32 Keluaran
Rifaldi Yanis(1),Dringhuzen J. Mamahit,ST.M.Eng(2),Drs.Elia Kendek Allo,Msc.(3),Sherwin R.U.A.
Sompie,ST.MT.(4).
(1)Mahasiswa(2)Pembimbing 1(3)pembimbing 2 (4) Pembimbing 3
Cara kerja rangkaian pada gambar 4 adalah E.3. Pencacah Naik Dan Turun (Up-Down Counter)
sebagai berikut: Counter up-down asinkron adalah rangkaian
a) Output flip-flop yang pertama (QA) akan digital gabungan dari up counter dan down counter.
berguling (menjadi 0 atau 1) setiap pulsa clock Pencacah ini dapat menghitung bergantian antara up
pada sisi negatif/trailing edge atau dari kondisi 1 dan down karena adanya input eksternal sebagai
ke 0. control yang menentukan saat menghitung up dan
b) Output flip-flop yang lainnya akan berguling bila down. Pada rangkaian up/down counter asinkron,
dan hanya bila output flip-flop sebelumnya output dari flip-flop sebelumnya menjadi input clock
berganti kondisi dari 1 ke 0 (sisi negatif/trailing dari flip-flop berikutnya.
edge) juga. Bila dioperasikan sebagai Up counter maka
c) Sebelum sinyal clock dijalankan, pertama kali rangkain tersebut akan melewatkan output Q sebagai
masing-masing flip-flop harus di reset ke sinyal clock flip-flop berikutnya. Bila dioperasikan
keadaan awal menjadi 0000. sebagai Down counter yang dilewatkan adalah Qnot.
d) Setelah sinyal clock dijalankan, pulsa pertama Up counter bekerja bila input kontrol Up = ‘1’ dan
menyebabkan QA berguling dari “0” ke “1” input kontrol Down = ‘0’. Down counter bekerja bila
sehingga rangkaian tersebut mulai menghitung input kontrol Up = ‘0’ dan input kontrol Down = ‘1’.
menjadi 0001. Gambar 6 menunjukan cara menyusun
e) Pulsa clock kedua menyebabkan QA berguling sebuah pencacah up-down. Keluaran flip-flop
dari “1” ke “0” sehingga QB akan berguling dari dihubungkan dengan jaringan pengontrol, sebuah
“0” ke “1” dan hitungannya akan menjadi 0010 sinyal kendali up akan menghasilkan baik
dan seterusnya. pencacahan turun maupun naik. Apabila sinyal up
Dari diagram waktu diatas dapat dilihat merupakan tingkat logika rendah (low), maka Q2, Q1
dengan jelas bahwa QA berguling setiap kali pulsa dan Q0 akan disalurkan ke masukan-masukan clock,
clock pada sisi negatif-nya. QB berguling setiap kali proses ini akan menghasilkan pencacahan turun
sisi negatif dari QA. QC berguling setiap kali sisi (down), dipihak lain apabila sinyal up merupakan
negatif dari QB dan QD bergulingan setiap kali sisi tingkat logika tinggi (high), Q2, Q1, dan Q0 akan
negatif dari QC, dan karena masing-masing flip-flop disalurkan ke masukan-masukan clock maka proses
berfungsi sebagai pembagi dua, maka frekuensi ini akan menghasilkan sebuah pencacah naik (up).
masing-masing output-nya adalah: Gambar 7 menunjukan diagram waktu
QA = ½ frekuensi sinyal clock. pencacahan turun.
QB = ½ frekuensi QA = ¼ frekuensi sinyal
clock.
QC = ½ frekuensi QB = 1/8 frekuensi sinyal
clock.
QD = ½ frekuensi QC = 1/16 frekuensi
sinyal clock.
Dengan demikian didapat suatu pembagi 2n
= 16 (n = banyaknya flip-flop.
Gambar 5. Rangkaian Flip-Flop Pencacah Turun Tak Gambar 7. Diagram Waktu Pencacahan Turun
Sinkron
5
Driver Relay
J3 Q2
sekundernya. 4 buah dioda yang dirangkai menjadi J4 CD4029 Q3
J1 U/D
DC J2 Q1
J3 Q2
+ J4 CD4029 Q3
AC
CLK Q4
CI CO
PE
B/D
Dari hasil pengukuran yang dilakukan dapat Untuk menentukan nilai tahanan yang sesuai
dilihat bahwa tegangan keluaran rata-rata IC LM7805 dengan output tegangan yang diharapkan, dapat
yang dihasilkan adalah sebesar 4,98 V yang secara dihitung sebagai berikut.
teori seharusnya 5 V. Selisih nilai ini dapat
disebabkan akibat tingkat akurasi alat ukur yang • R11 = 250Ω ( .
) = 150Ω
digunakan dan kurang idealnya nilai tegangan pada
rangkaian yang dipengaruhi tahanan dalam alat ukur • R12 = 250Ω ( ) = 350Ω
.
yang bertindak sebagai beban tambahan yang di • R13 = 250Ω ( ) = 750Ω
.
dalam perhitungan tidak merupakan variabel yang
• R14 = 250Ω ( ) = 1550Ω
dihitung. .
• R15 = 250Ω ( .
