Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Disusun Oleh :
Eri Zuimatus Sa’diyah
PKB 2017
17030194064
1
dari K. Akibatnya persamaan tidak dapat diterapkan. Penyelesaian terhadap
matriks kalibrasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis regresi
linier seperti halnya pada pembentukan kurva kalibrasi biasa.
Analisis sejumlah komponen didalam larutan dengan metode
spektrofotometri, dimungkinkan dengan adanya sifat aditif dari absorbansi
masing-masing komponen. Ketelitian kemampuan cara ini tergantung pada
ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan memberikan perbedaan
kontras pada masing-masing absorbansi dan pemilihan faktor koreksi terhadap
konsentrasi komponen asing yang tidak terukur. Analisis kuantitafif dapat
diketahui dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang
gelombang maksimum yang digunakan dalam pengukuran absorbansi larutan
standar maupun larutan sampel ditentukan dengan mengukur nilai absorbansi
maksimum konsentrasi larutan standar.
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Percobaan ini melibatkan larutan baku metil merah
untuk menetukan panjang gelombang optimum. Larutan HCl, dan NaOH untuk
menentukan pergeseran panjang gelombang dalam beberapa keadaan (asam,
basa, dan netral). Selain itu, untuk menentukan konsentrasi dari sampel. Hal
tersebut dapat diketahui dengan melakukan percobaan ini.
1.3 Tujuan
a. Untuk menentukan pergeseran panjang gelombang untuk penambahan
asam, basa, dan netral
2
b. Untuk menentukan panjang gelombang optimum dengan larutan
konsentrasi terendah
c. Untuk menentukan absorbansi terendah
d. Untuk menentukan konsentrasi sampel.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
UV-Vis banyak digunakan dalam penentuan kadar suatu sampel.
Spektrofotometer UV-Vis memiliki panjang gelombang UV 200 – 400 nm
dan panjang gelombang Visible 400 – 700 nm. Pemilihan kedua panjang
gelombang tersebut didasarkan pada keterbacaan absorbansi suatu analit
(Ngibad, 2019).
2.2. Absorbsi cahaya
Cahaya Tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh
radiasi elektromagnetik. Spektrum cahaya Tampak terdiri dari komponen-
komponen merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-
masing warna mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang
banyak dipergunakan untuk menyatakan panjang gelombang adalah
Angstrom, 1 A = 10-10 meter. Perkiraan panjang gelombang warna-warna
dalam daerah Cahaya Tampak dapat dilihat pada Tabel berikut
5
tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan.
Absorban adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan atau
komponen kimia tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan
memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud bersifat
monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu. Persyaratan
hukum Lambert-Beer antara lain radiasi yang digunakan harus
monokromatik, energi radiasi yang di absorbsi oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia, dan sampel (larutan) yang mengabsorbsi harus
homogen. Prinsip kerja spektrometer dapat dilihat pada gambar berikut
(Apratiwi, 2016).
6
Pada beberapa buku ditulis juga :
A = E.b.c
Dimana, A = absorban (serapan)
E = koefisien ekstingsi spesifik (ml g-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
c= konsentrasi (gram/100 ml)
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan
yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut (Mukti, 2013) :
a) Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
b) Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
c) Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal
kuvet) yang sama.
d) Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya
larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan
cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam
larutan.
e) Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi
2.5. Penentuan Sampel atau Analit
Instrumen modern bisa menampilkan data dalam persen transmitan,
T atau absorban, A. Untuk menentukan konsentrasi analit, bisa dilakukan
dengan mengukur banyaknya cahaya yang diabsorbsi sampel dengan
menggunakan hukum Beer. Jika koefisien ekstingsi molar tidak diketahui,
maka konsentrasi bisa diukur dengan menggunakan kurva kalibrasi absorban
vs konsentrasi dari larutan standar yang dibuat. Larutan standar dibuat dalam
berbagai konsentrasi yang terukur, kemudian diukur absorbannya. Setelah itu
dibuat hubungan antara konsentrasi dengan absorban atau dapat juga dengan
mencari koefisien ekstingsi molar (ε) dari larutan standar tersebut dengan
memakai persamaan garis lurus (Dachriyabus, 2003).
