Anda di halaman 1dari 11

Gambaran Kepatuhan Orang.

…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

GAMBARAN KEPATUHAN ORANG DENGAN HIV-AIDS (ODHA) DALAM MINUM


OBAT ARV DI KOTA BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT, TAHUN 2011-2012

Adherence Profile of People Living With HIV-AIDS (PLWHs) on Taking Antiretroviral In


Bandung, West Java, 2011-2012

Sugiharti1*, Yuyun Yuniar1 dan Heny Lestary1


1
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes
*Email : sg_atik@yahoo.co.id

Abstact

Background : The number of HIV cases in Indonesia up to June 2012 has reached 86,762 while AIDS was
32,103 cases. In a national scale, West Java province was one among five provinces with the highest rank of
HIV-AIDS cases
Objective : To explore the level of adherence of PLWHAs on taking ARV and the supporting factors. Methods
: The research used qualitative and quantitative method. Data collected by conducting in depth interview and
observation on PLWHAs and their drug taking supervisors. Their adherence monitored by self assessment
using PLWHAs daily record and by case managers visits.
Result : Nine out of eleven PLWHAs showed an adherence level of 95% or more. The supporting factors for
adherence among others were having supporting family, friends and the AIDS care community and internal
supporting factors. Meanwhile the inhibiting factors were boring, drug taking boredom, side effects, stigma
and therapy cost.
Conclusion : To achieve an optimum adherence level of >95% it is necessary to get the support from family,
friends and AIDS care community and to improve the internal supporting factors of PLWHAs such as the
motivation to stay alive and doing good activity.
Keywords : ARV, Adherence, PLWHA

Abstrak

Latar belakang : Jumlah penderita HIV di Indonesia hingga Juni 2012 mencapai 86.762 orang dan untuk
penderita AIDS 32.103 orang. Secara nasional, provinsi Jawa Barat termasuk salah satu dari 5
provinsi dengan kasus HIV-AIDS tertinggi di Indonesia.
Tujuan : Mengetahui tingkat kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi obat ARV dan faktor-faktor yang
mendukung ODHA dalam hal minum obat ARV.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan
wawancara mendalam dan observasi pada ODHA dan Pengawas Minum Obat (PMO) ODHA yang menjadi
sampel penelitian.
Hasil : Sebanyak 9 dari 11 ODHA memiliki tingkat kepatuhan ODHA minum obat ARV > 95%. Faktor-
faktor yang mendukung ODHA dalam minum obat ARV adalah faktor keluarga, teman, Forum WPA (Warga
Peduli AIDS) dan faktor internal dalam diri ODHA. Sedangkan faktor yang menghambat adalah rasa bosan
dan jenuh minum obat, efek samping obat, stigma masyarakat dan biaya pengobatan.
Kesimpulan : Untuk mencapai tingkat kepatuhan minum obat ARV > 95%, diperlukan dukungan dari
keluarga, teman dan Forum WPA, serta faktor internal dalam diri ODHA seperti motivasi diri untuk tetap
hidup dan melakukan aktifitas yang baik.
Kata kunci : ARV, Kepatuhan, ODHA

.Naskah masuk: 03 Juli 2014 Review: 10 Juli 2014 Disetujui terbit: 01 Agustus 2014

