Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KINETIKA DAN PENGENDALIAN REAKTOR


“Kalibrasi Batang Kendali & Penentuan Core Excess”

Oleh :

El Ahmed Fauzi
021600466

Program Studi D-IV Elektronika Instrumentasi


Jurusan Teknofisika Nuklir

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
KALIBRASI BATANG KENDALI & PENENTUAN CORE EXCESS

I. Tujuan Percobaan :
a. Melakukan kalibrasi batang kendali reaktor KARTINI, yaitu menentukan reaktivitas
batang kendali dengan jalan membuat grafik reaktivitas suatu batang kendali terhadap
kedudukannya (grafik versus h ) dan membuat grafik h versus h.
b. Menghitung reaktivitas total ketiga elemen batang kendali di dalam reaktor.
c. menghitung reaktivitas lebih teras reaktor (core excess).

II. Dasar Teori.


Di dalam teras reaktor KARTINI terdapat tiga buah batang kendali, yaitu sebuah
batang kompensasi ( ditempatkan di ring C9 ), sebuah batang pengatur (di ring E1 ) dan
sebuah batang pengaman (di ring C5). Batang kendali tersebut pada dasarnya berisi bahan-
bahan yang sangat kuat menyerap neutron, dalam hal ini dipakai atom-atom boron (=
3837 barn). Reaksi penyerapan antara boron dan neutron dapat ditulis sbb:

5 B10 + 0 n1  5B11 *  3Li 7 + 2 He4 + 2,73 Mev

Batang-batang kendali tersebut dimasukkan ke dalam teras reaktor melalui pipa-pipa


pengarah batang kendali. Pipa-pipa pengarah tersebut dari pipa aluminum yang telah
dianodisasi. Besarnya kekuatan batang kendali di dalam teras reaktor antara lain ditentukan
oleh letak/posisi batang kendali di dalam teras serta besar level daya reaktor yang
dibangkitkan dan ukuran teras reaktor, tampang lintang serapan, temperatur dan lain-lain.
Menurut persamaan per-jam (inhor-equation), nilai reaktivitas sebagai fungsi periode
reaktor adalah :
 T 6
i
 =
+ T
+
 + T
1
i=1 + i T
(1)

Satuan reaktivitas bermacam-macam yaitu :


a. dalam persen (%)
b. dalam dollar ($)
c. dalam per-jam.

Pada umumnya kita memperhitungkan harga dalam satuan $ (dollar) Harga reaktivitas
dalam satuan dollar adalah :
 T 6
i
 =
 eff ( + T)
+ 
 eff (  + T) i=1 1 +  i T
(2)

dengan ketentuan
T adalah periode reaktor
adalah umur generasi neutron.

Periode reaktor didefinisikan sebagai selang waktu yang diperlukan untuk menaikkan daya
reaktor sebesar e kalinya (e = 2,71828). Secara matematik dapat dituliskan sbb:

P(t) (t / T)
= exp (3)
P(0)

dengan ketentuan
T adalah periode reaktor
P(t) dan P(0) masing masing adalah daya reaktor sesudah t detik dan daya reaktor
pada saat awal.
Di dalam praktikum ditentukan P(t)/P0) sebesar 1,5 atau 2 kemudian diukur waktu yang
diperlukan untuk peningkatan daya tersebut.
Berdasarkan pada praktek pengukuran ini, periode reaktor dapat dihitung berdasarkan pada
persamaan

t
T = (4)
P(t)
ln (
P(0)

dengan ketentuan
t adalah waktu yang diperlukan untuk menaikkan daya reaktor 1,5x atau 2x.

