Lanjut ke konten
Tentang
PENDAHULUAN
Banyak kalangan masyarakat kita berfikir bahwa diare bukan penyakit yang menghawatirkan /
menyeramkan dibanding dengan serangan jantung, tumor, kanker dsb.
Tapi menurut WHO (badan kesehatan dunia) diare menempati urutan kedua setelah pneumonia
sebagai penyebab kematian balita. Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Angela Kearney
mengatakan penyakit diare pada anak sangat serius dampaknya. Anak akan mengalami
kekurangan cairan, tubuhnya mengalami dehidrasi, sangat mempengaruhi nutrisi dan otak
sehingga anak sulit berkonsentrasi saat belajar. Dr. Robin Nandy (2012).
Program pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan Diare mencakup upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative dengan alasan penyakit diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Negara berkembang seperti Indonesia, karena morbilitas dan mortalitas-
nya yang masih tinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecendrungan insiden naik. Pada tahun 2000 IR
(Indeks Rate) penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk
(Depkes RI,2009).
Angka kematian anak Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira
460 balita setiap harinya akibat diare. Kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia
di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua
memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare. Diare disebabkan faktor cuaca,
lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan
kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu
Food, Fly, Feces, dan Finger (Wijaya, 2011).
Laporan tahunan kota Padang tahun 2010 dijelaskan di Sumatera Barat bahwa kasus diare
sebanyak 36.000 penderita. Berdasarkan laporan tahunan kota Padang di Prosiding Seminar
Ilmiah Nasional Kesehatan dijelaskan bahwa kejadian Diare tahun 2009 sebanyak 1.925 dan
tahun 2010 meningkat menjadi 5.867 kasus. Kasus diare pada tahun 2010 merupakan penyakit
urutan ke-3 terbanyak menyerang balita di kota Padang (Laporan tahunan 2011 Dinas Kesehatan
Kota Padang).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai biang
air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonates dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian,2010).
Diagnosa diare dapat ditegakkan berdasarkan pengklasifikasian sesuai dengan gejala dan tanda
seperti gelisah, rewel, mata cekung, nafsu makan menurun, tinja cair, lender positif, darah
terkadang ada, tinja lama kelamaan berwarna hijau karna bercampur dengan empedu, anu lecet,
dan tinja menjadi asam (karna banyaknya asam laktat yang keluar) (Nursalam, 2008).
Komplikasi yang dapat terjadi akibat diare yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia,
bradikardia, perubahan pada pemerikaan EKG, hipoglikemia, kejang, malnutrii energy protein,
syok hipovolemik (Vivian,2010). Adapun Penatalaksanaan yang akan dilakukan yaitu
pemberikan oralit, pemberikan zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI,
antibiotik selektif, nasehat untuk ibu dan keluarga (sofwan,2010).
Dinas kabupaten Tanah Datar mencatat ada sebanyak 6.662 kasus diare yang terjadi pada tahun
2012. Angka ini tentunya bukanlah angka yang kecil, yang bisa diabaikan begitu saja. Angka ini
menunjukkan bahwa upaya – upaya pencegahan yang dilakukan terhadap kasus diare belum
sepenuhnya berjalan dengan baik.
Anak diare di RSUD Prof. Dr MA Hanafiah SM Batu Sangkar, di dapat data dari Ruangan
Rekam Medik diare termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di tahun 2013 yang menempati
urutan kedua setelah kasus demam dengue. Tercatat sebanyak 300 kasus diare yang terjadi, yang
terdiri dari 134 kasus pada laki – laki dan 166 kasus pada wanita.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “Bagaimana Penerapan
Asuhan Kesehatan pada Anak “A” dengan Diare di RSUD Prof.Dr.MA.HANAFIAH SM
Batu Sangkar ,Tanggal 09 sd 11 September 2014”.
Mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kesehatan pada Anak “A” umur 18 bulan
dengan Diare melalui pendekatan pola pikir manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif
dan mendokumentasikannya dalam bentuk varney dan soap.
1.3.Manfaat Penelitian
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas PKK II program studi D-III
kebidanan.
Mengaplikasikan secara langsung teori yang di dapat dari perkuliahan dalam menerapkan
asuhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pada anak “A”.
2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa yang lain dalam menambah wawasannya dan sebagai
studi kasus pembanding bagi yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang
terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia diare
adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta
orang pertahun. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali
akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi
dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari
dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan (Wikipedia,
2011).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI,2011)
WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak air tiga kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam) para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek, cair, berdarah,
berlendir, atau dengan muntah (muntaber). Penting untuk menanyakan kepada orang tua
mengenai frekuensi dan konsistensi tinja anak yang di anggap sudah tidak normal lagi.
