Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Bab VIII)


mengamanatkan bahwa Upaya Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,
perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan
kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya pembinaan gizi
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan
masalah gizi, pentahapan dan prioritas pembangunan nasional.
Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2010-2014 adalah perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran jangka menengah
perbaikan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi
setinggi-tingginya 15% dan prevalensi pendek (stunting) menjadi setinggi-tingginya 32%
pada tahun 2014.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut telah disusun Kegiatan Pembinaan Gizi
Masyarakat 2010-2014, sebagai penjabaran operasional Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2010-2014. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 berisikan
tujuan, sasaran operasional, kebijakan teknis dan strategi operasional serta kegiatan
pokok dan pentahapan indikator setiap tahun.
Pedoman Kerja Program Perbaikan Gizi Masyarakat merupakan upaya percepatan
pencapaian sasaran Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan melalui
penajaman prioritas dan strategi penggerakan yang dikembangkan berdasarkan
kecenderungan capaian dan hambatan pelaksanaan pembinaan gizi selama ini. Adanya
inisiatif baru seperti pencegahan stunting, penerapan pola konsumsi makanan dan
aktivitas fisik untuk mencegah penyakit tidak menular memerlukan penyesuaian terhadap
strategi yang ada. Di sisi lain, adanya terobosan baru di bidang pembiayaan kesehatan
khususnya dengan diluncurkannya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan
Persalinan (Jampersal), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan berbagai
inisiatif pembiayaan lain perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Dalam penanganan masalah kesehatan dibutuhkan pelayanan terpadu secara lintas
program dan lintas sektoral melalui pendekatan, perencanaan dan penganggaran
kesehatan terpadu sebagai masukan perencanaan usulan kesehatan Puskesmas. Dalam
menyusun anggaran tahun 2014 Puskesmas Beber mencoba menggunakan pendekatan
perencanaan kesehatan dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
membangun kesehatan dan penanganan masalah kesehatan secara terpadu melalui
kegiatan lintas program dan lintas sektoral.
Sesuai dengan visi UPT Puskesmas DTP Beber yakni “Terwujudnya Puskesmas
Beber sebagai Puskesmas unggulan dalam kualitas pelayanan kepada masyarakat untuk
kesehatan mandiri”.

B. TUJUAN PEDOMAN

a. Tujuan Umum

Tujuan dibuatnya pedoman kerja program perbaikan gizi masyarakat di UPT


Puskesmas DTP Beber adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan program
perbaikan gizi masyarakat.

b. Tujuan Khusus
 Sweeping Vitamin A : Memberikan kapsul Vit A kepada balita yang belum
mendapat vit A di posyandu.
 Sweeping BPB : Mengukur BB/TB dan menimbang BB balita yang tidak datang
pada pelaksanaan BPB.
 Validasi hasil BPB : Mengukur Ulang BB/PB dan Menimbang ulang BB pada saat
pelaksanaan BPB hasil pengukuran dan penimbangannya status gizi balita buruk dan
sangat kurus.
 Pemberian PMT-P balita gizi kurang/kurus tujuannya untuk meningkatkan status
gizi balita
 Pendampingan Kader dalam Pemberian PMT-P Balita gizi kurang adalah untuk
melaksanakan pemberian PMT - P serta memantau kenaikan BB Balita gizi kurang
 Pendampingan Petugas dalam pemberian PMT-P Balita Gizi kurang adalah untuk
Memantau kenaikan BB Balita gizi kurang.
 Pemberian PMT Bumil KEK adalah untuk Menaikan Berat Badan Bumil.
 Pendampingan Kader dalam Pemberian PMT-P Bumil KEK ( LILA < 20 cm )
adalah Melaksanakan pemberian PMT - P serta memantau kenaikan BB Bumil
KEK.
 Pendampingan Petugas dalam pemberian PMT-P adalah untuk memantau kenaikan
BB Bumil KEK.
 Pendataan KADARZI adalah untuk mengetahui Keluarga yang sudah sadar gizi.
 Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium tingkat masyarakat adalah untuk
Mengetahui garam yang dikonsumsi oleh masyarakat mengandung yodium atau
tidak.
 Pemberian Suplementasi Tablet Fe kepada remaja putrid adalah untuk Memberikan
edukasi kepada remaja putri tentang anemia dan cara pencegahannya.
 Penyuluhan ASI Eksklusif adalah untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Beber

