Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
proses penyusunan laporan kasus yang berjudul: “kanker ovarium “ sebagai
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik interna di
RSUD Sidikalang.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing atas bimbingan dan arahannya
selama mengikuti Kepaniteraan Klinik di Kepaniteraan Klinik ginekologi di
Rumah Sakit Murni Teguh Medan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan,
kritik dan sarannya yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan case ini di kemudian hari. Harapan penulis semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu di klinis dan masyarakat.
Medan, 2019
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2. Tunica Albuginea atau tunika albuginea adalah selapis jaringan ikat padat yang
menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan dan terletak di bawah epitel
germinativum.
4. Ovarian Medulla atau daerah medula yang terletak dibawah daerah korteks,
merupakan bagian terdalam ovarium. Tidak ada batas tegas antara daerah korteks
dan medulla, tetapi daerah medulla tersusun dari jaringan ikat longar dan berisi
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
5. Ovarian Follicles atau folikel ovarium terdapat di daerah korteks dan terdiri
atas oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel granulosa.
Ketika sel folikel membentuk selapis sel kuboid, folikel ini sekarang disebut
folikel primer unilaminar. Sel folikel terus berproliferasi dan membentuk epitel
folikel berlapis, atau lapisan granulosa, dengan selsel yang saling berkomunikasi
melalui taut rekah. Folikel ini kini disebut folikel primer multilaminar atau
preantrum. Sewaktu folikel tumbuh, terutama karena sel granulosa bertambah
besar dan bertambah banyak, folikel ini berpindah ke daerah korteks yang lebih
dalam. Cairan (liquor folliculi) mulai mengumpul di antara sel-sel folikel. Celah-
celah kecil yang mengandung cairan ini menyatu, dan sel-sel granulosa mengatur
diri Universitas Sumatera Utara membentuk rongga yang lebih besar, yaitu
antrum. Folikel ini sekarang disebut folikel sekunder atau folikel antrum.
6. Mature (Graafian) Follicle atau folikel matang, pra-ovulasi, atau folikel Graaf,
sangat besar (berdiameter sekitar 2,5 cm) sehingga dapat menonjol dari
permukaan ovarium dan dapat dideteksi dengan ultrasonografi. Folikel ini
merupakan folikel dominan yang dapat mengalami ovulasi dan biasanya hanya
satu untuk setiap siklus menstruasi. Sedangkan folikel lainnya mengalami atresia
7. Corpus Luteum atau korpus luteum (badan kuning) merupakan folikel matang
setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone, estrogen, relaxin, dan
inhibin akibat rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Nasib korpus luteum
ditentukan oleh ada tidaknya kehamilan. Setelah dirangsang LH, korpus luteum
terprogram untuk bersekresi selama 10-12 hari. Jika tidak ada rangsangan hormon
lain dan tidak ada kehamilan, sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi melalui
apoptosis. Fibroblas di dekatnya memasuki daerah ini dan membentuk parut
jaringan ikat padat yang disebut korpus albikans atau badan putih (karena
banyaknya kolagen) .2,11
2.2 Defenisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan
ovarium, dengan tipe histologi sangat beragam sesuai dengan susunan
embriologi dasar yang membentuknya. Kanker ovarium menyumbang
sekitar 239.000 kasus baru dan 152.000 kematian di seluruh dunia setiap
tahun. Penyakit ini biasanya muncul pada tahap akhir ketika tingkat
kelangsungan hidup relatif 5 tahun hanya 29%. Beberapa kasus (15%)
didiagnosis dengan tumor lokal (stadium 1) ketika tingkat kelangsungan
hidup 5 tahun adalah 92%. Yang mengejutkan, keseluruhan tingkat
kelangsungan hidup relatif 5 tahun secara keseluruhan umumnya berkisar
antara 30% -40%.1
2.6 Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan histopatologi
1.1.Jenis Epitel
Merupakan tipe yang paling sering (90%) pada tumor ovarium.
Terdapat lima subtipe yaitu:Serosum, Endometrioid, Clear Cell,
Musinosum, Brenner
1.2. Germ Cell (Disgerminoma, Teratoma)
1.3.Sex Cord Stromal (Tumor sel granulosa, tumor sel sertoli-lydig).3,5
Tanda dan Gejala
Kanker ovarium dini menyebabkan gejala minimal, tidak spesifik, atau
tanpa gejala. Pasien mungkin merasakan massa pada perut. Sebagian
besar kasus didiagnosis dalam stadium lanjut.