2.1.2 Etiologi
Menurut Vivian,2010 diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor,seperti infeksi , malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat di awali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang
dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari
intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpasi cairan dan
elektrolit. Adanya toksil bakteri juga akan menyebabkan system transfortasi menjadi aktif dalam
usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak.
1. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis
media akut (OMA), tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan ini terutama
terbagi pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorpsi
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak
lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang. Dapat terjadi pula apabila toksin yang ada
tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
4. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic khusus yang dapat mempengaruhi proses
penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
Klasifikasi diare ke dalam jenis akut dan krinis bersifat mutlak, tetapi biasanya diare hanya
berlangsung paling sedikit 2 minggu untuk dapat disebut sebagai kronis. Hal ini di dasarkan pada
anamnesis umum tentang gejala diare, baik pada jenis gastroenteritis virus maupu bakteri akut
pada anak yang bergizi baik dan sistem kekebalannya baik (Cuningham,2012).
2.1.4 Patogenesis
Menurut Vivian,2010 mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan osmotic.
Akibat adanya makanan atau zat lain yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkan isinya sehingga timbullah diare.
1. Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan eletrolit yang berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjadi
peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan
akhirnya timbullah diare.
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus.
3. Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4. Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
2.1.6 Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung pada penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan yang terpenting adalah buang air besar dengan bentuk tinja cair atau
encer 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah,
terutama pada anak kecil. Dehidrasi dapat bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,
berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan
perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan
status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.
Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan
beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh, dan tanda
toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan
kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
”clue” bagi penentuan etiologi.
Pemeriksaan penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih
dari beberapa hari, diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaannya antara lain pemeriksaan
darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit
serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja, pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay
(ELISA) mendeteksi giardiasis dan tes serologi amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien
dengan diare karena virus, biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal
atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasif ke mukosa,
memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada
salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan volume
cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja
yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Pasien yang
telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami
diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin clostridium difficile.
Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien
dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien,
sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang
mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau
limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan juga jika mukosa terlihat
inflamasi berat.
1. Faktor Usia
Episode diare banyak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada golongan
umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Terdapat beberapa perbedaan pada
saluran pencernaan bayi dan dewasa. Sistem pertahanan saluran cerna pada bayi masih belum
matang. Sekresi asam lambung belum sempurna saat lahir dan membutuhkan waktu 17 hingga
beberapa bulan untuk dapat mencapai kadar bakteriosidal dimana pH< 4. Begitu pula dengan
barier mukosa berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Ada perbedaan ikatan mikrovilus
terhadap bakteri atau toksinnya serta komposisi mukus intestinal pada bayi dan dewasa.
Perbedaan jumlah flora normal terjadi karena saluran pencernaan pada awalnya steril dan flora
normal saluran cerna berkembang beberapa bulan awal kehidupan. Pada neonatus, produksi
beberapa enzim pencernaan belum berkembang sempurna, misalnya produksi lipase oleh
pankreas. Selain itu efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang kemungkinan terpapar bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja
manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak akan memperbesar risiko. Episode diare
persisten berhubungan dengan kegagalan pemberian ASI ekslusif dan masa weaning terlalu dini.
Diare anak dengan malnutrisi cenderung lebih berat, lebih lama dan angka kematiannya lebih
tinggi dibandingkan dengan diare pada anak dengan gizi baik. Malnutrisi terjadi melalui
beberapa mekanisme, meliputi penekanan faktor imunitas, perubahan struktur mukosa usus serta
defisiensi mikronutrien seng dan vitamin A. Seng berperanan dalam imunitas tubuh melalui
peranannya dalam proses limphoproliferatif maupun efek antioksidan. Serta berperan pula dalam
pertumbuhan sel, terutama dalam pembelahan sel, berkaitan dengan perbaikan jaringan rusak
maupun penyembuhan luka. Adanya defisiensi seng memperpanjang mekanisme penyembuhan
luka pada saluran cerna menyebabkan abnormalitas morfologi mukosa, sehingga fungsi absorpsi
nutrisi dalam lumen usus terganggu dan meningkatkan permeabilitas usus terhadap makanan
atau antigen mikroba. Defisiensi vitamin A pada malnutrisi akan mengganggu respon imun
terhadap infeksi saluran cerna. Hal ini dikarenakan terganggunya respon antibodi dan cell-
mediated. Di sisi lain, keadaan malnutrisi menyebabkan perubahan struktur mukosa berupa atrofi
villi, aktivitas enzim disakaridase terganggu, gangguan absorpsi monosakarida, motilitas usus
abnormal dan perubahan flora usus.
3. Faktor ASI
Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare. Hal ini
dikarenakan adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus (intestinal cell growth promoting
factor) sehingga vilus dinding usus cepat mengalami penyembuhan setelah rusak karena diare.