1
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

PENDAHULUAN kunjungan pendampingan pada pekerja seks


jalanan di Kota Jayapura merupakan faktor
Kasus epidemi HIV di Indonesia termasuk yang terkait dengan perilaku pencarian
dalam kategori jumlah yang terus meningkat.
Pada akhir tahun 2009, diperkirakan pengobatan.6
Secara nasional, Provinsi Jawa Barat
sebanyak 332.200 orang hidup dengan HIV. 1
termasuk salah satu dari 5 provinsi dengan
Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali
kasus HIV-AIDS tertinggi di Indonesia, dan
lipat dari tahun 2005 yakni sebanyak 170.000
Kota Bandung merupakan kota dengan
ODHA (Indonesia HIV Audit Final).
jumlah ODHA terbanyak dibandingkan
Menurut laporan Departemen Kesehatan
dengan 25 kabupaten/kota lainnya di Provinsi
pada tahun 2006, prevalensi HIV terdapat
Jawa Barat. Berdasarkan uraian di atas,
pada level 5% secara konstan dan
terkonsentrasi pada populasi berisiko tinggi dalam rangka peningkatan kualitas hidup
yaitu pengguna Napza suntik (penasun), ODHA dan penanggulangan penyakit HIV-
wanita penjaja seks (WPS) dan waria. Para AIDS maka perlu dilakukan penelitian
pakar epidemiologi di Indonesia mengenai kepatuhan minum obat pada
memperkirakan jumlah kasus AIDS pada ODHA di Provinsi Jawa Barat, khusunya di
tahun 2015 akan mencapai 1 juta orang Kota Bandung.
dengan 350.000 kasus kematian.2 Tidak METODE
hanya itu, pada tahun tersebut akan terjadi
Penelitian dilakukan di Kota Bandung pada
sebanyak 38.500 anak dengan HIV positif
sebagai akibat transmisi dari ibu pada anak. bulan Oktober 2011 sampai dengan Juni
Jumlah penderita HIV hingga Juni 2012 2012, sedangkan proses pemantauan
mencapai 86.762 orang dan untuk penderita kepatuhan dilakukan pada bulan April-Juni
AIDS 32.103 orang, dengan jenis kelamin 2012. Data yang dikumpulkan berupa
laki-laki sebagai proporsi terbanyak informasi karakteristik ODHA, kepatuhan
dibandingkan perempuan. Provinsi dengan berobat, serta faktor pendukung dan
kasus tertinggi HIV-AIDS adalah DKI penghambat kepatuhan. Data dikumpulkan
Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat dan melalui diskusi dengan ODHA dan
keluarganya serta kunjungan (home visit)
Sumatera Utara.3
oleh Manajer Kasus (MK) untuk melakukan
Di Indonesia, beberapa studi menyebutkan
pemantauan kepatuhan minum obat ARV.
halangan terbesar dari pelayanan HIV dengan
akses Obat antiretroviral (ARV) dipengaruhi Data yang terkumpul berupa hasil
oleh faktor geografis dan ketersediaan dana. diskusi/wawancara dengan ODHA dan
Departemen Kesehatan pada tahun 2006 keluarganya diolah secara kualitatif dengan
memberlakukan Obat ARV gratis. Namun metode content analysis. Data pemantauan
demikian, kondisi tersebut tidak secara kepatuhan diolah secara deskriptif.
langsung menurunkan jumlah kematian kasus Berikut adalah bagan yang menggambarkan
HIV-AIDS. Hal tersebut dikarenakan jumlah ODHA yang dipantau kepatuhan
masalah akses obat ARV oleh Orang dengan minum obat ARV :
HIV-AIDS (ODHA), dan yang terpenting
adalah uang yang harus dikeluarkan untuk Dalam proses pemilihan ODHA, para
mendapatkan pelayanan HIV (HIV Care).4 Manajer Kasus yang menjadi agent of
Obat ARV ditemukan pada tahun 1996 dan change telah mengumpulkan 20 orang
berhasil menurunkan kematian hingga 80- ODHA dengan kondisi akhir 17 ODHA yang
disiapkan untuk dipantau sebagai berikut :
84% di negara-negara berkembang.5 Dalam
• ODHA yang berasal dari kasus drop out
perkembangannya, obat tersebut dapat dibuat
profilaksis dan drop out terapi sebanyak
lebih murah dan terjangkau dalam bentuk
11 orang.
obat generik dengan mutu dan kualitas yang
tidak jauh berbeda dan memberikan peluang • ODHA yang tingkat kepatuhannya tinggi
sebagai upaya dalam pengobatan nasional. dan sudah menggunakan ARV selama
lebih dari 1 tahun sebanyak 2 orang.
Di sisi lain, ditemukan kasus putus berobat
pasien HIV-AIDS yang berkaitan dengan • ODHA yang belum memenuhi syarat
perilaku pencarian pengobatan. Penelitian untuk menggunakan ARV karena masih
yang dilakukan Susana (2007) menunjukkan memiliki CD4 yang >350 sebanyak 4
orang.

2
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

Gambar 1. Bagan jumlah ODHA yang menjalani pemantauan kepatuhan minum obat ARV

Dari 17 ODHA tersebut diatas hanya 13 negara. Selain itu hasil pemantauan
ODHA yang bisa dilihat kepatuhan kepatuhan belum di konfirmasi lebih lanjut
menggunakan ARV yaitu 11 ODHA dari kepada ODHA karena keterbatasan waktu.
kasus drop out profilaksis dan 2 ODHA yang
tingkat kepatuhannya tinggi sedangkan yang HASIL
4 orang belum masih memiliki CD4>350 A. Pemantauan Kepatuhan Berobat
sehingga belum perlu memulai terapi. Dari Form pemantauan kepatuhan yang disediakan
13 ODHA terdapat 1 ODHA pada saat terdiri dari 2 jenis form, yaitu form
pemantauan akhir berada dalam kondisi sakit pemantauan untuk ODHA sendiri yang berisi
dan dirawat serta 1 ODHA yang terlambat tentang jenis terapi dan check list jam minum
menjalani pemantauan, sehingga hanya 11 obat serta form pemantauan kepatuhan yang
ODHA yang dapat dipantau kepatuhannya. lebih detail untuk manajer kasus yang antara
Keterbatasan penelitian ini adalah lain berisi hasil pemantauan melalui
pemantauan kepatuhan hanya dilakukan pada kunjungan langsung. Adapun karakteristik
sejumlah kecil ODHA sehingga tidak dapat responden ODHA yang dipantau
melakukan metode penghitungan secara kepatuhannya dan tercatat hingga akhir
statistik seperti penelitian mengenai pemantauan sebagai berikut :
kepatuhan yang dilakukan di berbagai

