Psikolog
FAKULTAS PSIKOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai ”Perilaku Abnormal pada Anak-anak dan Remaja” Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah Psikologi
Abnormal yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya
menyusun makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan perbedaan antara perilaku normal dan abnormal pada anak-
anak dan remaja serta peran keyakinan budaya dalam menentukan
abnormalitas?
2. Bagaimana dampak kekerasan terhadap anak?
3. Bagaimana ciri-ciri utama gangguan spectrum autism serta cara
memahami dan menanganinya?
4. Bagaimana cirri-ciri utama dan penyebab disabilitas intelektual?
5. Bagaimana jenis-jenis kekurangan yang diasosiasikan dengan
gangguan pembelajaran serta cara memahami dan menangani
gangguan pembelajaran?
6. Apa definisi dari gangguan komunikasi dan apa saja jenis-jenisnya?
7. Bagaimana ciri-ciri utama gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas (ADHD), gangguan sikap menentang, dan
gangguan tingkah laku?
8. Apa sajakah factor-farktor penyebab ADHD dan bagaimana
penanganannya?
9. Bagaimana ciri-ciri utama dari kecemasan dan depresi pada anak-anak
serta remaja?
10. Apa sajakah factor resiko bunuh diri di kalangan remaja?
11. Bagaimana ciri-ciri utama dari gangguan eliminasi dan apa saja
metode penanganan dari kebiasaan mengompol?
C. Tujuan Masalah
1. menjelaskan perbedaan antara perilaku normal dan abnormal pada
anak-anak dan remaja serta peran keyakinan budaya dalam
menentukan abnormalitas
2. Menjelaskan dampak kekerasan terhadap anak
3. Menjelaskan ciri-ciri utama gangguan spectrum autism serta cara
memahami dan menanganinya
4. Menjelaskan ciri-ciri utama dan penyebab disabilitas intelektual
5. Mengidentifikasi jenis-jenis kekurangan yang diasosiasikan dengan
gangguan pembelajaran serta menjelaskan cara memahami dan
menangani gangguan pembelajaran
6. Mendefinisikan gangguan komunikasi dan mengidentifikasi jenis-
jenisnya
7. Menjelaskan ciri-ciri utama gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas (ADHD), gangguan sikap menentang, dan
gangguan tingkah laku
8. Menjelaskan factor-farktor penyebab ADHD dan penanganannya
9. Menjelaskan ciri-ciri utama dari kecemasan dan depresi pada anak-
anak serta remaja
10. Mengidentifikasi factor resiko bunuh diri di kalangan remaja?
11. Menjelaskan ciri-ciri utama dari gangguan eliminasi dan apa saja
metode penanganan dari kebiasaan mengompol
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak pola perilaku yang mungkin kita anggap abnormal pada orang
dewasa seperti ketakutan yang berlebihan kepada orang asing dan kurangnya
kontrol terhadap keinginan buang air kecil dianggap normal bagi anak-anak pada
usia tertentu. Banyak anak-anak yang salah didiagnosis ketika klinisi tidak
mempertimbangkan ekspektasi tumbuh kembangnya.
C. Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual atau ID (yang disebut juga dengan gangguan
perkembangan intelektual).Ciri utama ID adalah gangguan umum dalam
perkembangan intelektual.Disabilitas intelektual sebelumnya disebut retardasi
mental, adalah istilah diagnostik yang dikenakan pada individu yang memiliki
keterbatasan atau kekurangan yang signifikan dan rentang yang luas dalam
perkembangan fungsi intelektual dan perilaku adaptif.
Disabilitas intelektual dimulai sebelum usia 18 tahun selama pertumbuhan
anak dan berlanjut selama hidupnya. Namun, banyak anak yang menderita ID
menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu, terutama jika mereka
memperoleh dukungan, bimbingan, dan kesempatan pendidikan yang
besar.Mereka yang dibesarkan di lingkungan yang kurang mendukung dapat
mengalami kegagalan untuk menjadi lebih baik atau mungkin malah
memburuk.Disabilitas intelektual didiagnosis berdasarkan IQ yang rendah dan
penurunan fungsi adaptif yang terjadi sebelum usia 18 tahun, yang
mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam memenuhi standar fungsi
independen dan tanggung jawab sosial yang diharapkan.
Penyebab Disabilitas Intelektual
Penyebab ID meliputi faktor bilogis, psikosial, atau kombinasi
keduanya.Penyebab biologis meliputi gangguan kromosom dan genetik,
infeksi menular, dan penggunaan alkohol oleh ibu selama masa
kehamilan.Penyebab psikososial meliputi paparan pada lingkungan rumah
yang buruk yang ditandai dengan kurangnya aktivitas yang menstimulasi
secara intelektual selama masa kanak-kanak.