ASI mengandung antibodi, terutama imunoglobin yang dapat melumpuhkan bakteri patogen E.
colidan berbagai virus dalam saluran pencernaan. ASI, terutama kolustrum sangat kaya akan
secrete imunoglobulin A (SIgA). ASI mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang
mempunyai sifat antibakterial terhadap E.coli dan Staphylococcus. ASI juga mengandung
laktoferin dan lyzosim, yaitu suatu protein dan enzim yang merupakan komponen zat kekebalan
dalam saluran pencernaan. Terkandung juga faktor bifidus, untuk pertumbuhan bakteri
Lactobacillus bifidus yang dapat menjaga keasaman flora usus dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan. ASI biasanya dapat diserap dan dicerna pada saat diare.
Anak-anak yang tetap diberi ASI selama diare pengeluaran tinja berkurang dan diare lebih
pendek daripada anak yang tidak diberi ASI. Pemberian ASI secara ekslusif dapat mencegah
terjadinya diare, dikarenakan akan mengurangi kontaminasi dari makanan pendamping ASI
sebagai sumber utama patogen usus.
Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab
diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga yang besar dengan
daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta
kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomisangat
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare
5. Faktor Pendidikan
Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas) karena diare di Indonesia
disebabkan oleh faktor kesehatan lingku ngan yang belum memadai, keadaan gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare.Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Erial, B. et al, 1994, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan
SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik
pada balita disbanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.
6. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta rata-rata mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis
pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang
bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih
besar untuk terpapar dengan penyakit diare.
7. Faktor Jamban
Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga
dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan resiko kemungkinan terjadinya diare.
Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan
yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air
merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat.
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut sebelum
digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh masyarakat.
Kualitas air baku pada umumnya tergantung darimana sumber air tersebut didapat. Ada beberapa
macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gali, sumur po mpa), air permukaan
(sungai, danau) dan mata air.
Apabila kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat,
harus melalui proses pengolahan air terlebih dahulu.
Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan tahun 1997, kelompok anak-anak di bawah
lima tahun yang keluarganya menggunakan sarana sumur gali mempunyai resiko terkena diare
1,2 kali dibandingkan dengan kelompok anak yang keluarganya menggunakan sumber sumur
pompa.
Ada beberapa tanda dan gejala pada diare menurut para ahli, yaitu :
Menurut Vivian,2010 adapun tanda dan gejala nya anak diare adalah cengeng, gelisah, suhu
meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair, lender (+), darah (terkadang ada), warna tinja lama
kelamaan berwarna hijau karena bercampur dengan empedu, anus lecet, tinja lama kelamaan
menjadi asam (karena banyaknya asam laktat yang keluar). Akhirnya Nampak dehidrasi, berat
badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, selaput lender dan mulut
juga kulit kering. Bila dehidrasi berat maka volume darah akan berkurang dengan demikian nadi
akan cepat, TD menurun, kesadaran menurun yang kemudian diakhiri dengan shock.
Menurut sodikin,2010 Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu badan mungkin menigkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Feses makin cair, mungkin mengandung darah atau lender, dan warna feses berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat sering defekasi, anus dan sekitarnya menjadi
lecet karena sifat feses makin lama makin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun,
ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan tugor kulit berkurang, dan selaput kering pada
mulut bibir terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat ataubanyaknya kehilangan
cairan yang hilang.
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari atau dua minggu.Akibatnya adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi adalah penyebab utama kematian pada penderita diare.
1. Diare Disentri
Diare disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinjanya.Akibat diare disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya komplikasi pada
mukosa.
1. Diare Persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari atau dua minggu dan terjadi
secara terus-menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
Anak yang menderita diare (diare akut atau diare persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya.
Macam-macam Diare menurut banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, yaitu :
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam
batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa
haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun,
tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak
ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian
kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada
keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan
nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat
cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis,
kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan
kulit yang dingin dan pucat.
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan
penyebabterjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik
asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan 50% pada anak-anak.
1. Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat disebabkan oleh karena asupan makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat dan
makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
1. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
2.1.11 Penatalaksaan
1. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika
diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan
sisanya adlibitum.
1. Apabila dehidrasinya ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-100
ml/kg/BB dalam sehari atau setiap jam 2 kali.
2. Oralit diberikan sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan
sampai berat.
Larutkan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ setengah sendok teh garam
dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat.
Air tajin (2 liter + 5g garam)
Cara tradisional
3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit.