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas pada dasarnya dibagi tiga kegiatan, yaitu :

1. Kegiatan Promotif
Kegiatan promotif adalah salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan pelihara
masyarakat di bidang Gizi masyarakat dalam rangka tercapainya perilaku hidup sehat,
misalnya dengan memberikan penyuluhan mengenai pedoman gizi seimbang.

2. Kegiatan Preventif
Kegiatan preventif yaitu suatu usaha kegiatan untuk mencegah suatu masalah kesehatan/
penyakit masyarakat di bidang Gizi seperti pemberian makanan tambahan-pemulihan (PMT-
P) pada balita gizi kurang supaya status balita yang diberi PMT-P meningkat.

3. Kegiatan Kuratif
Kegiatan kuratif adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengobati orang sakit seperti
dalam program gizi yaitu TFC (Therapeutic Feeding Centre ) adalah pusat pemulihan balita
yang status gizinya sangat kurus mendapatkan perawatan sampai status gizinya baik

D. BATASAN OPERASIONAL

1. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal,
mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut
KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan :
 Menimbang berat badan secara teratur.
 Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
(ASI eksklusif).
 Makan beraneka ragam.
 Menggunakan garam beryodium.
 Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi)

2. Balita ditimbang berat badannya (D/S) Balita ditimbang berat badannya adalah jumlah
balita yang ditimbang dibagi jumlah balita yang ada di wilayah posyandu (D/S x 100
%) hasilnya minimal harus mencapai 85%.
3. Balita (6-59 bln) mendapat kapsul vitamin Adalah suatu kegiatan pemberian Kapsul
vitamin A biru (100.000 SI) bagi bayi (6-11bln) dan bagi balita (12-59 bln) secara
periodik pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. pemberian suplementasi
kapsul vitamin A sebanyak2 kali setahun pada balita merupakan salah satu intervensi
kesehatanyang berdaya ungkit tinggi bagi pencegahan kekurangan vitamin A dan
kebutaan.
4. Ibu hamil mendapat tablet Fe 90 tablet adalah suatu kegiatan Pemberian Tablet Tambah
Darah untuk mengurangi anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil.
Suplementasi tablet besi merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia, karena jenis anemia terbanyak di Indonesia adalah anemia
akibat kekurangan besi. Sebaiknya ibu hamil mulai minum tablet besi begitu
mengetahui hamil dan setiap hari satu tablet paling sedikit 90 tablet selama masa
kehamilannya. Lebih baik bila lebih dari 90 hari sampai melahirkan.
5. Ibu Nifas mendapat 2 kapsul vitamin A Adalah suatua kegiatan pemberian 2 kapsul
vitamin A merah (200.000 SI) kepada ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu
setelah kelahiran bayi (0- 42 hari). Ibu nifas harus diberikan kapsul VitaminA dosis
tinggi karena:
 Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
Vitamin A dalam ASI selama 60 hari
 Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan
Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
 Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
 Mencegah infeksi pada ibu nifas
6. Rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium adalah jumlah rumah tangga yang
mengonsumsi garam cukup yodium (> 30 ppm) dibagi dengan jumlah seluruh rumah
tangga yang diperiksa di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Garam
beryodium adalah garam Natrium Chlorida (NaCl) yang diproduksi melalui proses
yodisasi yang memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) mengandung kalium iodat
(KIO3) > 30 ppm.
7. Gizi buruk mendapat perawatan Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun (anak usia 0
s/d 59 bulan) yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
 Gizi buruk adalah status gizi berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut
panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) dengan nilai Z-score < -3 SD dengan
atau tanpa gejala klinis
 Ditangani/dirawat adalah tindakan yang diberikan kepada balita gizi buruk yang
ditemukan mulai dari rujukan, klarifikasi dan konfirmasi, pengobatan dan
pemberian makanan tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat jalan
maupun rawat inap.
8. Bayi (0-6 bln) mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang sejak lahir sampai usia 6 bulan
hanya mendapatkan ASI saja tanpa pemberian makanan dan minuman lain. bayi usia
0 – 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5
bulan29 hari yang diberikan ASI saja selama sehari sebelumdilakukan pencatatan
(recall 24 jam) dibagi denganjumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29
hariyang ada pada saat dilakukan pencatatan di wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
9. Pasien yang dirawat mendapatkan pelayanan gizi sesuai dengan penyakit yang diderita
Pasien rawat inap adalah orang sakit yang dirawat di puskesmas dan mendapat
pelayanan makanan oleh ahli gizi dan petugas pelayanan makanan. Pelayanan gizi
rawat inap adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita.