Sindrom Down dan Abnormalitas Kromosom Lainnya
Sindrom Down, ditandai oleh adanya kelebihan kromosom pada
pasangan kromosom ke-21, sehingga menyebabkan kromosom nenjadi
47 dan bukan 46 seperti pada individu normal. Sindrom Down terjadi
pada sekitar 1 dari 800 kelahiran.Sindrom ini biasanya terjadi ketika
pasangan kromosom ke-21 pada sel telur atau sperma gagal membelah
secara normal sehingga menghasilkan kromosom ekstra.
Orang yang mengalami sindrom down dapat dikenali melalui ciri-
ciri fisik yang berbeda; seperti wajah bulat, hidung yang lebar dan
datar, serta lipatan kecil yang melengkung ke bawah pada kulit di
ujung mata, yang memberi kesan mata sipit.Lidah yang menjulur,
tangan yang kecil dan berbentuk persegi serta jari-jari yang pendek,
jari kelingking yang melengkung, serta ukuran lengan dan kaki yang
kecil serta tidak proposional dengan keseluruhan tubuh mereka juga
merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down.Hampir semua anak-
anak menderita ID dan banyak di antaranya mengalami masalah
fisik.Seperti kelainan pada pembentukan jantung dan kesulitan
pernapasan.Sedihnya lagi, rata-rata harapan hidup pasien sindrom
down hanya 49 tahun.Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, orang yang
menderita sindrom down cenderung kehilangan ingatan dan
mengalami emosi yang kekanak-kanakan, yang merupakan bentuk
demensia.
Anak-anak dengan sindrom down mengalami berbagai kekurangan
dalam hal pembelajaran dan pertumbuhan.Mereka cenderung tidak
terkoodinasi dan kurang memiliki tekanan otot yang cukup sehingga
mereka sulit untuk melakukan tugas fisik dan bermain seperti anak-
anak lainnya.Anak-anak dengan sindrom down mengalami kelemahan
ingatan, terutama atas informasi yang diberikan secara verbal,
sehingga sulit untuk belajar di sekolah.
Abnormaitas kromosom menyebabkan banyak penyakit genetik
dan meliputi perubahan jumlah kromosom dan struktur kromosom
tersebut. Abnormalitas kromosom terjadi pada 7,5% konsepsi tetapi
hanya 0,5-1& dari bayi yang lahir hidup. Sekitar setengah dari
keguguran spontan disebabkan oleh abnormalitas kromosom.
Perubahan jumlah kromosom disebabkan oleh kromosom yang tidak
terpisah dengan benar saat meiosis atau mitosis, misalnya sindrom
down yang disebabkan tiga kromosom 21 (trimosi 21) yang tampaknya
berhubungan dengan usia ibu, tetapi faktor usia ibu tersebut tidak
umum terjadi pada semua gangguan kromosom.
Faktor-Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi atau
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Penyakit ibu selama
mengandung dapat ditularkan kepada fetus dan berefek sangat tragis
pada fetus tersebut. Meskipun ibu hanya mengalami gejala-gejala
ringan atau tidka merasakannya sama sekali. Penyakit ibu yang dapat
menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan
herpes genital. Selain itu, obat-obatan yang digunakan ibu selama
kehamilan dapat memengaruhi bayi melalui plasenta, misalnya saja ibu
yang meminum alkohol. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan
oksigen atau cedera kepala, menempatkan anak pada risiko yang lebih
besar terhadap gangguan neurologis, termasuk retardasi mental.
Kelahiran prematur misalnya, dapat menimbulkan risiko retardasi
mental dan gangguan perkembangan lainnya.
Gangguan Menulis
Gangguan menulis mengacu pada seseorang (umumnya anak-anak)
dengan keterbatasan kemampuan menulis yang dapat muncul dalam
bentuk kesalahan mengeja, tata bahasa, tanda baca ataupun kesulitan
dalam membentuk kalimat dan paragraf. Kesulitan menulis yang parah
umumnya tampak pada anak kelas 2 SD, walaupun kasus-kasus lebih
ringan mungkin tidak dikenali sampai kelas 5 SD atau setelahnya
ADHD dapat dibagi menjadi tiga sub tipe. Tiga sub tipe tersebut
adalah tipe predominan tidak adanya perhatian, tipe predominan
hiperaktif/impulsif, dan tipe kombinasi yang ditandai oleh tidak
adanya perhatian dan hiperaktivitas-impusivitas tingkat tinggi (APA
dalam Nevid dkk, 2003).