Cara biasa
4. Teruskan pemberian ASIena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.
2.1.12 Komplikasi
2.1.1 Pengertian
Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode pengaturan pemikiran dan
tindakan dalam suatu urutan yang logis baik pasien maupun petugas kesehatan. Oroses itu di
gambarkan dalam arti kata pelaku yang di harapkan dari klinis tersebut. Hal ini di gambarkan
dengan jelas bahwa proses berfikir dan bertindak yang terliba, tetapi juga tingkat perilaku dalam
setiap langkah yang akan dicapai dalam rangka memberikan asuhan/ pelayanan yang aman dan
menyeluruh (Sudarti, 2010).
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini meliputi data subjektif, objektif
dan hasil pemeriksaan sehingga menggambarkan kondisi/masukan pasien yang sebenarnya dan
valid. Menurut Arianto (2008) pengkajian merupakan awal mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan anak melalui
anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan data tersebut diklasifikasikan sebagai
data subjektif, objektif dan penunjang:
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari hasil anamnese allo dan auto anamnese. Data
objektif adalah data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik.
Data Subjektif
1. Biodata anak yaitu nama, tanggal lahir, jenis persalinan, jenis kelamin, dan biodata ibu,
ayah yaitu nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan alamat tujuannya untuk menetapkan
identitas pasien karena mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat dan nomor
telepon yang berbeda serta untuk mengetahui faktor resiko yang mungkin terjadi.
2. Riwayat penyakit
Mulai timbul gejala sampai dibawa ke rumah sakit atau apakah ada penyakit yang menyertai.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik. Data dasar di interprestasikan menjadi masalah atau diagnose spesifik yang sudah
di identifikasikan. Di dalam interprestasi data, terdapat tiga komponen penting di dalamnya yaitu
:
Diagnosa
Diagnosa ditetapkan bertujuan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan. Untuk anak kurang
baik diagnosa ditegakkan berdasarkan pengumpulan data, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Masalah
Dapat berupa keluhan utama yang menyangkut masalah nomenklatur dan non nomenklatur
seperti kondisi anak yang kurang baik.
Kebutuhan
Berupa semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh anak
seperti memberikan penanganan yang tepat pada anak dengan cara tetap melakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis anak, memberikan asupan cairan yang sesuai dengan kebutuhan anak,
mengontrol perkembangan anak dengan ketat, dll.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi serta kolaborasi dengan
tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien apakah dibutuhkan tindakan segera atau tidak.
Rencana asuhan yang menyeluruh adalah berdasarkan hasil identifikasi masalah dan diagnosa.
Dalam asuhan menyeluruh harus mencerminkan masalah dan diagnosa. Dalam asuhan
menyeluruh harus mencerminkan rasional yang benar-bemar valid berdasarkan pengetahuan
teori yang berhubungan langsung sesuai dengan up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan atau tidak akan mau dilakukan. Jika tidak menghasilkan asuhan pasien yang tidak
lengkap dan berbahaya
Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien bahkan anggota
kesehatan lainnya yang mana bidan berkolaborasi. Bidan juga bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan yang telah di rencanakan.
1. Langkah ketujuh : Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan persalinan. Dari hasil pelaksanaan
perencanaan dapat diketahui keefektifan dari asuhan yang telah diberikan dan menunjukan
perbaikan kondisi apabila anak ataupun ibu sempat mengalami masalah yang harus segera
ditangani
1. Pendokumentasian
Dalam melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah diberikan pada anak diare
dapat menggunakan metode VARNEY dan SOAP.
1. Data Subyektif
Data Subyektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data
subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
1. Data Obyektif
Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau diagnostic lain. Catatan medic dan
informasi darikeluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
1. Assesment
Analysis atau assessment (A) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan
karena keadan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi
baru dalam data subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis.
1. Planning
Planning atau perencanaan (P) adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang
ingin dicapai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu
pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain antara
lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP
ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. P dalam SOAP
meliputi manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Dalam
planning ini juga harus mencantumkan evaluasi atau evaluation yaitu tafsiran dari efek tindakan
yang telah diambil untuk menilai keefektifan asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi
berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan focus ketepatan nilai tindakan atau asuhan
(Muslihatun, 2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Data Subjektif
2. Identitas Anak
Umur : 18 bulan
Anak ke : 1(satu)
Alamat : Situmbuk
Agama : Islam
Suku : Caniago
Jaminan : BPJS
Alamat : Situmbuk
3. Kronologi
Pasien pindahan dari IGD pukul 11.30 wib, terpasang infuse IVFD RL dengan keluhan mencret
yang berlebihan,dengan bentuk cair namun masih ada serat. Mencret sudah terjadi 2 hari yang
lalu, anak rewel, nafsu makan menurun.
5. Anamnesa
6. Keluhan Utama : -Mencret 2 hari yang lalu
– Demam (-)
Malam : menyusu
1. Eliminasi
BAK: Ibu mengakatan bahwa anaknya Sudah BAB 3X dari pagi tadi ,warna kuning, bau khas,
cair, dan ada serat.
