Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KOROSI DAN PROTEKSI

KOROSI PADA KAPAL LAUT


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Korosi dan Proteksi
Dosen: Bening Nurul H. Kambuna S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Ika Melya Astuti


3334170010
Korosi Kelas A

TEKNIK METALURGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Korosi dan Proteksi dengan tema “Korosi pada Kapal Laut”. Makalah ini diajukan
sebagai salah satu untuk memenuhi Tugas Korosi dan Proteksi jurusan Teknik
Metalurgi Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Korosi dan Proteksi ini dengan tepat waktu. Oleh karena itu,
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa kuasa-Nya tidak mungkin pembuatan
makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu senantiasa memberikan doa, semangat
dan dukungan kepada penulis.
3. Ibu Bening Nurul H. Kambuna, S.T., M.T. selaku Dosen Korosi dan
Proteksi yang telah memberikan ilmu mengenai korosi yang terjadi pada
kapal laut ini.
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
membuat makalah ini.
5. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan dikarenakan keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis menerima saran dan kritik yang dapat dijadikan perbaikan di
masa depan.
Akhir kata semoga apa yang telah diberikan dan dihasilkan dari makalah ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Cilegon, 12 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah
berkembang dengan pesat. Teknologi ini telah membawa manusia pada peradaban
yang modern. Dimana dalam memenuhi kebutuhannya, manusia telah didukung
dengan berbagai peralatan-peralatan yang telah menggunakan bahan logam. Logam
tersebut telah ditemukan beratus-ratus tahun yang lalu. Logam yang ditemeukan
tersebut, dengan seiring berjalannya waktu logam pasti akan mengalami suatu
penurunan mutu atau degradasi akibat adanya pengaruh eksternal. Peristiwa ini
biasa dialami oleh logam dan sering disebut dengan korosi. Korosi dapat terjadi
karena adanya lingkungan yang korosif seperti yang dipengaruhi oleh pH dan
kelembaban yang tinggi. Sehingga dapat menyebabkan korosi ini mengalami
penurunan mutu dan daya guna serta menimbulkan kerugian dari segi biaya
perawatan, dan kecelakaan yang mungkin dapat terjadi akibat korosi yang
ditimbulkan
Korosi pada industry sering dijumpai pada penggunaan baja misalnya pada
pembuatan kapal laut yang memerlukan banyak material yang menggunakan bahan
logam ataupun baja. Korosi yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat
besar, apabila korosi ini tidak langsung ditangani. Sebagaimana korosi ini tidak
dapat dihindari, tetapi dapat dicegah dengan berbagai cara. Pada umumnya terdapat
pengendalian untuk mencegah terjadinya korosi dengan cara pelapisan dengan
menggunakan cat, menseleksi material yang digunakan, mendesain material dengan
tidak berbentuk siku-siku, inhibitor yang sesuai dengan lingkungan dan proteksi
katodik serta proteksi anodic. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan mendalami
mengenai proses terjadinya korosi pada kapal laut dan cara pengendalian yang
dilakuakan agar laju korosi yang terjadi pada kapal laut dapat dikendalikan maka
diperlukan mempelajari lebih dalam mengenai korosi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah korosi pada kapal laut ini sebagai
berikut:
a. Apa itu korosi ?
b. Bagaimana korosi dapat terjadi ?
c. Jenis korosi apa saja yang terjadi pada kapal laut?
d. Apa aspek termodinamika dan aspek kinetika pada korosi kapal laut?
e. Bagaimana pengendalian korosi pada kapal laut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mempelajari dan
mengetahui lebih dalam mengenai korosi, mekanisme korosi, jenis korosi, aspek
termodinamika dan kinetika yang terjadi pada kapal laut dan cara pengendalian
korosi.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Kapal Laut


Kapal laut merupakan alat transportasi laut yang digunakan untuk
mengangkut barang atupun penumpang pada saat berada di laut. Pada umumnya
bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kapal laut ini dengan menggunakan
baja. Baja yang digunakan yaitu baja HY 80. Baja ini merupakan baja paduan yang
memiliki sifat kuat tarik yng tinggi dan tahan korosi yang baik meskipun baja ini
merupakaan baja karbon rendah. Selain itu juga baja HY 80 ini juga memiliki
keuletan yang tinggi sehingga mampu bertahanan pada suhu yang tinggi dan
memiliki sifat yang bisa dilas dalam pelat tebal dalam angkatan laut.
Baja HY 80 dikembangkan dalam aplikasi angkatan laut, khususnya
pengembangan lambung tekanan pada kapal. Baja HY 80 memiliki arti yang
menandakan bahwa HY merupakan High Yield (kekuatan luluh yang tinggi) dan 80
merupakan tekanan yang dimiliki sebesar 80.000 psi. Dalam kandungannya, Baja
HY 80 mengandung Nikel, Cromium, Molybdenum dan Vanadium. Baja HY 80 ini
memiliki kandungan karbon sebesar 0,12 -0,20% dengan kandungan paduan
keseluruhan sebesar 8% berat. Dengan kandungan Nikel pada paduan dalam kapal
laut dapat menambah ketangguhan dan keuletan serta penstabil fasa austenite.
Dengan penambahan Chromium dapat menahan terjadinya korosi dan untuk
meningkatkan kekuatan material dengan membentuk Chromium karbida.