Besaran menyatakan umur generasi neutron yang didefinisikan sebagai umur neutron sejak

dilahirkan dari proses pembelahan sampai dengan diserap oleh nuklida di dalam material
bahan bakar atau bocor keluar dari reaktor. Harga untuk reaktor KARTINI menurut
dokumentasi General Atomik sebesar :
= 3,8999. 10-5 detik.

eff adalah fraksi neutron kasip dari U-235. Besarnya eff untuk reaktor KARTINI yang
dikategorikan reaktor termal adalah:
eff = 6,9999 10-3
eff adalah gabungan 6 kelompok neutron kasip yang terjadi di reaktor nuklir. Masing-
masing kelompok neutron kasip dan umur paronya dinyatakan dengan besaran i dan i
dengan ketentuan, i adalah isotop penghasil neutron kasip kelompok i sedangkan i adalah
tetapan peluruhan isotop penghasil neutron kasip kelompok i. Pada tabel (1) dapat dilihat
nilai umur paro dan tetapan peluruhan kelompok nuklida penghasil neutron kasip dari U-235.
Tabel 1. Data kelompok nuklida penghasil neutron kasip dari hasil pembelahan U-235

Grup umur paro tetapan peluruhan = i / eff


(I) (detik) (i)
1 55,72 0,0124 0,033
2 22,72 0,0305 0,219
3 6,22 0,1115 0,196
4 2,3 0,301 0,395
5 0,61 1,138 0,115
6 0,23 3,01 0,042

Apabila reaktor kritis pada daya P0 , kemudian salah satu batang kendali dinaikkan
sehingga terjadi keadaan sedikit super kritis, maka kenaikan daya reaktor sebagai fungsi
waktu seperti terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. melukiskan bahwa daerah 1, adalah daerah dimana reaktor dioperasikan
pada daya tetap P0, sedangkan daerah II adalah daerah perpindahan naik yaitu kejadian
ketika batang kendali dinaikkan sebesar h . tampak bahwa pada keadaan ini terjadi
percepatan perubahan daya pada saat kenaikan batang kendali sebesar h. Pada keadaan ini
tidak diperbolehkan mengukur periode T atau waktu 1,5 kali atau 2 kalinya. Pada daerah III
tampak bahwa daya reaktor naik dengan periode mendekati stabil. Pada daerah ini dilakukan
pengukuran besar periode T atau waktu 1,5 kalinya atau waktu 2 kalinya. Daerah IV adalah
daerah dimana reaktor naik mendekati daya asimtotnya, yaitu nilai daya yang baru setelah
batang kendali dinaikkan sebesar h dan telah terjadi kesetimbangan reaktivitas di teras.
Daya

P1

P0
daerah I daerah II daerah III daerah IV

waktu (t)
Gambar 1. Kenaikan daya reaktor sebagai fungsi waktu (t) akibat ditariknya batang
kendali keluar teras sebesar h.

Percobaan dilakukan pengukuran waktu 1,5 kali atau 2 kali, yaitu waktu antara daya
mula-mula P0 sampai waktu ketika menunjukkan daya 1,5 P0 atau 2 P0. Pengukuran nilai
waktu ini lebih praktis apabila dibandingkan dengan pengukuran secara langsung periode
reaktor T. Nilai  yang sesuai dengan waktu 1,5 kali atau 2 kali dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 2 atau dengan menggunakan tabel reaktivitas sebagai fungsi waktu
1,5 kali atau 2 kali yang tersedia. Apabila diketahui besarnya kenaikan posisi batang kendali
(h) yang mengakibatkan timbulnya , dapat dibuat grafik reaktivitas versus posisi
kenaikan batang kendali yang disebut sebagai kurva integral dan kurva  versus h disebut
sebagai kurva diferensial. Kurva integral dan kurva diferensial dapat dilihat pada Gambar 2
dan 3.
100%

80%



20%
I II III

h1 h2 h3
posisi batang kendali (h)

Gambar 2. Kurva integral reaktivitas batang kendali.

h

I II III
\ h1 h2 h3
posisi kenaikan batang kendali (h)