o Perut membesar atau rasa tidak nyaman pada perut
o Efek tekanan pada kandung kemih dan dubur
o Pendarahan vagina
o Gangguan pencernaan dan asam lambung
o Sesak napas
o Berat badan meningkat
o Rasa cepat kenyang.3
Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik jarang terjadi pada pasien dengan stadium dini. Pasien
dengan stadium yang lebih lanjut dapat datang dengan salah satu dari yang
berikut:
o Massa ovarium atau panggul
o Asites
o Efusi pleura
o Massa perut atau obstruksi usus.3
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi transvaginal adalah modalitas pencitraan yang paling
umum digunakan untuk penilaian massa adneksa, morfologi, dan dapat
menentukan apakah massa besar hadir di bagian lain perut, termasuk di
hati. Radiografi dada atau CT dilakukan secara rutin, karena berguna
dalam membantu menyingkirkan efusi pleura atau penyebaran paru-
paru pada tumor ovarium ganas. Pemeriksaan CA-125, darah tepi, tes
fungsi ginjal, fungsi hati perlu dilakukan.2,6
2. Stadium Klasifikasi
Stadium surgikal pada kanker ovarium berdasarkan International
Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO):
Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium
IA : Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor
pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites
atau pada bilasan peritoneum
IB : Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor
pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites
atau pada bilasan peritoneum
IC : Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari
tanda-tanda sebagai berikut :kapsul pecah, tumor pada
permukaan luar kapsul, sel kanker positif pada
cairan asites atau bilasan peritoneum.
Stadium II : Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke pelvis.
IIA : Perluasan dan/implan ke uterus dan/atau tuba fallopi. Tidak sel
kanker pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum
IIB : Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak sel kanker pada cairan
asites atau pada bilasan peritoneum
IIC : Tumor pada stadium IIA/IIB dengan sel kanker positif pada
cairan asites atau pada bilasan peritoneum
Stadium III : Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara mikroskopik di luar
pelvis dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening regional
IIIA : Metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis
IIIB : Metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis dengan
diameter terbesar 2 cm atau kurang
IIIC : Metastasis peritoneum diluar pelvis dengan diameter terbesar
lebih dari 2 cm dan/atau metastasis kelenjar getah bening regional
Stadium IV : Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat
effusi pleura, maka cairan pleura mengandung sel kanker positif.
Termasuk metastasis pada parenkim hati.2
2.7 Patofisiologi
kanker ovarium belum diketahui secara jelas, tetapi sudah terdapat
beberapa teori yang menunjukkan proses terjadinyab kanker ini. Setelah
melewati siklus ovulasi, epitel permukaan ovarium banyak mengalami
kerusakan dan perbaikan. Proliferasi selsel
epitel semakin besar, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi
mutasi secara tiba-tiba. Selama proses ovulasi, sel dapat terperangkap pada
jaringan ikat yang mengelilingi ovarium dan kemudian membentuk kista.
Jika hal ini terjadi maka sel epitel dapat membentuk lingkungan mikro
pro-inflamasi yang menyebabkan peningkatan kerusakan DNA dan risiko
terjadinya kanker. Banyak kejadian kanker ovarium terjadi tanpa diketahui
sebelumnya, meskipun 5-10% kasus berkembang akibat predisposisi
genetic. Akhir-akhir ini, disfungsi gen BRCA1 dan BRCA2 diketahui
dapat menyebabkan karsinoma stadium lanjut.8
2.8 Penatalaksanaan
Tindakan pembedahan ada dua tujuan yakni pengobatan dan
penentuan stadium surgikal. Terapi pembedahan termasuk histerektomi,
salpingo-ooforektomi, omentokmi, pemeriksaan asites, bilasan
peritoneum. Kemudian dilakukan observasi dan pengamatan lanjut dengan
pemeriksaan CA-125.Pembedahan adalah modalitas awal pengobatan
untuk kanker ovarium epitel stadium I-IV. Namun, hanya sebagian kecil
wanita dengan kanker ovarium epitel yang dapat diobati dengan operasi
saja. Persentase kecil ini termasuk pasien dengan stadium IA atau IB
(grade 1) serosa, musinosum, endometrioid, dan tumor Brenner. Stadium
IC, stadium lanjut, atauclear-cell harus segera dipertimbangkan untuk
kemoterapi ajuvan. Clear-cell karsinomaberhubungan dengan prognosis
yang secara signifikan lebih buruk pada stadium I; semua pasien dengan
subtipe histologis ini harus dipertimbangkan untuk kemoterapi. Berikut
kemoterapi yang diberikan.: Paclitaxel dengan carboplatin atau cisplatin.2,7
Berikut ini merupakan algoritma tatalaksana kanker ovarium
2.8 Prognosis
Faktor yang memperbaiki prognosis termasuk derajat, diferensiasi
rendah, stadium awal, tumor ganas potensi rendah dan usia muda.
Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk karsinoma ovarium epitel
oleh FIGO adalah sebagai berikut:2
STADIUM Kelangsungan hidup 5 tahun (%)
I 90
II 70
III 39
IV 17
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Ny. Supiani
Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status : tidak menikah
Alamat : Medan
2. Anamnesa
2.1. Keluhan utama
Benjolan diperut
2.2. Riwayat penyakit sekarang
Seorang pasien datang ke RS dengan keluhan benjolan di perut sudah
dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
Benjolan diperut, semakin hari semakin membesar dan tidak nyeri.