E. LANDASAN HUKUM DAN ACUAN


1. Undang – Undang No.36 tahun 2009 Pasal 141
 Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat
 Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang
 Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan
 Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi
 Peningkatan sistem kewaspadaan pangan gizi (SKPG)
2. PETUNJUK PELAKSANA SURVEILANS GIZI KEMENTRIAN KESEHATAN RI
“Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi”
3. BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK “Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi”
4. PEDOMAN PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit)
5. PEDOMAN PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS “Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi”
6. PEDOMAN GIZI SEIMBANG
BAB II
STANDAR KETENAGAAN GIZI

A. Kualifikasi Gizi

1. Gizi mempunyai latar belakang pendidikan D III GIZI

B. TUPOKSI
1. Tugas Pokok dan Fungsi Gizi
a. Pelaksana Gizi Masyarakat
b. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Pelaksanaan Klinik Centre Gizi
d. Pengelola Gizi Pasien Perawatan dan Poned

2. Uraian Tugas
a. Memantau kegiatan penimbangan balita di posyandu
b. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat
c. Mengadakan konseling gizi
d. Melakukan skrining gizi kepada pasien rawat inap dan poned

3. Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas perencanaan kebutuhan alat dan bahan yang di perlukan untuk
penimbangan di posyandu, penyuluhan, dan kegiatan koseling gizi
b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan skrining gizi terhadap pasien rawat inap dan
poned
c. Bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu
C. JADWAL KEGIATAN

JADWAL PELAKSANAAN DALAM SATU


KET
NO JENIS KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR TAHUN
PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sweeping Vitamin A Memberikan kapsul Vit A  Bayi 6-11 mendapat X
kepada balita yang belum kapsul Vitamin A
mendapat vit A di posyandu warna Biru.
 Balita 12-59
mendapatkan kapsul
Vitamin A warna
1. SWEEPING merah
Sweeping BPB mengukur BB/TB dan  Sangat Kurus <-3SD X
menimbang BB balita yang  Kurus – 3SD sampai
tidak datang pada dengan <- 2SD
pelaksanaan BPB  Normal -2SD sampai
dengan 2 SD
 Gemuk >2 SD
Validasi hasil BPB Mengukur Ulang BB/PB  Sangat Kurus <-3SD X
dan Menimbang ulang BB  Kurus – 3SD sampai
pada saat pelaksanaan BPB dengan <- 2SD
hasil pengukuran dan  Normal -2SD sampai
penimbangannya status gizi dengan 2 SD
balita buruk dan sangat  Gemuk >2 SD
kurus
Transport Kader Meningkatkan motivasi Pelaksanaan posyandu X
2. PELAYANAN Posyandu pelaksnaan kader agar BPB berjalan berjalan sukses
POSYANDU BPB (Bulan sukses
Penimbangan Balita)
Pemberian PMT-P balita Meningkatkan status gizi X X X X X X X X X
gizi kurang/kurus balita
Pendampingan Kader Melaksanakan pemberian X X X X X X X X X
dalam Pemberian PMT-P PMT - P serta memantau  Sangat Kurus <-3SD
Balita gizi kurang kenaikan BB Balita gizi  Kurus – 3SD sampai
kurang dengan <- 2SD
Pendampingan Petugas Memantau kenaikan BB  Normal -2SD sampai X X X X X X X X X
dalam pemberian PMT-P Balita gizi kurang dengan 2 SD
Balita Gizi kurang  Gemuk >2 SD
Pemberian PMT Bumil Menaikan Berat Badan X X X
3. PMT KEK Bumil

