Anda di halaman 1dari 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontraksi

Otot
1. Treppe (atau disebut juga Staircase Effect), yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada
suatu serabut otot karena stimulasi berurutan yang berselang beberapa detik, pengaruh ini mungkin
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi ion Ca++ di dalam serabut otot yang meningkatkan pola
aktivitas miofibril.
2. Summasi merupakan hasil penjumlahan kontraksi 2 jalan, yaitu summasi unit motor berganda dan
summasi gelombang. Summasi unit motor berganda (Multiple Motor Unit Summation) terjadi apabila
lebih banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara stimultan pada otot. Oleh karena itu,
semakin banyak serabut otot dan berkas-berkasnya yang berkontraksi dan menghasilkan kekuatan yang
lebih besar di dalam otot secara keseluruhan. Summasi gelombang (Wave Summation) terjadi apabila
frekuensi stimulasi ditingkatkan kepada unit-unit motor. Jadi, frekuensi rangsangan sedemikian rupa
sehingga kontraksi yang pertama belum juga selesai meski kontraksi berikutnya sudah mulai. Dua
kontraksi itu menjadi aditif yang tentunya meningkatkan kekuatan kontraksi.
3. Tetani (tetanus) terjadi apabila frekuensi stimulasi (summasi gelombang) menjadi demikian cepat
sehingga tidak ada peningkatan frekuensi lebih jauh lagi yang akan meningkatkan tegangan kontraksi,
tenaga terbesar yang dapat dicapai oleh otot telah tercapai.
4. Fatigue merupakan menurunnya kapasitas bekerja yang disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri (ATP
total yang tersedia jumlahnya menurun, tenaga untuk kontraksi menurun juga dan otot akan semakin
melemah). Muscle fatigue (kelelahan otot) menurunnya kekuatan kontraksi setelah berlangsungnya
stimulasi yang berkepanjangan. Ischemia, kontraksi otot menekan pembuluh darah di dalam otot dan oleh
karenanya menurunkan suplai atau aliran darah apabila terjadi kontraksi yang berkepanjangan. Cramp
otot, yaitu ischemia disertai menumpuknya asam laktat.
5. Rigor dan Rigor Mortis
Rigor kelelahan yang berlebihan , hal ini terjadi apabila sebagian terbesar ATP dari dalam otot setelah
dihabiskan, kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke dalam reticulum sarkoplasma melalui mekanisme
pemompaankalsium. Oleh karena itu, relaksasi tidak bisa terjadi karena filamen aktin dan myosin terikat
dalam suatu ikatan yang erat.

Rigor mortis pada dasarnya sama dengan rigor, kecuali terjadi beberapa jam setelah kematian. ATP tidak
lagi tersedia, otot kehilangan tonus, dan kalsium sedikit demi sedikit dilepaskan dari reticulum
sarkoplasma. Tonus yaitu tegangan ditunjukkan oleh semua otot pada saat istirahat.

Neuromuscular Junction (NMJ) adalah cabang terminal akson yang dinamakan juga telodendris
akson yang merupakan tempat penyimpanan transmitter sinapsis yang disekresi oleh saraf, maka
ketika mendekati ujung saraf akson yang menyarafi serat otot rangka kehilangan selubung
mielinnya dan kemudian bercabang menjadi sejumlah tonjolan akhir (terminal butons) atau kaki-
kaki ujung (end-feet).

Kaki-kaki ujung mengandung banyak vesikel kecil, jernih yang mengandung asetilkolin (Ach),
transmitter pada tautan saraf-otot ini. Ujung-ujung tersebut masuk ke dalam cekungan di
lempengan ujung motorik, suatu penebalan membran otot di tautan saraf-otot. Di bawah ujung
saraf, membran otot pada lempeng ujung (end-plate) membentuk lipatan (functional fold).

