat Ekonomi ASEAN. diakses Emotional Intelligent. Jurnal. Depok :
tanggal 24 Januari 2018. Universitas Indonesia.
<http://manajemenrumahsakit.net>. Kemenkes RI (2016). Mempersiapkan Nakes
Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta : Menghadapi MEA. PPSDM Kemenkes
Rineka Cipta. RI. diakses tanggal 24 Januari 2018.
<http://bppsdmk.depkes.go.id>.
Arikunto, S 2010, Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik, Rineka Cipta, _____________ (2017). Infodatin : Situasi
Jakarta. Tenaga Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Pusdatin Kemenkes RI.
Azwar, S (2012). Penyusunan Skala
Psikologi, Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Kodim, Y. (2015). Konsep Dasar
Pelajar. Keperawatan. Jakarta Timur : Trans
Bustan, R. (2016). Hubungan Konflik Peran Info Media.
Ganda dengan Burnout pada Perawat Korabik, K., Donna, S., Whitehead D.
Wanita di RS PKU Muhammadiyah (2008). Handbook of Work Family
Yogyakarta. Yogyajarta : Universitas Integration. USA : Elsevier.
Gadjah Mada. Kusuma, I. (2017). Hubungan Konflik Kerja
Dirjen Bina Upaya Kesehatan RI (2013). Terhadap Perilaku Caring Perawat Di
Menuju Rumah Sakit Kelas Dunia. Ruang Rawat Inap RSJD dr. Amino
dilihat pada tanggal 20 Januari 2018. Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
<buk.depkes.go.id>. Jurnal. Semarang : STIKES Telogorejo
Semarang.
Dwidiyanti. M. (2008). Keperawatan dasar :
konsep caring. komunikasi. etik dan Livianita, F. (2015) Hubungan Kecerdasan
aspek spiritual dalam pelayanan Emosional dengan Perilaku Caring
keperawatan. Hasani. Semarang. Perawat di Rumah Sakit Petala Bumi.
Skripsi. Riau : Universitas Islam Negeri
Fanani, Z. (2008). Pengaruh Struktur Audit,
Sultan Syarif Kasim.
Konflik Peran, dan Ketidakjelasan
Peran Terhadap Kinerja Auditor. Mailani, F. dan Fitri, N. (2017). Hubungan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Perilaku Caring Perawat dengan
Indonesia Volume 5 - Nomor 2, Tingkat Kepuasan Pasien BPJS di
Desember 2008. RSUD dr. Rasidin Padang. Journal
Endurance. Padang : STIKes YPAK.
Fita, E. D. (2017). Hubungan Konflik Peran
Ganda dengan Stres Kerja terhadap Morrison, P. & Burnard, P. (2009). Caring &
Perawat Wanita pada RSUD. A. Wahab communicating: hubungan
Sjahranie Samarinda. Jurnal Psikologi. interpersonal dalam keperawatan.
Samarinda : Universitas Mulawarman. EGC. Jakarta.
Hartati, S. (2012). Ketakutan Sukses pada Mubarak, Santoso, Rozikin & Patonah
Wanita Karir Ditinjau dari Konflik (2008). Ilmu Keperawatan Komunitas 2,
Peran Ganda. Jurnal. Yogyakarta : Jakarta : Sagung Seto.
Universitas Gadjah Mada. Nindya, D. (2014). Perbandingan Persepsi
Perawat dengan Pasien tentang
Perilaku Caring Perawat Perioperatif
di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Skripsi. Semarang : Universitas
Umum Binjai. Jurnal. Medan : Diponegoro.
Universitas Sumatera Utara. Sawiji, R. (2017). Pengaruh Konflik Peran
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Ganda dan Kecerdasan Emosional
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. terhadap Kinerja Perawat Wanita di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
_____________ (2010). Metodologi
Skripsi. Yogyakarta : Universitas
Penelitian Kesehatan. cetakan 4. Rineka
Negeri Yogyakarta.
Cipta. Jakarta.