Tidak ada perdarahan. Keputihan (-). Sesak nafas (-). Keluhan mual
dan muntah juga disangkal oleh pasien. BAK dan BAB dalam batas
normal.
2.3. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun Volume : 4 x ganti pembalut/hari
Lama haid : 4 hari Nyeri Haid : (-)
Siklus haid : 28 hari menopause : usia 50 tahun
2.4. Riwayat perkawinan
Tidak pernah menikah
2.5. Riwayat persalinan
Tidak ada
16
Tidak ada
3. Pemeriksaan fisik
3.1.Status generalis
keadaan umum : baik
TD : 130/80 MmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 kali/ menit
T : 37 ° C
SPO2 : 99 %
kesadaran : CM
3.2.Status ginekologi
Abdomen :
Inspeksi : terdapat benjolandengan 3jari
diatas umbilikal
Palpasi : massa dengan kosistensi kenyal, mobile,
nyeri (-)
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus (+)
Genitalia eksterna : Perdarahan (-), luka (-), keputihan (-)
4. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin
Periksaan Hasil Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,6 g/dl
Leukosit 6,48 103/µl
Eritrosit 4,25 106/µl
Trombosit 213 103/µl
Haematokrit 36,4 (N= 37-47) %
MPV 8,1 Fl
18
RDW 13,9 %
HDW 2,71 g/dl
PDW 59,8 %
Nilai-nilai MC
MCV 85,6 Fl
MCH 29,7 Pg
MCHC 34,6 g/dl
Hitung jenis
Eosinofil 85,6 %
Basofil 0,5 %
Neutrofil 44,1 (50-70) %
Limfosit 47,8 %
Monosit 5,4 %
Liver Function
Urea 15
creatinin 0,88 (0,90-1,30)
Cancer Marker
CA 125 81,6 (<=35) U/mL
URINALISA
Makroskopis
Warna Kuning
Kejernihan Keruh
Kimia
19
Ph 5,5
Protein 2+ /Ml
Darah 3+ Negative
Sedimen Mikroskopis
6. Tindakan
Laparatomi + frozen section
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik
7.1 CT-SCAN
Dilakukan MSCT/CT Scan abdomen sampai pelvis potongan
aksial.scanning memakai kontras
Scanning daerah
Hepar : ukuran tidak membesar , permukaan rata densitas
homogen.tidak tampak massa. Vena porta tidak melebar.vena hepatka
tidak melebar. Vena cava inferior tidak melebar.duktus biliaris
intrahepatal tidak melebar. Tidak tampak koreksi cairan di sekitar nya.
Kantung empedu
Ukuran tidak membesar, dinding tidak menebal,regular. Tidak tampak
koleksi cairan disekitarnya
Limpa
ukuran tidak membesar, densitas homogen. Vena lienalis tidak
melebar. Tidak tampak koleksi cairan sekitarnya
Pancreas
Ukuran tidak membesar densitas homogen. Duktus pankreatikus tidak
melebar
Ginjal kiri: ukuran tidak membesar , struktur parenkim, sistem
pelvokalises melebar, tidak tampak batu/massa
Ginjal kanan : ukuran tidak membesar , struktur parenkim, sistem
pelvokalises melebar, tidak tampak batu/massa
Rectum :
Posisi normal , dinding tidak menebal , perirectal fat normal
Tampak bayangan isodens batas tegas tepi ireguler berkalsifikasi di
rongga pelvis yang tampak berasal dari organ adnexa yang
mengobliterasi uterus pos kontras scanning memberikan penyengatan
inhomogen
Kesan
MSCT scan abdomen sampai pelvis menunjukkan :
Massa di rongga pelvis ec massa di ovarium dd massa uterus
kemungkinan suatu malignancy
Hidronefrosis bilateral
Scanning hepar , kantung empedu limpa pancreas vesika urinaria, dan
rectum tidak tampak kelainan
7.1. Foto thoraks
Jantung ukuran sedikit membesar. CTR kurang lebih 53,3 %
Sinus dan diafragma biasa
Tak tampak tanda infiltrate pada kedua lapangan paru
Kesan : mild cardiomegaly
8. Terapi
Laparotomi surgical section
Laporan operasi : gambara histopatologi frozen section ovarium : malignancy
9. Pemeriksaan Penunjang diusulkan post operasi
Biopsy
10. Diganosa pasca bedah
kanker ovarium
11. Prognosa
Dubai ad malam
22
DAFTAR PUSTAKA
BAB 4
PENUTUP
Telah dilaporkan seorang Pasien, usia 61 tahun, P0A0 dengan keluhan pasien
benjolan di perut . Perut semakin lama semakin membesar. Tanpa dirasakan keluhan
lain. . Riwayat keputihan (-) riwayat menopause usia 50 tahun. Riwayat menstruasi
dalam batas normal.
diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan sesuai dengan
teori.
24