Ruang antara saraf dan membran otot yang menebal sebanding dengan celah sinaptik (synoptic
cleft) pada sinaps. Seluruh bangun tersebut dikenal sebagai tautan saraf-otot (neuromuscular
junction). Hanya satu serat saraf berakhir di tiap end-plate.
Setiap ujung akson saraf motor akan berakhir pada sel otot. Sinapsis antara ujung akson dengan
sel otot dikenal dengan motor end plate/ neuromuscular junction.
Pada saat impuls diberikan pada sel saraf, impuls akan dirambatkan sepanjang akson saraf motor
dan berakhir pada ujung saraf motor. Impuls akan memicu pelepasan asetilkolin yang
selanjutnya menyebar ke celah sinaps. Asetilkolin akan berikatan dengan reseptor menyebabkan
peningkatan permeabilitas membran sel otot (sarkolemma) terhadap ion Na+. Hal ini akan
menimbulkan depolarisasi pada sarkolemma. Impuls akan dirambatkan sepanjang sarkolemma
melalui tubulus T yang akan menyebabkan pelepasan ion kalsium (Ca2+) dari retikulum
sarkoplasma. Kalsium (Ca2+) akan menyebar dalam sitoplasma dan melekat pada troponin C
(TnC). Perlekatan tersebut akan menggeser tropomiosin sehingga perlekatan pada aktin terbuka,
sehingga menyebabkan jembatan silang miosin akan melekat pada aktin (aktomiosin).
Neuromuscular junction adalah tempat dalam tubuh tempat akson dari saraf motorik bertemu
dengan otot dalam upaya transmisi sinyal dari otak yang memerintahkan otot untuk berkontraksi
atau berelaksasi.
Neuro Muscular Junction (NMJ) memiliki cabang terminal akson yang dinamakan juga telodendris
akson merupakan tempat penyimpanan transmitter sinapsis yang disekresi oleh saraf, maka ketika
mendekati ujung saraf akson yang menyarafi serat otot rangka kehilangan selubung mielinnya dan
kemudian bercabang menjadi sejumlah tonjolan akhir (terminal butons) atau kaki-kaki ujung (end-
feet).

Kaki-kaki ujung mengandung banyak vesikel kecil, jernih yang mengandung asetilkolin (Ach),
transmitter pada tautan saraf-otot ini. Ujung-ujung tersebut masuk ke dalam cekungan di
lempengan ujung motorik, suatu penebalan membran otot di tautan saraf-otot. Di bawah ujung
saraf, membran otot pada lempeng ujung (end-plate) membentuk lipatan (functional fold).

Ruang antara saraf dan membran otot yang menebal sebanding dengan celah sinaptik (synoptic
cleft) pada sinaps. Seluruh bangun tersebut dikenal sebagai tautan saraf-otot (neuromuscular
junction). Hanya satu serat saraf berakhir di tiap end-plate.
Setiap ujung akson saraf motor akan berakhir pada sel otot. Sinapsis antara ujung akson dengan
sel otot dikenal dengan motor end plate/ neuromuscular junction. Pada saat impuls diberikan pada
sel saraf, impuls akan dirambatkan sepanjang akson saraf motor dan berakhir pada ujung saraf
motor. Impuls akan memicu pelepasan asetilkolin yang selanjutnya menyebar ke celah sinaps.
Asetilkolin akan berikatan dengan reseptor menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sel
otot (sarkolemma) terhadap ion Na+. Hal ini akan menimbulkan depolarisasi pada sarkolemma.
Impuls akan dirambatkan sepanjang sarkolemma melalui tubulus T yang akan menyebabkan
pelepasan ion kalsium (Ca2+) dari retikulum sarkoplasma. Kalsium (Ca2+) akan menyebar dalam
sitoplasma dan melekat pada troponin C (TnC). Perlekatan tersebut akan menggeser tropomiosin
sehingga perlekatan pada aktin terbuka, sehingga menyebabkan jembatan silang miosin akan
melekat pada aktin (aktomiosin). Kontraksi dapat terjadi akibat terjadinya siklus pada jembatan
miosin 50-100 kali. Proses kontraksi berakhir ketika ion kalsium (Ca2+) ditarik kembali ke
retikulum sarkoplasma dari ikatannya dengan troponin dan menyebabkan tropomiosin menutup
kembali semua tempat perlekatan miosin pada filamen aktin, kemudian otot akan kembali
relaksasi. Jadi keberadaan ion kalsium (Ca2+) pada CES akan menentukan perambatan impuls dari
saraf motor melalui sinapsis dan kontraksi otot. Apabila tidak terdapat ion kalsium (Ca2+) pada
CES akan mampu menyebabkan otot tidak berkontraksi akibat tidak adanya pelepasan asetilkolin
sehingga tidak akan ada ikatan neurotransmiter tersebut dengan reseptornya di sarkolemma.

