Pingsan adalah hilangnya kesadaran sementara yang terjadi secara tiba-tiba dan sering
menyebabkan orang terjatuh. Kondisi yang memiliki istilah medis ‘sinkop’ ini
termasuk umum terjadi dan cenderung dialami oleh orang-orang berusia 40 tahun ke
bawah. Pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan apabila seseorang mengalami pingsan
setelah berusia 40 tahun, karena hal tersebut bisa mengindikasikan adanya masalah
kesehatan yang serius.
Gejala Pingsan
Pingsan dapat terjadi saat seseorang duduk, berdiri, atau karena terlalu cepat bangkit
berdiri. Orang yang mengalami kondisi ini cenderung tidak merasakan gejala apa pun
sebelum kehilangan kesadaran. Apabila terdapat gejala awal, biasanya berupa:
Berkeringat dingin.
Menguap.
Mual.
Linglung.
Tubuh yang limbung
Pandangan kabur.
Telinga berdenging.
Kesadaran penderita akan kembali dalam waktu singkat, yaitu umumnya dalam
beberapa detik. Jika ada orang yang tidak kunjung sadar setelah 1 hingga 2 menit,
segera hubungi rumah sakit.
Setelah tersadar, biasanya orang yang baru saja pingsan akan merasa kebingungan
disertai lemas selama kurang lebih 30 menit. Selain itu, juga terkadang tidak bisa
mengingat apa yang dilakukannya sebelum pingsan terjadi.
Penurunan aliran darah ini biasanya akan diseimbangkan oleh tubuh secara otomatis.
Tetapi jika proses penyesuaian tersebut memakan waktu terlalu lama, seseorang dapat
mengalami pingsan. Penyebab di balik penurunan aliran darah ke otak bisa beragam.
Beberapa di antaranya meliputi:
Malfungsi yang bersifat sementara pada sistem saraf otonom, yaitu sistem
saraf yang berfungsi otomatis, misalnya untuk mengatur detak jantung dan
tekanan darah. Malfungsi pada sistem saraf ini merupakan penyebab di balik
sebagian besar kasus pingsan. Gangguan fungsi tersebut dapat dipicu oleh stres,
rasa sakit yang terjadi tiba-tiba, berdiri terlalu lama, tertawa, atau bahkan
bersin.
Tekanan darah yang mendadak turun, misalnya karena terlalu cepat berdiri
dari posisi duduk atau tidur, diabetes, dehidrasi, gangguan saraf, atau karena
obat-obatan, misalnya obat antihipertensi dan antikejang.
Gangguan jantung. Kondisi ini bisa mengganggu kelancaran aliran darah ke
otak.
Kejang, terutama reflex anoxic seizure. Jenis kejang ini lebih sering dialami
oleh anak-anak, khususnya saat mereka menangis histeris.
Diagnosis Pingsan
Sebagian besar orang yang pernah pingsan belum pasti menderita masalah kesehatan
tertentu. Pingsan juga umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus.
Meski demikian, orang yang mengalami pingsan sebaiknya tetap memeriksakan diri ke
dokter. Pingsan juga bisa menjadi indikasi dari penyakit serius, terutama bila penderita:
Pada tahap awal diagnosis, dokter akan memeriksa kondisi fisik dan menanyakan
gejala-gejala yang di alami sebelum pingsan. Begitu juga dengan riwayat kesehatan
penderita serta keluarga. Jika dibutuhkan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan
yang umumnya meliputi:
Pemeriksaan darah.
Elektrokardiogram (EKG).
Tes sinus karotis untuk memeriksa kepekaan sinus karotis terhadap rangsangan
tekanan darah.
Penanganan yang diberikan oleh dokter tergantung pada hasil diagnosis. Langkah
penanganan umumnya tidak dibutuhkan jika tidak ada penyakit tertentu yang menjadi
penyebab pingsan.
Langkah Tepat untuk Menangani Seseorang yang Pingsan
Penanganan utama saat seseorang pingsan adalah dengan meningkatkan aliran darah ke
otak agar kebutuhan oksigen tercukupi. Pertolongan pada orang pingsan ini dapat
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
Pencegahan Pingsan
Sebagai langkah pencegahan, orang yang rentan pingsan juga bisa melakukan sejumlah
hal untuk meminimalkan risiko terulangnya kondisi ini. Langkah-langkah tersebut bisa
berupa:
Menghindari faktor yang mungkin menjadi pemicu pingsan, seperti stres atau
cuaca panas.
Mengenali gejala tertentu yang muncul sebelum pingsan, misalnya pusing atau
berkeringat dingin.
Segera berbaring atau duduk jika merasakan tanda-tanda akan pingsan.