) = 3150Ω
B. Pengujian Rangkaian Pembagi Tegangan
Dalam pengujian rangkaian pembagi
tegangan ini dilakukan pengukuran besaran tahanan TABEL III. PERHITUNGAN NILAI TAHANAN
dari resistor-resistor penyusunnya dengan
menggunakan multimeter digital. Pengujian ini Vx Rx
dilakukan untuk mengetahui apakah besaran tahanan (V) (Ω)
sudah sesuai dengan nilai tahanan yang diharapkan 2 150
untuk dapat membagi tegangan keluaran menjadi 3 350
variabel yang dibutuhkan. Pengukuran rangkaian
5 750
pembagi tegangan dapat dilihat pada gambar 16.
9 1550
17 3150
- - - - - 00000
- - - - ON 00001
- - - ON - 00010
- - - ON ON 00011
- - ON - - 00100
- - ON - ON 00101
- - ON ON - 00110
- - ON ON ON 00111
- ON - - - 01000
- ON - - ON 01001
- ON - ON - 01010
- ON - ON ON 01011
- ON ON - - 01100
- ON ON - ON 01101
- ON ON ON - 01110
- ON ON ON ON 01111
ON - - - - 10000
ON - - - ON 10001
ON - - ON - 10010
ON - - ON ON 10011
ON - ON - - 10100
ON - ON - ON 10101
ON - ON ON - 10110
ON - ON ON ON 10111
ON ON - - - 11000
ON ON - - ON 11001
ON ON - ON - 11010
ON ON - ON ON 11011
ON ON ON - - 11100
ON ON ON - ON 11101
ON ON ON ON - 11110
ON ON ON ON ON 11111
Gambar 17. Kombinasi Biner 00001 Untuk Tegangan 2V
C. Pengujian Rangkaian Up-Down Counter
Pengujian rangkaian up-down counter
dilakukan untuk membuktikan apakah keluran logika
sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Pada
pengujian rangkaian up-down counter ini penulis
menguji dengan menggunakan LED pada pin output
up-down counter untuk melihat perubahan logika
dengan memberikan input “0” dan “1”. Pada gambar
17 dibawah ini dapat dilihat pengujian dilakukan
dengan menggunakan 5 buah LED.
Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada
tabel V.
Gambar 17 menunjukan cara pengujian
rangkaian up-down counter sedangkan Gambar 18
menunjukkan kombinasi biner 00001 untuk tegangan
2V.
Pengukuran tegangan keluaran juga dapat • Pada saat logika 10101 : = 1.25 (1 +
dihitung sebagai berikut. ) = 22 V
• Pada saat logika 00000 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 10110 : = 1.25 (1 +
) = 1.25 V ) = 23 V
• Pada saat logika 00001 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 10111 : = 1.25 (1 +
)=2V ) = 24 V
• Pada saat logika 00010 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11000 : = 1.25 (1 +
)=3V ) = 25 V
• Pada saat logika 00011 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11001 : = 1.25 (1 +
)=4V ) = 26 V
• Pada saat logika 00100 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11010 : = 1.25 (1 +
)=5V ) = 27 V
• Pada saat logika 00101 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11011 : = 1.25 (1 +
)=6V ) = 28 V
• Pada saat logika 00110 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11100 : = 1.25 (1 +
)=7V ) = 29 V
• Pada saat logika 00111 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11101 : = 1.25 (1 +
)=8V ) = 30 V
• Pada saat logika 01000 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11110 : = 1.25 (1 +
)=9V ) = 31 V
• Pada saat logika 01001 : = 1.25 (1 + • Pada saat logika 11111 : = 1.25 (1 +
) = 10 V ) = 32 V
• Pada saat logika 01010 : = 1.25 (1 +
) = 11 V
• Pada saat logika 01011 : = 1.25 (1 +
) = 12 V
• Pada saat logika 01100 : = 1.25 (1 +
) = 13 V
• Pada saat logika 01101 : = 1.25 (1 +
) = 14 V
• Pada saat logika 01110 : = 1.25 (1 +
) = 15 V
• Pada saat logika 01111 : = 1.25 (1 +
) = 16 V
• Pada saat logika 10000 : = 1.25 (1 +
) = 17 V
• Pada saat logika 10001 : = 1.25 (1 +
) = 18 V
• Pada saat logika 10010 : = 1.25 (1 +
) = 19 V
• Pada saat logika 10011 : = 1.25 (1 +
) = 20 V
• Pada saat logika 10100 : = 1.25 (1 +
) = 21 V
Gambar 19. Pengukuran Variabel Tegangan Keluaran
11
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Irawan, “Pintar Elektronika, Jilid 2”, Penerbit Bahagia,
Pekalongan, 1991.
[2] R. Blocher, “Dasar Elektronika”, Penerbit ANDI,
Yogyakarta, 2003.
[3] I. Gottlieb, “Catu Daya-Switching Regulator”, Penerbit
Gramedia, Jakarta, 1992.
[4] G. Hanapi, “Prinsip-Prinsip Elektronik, Edisi 2”, Penerbit
Erlangga, Surabaya, 1996.
[5] K. F. Ibrahim, “Teknik Digital”, Penerbit ANDI, Yogyakarta,
1996.
[6] A. Maini, “Digital Electronics”, Penerbit John Wiley &
Sons, West Sussex, 2007.
[7] F. Petruzella, “Elektronika Industri”, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 1996.
[8] S. Rangkuti, “Mikrokontroler ATMEL AVR”, Penerbit
Informatika, Bandung, 2002.