2.2 Mekanisme Neuromuscular Junction

Otot rangka diaktifkan oleh impuls saraf yang dipacu dengan rangsangan mekanik atau elektrik.
Pengaktifan otot tergantung kepada inervasi serabut otot. Sebuah saraf motorik pada ujung
aksonnya bercabang-cabang dan berbentuk khusus yang disebut "motor end-plate" (lempeng
akhiran) yang berinvaginasi kedalam serabut otot tetapi tetap berada diluar sarkoplasma.
Invaginasi serabut otot itu disebut palung sinaps atau parit sinaps. Antara lempeng akhiran dengan
palung sinaps terdapat ruangan yang disebut celah sinaps.
Potensial aksi masuk ke serabut otot melalui sinapsis antara serabut saraf dan otot (neuromuscular
junction). Di dalam synaptic knob terdapat synaptic vesicles yang mengandung asetilcolin sebagai
neurotransmitter. Pada saat ada sinyal dari otak untuk berkontraksi, vesicles berisi neurotransmitter
melebur ke membran synaptic melepas asetilcolin. Asetilcolin berdifusi melewati synaptic cleft
dan diterima oleh molekul reseptornya yang berupa channel ion Na+ dalam membran sel serabut
otot. Kombinasi keduanya membuka channel Na+ dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
membran sel terhadap ion Na+ dan menghasilkan influx Na+ dalam inisiasi serabut saraf pada
potensial aksi serabut otot. Asetilcolin yang telah mempolarisasi serabut otot dan menghasilkan
potensial aksi kemudian merambatkan potensial aksi tersebut hingga ke dalam tubula transversal.
Di dalam sel otot, potensial aksi menginisiasi terlepasnya Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik ke
dalam sitoplasma. Ca2+ memulai peluncuran filamen dengan memicu pengikatan miosisn ke
aktin. Ototpun berkontraksi. Asetilcolin kemudian dilepas ke synaptic cleft dan serabut otot dan
dihancurkan dengan bantuan enzim asetilcolineterase. Enzim ini menghancurkan struktur satu aksi
potensi dalam sel saraf.
JENIS KONTRAKSI
1. Kontraksi isometrik : otot tidak dapat memendek, ketegangan berubah atau meningkat
selama kontraksi tanpa adanya perubahan panjang otot, merespon panjang yang konstan dari
postural otot pada tubuh. Contoh: pergerakan otot bagian punggung.
2. Kontraksi isotonik : ketegangan konstan pada jumlah tertentu, panjang otot berubah atau
memendek. Contoh: pergerakan tangan atau jari (dominan isotonik).