2.2 Korosi dan Mekanismenya


Pada saat ini, banyak peralatan yang digunakan pada kehidupan sehari-hari
yang terbuat dari material logm. Logam ini perlu diperhatikan agar dapat diketahui
kondisi logamnya baik ataupun sudah terkontaminasi oleh korosi. Korosi
merupakan proses degradasi material logam terhadap lingkungan yang korosif yang
dapat menurunkan kualitas dari material tersebut. Lingkungan yang korosif ini
disebabkan karena adanya pengaruh pH, kelembaban lingkungan, terpapar
langsunng oleh oksigen dan air pada atmosfer. Korosi ini tidak bisa dihindari tapi
bisa dicegah agar tidak menimbulkan biaya yang besar atau kerugian yang sangat
banyak.
Pada umumnya, korosi terbagi menjadi dua yaitu korosi merata dan korosi
local. Dimana korosi merata ini merupakan korosi yang terjadi pada seluruh bagian
permukaan material yang terkena paparan atmosfer. sedangkan korosi local
merupakan korosi yang terjadi pada tempat tertentu saja. Dalam korosi local terbagi
menjadi dua yaitu korosi mikroskopik dan makroskopik. Korosi mikroskopik
diantaranya intergranular corrosion, stress corrosion cracking, corrosion fatigue
cracking, dan hydrogen induced cracking, sedangkan yang makroskopik terdiri
korosi galvanic, celah, sumuran, selective leaching, ddan korosi erosi.
Pada Gambar 2.1 menunjukkan siklus material logam yaitu besi yang berasal
dari bijih besi yang diolah menjadi barang jadi yang siap untuk digunakan dengan
mengandung oksida besi dan oksida besi hydrated yang akan mengalami korosi
akan kembali ke keadaan semula.
Steel mill
Reduction Auto body
Iron ore Refining (atmosphere) Rust
Mine
Coasting
Rolling Underground
Shaping pipeline (soil
and water)
Hydrated
Gambar 2.1 Siklus Material[1]. iron oxide

Reaksi korosi merupakan proses elektrokimia, dimana dalam


mekanismenya terdapat empat komponen yaitu katoda, anoda, sirkuit luar, dan
elektrolit dalam keberlangsungan prosesnya. Oleh karena itu mekanisme korosi
diawali dengna adanya inisiasi yang terjadi pada logam akibat adanya goresan
sehingga besi memiliki permukaan yang tidak halus dan terjadi perbedaan tegangan
yang mengakibatkan potensial pada daerah tertentu menjadi tinggi dari daerah
lainnya. Selanjutnya akan terjadi pelarutan atom-atom besi dengan disertai
pelepasan electron membentuk ion Fe2+ yang larut dalam air sehingga
menghasilkan persamaan reaksi 2.1
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e–……………………………...…...2.1
Kemudian electron yang dilepaskan akan mengalir melalui besi hingga terjadi
reduksi gas oksigen dari udara sehingga menghasilkan persamaan reaksi 2.2
O2(g) + 2H2O(g) + 2e– → 4OH–(aq)…………..…..…………….2.2
Lalu ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik melewati
jembatan garam dalam sel volta dan bereaksi dengan ion OH- membentuk
Fe(OH)2.Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat.
Dengan reaksi keseluruhan sebagai berikut:
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) → 2Fe2O3.nH2O(s)(Karat)………..2.5

Gambar 2.2 Mekanisme Korosi[2]