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu : anak tidak ada riwayat penyakit seperti kejang, diare, atau DBD.
Anak muntah (+), nafsu makan menurun, mencret (+), berserat, warna kuning.
1. Data Objektif
2. Pemeriksaan Umum
KU : sedang
Kesadaran :CMC
2. Pemeriksaan Fisik
3. Kepala : ubun-ubun rata
4. Mata : tidak berair, tidak cekung
5. Hidung : tidak ada sekret
6. Mulut : sariawan / stomatitis
7. Leher : ada pembesaran kelenjar limfe dan pembengkakan kelenjar tiroid
8. Dada : simetris kiri dan kanan
9. Perut : rata, bising usus, tidak adanya kelainan
10. Inguinal : anus (+)
11. Genitalia : tidak ada kelainan atau tanda infeksi
12. Ekstrimitas : atas : pergerakan aktif
Laboratorium
L : 5.300 mm³
Hb : 10,1 gr%
Ht : 29,5 %
Tr : 345000 mm³
Masalah
Pengumpulan Data Interpretasi Data Tindakan Segera Intervensi Imp
Potensial
1. Informasikan kepada
Tanggal:09 sept 2014 Diagnosa: 1.
ibu dan keluarga tentang
ibu
hasil pemeriksaan
Pukul : 14.00 wib An “A” umur 18 dari
bulan dengan Diare saat
Ds : akut dengan dala
dehidrasi ringan,
– Ibu pasien KU anak sedang. 2.
mengatakan anaknya cair
mencret 2 hari yang Dasar : pare
lalu.
2. Kolaborasi dengan
– Perubahan Kolaborasi dengan Ora
dokter untuk
– Ibu pasien nutrisi kurang dari dokter anak
Dehidrasi memberikan terapy.
mengatakan hingga kebutuhan tubuh memberikan –
sedang
siang ini anaknya berhubungan tindakan boto
sudah mencret 3X. dengan intake yang selanjutnya
tidak adekuat –
3. Lakukan pemantauan
– Ibu pasien
TTV
mengatakan anaknya – Diare akut –
sering muntah setelah karna berlangsung
makan sejak 3 hari kurang dari 14 hari. –
yang lalu.
4. Anjurkan anak untuk
– Dengan level –
istirahat
– Ibu pasien dehidrasi ringan
mengatakan bahwa karna TTV masih -Die
anaknya susah makan dalam batas
dari biasanya normal. Pare
7. Dada :
simetris kiri dan kanan
8. Perut : rata,
bising usus, tidak
adanya kelainan
9. Inguinal : anus
(+)
11. Ekstrimitas :
Atas : pergerakan +
Bawah : pergerakan +
Pemeriksaan
penunjang:
Cek laboratorium
L : 5.300 mm³
Hb : 10,1 gr %
Ht : 29,5 %
Tr : 345000 mm³
S:
Tanggal: 10 september 2014
– Ibu mengatakan anaknya sudah mulai membaik
Jam : 10.00 wib
– Ibu mengatakan mencret anaknya sudah mulai berkurang
O:
– Kesadaran : CMC
– TTV:
-N : 120x/i
-S : 36,4 ᵒC
-P : 32 x/i
-BB : 10,60 kg
– Pemeriksaan Fisik
-Anus : ada
– Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium : L : 5300 mm³
Hb :10,1 gr%
Ht : 29,5 %
Tr : 345000 mm³
A:
P:
N: 120x/i
P :32 x/i
S : 36,4 ᵒC
BB : 10,60 kg
Oral :
Renalyte ½ botol
Lacto B 2X1
Puyer 3X1
Vosedone 3X ½ cth
Parenteral :
IVFD RL 16 tts/i
S:
O:
Tanggal :11 september 2014
– Kesadaran : Baik
Jam : 13.30 wib
– TTV :
N : 120 x/i
S : 36,4 ᵒC
P : 32 x/i
BB : 10,65 kg
– Pemeriksaan fisik
· Mulut : sariawan/stomatitis
· Anus : ada
A:
P:
N : 120 x/i
S : 36,4 ᵒC
P : 32 x/i
Oral :
Puyer 3X1
Parenteral :
IVFD RL 16 x/i
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis akan membuat pembahasan setelah melakukan asuhan kebidanan pada anak “A” selama
3 hari berada di ruang anak (ZAA) dengan tahap- tahap manajemen kebidanan yang terdiri dari
pengkajian, interpretasi data, antisipasi diagnosa dan masalah, identifikasi kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera, rencana, asuhan dan pelaksanaan tindakan serta evaluasi.