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun terdapat
pengaruh dari faktor biologis dan lingkunga. Kring dkk (2012)
menjelaskan etiologi ADHD bahwa beberapa faktor yang dapat
menjadi penyebab ADHD adalah faktor genetik. Selain itu, faktor
neurobiologis yang berkaitan dengan struktur otak yang abnormal
akibat faktor prenatal dan keracunan dari lingkungan. ADHD lebih
banyak terjadi pada anak-anak yang ibunya merokok selama
kehamilan daripada anak-anak lain (Milberger dkk. dalam Nevid dkk.,
2003). Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan kerusakan
otak selama perkembangan prenatal. Faktor penyebab lainnya adalah
faktor psikososial seperti tingginya konflik dalam keluarga, stress
emosional selama kehamilan, dan buruknya pengasuhan orang tua
dalam menangani gangguan perilaku anak.
Penanganan ADHD umumnya ditempuh dengan dua cara, yaitu
terapi obat dan terapi psikologis. Terapi obat dilakukan dengan
memberikan obat-obatan stimulan seperti Ritalin untuk membuat anak
lebih tenang dan perhatian, misalnya pada tugas sekolah. Terapi
psikologis diberikan dalam bentuk terapi kognitif-behavioral (CBT)
untuk membantu mengembangkan perilaku yang lebih tepat dan
keterampilan memperhatikan.
G. Gangguan Eliminasi
Bagi beberapa anak masalah dalam pengendalian eliminasi masih tetap
ada dalam bentuk enuresis dan enkopresis.
Enuresis
Enuresis adalah kegagalan untuk mengontrol urinasi setelah
seseorang mencapai usia normal untuk mampu mencapai kontrol itu
bervariasi di antara para klinisi. Untuk diagnosis sebagai menderita
enuresis menurut DSM, anak-anak harus berusia minimal 5 tahun atau
pada tingkat perkembangan yang setara dan memenuhi kriteria berikut:
a) Mengompol berulang kali di seprai atau celana (baik
disengaja ataupun tidak disadari)
b) Mengompol setidaknya terjadi dua kali seminggu selama
tiga bulan atau menyebabkan kesulitan atau penurunan
fungsi yang signifikan
c) Tidak ada dasar medis atau organik pada gangguan ini:
gangguannini juga bukan disebabkan oleh penggunaan satu
obat medikasi.
Enuresis seperti banyak gangguan perkembangan lainnya, lebih
sering terjadi pada anak laki-laki. Enuresis dapat sangat merepotkan,
terutama bagi anak-anak yang sudah besar. Mengompol biasanya
terjadi pada waktu tidur di malam hari saja, selama jam bangun saja,
atau saat tidur malam maupun saat jam bangun. Enuresis pada saat
tidur malam saja adalah jenis yang paling umum, dan enuresis yang
muncul pada saat tidur disebut juga sebagai bed-wetting. Melakukan
kontrol kandung kemih pada malam hari jauh lebih sulit ketimbang
pada siang hari. Semakin muda usia anak yang sedang dilatih,
semakin besar kemungkinaan ia akan mengompol di tempat tidur pada
malam hari. Mengompol biasanya terjadi pada tahapan tidur yang
paling nyenyak dan dapat mencerminkan ketidakmatangan sistem
syaraf.
A. Kesimpulan
Berbagai gangguan atau perilaku abnormal dapat terjadi pada anak-
anak yang berkembang hingga remaja, bahkan hingga dewasa. Gangguan
tersebut umumnya berupa gangguan neurologis-perkembangan. Gangguan
lainnya berupa gangguan tingkah laku, gangguan eliminasi, gangguan
kecemasan dan gangguan mood. Gangguan lainnya yang tidak dijelaskan
dalam makalah ini adalah gangguan makan dan gangguan tidur. Gangguan
ini umumnya tidak memiliki dasar neurologis-fisiologis atau dasar medis
yang jelas. Gangguan-gangguan tersebut dapat mengakibatkan hendaya
dalam berbagai fungsi kehidupan seperti fungsi sosial,
akademik/pendidikan dan pekerjaan.
Gangguan tersebut menganggu individu untuk bisa berfungsi
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Penyebab berbagai
gangguan umumnya merupakan variasi dari faktor genetika dan faktor
lingkungan (nature dan nurture). Penanganan yang dilakukan dapat
berupa terapi dengen pendekatan medis dan pendekatan psikologis. Terapi
yang lebih efektif melibatkan berbagai pendekatan psikologis untuk
gangguan-gangguan tertentu.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah yang telah kami buat ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami selaku penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mencapai kesempurnaan
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kring, et.al. (2012). Abnormal Psychology. Twelfth Edition. USA: John Wiley &
Sons, Inc.
Nevid J.S., Rathus S.A. & Green B. (2018). Psikologi Abnormal. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.