Warna karat yang terjadi mulai dari warna kuning hingga warna cokelat merah dan
hitam, hal ini tergantung dari jumlah molekul H2O yang terikat pada karat.
2.3 Jenis Korosi pada Kapal Laut
Pada kapal laut dapat terjadi berbagai macam bentuk korosi diantaranya
yaitu:
1. Korosi Merata
Korosi merata merupakan korosi yang terjadi
karena permukaan suatu logam terpapar langsung
oleh lingkungan yang korosif. Lingkungan yang
terjadi pada korosi merata kapal laut ini terjadi di
lingkungan yang terpapar langsung oleh udara laut.
Korosi ini terjadi pada bagian kapal laut diatas
garis air pada pelat permukaan yang tidak terendam
air laut[1].
Gambar 2.3 Korosi Merata
2. Korosi Erosi
Korosi erosi merupakan korosi yang terjadi
disebebakan karena adanya aliran fluida dengan
kecepatan tinggi yang melewati benda bergerak
ataupun benda diam sehingga menyebabkan
terkikisnya suatu material logam yang dikenainya.
Korosi ini pada kapal laut terjadi pada baling-
baling kapal, dimana baling-baling ini terkena oleh
kecepatan aliran fluida dibawah permukaan air
laut[1].
Gambar 2.4 Korosi Erosi
3. Korosi Celah
Korosi celah merupakan korosi yang terjadi karena
terdapatnya celah, daerah jepitan, sambungan dan
daerah yang ditutupi oleh binatang dan tumbuhan
kecil. Pada kapal laut ini terjadi korosi tersebut
pada lambung kapal yang terletak di bawah
permukaan air laut, dimana dibawah air laut
terdapat banyak hewan dan tumbuhan kecil yang
dapat menghinggapi permukaan lambung kapal
yang menyebabkan korosi celah terjadi[1].
Gambar 2.5 Korosi Celah
4. Korosi Sumuran
Korosi sumuran merupakan korosi yang terjadi
apabila terdapat lubang kecil yang lama-kelamaan
akan menjadi dalam sehingga menembus ke dalam
permukaan pelat kapal karena adanya ion klorida
yang terdapat pada lingkungan kapal laut, yaitu air
laut yang mengandung ion klorida, karena air laut
termasuk elektrolit garam yaitu NaCl[1].

Gambar 2.6 Korosi Sumuran


5. Korosi Galvanic
Korosi galvanic merupakan korosi yang
disebabkan adanya beda potensial yang terjadi
antara dua buah logam yang berada pada satu
lingkungan sehingga logam yang lebih anodic
akan terkorosi. Pada kapal laut ini terjadi korosi
pada baling-baling kapal dengan sambungan mur
dan baut yang ada pada baling-baling kapal[3].
Gambar 2.7 Korosi Galvanic
6. Korosi Tegangan
Korosi tegangan terjadi karena adanya butiran logam yang berubah
akibat karena logam mengalami perlakuan khusus sehingga butiran
menjadi tegang dan sangat mudah untuk bereaksi dengan lingkungan.
Korosi ini terjadi pada bagian pelat kapal yang memikul beban besar[1] .
7. Korosi Mikrobial
Korosi mikrobial disebabkan karena adanya pengaruh oleh suatu proses
yang secara langsung maupun tidak langsung sebagai hasil dari aktivitas
organisme yang hidup. Korosi ini akan memakan logam pada kapal
sehingga terbentuk korosi. Biasanya mikrobanya yaitu Sulphate Reducing
Bacteria. Bakteri ini menempel pada pelat permukaan kapal bagian yang
terendam oleh air laut[4].

2.4 Aspek Termodinamika dan Kinetika


Aspek termodinamika yang digunakan dalam korosi kapal laut ini yaitu
diagram pourbaix. Dimana, dari diagram pourbaix ini dapat diketahui daerah yang
aktif korosi, pasif dan imun. Daerah yang aktif korosi dalam bentuk ion, daerah
pasif dalam bentuk oksida dan daerah imun dalam bentuk logam murni Fe. Aspek
kinetika yang digunakan yaitu laju korosi pengilangan berat, dimana dengan laju
korosi ini dapat mngetahui kapan harus mengganti anoda korban yang digunakan,
sebagaimana dituliskan dalam persamaan berikut[5]:
KxW
r= ……………………..………..………..…(2.1)
DxAxT