Pendampingan Kader Melaksanakan pemberian X X X


dalam Pemberian PMT-P PMT - P serta memantau
Bumil KEK ( LILA < 20 kenaikan BB Bumil KEK
cm )
Pendampingan Petugas Memantau kenaikan BB  LLA > 20 cm X X X
dalam pemberian PMT-P Bumil KEK
Pendataan KADARZI Mengetahui Keluarga yang  Menimbang secara X X
sudah sadar gizi teratur
 Asi eksklusif 0-6
4. PENDATAAN bulam
 Makanan beraneka
ragam
 Menggunakan
garam beryodium
 Mendapat
suplementasi
Vitamin A
Pemantauan Konsumsi Mengetahui garam yang  Garam yang X X
Garam Beryodium dikonsumsi oleh beryodium apabila
tingkat masyarakat mengandung di teteskan
masyarakat yodium atau tidak menggunakan
iodium tes akan
berwarna biru
Pemberian Suplementasi Memberikan edukasi X X X
Tablet Fe kepada remaja kepada remaja putri tentang
putri anemia dan cara
pencegahannya
5. EDUKASI  HB < 12,00 mg/dl
Penyuluhan ASI Meningkatkan cakupan X X X
Eksklusif pemberian
ASI Eksklusif di
Puskesmas Beber
 IMD 0-6 bulan
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Kegiatan yang termasuk dalam lingkup pelayanan Gizi yaitu :
1. Kegiatan dalam gedung, yaitu kegiatan yang dilaksanakan adalah koseling gizi kepada pasien
rawat jalan yang mempunyai penyakit tertentu kemudian diberikan terapi diet yang sesuai
dengan penyakitnya dan skrining gizi kepada pasien rawat inap dan poned yang bertujuan
untuk mengetahui kebutuhan makan pasien dan memberikan terapin diet sesuai dengan
penyakit yang diderita.
2. Kegiatan luar gedung yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk menjaga dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat seperti posyandu, penyuluhan (Preventif dan Promotif)
 Jadwal Posyandu

NO HARI, TANGGAL DESA POSYANDU


METATI 1
MELATI 2
1 4-9 Januari 2016 PATAPAN ANGGREK
MAWAR
DAHLIA
WR DUWET

HIMALAYA
CIREMAI
GALUNGGUNG
SEMERU I
SEMERU II
2 5- 18 Januari 2016 KONDANGSARI
SLAMET
KERINCCI
MERAPI (VILA)
RINJANI 1
RINJANI 2
AL MUTAQIN

MERPATI 1
MERPATI 2
3 10-16 Januari 2016 CIKANCAS NURI
KETILANG 1
KETILANG 2
NURI
GELATIK
4 11-16 Januari 2016 SINDANGKASIH RAJAWALI
MURAY
MERPATI

PADANG BULAN
5 12 Januari 2016 SINDANGHAYU PADANG FAJAR
MEKAR JAYA

DAHLIA
6 DELIMA
15-19 Januari 2016 CIPINANG CEMPAKA
MAWAR
MELATI

NUSA INDAH
MAWAR
MELATI I
7 11-17 Januari 2016 CIAWIGAJAH MELATI II
DAHLIA
ROSE
ANGGREK

KENANGA
MAWAR
MELATI I
MELATI 2
SEDAP MALAM
8 8-19 Januari 2016 BEBER FLAMBOYAN
ANGGREK
TERATAI
PAGEDANGAN
DAHLIA 1
DAHLIA 2
TEGAL PILANG