3
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

Tabel 1. Karakteristik ODHA yang dipantau kepatuhannya

Adapun jenis terapi yang digunakan oleh 11 Selama periode Januari 2012 hingga awal
orang ODHA berdasarkan form pemantauan Juni 2012 telah terjadi pergantian terapi pada
oleh ODHA sendiri selama sebulan terakhir 3 orang ODHA sebagai berikut :
masih menggunakan terapi ARV lini pertama  Coviro-efavirenz : kurang lebih 14 hari
yaitu : dilanjutkan dengan Coviro-neviral
 Neviral Duviral : 4 orang  Neviral-duviral : kurang dari 30 hari
 Duviral efavirenz : 5 orang dilanjutkan dengan duviral-efavirenz
 Hiviral–staviral–efavirenz (coviro-efz) :  Duviral-efavirenz : sekitar 4,5 bulan
1 orang dilanjutkan dengan Tenofovir-Hiviral-
 Neviral-hiviral-staviral (neviral- Efavirenz
coviro) : 1 orang

Tabel 2. Hasil pemantauan kepatuhan minum obat pada ODHA yang dipantau kepatuhannya

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa sebagian tersebut total dosis terlewat selama 1
besar ODHA tingkat kepatuhannya >95%. bulannya adalah 3 hari. Dari 11 ODHA yang
Terdapat 2 ODHA yang tingkat kepatuhannya dipantau kepatuhannya terdapat 4 ODHA
<95%, ini disebabkan ODHA yang persen dosis obat yang diminumnya

4
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

100%, ini disebabkan karena tidak ada dosis ODHA ke rumah masing-masing untuk
yang terlewat selama 1 bulan. Namun melihat sisa obat yang diminum. Berdasarkan
terdapat 1 ODHA yang persen dosis yang pemantauan oleh MK selama 3 kali
diminumnya >100% (116,7). pemantauan dengan interval sekitar 1 minggu
Pemantauan dilakukan selama kurang lebih 1 ada 6 orang yang dilaporkan mengalami efek
bulan dengan kunjungan MK selama 3 samping. Pada 3 ODHA, efek samping
sampai dengan 4 kali kunjungan. Pemantauan berakhir dengan perubahan terapi sedangkan
yang dilakukan MK memang tanggalnya yang lainnya tetap bertahan tanpa perubahan
tidak sama, ini disebabkan karena rumah terapi. Berikut hasil pemantauan keluhan dan
ODHA yang satu dengan yang lainnya efek samping :
berjauhan, dan MK harus mengunjungi

Tabel 3. Hasil Pemantauan Keluhan dan Efek Samping Terapi ODHA yang Dipantau
Kepatuhannya

B. Faktor Pendukung Kepatuhan dia alami. Semangat ini terbangun


Berdasarkan hasil wawancara mendalam karena rasa tanggung jawab terhadap
dengan ODHA diperoleh hasil sebagai anak-anaknya, ia menyadari saat ini
berikut : anak-anaknya yang masih kecil
1. Motivasi Diri membutuhkan keberadaannya, harus
 Tidak ingin putus obat dengan alasan ia hidupi dan ia menjadi tulang
ingin sehat, bertahan hidup dan sudah punggung keluarga, menjadi ibu
pernah melihat teman yang sakit sekaligus bapak.
karena putus obat ARV sampai “ ini NA, anak saya sekarang
kondisi fisiknya menurun. usianya 3 tahun. Sekarang mah
 Menjadi patuh minum obat karena kalau dikasih obat ya gampang saja.
pernah merasakan sakit dan kondisi Tapi kan dia akan tumbuh besar
fisik menurun hingga dirawat di nanti, saya bingung dengan masa
rumah sakit setelah pernah putus obat depannya nanti. Saya harus jawab
ARV. Seperti yang diungkapkan Ny. apa kalau dia bertanya kenapa dia
Ra : harus minum obat terus…”
“Pokoknya saya mah gimana
caranya supaya tetap harus minum 2. Dukungan dari keluarga
obat teh, biarpun ceuk paribasa  Selalu mengingatkan minum obat
Sundanya saya sampe harus dan mengantar ODHA berobat
ngarondang [merangkak], tetep akan  Memberikan motivasi dan penguatan
saya jalani supaya saya tetap kondisi ODHA dan memberikan
bertahan hidup”. motivasi untuk mau minum obat
Ny. RA mengungkapkan setiap hari
semangatnya yang kuat untuk tetap  Mengingatkan untuk tetap beribadah,
mengkonsumsi ARV meskipun bahkan meningkatkan kedekatan
dengan berbagai efek samping yang kepada Allah