Setiawan, A. (2014). Hubungan Kecerdasan
Nursalam (2013). Konsep & Penerapan
Emosi dengan Perilaku Caring Perawat
Metodologi Penelitian Ilmu
pada Praktek Keperawatan di Ruang
Keperawatan :Skripsi. Tesis dan
Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah
Instrument Penelitian Keperawatan.
Pekajangan Pekalongan. Skripsi.
edisi pertama. Salemba Medika. Jakarta.
Pekalongan : STIKES Muhammadiyah
Potter, PA. & Perry, AG. (2010). Buku Ajar Pekajangan.
Fundamental Keperawatan : Konsep,
Soeroso, A. (2008). Sosiologi 2. Jakarta :
Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC.
Quadra.
Prasetio, A. P. (2014). Faktor-faktor yang
Menimbulkan Konflik Kerja Keluarga Sopiah, (2008). Perilaku Organisasional.
Yogyakarta : Andi Offset.
pada Pekerja Spa Wanita di Bandung
(Studi pada Jasa Nature Spa di Kota Tedelina, LAR. (2013). Hubungan Iklim
Bandung). Skripsi. Bandung : Institut Organisasi dengan Konflik Peran
Manajemen TELKOM. Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan
Pekerja Pada Pegawai Negeri Sipil
Puspita, R. A. (2014). Gambaran Peran
Wanita Di Akademi Militer Magelang.
Perawat sebagai Care Giver dalam
Skripsi. Salatiga : Universitas Kristen
Perawatan Pasien PPOK selama
Satya Wacana.
Dirawat di RS paru dr. Ario Wirawan
Salatiga. Jurnal. Salatiga : Universitas Ulfa, AF. (2018). Persepsi Pasien Terhadap
Kristen Satya Wacana. Perilaku Caring Perawat Dalam
Melakukan Asuhan Keperawatan Di
Rivai, V. (2009). Manajemen Sumber Daya
Rsum Jombang. Jurnal. Jombang :
Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori
Politeknik Majapahit.
Ke Praktek. Jakarta : Rajawali Pers.
Utaminingsih, A. (2017). Gender dan Wanita
Riyanto. A. (2009). Pengolahan dan Analisis
Karir. Malang : UB Press.
Data Kesehatan : dilengkapi Data
Validitas dan Realibilitas serta Aplikasi UU RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Program SPSS. Nuha Medika. Keperawatan.
Yogyakarta. Wahyuningtyas, P. (2011). Hubungan antara
Rosiana, D. (2008). Mengatasi Konflik Peran Konflik Peran Ganda Ibu Bekerja
sebagai Karyawan dan Ibu Rumah dengan Sikap terhadap Pemberian ASI
Tangga pada Tenaga Kerja Wanita Di Eksklusif di Lembaga Pemerintah Kota
Indonesia. Jurnal Psikologi Volume Magelang. Jurnal. Semarang :
XXIII No. 2 April – Juni 2007 : 271 – Universitas Negeri Semarang.
287. Bandung : Universitas Islam Winardi (2008). Manajemen Konflik
Bandung. (Konflik Perubahan dan
Rosyad, A. S. (2017). Hubungan Konflik Pengembangan). Bandung: Mandar
Peran Ganda (Work Family Conflict) Maju.
terhadap Stres Kerja Perawat Wanita di Winarsunu T. (2008). Psikologi Keselamatan
Ruang Rawat Inap, Intensive Care dan Kerja. Malang : UMM Press.
IGD RSUD Tugurejo Semarang.
Windarini, L. (2014). Sikap Caring Perawat
Dalam Memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Di Ruang
Intensif Care Unit (ICU) RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri. Jurnal. Surakarta : STIKES
Kusuma Husada.
Wulandari, D. (2013). Hubungan antara
Konflik Peran Ganda dengan Stres
Kerja pada Perawat Wanita yang
Sudah Menikah di RSUD Banyumas.
Skipsi. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Zees, R. F. (2011). Analisis Faktor Budaya
Organisasi yang Berhubungan dengan
Perilaku Caring Perawat Pelaksana di
Ruang Rawat Inap RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo. Tesis.
Depok : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai