Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ETIKA HUKUM KESEHATAN

KONTRA RUU-PKS

Disusun Oleh:
Nama :
Tiya Senkiana (1800029378)
Dian Nisrina S. (1800029379)
Rizki Kamisa (1800029380)
Uswatun Hasanah (1800029381)
Luvi Riskia Rahman (1800029382)
Ningsih Juliana (1800029383)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan manusia dengan
sempurna. Memberikan nikmat terbesaar iman dan islan yang tertancap mantap dilubuk hati kita.
Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, dan seluluh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan
dan teladan sampai akhir zaman.
Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
judul “Kontra RUU-PKS“
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis menguncapan terima kasih kepada:
1) Ahmad Ahid Mudayana, S.KM.,MPH selaku dosen mata kuliah Etika Hukum Kesehatan
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2) Kedua orang tua kami, serta semua pihak yang telah memberikaan semangat, ide dan
bantuannya sehingga penyusun dapat menylesaikan Makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti
pepatah tak ada gading yang tak retak, penulis akan sangat berlapang dada dan besar hati
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan
makalah yang selanjutnya.

Yogyakarta, 12 Oktober 2019

Tim Penulis
A. RUUP-KS
Dari hasil diskusi bersama kelompok kami ingin membahas alasan kontra
terhadap RUUP-KS karena beberapa alasan, dimana RUUP-KS sejatinya merupakan
payung hukum untuk mencegah bertambahnya korban kekerasan seksual,selain
melindungi korban rancangan undang-undang itu bertujuan untuk mencegah korban
kekerasan seksual kembali menjadi pelaku dimasa mendatang.
Dalam RUUP-KS pasal 11 poin D tentang tindak pindana kekerasan seksual yaitu
pemaksaan aborsi,pada poin itu dapat bermakna ganda atau multitafsir,dimana kekerasan
seksual pada poin D yaitu pada pemaksaan aborsi itu menurut kami orang yang terpidana
adalah hanya si korban atau orang orang yang dipaksa untuk melakukan tindakan aborsi.
Sementara orang yang melakukan aborsi tanpa paksaan itu tidak terkena pidana,oleh
karena itu masih sangat perlu pembahasan secara jelas untuk siapa saja yang termasuk
dalam tindakan pidana pada poin pemaksaan aborsi di RUUP-KS tersebut.dengan adanya
peraturan tersebut dapat meningkatkan kasus pelecehan seksual sampai ke tindakan
perkosaan Sementara dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2014 Pasal
31 tentang kesehatan reproduksi ini berisi sebagai berikut “ Tindakan aborsi hanya dapat
dilakukan berdasarkan a).indikasi kedaruratan medis; atau b). kehamilan terhadap
perkosaan”.

Anda mungkin juga menyukai