5
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

3. Dukungan dari suami Biasanya kejenuhan terjadi bila ODHA


 Saling mengingatkan untuk minum sudah 6 bulan minum obat karena
obat ODHA sudah merasa sehat atau sudah
 Sama-sama mengingatkan pasangan merasa bosan setiap hari minum obat.
untuk minum obat misalnya 4. Stigma
menggunakan alarm Stigma dari lingkungan membuat
4. Dukungan dari teman dekat sebagian besar ODHA merasa kurang
 Menjalin komunikasi untuk terus nyaman dalam minum obat ARV
mengingatkan jadwal minum obat misalnya dalam bergaul mereka merasa
kepada ODHA. Seperti yang malu minum obat ARV di depan teman-
diungkapkan Nn.Yu : “ Yang penting temannya.
mah waktunya minum obat harus
diingatkan. Biarpun kata di mana PEMBAHASAN
gitu, jauh kan bisa sms, bisa
1. Kepatuhan Minum Obat ARV
telepon”.
 Mengingatkan pasangan atau teman ARV atau antiretroviral adalah obat yang
tentang pengalaman buruk dari dapat menekan perkembangan HIV dalam
ODHA yang terlambat minum ARV, tubuh. ODHA yang memerlukan ARV adalah
tidak teratur minum ARV atau yang mencapai stadium tertentu biasanya
berpindah ke obat herbal. berdasarkan level CD4 < 350/mm3.
 Mengingatkan dan mendukung pola Penggunaan ARV di Indonesia sudah dimulai
hidup sehat. pada tahun 1990 dengan menggunakan obat
5. Dukungan Petugas Kesehatan dan paten, baru pada tahun 2001 (bulan
Manager Kasus Nopember) menggunakan obat generik.
 Peran manager kasus adalah penting Kimia Farma sendiri baru mampu
karena menurut ODHA manager memproduksi ARV generik di pada akhir
kasus yang paling mengerti apa saja tahun 2003. Sebelum tahun 2004, ARV harus
keluhan mereka selama minum obat. dibeli dengan harga Rp 380.000,00 hingga
Rp 1.050.000,00 per bulan. Sejak Kimia
C. Faktor Penghambat Kepatuhan Farma mampu memproduksi ARV,
pemerintah telah mengambil alih penyediaan
1. Biaya berobat obat ARV (lini pertama maupun ARV lini
kedua) dan mendistribusikannya secara gratis
Biaya berobat yang dikeluarkan
responden adalah biaya transportasi, ke seluruh di Indonesia.7
administrasi dan pemeriksaan CD4. Terapi ARV diharapkan dapat mengurangi
Biaya administrasi per kedatangan di RS morbiditas dan mortalitas, memperbaiki mutu
Bungsu (Rp. 50.000,-), di RS Hasan hidup, memelihara kekebalan tubuh dan
Sadikin (Rp. 25.000,-). Untuk menekan replikasi virus semaksimal
pemeriksaan CD4 sebagian besar mungkin. Berdasarkan laporan pengobatan
responden merasa keberatan karena dari Subdit AIDS PMS Ditjen. PP&PL,
merasa terlalu mahal, yaitu RS Hasan bahwa dengan terapi ARV kematian ODHA
Sadikin (Rp. 150.000,-) dan RS Bungsu menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi
(Rp. 250.000,-). 22% pada tahun 2010. Sebuah penelitian
2. Efek Samping Obat yang dipublikasikan pada majalah Lancet (12
Efek samping yang dirasakan Juni 2010), menunjukkan bahwa ODHA yang
diantaranya mual, demam, ruam-ruam di minum ARV akan mengurangi penularan
kulit, seperti orang mabuk, dan lain-lain. kepada pasangan heteroseksualnya sebanyak
Pada awal-awal minum obat sebagian 92%. Penelitian yang dilakukan di sebuah
besar ODHA tidak tahan akan efek rumah sakit di Jakarta Pusat menunjukkan
samping obat. keberhasilan pengobatan ARV dimana 77,2
3. Kejenuhan % ODHA yang minum ARV menunjukkan
hasil yang positif dengan meningkatnya CD4
ODHA harus setiap hari minum obat
hingga diatas 200. Pada 88,7 persen ODHA
ARV sehingga merasa jenuh serta tidak
tahan dengan adanya efek samping obat. kadar virus HIV dalam darahnya tidak
terdeteksi lagi. Sementara