Penulis menemukan banyak kesamaan antara bahasan teoritis dengan kenyataan yang ditemui
dilapangan. Yang akan di jabarkan dalam bab ini.
1. Pengkajian
Dalam pengkajian penulis tidak menemukan masalah yang berarti, baik pengumpulan data
subjektif maupun data objektif. Penulis didukung oleh pasien yang kooperatif, peralatan dan
pelayanan yang memadai, pencatatan, serta kesediaan pembimbing klinik dan pembimbing studi
kasus dalam memberikan bimbingan dan masukan.
Di bawah ini akan di uraikan kesamaan antara data yang di peroleh dengan teori yang ada, antara
lain:
Dalam teori di temukan keluhan utama adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahka dapat berupa air saja dan frekuensi lebih sering (3X
atau lebih) dalam satu hari. Hal ini telah disesuaikan dengan yang ditemukan di lapangan. Bahwa
anak telah buang air besar 2 hari ini mau hingga 4-5 X sehari.
Adapun tanda dari penyakit diare ini seperti kehilangan cairan dan elektrolit,haus,mulut kering,
letargis atau hilang kesadaran dan bahkan di sertai muntah,dan tanda-tanda diare ini dimiliki oleh
anak “A”. Dimana pada saat dilakukan pemeriksaan fisik masih dalam batas normal . Namun
pada anak meski fisik masih dalam batas normal anak akan mengalami perubahan dan perubahan
yang terlihat itu dapat berupa cengeng, anak gelisah, nafsu makannya menurun, aktifitasnya pun
akan menurun, serta muntah. Orang tua juga dapat melihat pada saat anaknya buang air besar
kalau tinja anak cair, warna tinja lama kelamaan akan berwarna hijau karna bercampur dengan
empedu, anus akan lecet karna selalu basah dan iritasi.
2. Interpretasi Data
Disini masalah yang di alami di lapangan dengan yang di teori tidak ada kesenjangan sebab,
disini penyebab anak diare anak “A” diare bukanlah karena faktor makanan, faktor malabsorbsi
ataupun faktor psikologi. Disini faktor anak “A” terkena diare karena faktor infeksi yang
disebabkan oleh infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh luar alat pencernaan yaitu
tonsilofaringitis dimana keadaan ini sering terjadi pada anak bayi atau pun anak berumur di
bawah 2 tahun.
Karena adanya tonsil bakteri dapat menyebabkan system transportasi menjadi aktif dalam usus,
sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat. Peningkatan inilah kemudian yang akan menjadikan pergeseran air dan elektrolit
kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
Anak “A” ini termasuk kedalam kategori diare akut karena diare yang dialaminya kurang dari 14
hari dengan dehidrasi ringan, karena anak belum mengalami perubahan fisik seperti ubun-ubun
yang cekung. Disini anak baru hanya mengalami perubahan dnegan ciri diare dengan dehidrasi
ringan.
Anak “A” berusia 18 bulan dimana pada usia kurang dari 2 tahun anak lebih rentan dengan
penyakit diare ini karena system pertahanan saluran cerna pada anak sedang mengalami
perubahan, dimana aluran pencernaan yang aalnya steril flora normal kini mulai mencerna lebih
keras lagi. Begitu juga dengan anak gizi baik akan berbeda dengan anak malnutrisi, dimana
keadaan malnutrisi menyebabkan perubahan sturktur mukosa berupa aktifitas enzim disakaridase
terganggu, gangguan absorbs monosakarida, mobilitas usus abnormal dan perubahan flora usus.
Disini masalah yang ada di teori sama dengan jenjang masalah yang dialami anak tersebut jika
tidak di atasi, anak akan menuju ke jenjang diare yang lebih parah yaitu dehidrasi sedang yang
akan di alami oleh anak tersebut.
Disini pemberian ASI juga berfungsi terhadap penyakit infeksi, hal ini dikarenakan adanya
faktor peningkatan pertumbuhan sel usus, sehingga vilus dinding usus cepat mengalami
penyembuhan setelah rusak karena diare. Karena ASI mengandung antibody untuk
melumpuhkan bakteri dalam saluran pencernaan.
Dari keadaan diare ini, anak “A” mengalami dehidrasi karena kehilangan air atau cairan dalam
tubuh, akibat cairan yang masuk tidak sesuai dengan cairan yang keluar, dangangguan gizi
karena terjadi penurunan berat badan akibat asupan makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena diare atau muntah yang bertambah hebat dan makanan yang diberikan tidak dicerna
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
Pada diagnosa masalah antara teori dengan di lapangan sama, yaitu anak “A” usia 18 bulan
dengan diare akut dengan dehidrasi ringan.