2.3 Anatomi dan Fisiologi Neuromuscular Junction


 Di bagian terminal dari saraf motorik terdapat sebuah pembesaran yang biasa disebut bouton
terminale atau terminal bulb. Terminal Bulb ini memiliki membran yang disebut juga membran
pre-synaptic, struktu ini bersama dengan membran post-synpatic (pada sel otot) dan celah synaptic
(celah antara 2 membran)membentuk Neuromuscular Junction.
 Membran Pre-Synaptic mengandung asetilkolin (ACh) yang disimpan dalam bentuk vesikel-
vesikel. Jika terjadi potensial aksi, maka Ca+ Voltage Gated Channel akan teraktivasi. Terbukanya
channel ini akan mengakibatkan terjadinya influx Calcium. Influx ini akan mengaktifkan vesikel-
vesikel tersebut untuk bergerak ke tepi membran. Vesikel ini akan mengalami docking pada tepi
membran. Karena proses docking ini, maka asetilkolin yang terkandung di dalam vesikel tersebut
akan dilepaskan ke dalam celah synaptic.
 ACh yang dilepaskan tadi, akan berikatan dengan reseptor asetilkolin (AChR) yang terdapat pada
membran post-synaptic. AChR ini terdapat pada lekukan-lekukan pada membran post-synaptic.
AChR terdiri dari 5 subunit protein, yaitu 2 alpha, dan masing-masing satu beta, gamma, dan delta.
Subunit-subunit ini tersusun membentuk lingkaran yang siap untuk mengikat ACh.
 Ikatan antara ACh dan AChR akan mengakibatkan terbukanya gerbang Natrium pada sel otot,
yang segera setelahnya akan mengakibatkan influx Na+. Influx Na+ ini akan mengakibatkan
terjadinya depolarisasi pada membran post-synaptic. Jika depolarisasi ini mencapai nilai ambang
tertentu (firing level), maka akan terjadi potensial aksi pada sel otot tersebut. Potensial aksi ini
akan dipropagasikan (dirambatkan) ke segala arah sesuai dengan karakteristik sel eksitabel, dan
akhirnya akan mengakibatkan kontraksi.
 ACh yang masih tertempel pada AChR kemudian akan dihidrolisis oleh enzim Asetilkolinesterase
(AChE) yang terdapat dalam jumlah yang cukup banyak pada celah synaptic. ACh akan dipecah
menjadi Kolin dan Asam Laktat. Kolin kemudian akan kembali masuk ke dalam membran pre-
synaptic untuk membentuk ACh lagi. Proses hidrolisis ini dilakukan untuk dapat mencegah
terjadinya potensial aksi terus menerus yang akan mengakibatkan kontraksi terus menerus.

Kontraksi otot adalah keadaan saat otot menegang dan memendek


sehingga kemudian dapat menggerakkan tulang atau rangka tubuhmu.
Lalu, relaksasi itu kebalikannya dong? Yap! Relaksasi adalah kondisi ketika
otot kembali memanjang. Jangan lupa, ya! Kontraksi = memendek, relaksasi
= memanjang. Oh iya, otot yang membuat rangka bergerak disebut dengan
otot rangka. Unit fungsional dari otot rangka disebut dengan sarkomer,
yang tersusun oleh aktin dan miosin.

Wah, apa lagi tuh aktin dan miosin? Aktin adalah protein pembentuk filamen
halus. Aktin ini ada 2 untai, lho. Di dalam aktin ada protein troponin dan
tropomiosin. Selain itu, juga ada sisi untuk pengikatan miosin. Kalau miosin itu
apa, temannya aktin? Miosin adalah protein pembentuk filamen tebal yang
bertugas menarik aktin ketika kontraksi otot terjadi. Wah, jadi mereka
bekerja sama gitu, ya? Betul! Mereka bekerja sama supaya kita bisa
bergerak, nih.
Selain aktin dan miosin, sarkomer ini memiliki daerah-daerah lain di
dalamnya, lho. Ada empat daerah, namanya Pita I, Pita A, Zona H, dan Garis
Z. Apa aja sih yang ada di situ? Pada Pita I hanya ada aktin di dalamnya.
Sementara itu, Pita A memiliki aktin dan miosin sekaligus. Lalu, Zona H hanya
memiliki miosin saja. Nah, Garis Z itu apa, ya? Garis Z itu penghubung antar
sarkomer.