6
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

yang memiliki kualitas hidup dan kondisi Dari 9 ODHA yang tingkat kepatuhannya
psikologis baik masing-masing lebih dari 70 >95% terdapat 1 ODHA yang kelebihan dosis
persen. Oleh karena itu kepatuhan yang minum, ODHA tersebut menggunakan obat
tinggi terhadap konsumsi ARV menjadi hal duviral dan efavirenz. Hasil penelitian ini
yang sangat penting dalam penanggulangan berbeda dengan di Rwanda, 8% tidak patuh
HIV AIDS.8 Bahkan di Jakarta diberikan termasuk kelebihan dosis hingga 100-150%
Pokdi Award bagi ODHA yang telah dari jumlah obat yang diresepkan. Kasus
menjalani kepatuhan ARV dengan baik di overdosis hanya terjadi pada terapi
atas 5 tahun yang bertujuan memberikan neviral-duviral dan duviral-efavirenz. 12
motivasi agar klien dapat terus meningkatkan Sebagaimana hasil di Rwanda, kasus
dan mempertahankan terhadap terapi ARV. 9 kelebihan dosis pada penelitian ini juga
Kepatuhan atau adherence adalah suatu terjadi pada kriteria pasien dengan jenis
keadaan di mana pasien mematuhi terapi neviral-duviral dan kemudian berganti
pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, duviral efavirenz. Akan tetapi tidak digali
bukan semata-mata mematuhi perintah lebih jauh apa penyebab dan bagaimana
dokter. Kepatuhan merupakan salah satu penggunaan obat yang dilakukan pasien
faktor penting dalam keberhasilan terapi sehingga terjadi overdosis.
ARV. Resiko kegagalan terapi terjadi jika Kepatuhan yang baik adalah meminum obat
pasien sering lupa minum obat. Untuk sesuai yang diresepkan dan kesepakatan
mencapai efek terapi menekan replikasi virus antara pasien dan tenaga kesehatan.
yang optimal diperlukan tingkat kepatuhan Kepatuhan yang buruk termasuk melewatkan
setidaknya 95%.10 dosis atau menggunakan obat secara tidak
Pada penelitian ini pemantauan kepatuhan tepat (minum pada waktu yang salah atau
ODHA dilakukan berdasarkan laporan melanggar pantangan makanan tertentu).
ODHA sendiri, menghitung sisa obat, laporan Diperlukan minimal tingkat kepatuhan 95%
dari keluarga atau pendamping. Rekomendasi atau lebih untuk mencapai dan
dari INRUD – IAA untuk mengukur mempertahankan jumlah virus agar tidak
kepatuhan ada beberapa metode yaitu 1) terdeteksi. Tingkat penekanan virus bisa
melalui laporan pasien sendiri saat mencapai 78-100% setelah enam sampai
wawancara (self reported by exit interview), sepuluh bulan terapi. Sebaliknya bagi pasien
2) jumlah hari yang saat pasien menerima yang memiliki tingkat kepatuhan <90%
obat, 3) kunjungan pasien dan 4) perhitungan kemungkinan besar mengalami kegagalan
jumlah obat beserta laporan pasien pada penekanan jumlah virus, meskipun beberapa
catatan klinik. Ketiga metode pertama pasien dengan tingkat kepatuhan jauh lebih
dianggap cukup mudah untuk dilakukan di rendah pasien tidak menunjukkan adanya
daerah yang kurang terjangkau atau miskin.11 virus terdeteksi.12

Berdasarkan pemantauan kepatuhan dengan 2. Faktor Pendukung Kepatuhan Minum


menghitung sisa obat setiap kunjungan maka Obat ARV
dapat disimpulkan bahwa seluruh ODHA Beberapa penelitian menyebutkan faktor
yang dipantau memiliki tingkat kepatuhan pendukung adalah dukungan sosial,
>95%. Hasil penelitian di Rwanda, seorang keyakinan diri sendiri bahwa melalui
pasien dianggap patuh bila meminum 95- pengobatan kualitas hidup semakin
100% ARV yang diresepkan. Dasar meningkat, hubungan yang baik dengan
perhitungannya adalah jumlah obat yang penyedia perawatan kesehatan dan peran
diminum dibandingkan jumlah obat yang pendamping minum obat. Kepatuhan pasien
diresepkan dikali 100%.12 akan mempengaruhi perencanaan manajemen
Dari 11 ODHA yang dipantau sebanyak 9 logistik obat ARV sehingga perilaku
ODHA tingkat kepatuhannya >95% dan 2 pencarian pengobatan menjadi faktor penting
ODHA tingkat kepatuhannya <95%. ODHA bagi pasien sendiri dan keberhasilan program
yang tingkat kepatuhannya <95% (88,3%) pengobatan HIV-AIDS.
merupakan pasangan suami istri yang Beberapa faktor pendukung kepatuhan
mobilitasnya cukup tinggi, sehingga minum obat ARV dalam penelitian ini adalah
kemungkinan mereka tidak saling adanya movitasi diri, dukungan dari keluarga,
mengingatkan untuk minum obat. dukungan dari teman dan dukungan