Dasar
Menurut teori masalah yang terjadi pada anak sesuai dengan keadaan di lapangan dimana anak
mengalami dehidrasi atau kekurangan air karena pengeluaran air lebih banyak di bandingkan air
yang masuk. Disini yang di takutkan jika dehidrasi anak tidak teratasi maka anak akan ke jenjang
dehidrasi selanjutnya yaitu dehidrasi sedang yang akan dapat berdampak pada keadaan fisik
anak. Jika itu di biarkan anak akan mengalami gangguan gizi akibat asupan yang dimakan tidak
dapat dicerna dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
Maka disini anak memerlukan cairan yang lebih optimal. Disini anatara teori dengan kejadian di
lapangan tidak terjadi kesenjangan karena yang diberikan di lapangan sama dengan asupan yang
diberikan dlam teori, yaitu kolaborasi dengan dokter yang mana anak di haruskan diet, dimana
diet yang di maksud disini, jika anak menyusui untuk meningkatkan frekuensi dan durasi
menyusuinya. Anak diberi oralit, untuk mengganti cairannya.Pasien diare tidak dianjurkan untuk
puasa, namun dicoba untuk menghindari penggunaan susu sapi. Zink diberikan untuk
memberikan peningkatan pada system imun dan fingsi intestinal karena zink merupakan
mikronutrien yang berfungsi untuk kesehatan dan partumbuahan. Disini antibiotik juga diberikan
dan edukasi untuk ibu juga perlu untuk menentukan kesehatan anaknya.
Menurut teori pada diagnose potensial ini penulis mengidentifikasi atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada teori terdapat
diagnose potensial seperti dehidrasi,hipovolemik, hipokelamia, bradikardi, perubahan pada
pemeriksaan EKG, hipoglikemia, kejang, mal nutrisi. Dan disini anak “A” di diagnose
potensialkan dengan dehidrasi.
4. Tindakan Segera
Tindakan segera untuk anak “A” adalah kolaborasi dengan dokter anak dan tenaga medis yang
lain untuk memberikan tidakan selanjutnya untuk mengantisipasi kejadian yang akan terjadi.
5. Intervensi
Pada rencana asuhan disini penulis merencanakan asuhan yang akan diberikan. Adapun rencana
yang akan diberikan kepada anak “A” maupun keluarganya yaitu menginformasikan hasil
pemeriksaan, pemantauan TTV, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi
lanjut,penganjuran untuk anak agar cukup istirahat, serta pemenuhan nutrisi.
6. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan, semua rencana tindakan dapat dilakukan oleh penulis, dimana tindakan
sesuai dengan rencana yang telah disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pasien. Diantara
asuhan yang diberikan adalah jelaskan tentang hasil pemeriksaan pada ibu klien, pantau TTV dan
berat badan, kenyamanan anak, pemberian nutrisi, anjurkan melanjutkan terapi pada anak,
melakukan kolaborasi dengan dokter anak.
Pelaksanaan perencanaan yang di lakukan pada An ”A” sesuai dengan masalah yang dihadapi
oleh yaitu penanganan untuk anak diare. Pada pelaksanaan perencanaan penulis menemukan
tidak adanya kesenjangan antara teori dengan yang ada dilapangan.
7. evaluasi
Setelah dilakukan perencanaan ini lah akan dilakukan implementasi yaitu pelaksaan tindakan
yang telah di rencanakan. Dan segala yang di rencanakan telah dilakukan. Maka pada titik akhir
akan ada evaluasi dimana disini di sebutkan tindakan yang telah di kerjakan adapun tindakan itu
telah di berikan kepada anak “A”. Disini anak “A” telah melakukan pemantauan TTV, telah
mendapatkan obat berupa terpasangnya IVFD, obat oral berupa puyer dan injeksi berupa inj
incetax.
8. Pendokumentasian
Dari tindakan yang dilakukan oleh penulis selama melakukan manajemen asuhan pada amak “A”
dengan diare, penulis berkesimpulan bahwa semua rencana asuhan dapat terlaksana dengan baik.
Dan pendokumentasian yang di gunakan oleh penulis berupa varney dan soap.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari. Diare tidak di ketahui pasti apa penyebabnya, tetapi haruslah dengan melakukan
berbagai macam pemeriksaan dan riwayat penyakit sekarang, serta apa saja yang dilakukan oleh
penderita diare terakhir kalinya.
Dengan munculnya diare pada anak tidaklah dapat di anggap remeh, karena sebagian besar
bahkan lebih dari 75 % tubuh anak terdiri dari air. Yang bila terjadi diare berarti cairan dan
elektrolit dalam tubuh anak keluar, sehingga anak rentan untuk kekurangan cairan dan elektrolit
dan itu dapat menyebabkan dehidrasi. Hal ini dapat membuat tubuh tidak berfungsi dengan baik
dan dapat membahaykan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini dapat menyebabkan
beberapa komplikasi, yaitu dehidrasi, renjatan hivopolemik, kejang, bakterimia, mal nutrisi,
hipoglikemia, intoleransi skunder akibat kerusakan mukosa usus.
