Anda di halaman 1dari 7

Tindak Pidana Korupsi

Oleh :
Isra Ardianto
Susi Darmawansi
Iis Sugiarti

Email: isra.ardianto026@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini akan menjelaskan secara konseptual tentang demokrasi. Demokrasi
merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit seperti
kalangan elit politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga
swadaya masyarakat, cendekiawan, mahasiswa, dan kaum professional lainnya.
Wacana tentang demokrasi sering kali dikaitkan dengan berbagai persoalan,
sehingga tema pembicaraan antara lain “Islam dan demokrasi”, “politik dan
demokrasi”, “ekonomi dan demokrasi”, “pendidikan dan demokrasi”, “hukum dan
demokrasi”, dan tema lainnya. Karena itu demokrasi mejadi alternatif sistem nilai
dalam berbagai lapangan kehidupan manusia baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, dan negara. Demokrasi merupakan keadaan dimana negara dalam
sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat
dan kekuasaan oleh rakyat. Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem
bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara
maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat
mengandung pengertian tiga hal: pertama, pemerintah dari rakyat (government of
the people); kedua, pemerintahan oleh rakyat (government by people); ketiga,
pemrintahan untuk rakyat (government for people). Jadi hakikat suatu
pemerintahan yang demokratis bila ketiga hal di atas dapat dijalankan dan
ditegakkan dalam tata pemerintahan.
Kata Kunci: Demokrasi, dan Hakikat Demokrasi

1
ABSTRACT
This paper will explain conceptually about democracy. Democracy is a word that
always fill the conversations of various layers of society from the bottom to the
society elite class such as political elites, government bureaucrats, community
leaders, non-governmental organizations, intellectuals, students, and other
professionals. The discourse on democracy is often linked to issues, so the theme
of the talks is "Islam and democracy", "politics and democracy", "economy and
democracy", "education and democracy", "law and democracy", and other themes.
Therefore democracy is an alternative value system in various fields of human life
both in family life, society, and country. Democracy itself is a state where the
state in its sovereign system of sovereignty is in the hands of the people, the
supreme authority is in the decisions with the people, the people in power, the
people's government and the power by the people. The essence of democracy as a
system of society and state and government gives emphasis on the existence of
power in the hands of the people both in the administration of state and
government. The power of government in the hands of the people implies three
things: first, the government of the people; second, government by people; third,
the government for the people. So the essence of a democratic government if the
three things above can be implemented and enforced in governance.

Keywords: Democracy, and the Nature of Democracy

A. Pendahulan

Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara khusus mengatur


hukum acara sendiri terhadap penegakan hukum pelaku tindak pidana korupsi,
secara umum dibedakan dengan penanganan pidana khusus lainya. Hal ini
mengingat bahwa korupsi merupakan extra ordinary crime yang harus
didahulukan dibanding tindak pidana lainnya. Pada dasarnya hukum acara yang
digunakan dalam pemeriksaan pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dilakukan
sesuai hukum acara pidana yang berlaku, tetapi terdapat pengecualian atau
kekhususan hukum acara tersebut, antara lain mengatur:
a. Penegasan pembagian tugas dan kewenangan antara ketua dan wakil ketua
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi;
b. Mengenai komposisi majelis Hakim dalam pemeriksaan di sidang
pengadilan baik pada tingkat pertama, banding maupun kasasi;
c. Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi
pada setiap tingkatan pemeriksaan;
d. Alat bukti yang diajukan di dalam persidangan, termasuk alat bukti yang
diperoleh dari hasil penyadapan harus diperoleh secara sah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. Adanya kepaniteraan khusus untukPengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus

2
di samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan hukum pidana
umum, seperti adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau dari
materi yang diatur. Karena itu, tindak pidana korupsi secara langsung maupun
tidak langsung dimaksudkan menekan seminimal mungkin terjadinya kebocoran
dan penyimpangan terhadap keuangan dan perekonomian negara. Dengan
diantisipasi sedini dan semaksimal mungkin penyimpangan tersebut, diharapkan
roda perekonomian dan pembangunan dapat dilaksanakan sebagaimana
semestinya sehingga lambat laun akan membawa dampak adanya peningkatan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakan pada umumnya.
Tindak pidana korupsi mempunyai hukum acara khusus yang menyimpang dari
ketentuan hukum acara pada umumnya. Hukum Acara Pidana yang diterapkan
bersifat “lex specialist” yaitu adanya penyimpangan-penyimpangan yang
dimaksudkan untuk mempercepat prosedur dan memperoleh penyidikan
penuntutan serta pemeriksaan disidang dalam mendapatkan bukti-bukti suatu
perkara pidana korupsi dan penyimpangan tersebut dilakukan bukan berarti bahwa
hak asasi terangka/terdakwa dalam tindak pidana korupsi tidak dijamin atau
dilindungi, tetapi diusahakan sedemikian rupa sehingga penyimpangan-
penyimpangan itu bukan merupakan penghapusan seluruhnya yang terpaksa
dilakukan untuk menyelamatkan hak asasi tersebut dari bahaya yang ditimbulkan
korupsi. Sedangkan di pihak lain, sebagi ketentuan umun atau “lex generalis”
dalam artian bagaimana melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
sidang pengadilan dalam perkara korupsi sepanjang tidak diatur adanya
penyimpangan dalam UndangUndang No. 31 Tahun 1999, prosesnya identik
dengan perkara pidana umumnya yang mengacu KUHAP. Dengan tolak ukur
bahwasanya tindak pidana korupsi bersifat tindak pidana yang luar biasa (extra
ordinary crimes) karena bersifat sistemik, endemik yang berdampak sangat luas
(systematic dan widespread) yang tidak hanya merugikan keuangan negara tetapi
juga melanggar hak sosial dan ekonomi masyarakat luas sehingga penindakannya
perlu upaya comprehensive extra ordinary measures sehingga banyak peraturan,
lembaga dan komisi yang di bentuk oleh pemerintah untuk menanggulanginya.