7
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

dari MK. Dukungan sosial dari keluarga, menurut ODHA, MK yang paling mengerti
teman dan tenaga kesehatan memberikan apa saja keluhan mereka selama minum obat.
pengaruh penting terhadap kepatuhan ODHA Dari hasil penelitian ini juga terlihat
dalam minum ARV.13-15 pemantauan yang dilakukan MK selama
Motivasi diri dalam penelitian ini adalah kurang lebih 1 bulan dengan kunjungan MK
keinginan untuk dapat bertahan hidup dan selama 3 sampai dengan 4 kali kunjungan
tidak ingin sakit. Motivasi dari dalam diri menunjukkan kepatuhan minum obat >95%.
ODHA untuk sembuh atau bertahan hidup Hasil ini sesuai dengan Purwaningtyas A
merupakan faktor pendukung kepatuhan yang (2007), manajer kasus bertugas
paling sering dinyatakan oleh responden.16 mengkoordinasi tim pelayanan HIV-AIDS
Faktor utama yang mempengaruhi optimisme jika secara klinis pasien mempunyai keluhan.
hidup ODHA adalah motivasi hidup yang Manajer kasus bertanggung jawab secara
kuat dalam diri penderita. Dengan adanya langsung jika harus konsultasi kepada dokter,
optimisme hidup, ODHA mempunyai tim dokter, atau psikolog. Bila pasien
semangat untuk bekerja, motivasi untuk menghadapi masalah-masalah sosial, petugas
hidup, dan pikiran yang positif.17 sebagai manajer kasus harus mencari solusi
Dukungan dari keluarga (orangtua, suami dan yang tepat. Manager Kasus diperlukan untuk
saudara) dalam penelitian ini adalah mendukung pelayanan yang komprehensif
memberikan motivasi kepada ODHA dan bagi pasien HIV-AIDS.19
mengingatkan kepatuhan untuk minum obat. Pada dasarnya untuk dapat menjalani ARV
Hasil penelitian Payuk Irma, menunjukkan dengan baik, maka ODHA sangat
bahwa ODHA yang memiliki dukungan membutuhkan dukungan psikososial dari
keluarga cukup memiliki kualitas hidup yang segenap pihak, baik tim profesional
baik, berbanding terbalik dengan ODHA kesehatan (dokter, perawat, apoteker, dan
yang mendapatkan dukungan yang kurang.18 lain-lain). Pemerintah, LSM, dukungan
Dukungan dari orangtua dan keluarga dapat sebaya, keluarga ODHA maupun segenap
meningkatkan kepatuhan minum obat ARV masyarakat berkewajiban turut berkontribusi
bagi ODHA. Bagi ODHA yang sudah dalam rangka menjaga hak ODHA untuk
diketahui statusnya oleh keluarga dan memperoleh layanan kesehatan yang baik
keluarganya dapat menerima kondisi mereka, dan optimal, utamanya layanan ARV,
maka faktor keluarga biasanya menjadi sehingga dapat hidup sehat, adalah bagian
pendukung utama. Biasanya orang tua, dari hak asasi manusia itu sendiri.9
suami/istri, anak menjadi orang-orang
terdekat yang mengingatkan untuk minum 3. Faktor Penghambat Kepatuhan
obat. Keluarga dalam hal ini bisa berfungsi Minum Obat ARV
menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi Faktor penyebab rendahnya kepatuhan
ODHA. Akan tetapi ada kondisi keluarga berobat pasien HIV-AIDS, antara lain;
yang justru menghambat kepatuhan misalnya ketakutan akan statusnya di masyarakat,
takut diketahui pasangannya sebagai ODHA kurang pengetahuan mengenai pentingnya
sehingga menjadi berhenti minum obat. pengobatan teratur, depresi, tidak percaya
Dukungan dari teman melalui sms dan akan obat-obatan, lupa memakai obat, dan
telepon untuk mengingatkan jadwal minum takut efek samping. Beberapa penghambat
obat memberikan pengaruh dalam kepatuhan minum obat ARV dalam penelitian
meningkatkan kepatuhan minum obat. Sesuai ini adalah faktor biaya berobat, efek samping
dengan penelitian Yuniar Y, bahwa SMS obat dan stigma.
reminder mampu meningkatkan kepatuhan Faktor biaya berobat yang diungkapkan oleh
pasien terhadap terapi ARV. 16 Hasil ini juga ODHA adalah untuk biaya transportasi,
sesuai dengan penelitian Payuk (2012), administrasi dan pemeriksaan darah (CD4)
ODHA yang mendapatkan dukungan dari yang menurut mereka cukup mahal.
teman yang cukup, memiliki proporsi Penelitian Riyarto menunjukkan bahwa
kualitas hidup baik dibandingkan dengan beban biaya yang ditimbulkan akibat
yang tidak mendapatkan dukungan dari penyakit HIV lebih besar ketika harus
teman.18 menjalani terapi ARV. Sebesar 45% dari total
Dukungan dari petugas kesehatan dan responden mengalami kerugian katastropik
Manager Kasus (MK) adalah penting karena setelah menjalani perawatan