2.5 Pengendalian Korosi pada Kapal Laut


Korosi yang terjadi pada kapal laut ini dapat dikendalikan dengan berbagai
macam pengendalian diantaranya yaitu:
1. Pemilihan material yang digunakan.
Dalam pemilihan material yang digunakan dalam membuat kapal laut
harus sesuai dan memiliki beda potensial yang tidak terlalu jauh dengan
logam lainnya agar terhindar dari korosi galvanic. Dengan menyeleksi
material yang digunakan dapat mengubah komposisi logam, mengubah
struktur mikro dan mengubah kondisi tegangan dan permukaan. Oleh karena
itu, agar terhindar dari korosi maka dalam pembuatannya harus dipadukan
dengan material yang memiliki sifat tahan korosi seperti penambahan Cr
sebanyak 11%, Ni, dan Mo dalam baja tahan karat dan baja tahan asam[6].
2. Memilih desain
Dalam pemilihan desain pembentukan kapal laut harus memperhatikan
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan masalah korosi, misalnya menghindari
sudut-sudut lancip, sudut yang terbentuk harus seperti sudut tumpul,
menghindari munculnya celah dan menggabungkan dua logam dengan
pengelasan agar tidak ada cairan yang terperangkap dalam logam[6].
3. Pelapisan (Coating)
Prose pelapisan ini dilakukan untuk melapisi permukaan pelat pada kapal
laut dengan cara pengecatan. Cat yang digunakan ialah cat khusus yang
digunakan untuk kapal laut dengan merk cat kapal internsdional[7]. Dalam
prosesnya terjadi tiga tahap pengecatan yaitu first coat sebagai pelapis
pertama pada seluruh permukaan kapal, lalu dilanjut dengan intermediate coat
dengan adanya penambahan anti fouling agar binatang dan hewan kecil laut
tidak menempel pada bagian lambung kapal, dan terakhir dengan finish coat
untuk melapisi bagian kapal agar tidak tergores oleh benda tajam dan agar
tidak mudah untuk terinisiasi terjadinya korosi[7].
4. Inhibitor
Inhibitor merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan kedalam
lingkungan yang korosif sehingga dapat memperlampat laju korosi yang
terjadi. Inhibitor yang digunakan pada kapal laut ini yaitu inhibitor kalium
kromat yang termasuk inhibitor anorganik dan inhibitor anodic. Mekanisme
yang terjadi pertama, korosi terjadi pada bagian selaput oksida yang
terkelupas, lalu selaput pelindung akan bertindak sebagai katoda sedangkan
logam yang terkelupas akan bertindak sebagai anoda. Kemudian anion dalam
inhibitor akan bereaksi dengan ion logam dalam larutan yang terserap
sehingga akan membentuk lapisan-lapisan film polimer pada permukaan yang
dapat menutup bagian yang bersifat anodic sehingga laju korosi akan
terhenti[2].
5. Proteksi katodik dengan anoda korban.
Anoda korban yang digunakan yaitu seng (Zn) atau aluminium(Al).
Dimana pada prinsipnya dengan menghubungkan plat baja lambung kapal
dengan seng (Zn) sehingga terjadi oksidasi pada baja lambung kapal yang
akan menangkap electron dari seng dan oksidasi akan berlangsung pada anoda
seng tersebut dan laju korosi akan terhambat sehingga korosi yang terjadi
dapat dikendalikan[1].

Gambar 2.8 Anoda Korban pada Kapal Laut


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berikut ini yang dapat disimpulkan dari makalah korosi pada kapal laut
yaitu:
a. Korosi merupakan proses degradasi material logam terhadap
lingkungan yang korosif.
b. Jenis korosi pada kapal laut ada tujuh yaitu korosi merata, korosi korosi
celah, korosi galvaik, korosi erosi, korosi sumuran, korosi tegangan dan
korosi mikrobiologi.
c. Aspek termodinamika yang digunakan yaitu diagram pourbaix dan
aspek kinetic yang digunakan laju korosi kehilangan berat.
d. Dari bentuk korosi yang terjadi dpat dikendalikan dengan memilih
material dan mendesain kapal laut yang sesuai, melakukan pelapisan
material, menambhakan inhibitor, dan memasang anoda korban.
DAFTAR PUSTAKA

[1] I. Edi Septe, I. Satria, and K. Huda, “Pengendalian Korosi Pada Plat
Lambung Kapal Dengan Menggunakan Anoda Korban,” 2015.
[2] I. Kalium, K. K. Cro, W. Wibowo, and M. N. Ilman, “Studi Eksperimental
Pengendalian Korosi pada Aluminium 2024-T3 di Lingkungan Air Laut
Melalui Penambahan,” vol. 5, no. 1, pp. 10–16, 2011.
[3] B. Utomo, “Jenis Korosi Dan Penanggulangannya,” Kapal, vol. 6, no. 2,
pp. 138–141, 2012.
[4] R. H. B. Setiarto, “STUDI KASUS: ASPEK BIOKIMIAWI MIKROBIAL
KOROSI DAN CARA PENANGGULANGANNYA DALAM DUNIA
INDUSTRI R. Haryo Bimo Setiarto,” Korosi, no. December 2011, pp. 1–
15, 2011.
[5] E. J. Sasono, Efektivitas Penggunaan Anoda Korban Paduan Aluminium
Pada Pelat Baja Kapal Aisi E 2512 Terhadap Laju Korosi Di Dalam
Media Air Laut. 2010.
[6] “97346961-TEKNOLOGI-PROTEKSI-DAN-PENGENDALIAN-
KOROSI-PADA-KAPAL.” .
[7] E. Sonjalekatompessyyahoocom, “STUDI EKSPERIMENTAL LAJU
KOROSI PADA KAPAL BAJA,” no. April, pp. 70–79, 2018.

Anda mungkin juga menyukai