1. Penulis dapat melakukan pengkajian terhadap An “A” Dengan diare di anak RSUD
Prof.Dr.MA HANAFIAH SM Batu Sangkar Tanggal 09-11 September 2014 berdasarkan
data subjektif dan objektif. Dimana data subjektif anak yaitu : Anak “A” lahir pada
tanggal 03 maret 2013 di BPS, berjenis klamin laki- laki dan anak “A” merupakan anak
pertama dari Ny. E. Dan data objektif dari anak “A” memiliki tanda-tanda vital dalam
batas normal.
2. Penulis dapat melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnose kebidanan anak
umur 18 bulan terhadap An “A” yaitu: An “A” umur 18 bulan dengan diare akut dengan
dehidrasi ringan. Diagnosa ini didapat dari data subjektif dan objektif dari hasil
pengkajian.
3. Pada kasus ini penulis menemukan diagnose potensial dalam Asuhan Kesehatan Pada An
“A” umur 18 bulan Dengan diare di Ruang Anak RSUD Prof.Dr.MA HANAFIAH SM
Batu Sangkar Tanggal 09-11 September 2014 adalah dehidrasi sedang.
4. Dalam kasus ini penulis telah melakukan tindakan segera dalam Asuhan Kesehatan Pada
An “A” Dengan diare di Ruang Anak RSUD Prof.Dr.MA HANAFIAH SM Batu Sangkar
Tanggal 09-11 September 2014 adalah kolaborasi dengan dokter anak agar untuk
mencegah terjadi nya komplikasi lain yang akan menyertai.
5. Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana Asuhan Kesehatan Pada An “A”
Dengan diare di Ruang Anak RSUD Prof.Dr.MA HANAFIAH SM Batu Sangkar
Tanggal 09-11 September 2014 sehingga anak dapat dilakukan tindakan yang tepat sesuai
dengan diagnosa yang ditemukan.
6. Dalam kasus ini penulis telah melaksanakan asuhan sesuai dengan yang telah
direncanakan dalam memberikan Asuhan Kesehatan Pada An “A” Dengan diare di
Ruang anak RSUD Prof.Dr.MA HANAFIAH SM Batu Sangkar Tanggal 09-11
September 2014. Rencana tersebut telah dilaksanakan sepenuhnya sehingga ada
kemajuan yang terjadi pada An “A”.
7. 7.Penulis telah mengevaluasi Asuhan Kesehatan Pada An “A” Dengan diare di Ruang
Anak RSUD Prof.Dr.MA HANAFIAH SM Batu Sangkar Tanggal 09-11 September
2014. Pada An “A” asuhan yang diberikan telah berhasil sehingga ada kemajuan dan
keadaan anak membaik. Oleh karena itu dokter memperbolehkan anak pulang.
8. Penulis telah mendokumentasikan Asuhan Kesehatan Pada An “A” Dengan diare di
Ruang anak RSUD Prof.Dr.MA HANAFIAH SM Batu Sangkar Tanggal 09-11
September 2014 kedalam bentuk manajemen varney dan soap. Penulis
mendokumentasikan Asuhan tanggal 09 september 2014 dalam bentuk manajemen
varney dan catatan perkembangan tanggal 10-11 september 2014 kedalam bentuk soap.
Saran
Oleh karena itu sebagai bidan perlu dan penting sekali untuk memberi penyuluhan kepada
masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai anak. Agar selalu memelihara kesehatan
dan mencegah timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis.
Karena bila anak stress juga dapat terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat
penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan memberikan
oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga
kesehatan atau rumah sakit.
Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan secara langsung teori yang di dapat dari perkuliahan dalam menerapkan
asuhan kebidanan langsung sesuai dengan kebutuhan An ”A”.
Dapat sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa – mahasiswi kesehatan di STIKes Mercubaktijaya
Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Iklan
Bagikan ini:
Twitter
Facebook
Google
Tinggalkan Balasan
13 Desember 2014
Dea Sukma Yolanda
Tak Berkategori
Navigasi tulisan
RENCANA ASUHAN BAYI 2 – 6 HARI
Cari
Tulisan Terakhir
Study Kasus tentang diare pada anak
RENCANA ASUHAN BAYI 2 – 6 HARI
INSOMNIA
Hipoglikemia
pemandangan
Komentar Terbaru
Arsip
Desember 2014
Juni 2014
Kategori
Tak Berkategori
Blog di WordPress.com. Tema: Flounder oleh Kelly Dwan & Mel Choyce.