8
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

sehingga menyebabkan kemiskinan. Hal ini penderita HIV.21 Status sebagai ODHA
menunjukkan bahwa meskipun obat ARV mempengaruhi hubungan sosial dan keadaan
telah disediakan gratis oleh pemerintah tapi emosional ODHA bahwa mayoritas dari
beban finansial untuk perawatan tetap besar. responden menggambarkan nilai Quality of
Beban ini akan lebih ringan bila pemerintah Life yang rendah dalam hubungan sosial dan
menyediakan pendanaan penuh terhadap diikuti oleh keadaan psikologis responden. 22
pengobatan dan perawatan atau ditangani Aspek sosial pada ODHA menyebabkan
melalui skema asuransi sosial. Permasalahan mereka membatasi interaksi dengan orang
finansial ini secara tidak langsung bisa lain, tidak memperoleh dukungan sosial dari
mengakibatkan rendahnya kepatuhan ODHA keluarga dan menyembunyikan status mereka
dalam minum ARV.4 dari orang lain karena menganggap bahwa
Efek samping obat yang diungkapkan ODHA mereka sama dengan orang lain yang tidak
dalam penelitian ini adalah adanya rasa jenuh sakit HIV-AIDS.23
minum obat dan tidak tahan terhadap efek
samping obat. Efek samping sering menjadi KESIMPULAN
alasan medis untuk mengganti atau
menghentikan terapi ARV. Banyak ODHA Dari hasil wawancara mendalam dan
yang tidak tahan dengan efek samping obat, observasi sebagian besar tingkat kepatuhan
sehingga menghentikan sendiri terapinya. ODHA minum obat ARV adalah >95%. Hal
Efek samping dapat timbul pada awal ini disebabkan adanya dukungan dari
pengobatan seperti anemia karena zidovudin keluarga (orangtua dan suami), teman,
atau dalam jangka panjang seperti Manager Kasus dan faktor motivasi dalam
lipodistropi (penyusutan atau penumpukan diri ODHA seperti untuk tetap hidup dan
lemak tubuh pada bagian-bagian tertentu). melakukan aktifitas yang baik. Sedangkan
Akan tetapi tidak semua ODHA akan faktor yang menghambat ODHA dalam
mengalami efek samping obat dan pada kepatuhan minum obat ARV adalah biaya
umumnya efek samping yang timbul dapat berobat, efek samping obat, kejenuhan dan
diatasi dengan baik. Mengingat keuntungan stigma masyarakat.
dari terapi lebih besar daripada resiko
kesakitan maupun kematian yang SARAN
mengancam ODHA, maka terapi ARV tetap Untuk meningkatkan kepatuhan ODHA
perlu dilakukan.10 dalam minum ARV diperlukan peran
Kejenuhan/bosan dalam minum obat ARV keluarga, teman dan manager kasus, karena
dialami oleh ODHA dalam penelitian ini. Hal itu untuk menambah pengetahuan mereka
ini terjadi karena ODHA harus minum obat tentang HIV AIDS perlu adanya penyuluhan
seumur hidupnya setiap hari dan tidak boleh tentang pengetahuan tentang HIV AIDS
terlewat. Kejenuhan dan kebosanan ODHA khususnya mengenai obat ARV. Selain
dalam minum ARV dikarenakan ODHA keluarga dan teman, peran Manager Kasus
harus mengonsumsi obat yang sama seumur (MK) dalam peningkatan kepatuhan ODHA
hidup. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dalam minum obat ARV juga penting. Untuk
dari keluarga dan masyarakat sekitar agar menekan jumlah virus HIV, diharapkan
ODHA tidak putus asa.20 ODHA selalu minum obat sesuai yang
Stigma dirasakan juga oleh ODHA dalam diresepkan dan tepat waktu.
penelitian ini yang menyebabkan mereka
merasa kurang nyaman dalam minum obat
ARV misalnya dalam bergaul mereka merasa UCAPAN TERIMA KASIH
malu minum obat ARV di depan teman- Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
temannya. Berdasarkan penelitian pada semua pihak yang telah terlibat dlaam
remaja kota, ODHA yang mengikuti prosedur pelaksanaan penelitian ini, yaitu Global Fund
pengobatan anti retroviral di Amerika dan Direktorat Pengendalian Penyakit
Serikat, disebutkan bahwa 50% dari pasien Menular Langsung sebagai Authorized
yang diteliti kadang-kadang harus Principal Recipient GF Komponen AIDS
melewatkan kewajiban minum obatnya sebagai penyandang dana penelitian ini, dan
karena takut kalau kawan-kawannya atau para informan yaitu para ODHA dan
keluarganya sampai tahu statusnya sebagai keluarga, Manager Kasus, Dinas kesehatan