Otot merupakan salah satu komponen yang memungkinkan tubuh bergerak. Otot memiliki
banyak bagian seperti Motor Neuron, Synaptic Vesicle, Synaptic Cleft, Sarkomer, Terminal
Sisternae, dan masih banyak lagi yang membantu terjadinya gerak pada otot. Artikel berikut
akan menjelaskan mekanisme kerja otot saat bergerak secara sederhana.
kontraksi atau gerak pada otot rangka terjadi apabila ada stimulus dari motor neuron. Motor
Neuron merupakan akson sel syaraf yang berhubungan dengan sel otot. Kedua komponen
tersebut akan membentuk struktur persambungan yang dinamakan Neuromuscular Junction.
Motor Neuron akan meneruskan impuls ke sel otot dengan cara mengeluarkan Synaptic
Vesicle (vesicle yang mengandung Acetylcholine) dari akson terminal ke Synaptic Cleft (celah
persambungan axon terminal dengan motor and plate). Synaptic Vesicle ini akan menempel
pada Motor and Plate sehingga menimbulkan perubahan permeabilitas pada
membran Sarkolema (ion natrium masuk dan kalium keluar kemudian terjadi depolarisasi).
Adanya perubahan tersebut membuat Terminal Sisternae mengeluarkan kalsium yang
selanjutnya berperan dalam pergeseran Thin dan Thick Filamen sehingga menimbulkan suatu
gerakan atau kontraksi (pemendekan sarkomer).

Kelemahan Otot
DEFINISI Kelemahan Otot merupakan masalah yang sering terjadi, tetapi seringkali
memberikan arti yang berbeda kepada setiap penderitanya. Beberapa penderita hanya
merasakan lelah. Tetapi pada kelemahan otot yang sejati, meskipun sudah berusaha sekuat
tenaga, kekuatan yang normal tidak akan dicapai. Kelemahan bisa terjadi di seluruh tubuh,
atau hanya terbatas di satu lengan, tungkai, tangan atau jari tangan.
PENYEBAB Kelemahan otot bisa disebebkan oleh kelainan di otot, tendon, tulang atau sendi;
tetapi yang paling sering menyebabkan kelemahan otot adalah kelainan pada sistem saraf.
Kadang kelemahan otot terjadi setelah sembuh dari suatu penyakit dan seringkali timbul
karena penuaan (sarkopenia). Penyebab kelemahan otot
Penyebab
Contoh
Akibat
Kerusakan otak
Stroke atau tumor otak
Kelemahan atau kelumpuhan pada sisi yg berlawanan dengan otak yg mengalami kerusakan
Bisa mempengaruhi kemampuan berbicara, menelan, berfikir & kepribadian
Kerusakan medula spinalis
Cedera pada leher atau punggung, tumor medula spinalis, penyempitan saluran spinal,
sklerosis multipel, mielitis transversus, kekurangan vitamin B12
Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan dan tungkai, hilangnya rasa, nyeri punggung Bisa
mempengaruhi fungsi seksual, pencernaan & kandung kemih
Kemunduran saraf pada medula spinalis
Sklerosis lateral amiotrofik
Hilangnya kekuatan otot tanpa disertai oleh hilangnya rasa
Kerusakan akar saraf spinalis
Ruptur diskus di leher atau tulang belakang bagian bawah
Nyeri leher & kelemahan atau mati rasa di lengan, nyeri punggung bagian bawah, skiatika &
kelemahan atau mati rasa pada tungkai
Kerusakan pada 1 saraf (mononeuropati)
Neuropati diabetik, penekanan lokal
Kelemahan atau kelumpuhan otot & hilangnya rasa di daerah yg dipersarafi oleh saraf yg
terkena
Kerusakan pada beberapa saraf (polineuropati)
Diabetes, sindroma Guillain-Barr?, kekurangan folat, penyakit metabolik lainnya
Kelemahan atau kelumpuhan otot & hilangnya sensasi di daerah yg dipersarafi oleh saraf yg
terkena
Kelainan pada neuromuscular junction
Miastenia gravis, keracunan kurare, sindroma Eaton-Lambert, keracunan insektisida
Kelumpuhan atau kelemahan pada beberapa otot
Penyakit otot
Penyakit Cudhenne (distrofi muskuler) Infeksi atau peradangan (miositis virus akut,
polimiositis)
Kelemahan otot yg progresif di seluruh tubuh Nyeri dan kelemahan otot
Kelainan psikis
Depresi, gejala khayalan, histeria (reaksi konversi), fibromialgia
Kelemahan di seluruh tubuh, kelumpuhan tanpa kerusakan saraf

Anda mungkin juga menyukai