7
Analisa data statistik digunakan sebagai salah satu metode validasi
yang berguna sebagai pembuktian untuk mengetahui keabsahan, kualitas dan
kesesuaian data yang diperoleh dari proses analisisa. Metode validasi untuk
spektrofotometer UV-Vis menggunakan beberapa parameter seperti:
linearitas, akurasi, presisi. Variasi konsentrasi mempengaruhi warna
kompleks yang dihasilkan, dimana semakin besar konsentrasi intensitas
warna kompleks yang terlihat semakin tinggi. Terbukti bahwa larutan dengan
variasi konsentrasi 5 ppm mempunyai intensitas warna lebih tinggi. Kurva
kalibrasi dapat dikatakan baik apabila kurva tersebut telah memenuhi syarat,
yakni konsentrasi dan absorbansi berada pada 1 garis linieritas dan memiliki
regresi linear (R2) dimana nilai tersebut dikatakan baik apabila berada pada
kisaran 0,9 ≤ R2 ≤ 1 (Anjarsari, 2015).
8
Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur
sampel yang terletak pada daerah UV.
b. Monokromator. Berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak
digunakan adalah gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika
digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya.
c. Tempat sampel. Spektrofotometer UV-Vis menggunakan kuvet sebagai
wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa
atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki
kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS).
d. Detektor. Berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detektor yang biasa
digunakan: a) Phototube dengan jangkauan panjang gelombang ( λ) 150
– 1000 nm. b) Photomultiplier dengan jangkauan panjang gelombang (
λ) 150 – 1000 nm.
e. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detektor.
2.7. Faktor-faktor kesalahan penggunaan spektrofotometer
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit (Mukti, 2013) :
a. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna
b. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3.Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
9
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).
2.8. Metil merah
Indikator asam basa adalah suatu senyawa organik yang dapat
berubah warna dengan berubahnya pH, biasa digunakan untuk membedakan
suatu larutan bersifat asam atau basa dengan cara memberikan perubahan
warna yang berbeda pada larutan asam dan basa. Indikator asam basa yang
sering digunakan di Laboratorium kimia saat ini adalah indikator sintesis.
Setiap indikator sintesis memiliki karakteristik berupa trayek pH yang
ditunjukkan oleh perubahan warna pada kondisi asam dan basa serta harga
tetapan indikator (Rahmawati, 2016).
Metil merah (2-(N,N-dimethyl-4-aminophenyl)
azobenzenecarboxylic acid), disebut juga C.I. Acid Red 2, adalah indikator
warna yang berubah menjadi merah dalam larutan asam. Ini merupakan zat
warna azo, dan berbentuk bubuk kristal berwarna merah gelap. Metil merah
adalah indikator pH; berwarna merah pada pH di bawah 4,4; kuning pada pH
6,2; dan jingga pada pH di antaranya. Memiliki pKa 5,1. Berikut struktur
metil merah
10
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat
1. Spektofotometer UV-vis 1 buah
2. Labu ukur 10 mL 1 buah
3. Labu ukur 50 mL 1 buah
4. Gelas ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas kimia 3 buah
6. Tabung reaksi 5 buah
7. Pipet tetes 3 buah
3.2 Bahan
1. Larutan baku metil merah 50 ppm 1 mL
2. Aquades secukupnya
3. HCl 0,4 M 2 mL
4. NaOH 0,4 M 2 mL
3.3 Prosedur
3.3.1 Penentuan Pergeseran panjamg gelombang
a. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 10
mL, encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Ukur
absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan blangko
akuades.
b. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 10
mL, tambahkan 2 mL HCl 0,4 M, encerkan dengan akuades sampai
tanda batas. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600
nm dengan blangko akuades.
c. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 10
mL, tanbahkan 2 mL NaOH 0,4 M, encerkan dengan akuades sampai
tanda batas. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600
nm dengan blangko akuades.
11
d. Tentukan panjang gelombang optimum metil merah dalam suassana
asam, basa dan netral.
3.3.2 Penentuan panjang gelombang optimum dengan larutan konsentarsi
terendah
Masukkan larutan standar dengan konsentrasi terendah ke dalam
kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi menggunakan panjang
gelombang 300-600 nm. Buatalah kurva serapan (A vs 𝜆). Tentukan
panjang gelombang optimum larutan.
3.3.3 Penentuan absorbansi standar
Masukkan larutan standar dimulai dengan konsentrasi terendah ke
dalam kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi menggunakan panjang
gelombang optimum. Lakukan langkah (1) dan (2) untuk setiap
konsentrasi larutan standar. Buatalah kurva serapan (A vs C) Tentukan
persamaan kurvanya
3.3.4 Penentuan konsentrasi sampel
Masukkan larutan sampel metil merah dengan konsentrasi tertentu
ke dalam kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi menggunakan panjang
gelombang optimum. Catat absorbansinya. Hitung konsentrasi laruta
metil merah menggunakan persamaan kurva kalibrasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13