9
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung, (USAID) by the Quality Assurance Project.
RSHS dan RSUD Kota Bandung, Puskesmas Bethesda, MD: University Research Co.,
Salam dan Kopo, Forum WPA, dan KPAD LLC.
Kota Bandung. 13. Han N et al. Antiretroviral Drug Taking in
HIV Positive Among Myanmar Migrants in
Central Area of Thailand. J. Health Res
DAFTAR PUSTAKA 2009, 23 (suppl) : 33-36
14. Walter H et al. Understanding the facilitators
1. National AIDS Commission. 2009. Republic and barrieres of antiretroviral adherence in
of Indonesia Country Report on the Follow Peru : A qualitative study. BMC Public
up the Declaration of Commitment on HIV- Health 2010, 10:13
AIDS (UNGASS) Reporting Period 2008- 15. Watt MH, Maman S, Earp JA, Eng E, Setel
2009. National AIDS Commission. PW, Golin CE, Jacobson M "It's all the time
2. National AIDS Commission. 2007. National in my mind": facilitators of adherence to
AIDS Commission 2007-2010 HIV and antiretroviral therapy in a Tanzanian setting
AIDS Response Strategies. Soc Sci Med. 2009 May;68(10):1793-800.
3. Kementerian Kesehatan, DitJen. PP&PL. Epub 2009 Mar
2012. Laporan Situasi Perkembangan HIV 16. Yuniar Y dkk. Faktor-faktor Pendukung
dan AIDS di Indonesia sd 30 Juni 2012. Kepatuhan Orang Dengan HIV AIDS
4. Riyarto S, Hidayat B, Johns B, Probandari (ODHA) dalam Minum Obat Antiretroviral
A, Mahendradhata Y et al. 2010. The di Kota Bandung dan Cimahi. Buletin
financial burden of HIV care, including Penelitian Kesehatan. Juni 2013, Vol. 41: 72
antiretroviral therapy, on patients in three – 83.
sites in Indonesia. Oxford University Press, 17. Danistya F, Journal Unnes
Health Policy and Planning 2010;25: 272- http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/
282. article/view/305, vol.1, no.1 (2012)
5. JOTHI. 2010. Akses Obat ARV di Indonesia 18. Payuk I dkk. Hubungan dukungan sosial
sebagai upaya penjaminan kesehatan dengan kualitas hidup orang dengan
masyarakat dan membangun perlindungan HIV/AIDS di Puskesmas Jumpandang Baru
sosial ekonomi dalam penanggulangan Makasar 2012,
AIDS. www.jothi.or.id : diakses 30 Mei http://repository.unhas.ac.id/handle/1234567
2011 89/3975.
6. Susana, R. 2007. Perilaku pencarian 19. Purwaningtias A, Subronto YW, Hasanbasri
pengobatan terhadap infeksi menular seksual M. Pelayanan HIV/AIDS Di RSUP DR.
dan HIV-AIDS pada perempuan pekerja seks Sardjito Yogyakarta. KMPK Universitas
jalanan di Kota Jayapura. Universitas Gadjah Mada. Working Paper Series No. 16,
Gadjah Mada: Tesis. July 2007,
7. Mengenal Terapi ARV Pengalaman ODHA, http://aidsjogja.slametriyadi.com/wp-
Denpasar : Yayasan Citra Usadha content/uploads/2008/03/pelayanan-hiv-
Indonesia.2008 aids-di-rs-sardjito.pdf
8. http://www.pokdisusaids.wordpress.com/retr 20. Obat HIV Harus Diminum Seumur Hidup
ieved May 14th 2012 dan Tepat Waktu, DetikHealth, 1 September
9. Kambu Y, Rachmadi K. 2012. Pokdi Award. 2010, http://aids-ina.org/modules.php?
http://pokdisusaids.wordpress.com/2012/05/ name=AvantGo&file= print&sid=3514
24/pokdi-award/, diunduh pada tanggal 8 21. Rao, D, Kekwaletswe TC, Hosek S,
Oktober 2014. MartinezJ, Rodriguez, F, Stigma and Social
10. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan Barriers toMedication adherence with Urban
dan Pengobatan bagi ODHA. Depkes RI : Youth Livingwith HIV, AIDS care,
Jakarta. 2006. 2007;19(1) Januari:28-33)
11. Chalker J, Andualem T, Tadeg H, Gitau L, 22. Imam, M.H., Karim, M.R., Ferdous, C., &
Ntaganira J, Obua C, et al. Developing Akhter, S., 2011. Health related quality of
standard methods to monitor adherence to life among the people living with HIV.
antiretroviral medicines and treatment Bangladesh: Bangladesh Med Res Counc.
defaulting in resource-poor settings. 23. Suhardiana rahmawati, kualitas hidup orang
Essential Medicine Monitor. 2009(1) dengan HIV AIDS yang mengikuti terapi
12. Jean-Baptiste R. 2008. Factors Associated arv, jurnal sains dan praktik psikologi, 2013
with Adherence to Antiretroviral Therapy in Magister Psikologi UMM, ISSN: 2303-2936
Rwanda: A Multi-site Study. Operations
Volume I (1), 48 – 62
Research Results. Published for the U.S.
Agency for International Development
10
Gambaran Kepatuhan Orang.…(Sugiharti, Yuyun, Heny)

11

Anda mungkin juga menyukai