ANGGREK
9 12-15 Januari 2016 WANAYASA MELATI
MAWAR
DAHLIA

10 KUNTUM MEKAR
11-13 Januari 2016 HALIMPU MAWAR
MELATI
B. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan Kegiatan yang dituangkan dalam rencana kegiatan tahunan dan bulanan Gizi di
Puskesmas
2. Pelaksanaan didalam gedung untuk pelayanan konseling gizi, skrining gizi, dan TFC
(Therapeutic Feeding Centre)
3. Pelaksanaan diluar gedung seperti kegiatan penimbangan balita di posyandu, penyuluhan,
pemantauan KADARZI dan Garam Beryodium sesuai dengan SPO (Standar Prosedur
Oprasional) Puskesmas Beber
4. Pembuatan laporan bulanan
5. Rekapan laporan tahunan
6. Evaluasi hasil kegiatan bulanan dan tahunan
7. Rencana Tindak Lanjut
BAB V

LOGISTIK

Adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelayanan Gizi Masyarakat bersumber dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon dengan sumber dana dari bantuan oprsional kesehatan (BOK)
maupun dukungan dana opersional kapitasi BPJS Kesehatan. Dalam hal pengadaan sarana dan prasarana
dilakukan melalui sebuah POA.

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan skrining gizi perlu adanya
keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
akibat penentuan status gizi dan kesalahan terapi diet. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran
dilakukan setiap kegiatan asuhan gizi dilakukan pengkajian ulang dengan memperhatikan keadaan umum
pasien, umur pasien, dan kebiasaan makan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan Gizi masyarakat, klinik gizi
rawat inap, dan TFC ( Terapetic Feeding Centre) perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan
puskesmas dan lintas sector terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan distribusi makanan. Upaya pencegahan resiko harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk itu dalam setiap kegiatan
penyelengagar menggunakan makanan khususnya pada saat pengolahan makanan sampai pendistribusian
makanan petugas masak harus menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri), berupa sarung tangan,
masker, celemek masak dll.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Pelayanan Gizi Masyarakat harus di monitor dan di evaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Pelayanan dilakukan sesuai dengan SPO yaitu :


 SPO DETEKSI DINI
 SPO KONSELING GIZI
 SPO PERENCANAAN PROGRAM GIZI
 SPO PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA
 SPO PEMBERIAN SUPLEMENTASI GIZI
 SPO GANGGUAN KEKURANGAN YODIUM
 SPO KONSELING DM
 SPO PEMANTAUAN GARAM YODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT
 SPO PEMBERIAN TABLET FE PADA IBU HAMIL
 SPO PEMBERIAN KAPSUL VIT A PADA IBU NIFAS
 SPO PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A BAYI, BALITA
 SPO PENDATAAN KADARZI
 SPO PENYELENGGARAAN MAKANAN
 SPO MANAJEMEN LAKTASI
 SPO PELAYANAN KLINIK GIZI RAWAT INAP
 SPO PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
 SPO TATA LAKSANA BALITA GIZI BURUK
 SPO PMT-P (PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN)
 SPO BPB (BULAN PENIMBANGAN BALITA)
 SPO ASUHAN GIZI
 SPO DISTRIBUSI MAKANAN
 SPO PEMESANAN BAHAN MAKANAN
 SPO PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN
 SPO PERSIAPAN BAHAN MAKANAN
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan (Tupoksi)
3. Semua kegiatan pelayanan didasarkan pada aspek kebutuhan pasien.
BAB IX

PENUTUP

Penyusunan Pedoman Kerja Program Perbaikan Gizi Masyarakat ini adalah sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan program perbaikan gizi masyarakat di UPT Puskesmas DTP Beber sebagai upaya
pencapaian target indikator program perbaikan gizi masyarakat yang telah ditetapkan.

Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas DTP Beber Petugas Pelaksana Gizi

Drs. Haeria, SKM., MKM Arif Firmansyah, AMG


NIP.19641213198803 1 006 NIP. 19760118 201001 1 004

Rina Andriani, AMG

………………………
PEDOMAN KERJA GIZI
TAHUN 2016
UPT PUSKESMAS DTP BEBER
Jl. Jendral Sudirman No.53 Desa Beber KM 13 Cirebon Telp.0232-8895252
Hotline SMS : 087713313312 E-mail: pkmbeber@yahoo.com Situs Web. www.pkmbeber.cirebonkab.go.id. Kode Pos: 45172

Anda mungkin juga menyukai