Gambar 3. Kurva diferensial reaktivitas batang kendali

Kurva integral batang kendali dapat diketahui besarnya reaktivitas batang kendali,
yaitu reaktivitas pada kedudukan batang kendali maksimum. Daerah linear batang kendali
terletak pada daerah II yaitu pada interval prosentase reaktivitas 20% <  < 80%, dimana
kenaikan reaktivitas batang kendali relatif linear terhadap kenaikan posisinya. Reaktivitas
total dari ketiga batang kendali merupakan jumlah dari reaktivitas ketiga batang kendali
(pengaman, kompensasi dan pengatur). Untuk mendapatkan reaktivitas total tersebut, kurva
integral masing-masing batang kendali harus dibuat terlebih dahulu.
Reaktivitas lebih (core excess reactivity) teras dihitung berdasar pada kurva integral
masing-masing batang kendali dan mengamati posisi batang kendali pada saat reaktor kritis
pada daya rendah (dalam orde watt). Reaktivitas lebih teras merupakan jumlah dari
reaktivitas bagian batang kendali yang masih berada di dalam teras pada saat reaktor kritis
pada daya rendah.

III. Alat Yang Digunakan.


1. Picoammeter Keithley
2. Stopwatch
3. Grafik reaktivitas versus waktu 1,5x atau waktu 2x
4. Tabel periode versus reaktivitas

IV. Prosedur Percobaan.


A. Kalibrasi Batang Pengatur
1. Batang pengaman dalam posisi fully up (naik) dan batang pengatur fully down (turun)
2. Batang kompensasi diatur sedemikian rupa (jika perlu kombinasi dengan batang
pengatur/ mendekati fully down), reaktor dibuat kritis pada daya 10 watt. Hubungkan
detektor CIC dengan picoammeter Keithley dan catat arus yang ditunjukkan oleh
picoammeter.
3. Naikkan sedikit kedudukan batang kendali pengatur, maka reaktor akan sedikit super
kritis, dengan melihat pada picoammeter ukurlah waktu untuk kenaikan daya 1,5 kali
(t1,5) atau waktu untuk kenaikan daya 2 kali (t2) dengan stopwatch. Kenaikan daya
berbanding lurus dengan penunjukan picoammeter Keithley. Catat kedudukan batang
pengatur (h).
4. Turunkan kedudukan batang kompensasi sehingga reaktor menjadi kritis kembali pada
daya/arus semula.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 sampai batang pengatur dalam kedudukan naik penuh.
Catatan :
Pada saat menaikkan batang pengatur, periode reaktor jangan sampai menunjuk kurang
dari 15 detik dan pengukuran t1,5 atau t2 dilakukan pada daerah III, dimana pada daerah
ini daya reaktor berubah dengan periode yang konstan.
B. Kalibrasi Batang Kompensasi
1. Batang pengatur dalam kedudukan up dan batang kompensasi fully down. Aturlah
kedudukan batang pengaman sehingga reaktor dalam keadaan kritis pada daya 10 watt.
Catatan :
Apabila sampai dengan kedudukan batang pengaman diatas penuh ternyata reaktor
tidak dapat kritis pada daya 10 watt , maka naikkan kedudukan batang kompensasi
sampai pada posisi tertentu sehingga kekritisan dapat dicapai. Pada kedudukan batang
kompensasi tertentu sesuai keadaan, hubungkan detektor CIC dengan picoammeter
Keithley dan catat besar arus yang tertampil pada picoammeter.
2. Naikkan sedikit kedudukan batang kompensasi, maka reaktor akan mengalami keadaan
sedikit superkritis, catat kedudukan batang kompensasi, catat kedudukan batang
kompensasi. Dengan melihat pada picoammeter, ukurlah t1,5 atau t2.
3. Turunkan batang pengaman sampai arus penunjukan picoammeter menunjukkan nilai
seperti pada keadaan awal percobaan.
4. Ulang I langkah 2 dan 3 berulang-ulang sampai kedudukan batang kompensasi Up.
5. Lakukan pengukuran bagian bawah dari batang kompensasi (bila ada), yaitu posisi pada
saat kritis seperti pada sub nomor 1. hingga kedudukan Down dengan menggunakan
metode rod drop.

C. Kalibrasi Batang Pengaman.


Lakukan percobaan seperti pada kalibrasi batang kompensasi, hanya saja batang
kompensasi ditukar dengan batang pengaman.

Anda mungkin juga menyukai