B. Pengertian Korupsi

Korupsi adalah realitas tindakan penyimpangan norma sosial dan hukum yang
tidak dikehendaki masyarakat dan diancam sanksi oleh negara. Korupsi sebagai
bentuk penyalahgunaan kedudukan (jabatan) , kekuasaan, kesempatan untuk
memenuhi kepentingan diri sendiri dan atau kelompoknya yang melawan
kepentingan bersama (masyarakat).

Korupsi berasal dari kata latin “Corruptio “ atau “ Corruptus “ yang kemudian
muncul dalam bahasa inggris dan Prancis “ Corruption ”, dalam Bahasa Belanda “
Korruptie ”, dan Bahasa Indonesia “ korupsi “ ( Dr. Andi Hamzah, S.H. 1985: 143
). Korupsi secara harfiah berarti jahat atau busuk ( John M. Echols dan Hassan

3
Shadily, 1977: 149 ), sedangkan A.I.N. Kramer ST menerjemahkannya sebagai
busuk, rusak atau dapat disuapi.

Berdasarkan undang-undang bahwa korupsi diartikan:

1. Barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya


diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung
merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara dan atau
perekonomian Negara atau diketahui patut disangka olehnya bahwa
perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara ( Pasal 2 UU No 20 Tahun
2001 )
2. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu badan menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan secara langsung dapat
merugikan Negara atau perekonomian Negara ( Pasal 3 UU No 20 Tahun
2001 )
3. Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam pasal 209, 210,
387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 425, 435 KUHP.

C. Pelaku Tindak Pidana Korupsi

Berdasarkan Pasal 2 sampai Pasal 17 dan Pasal 21 sampai Pasal 24 UU No 31


Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pelaku tindak
pidananya adalah Setiap orang, yang berarti orang perseorangan dan Korporasi.
Dalam UU No 3 Tahun 1971 pelaku Tindak Pidana Korupsi yaitu orang
perseorang saja. Pelaku Tindak Pidana Korupsi menurut KUHP adalah “ Barang
siapa “ yang berarti orang perseorang ( swasta atau pegawai negeri ).
a. Korporasi
Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisir
baik berupa Badan Hukum maupun tidak. Badan Hukum di Indonesia :
 Perseroan Terbatas (PT)
 Yayasan
 Koperasi
 Indonesische Maatchapij op Andelen ( IMA )

b. Orang Perorangan

4
 Firma
 Perusahaan Komanditer ( CV )
 Pegawai Swasta
 Pegawai Negeri
Pegawai Negeri
Pengertian pegawai negeri ( pejabat ) dalam Psal 1 ayat (2) UU No 31
Tahun 1999 meliputi :
1. Pegawai negeri ( UU No 8 Tahun 1974 )
a. Pegawai Negeri Sipil
D. b. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
E. 2. Pasal 92 KUHP
F. Ayat (1) :
G. a. Orang yang dipilih dalam Pemilu.
H. b. Orang yang diangkat menjadi anggota Badan Pembentuk
Undang-Undang.
I. c. Anggota Badan Pemerintahan.
J. d. Badan Perwakilan Rakyat.
K. e. Anggota Dewan Waterschap.
L. f. Kepala Rakyat Indonesia Asli
M. g. Kepala Golongan Timur Asing.
N. Ayat (2) :
O. a. Hakim
P. b. Hakim Wasiat
Q. c. Hakim administratif
R. d. Ketua atau Anggota Pengadilan Agama
S. e. Semua Anggota Tentara Nasional Indonesia
T. 3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuagan negara.
U. 4. Orang yang menerima gaji dari Korporasi yang menerima bantuan
dari keuangan negara atau daerah.
V. 5. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi yang
mempergunakan modal atau fasilitas negara atau masyarakat.

5
W. Unsur Penegak Demokrasi
X. Model-Model Demokrasi
Y. Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis
Z. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Barat
AA. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2016. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Cetakan
Ke-5. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Huda, Ni’matul. 2010.Ilmu Negara. Cetakan Ke-6.Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Ichsan, Muhammad. 2014. Demokrasi dan Syura: Perspektif Islam dan Barat.
STAIN Zawiyah Cot Kala.Langsa. Vol. 16.No.1.
Juliardi, Budi. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan. Cetakan Ke-3.Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Rosyada, Dede, dkk. 2003. Demokrasi,Hak Asasi Manusia dan
MasyarakatMadani. Ciputat Jakarta Selatan: TIM ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ubaedillah, A, dan Abdul Rozak.2003.Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani.Jakrta: TIM ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ubaidillah, A, dkk.2000. Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Cetakan Ke-
1.Jakarta: IAIN Jakarta Press:

6
7

Anda mungkin juga menyukai