Anda di halaman 1dari 23

Bab I

FONDASI ALKITABIAH

Secara khususpara pendidik kristen, harus dengan hati-hati memeriksa pondasi Alkitabiah yang mendasari praktik
pendididkan kristen.kiab suci adalah esensial untuk bisa mengerti keunikan kristen dalam pendidikan. Berbagai
model yang dibangun diatas fondasi yang alkitabiah berfungsi sebagai acuan untuk mengkaji sebuah upaya
pendidikan pada masa lampau, kini, dan masa depan.

Perjanjian Lama

Brueggemann mengidentifikasi komponen dari kanon perjanjian lama sebagai logos, yaitu kemampuan
membedakan hikmat yang aplikatif terhadap kehidupan rill sehingga memberikan makna dan
keteraturan.Brueggemann menyebut bagian kanon ini sebagai pathos,yang menimbulkan kekacawan dalam
kehidupan komunitas iman atau bangasa israel dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.salah satu
tambahan yang di idemtifikasi, tetapi tidak di tentukan oleh Brueggemann, namun sebenarnya signifikan bagi
terbentunya iman, yaitu posisi Allah doksologi,dimana pujian dan sukacita menyatakan umat percaya yang dikasihi
oleh Allah dan yang mengasihinya.masing-masing bagian dari kitab suci ini seharunya menjadi acuan bagi setiap
pemikiran dan praktik pendidikan yang dilakukan dalm konteks masa kini yaitu:
1. kitab keluaran adalah kitab yang utama dalam hal menggariskan norma-norma yang harus ditaati oleh
komunitas iman dan diajarkan kepada generasi berikitnya.
2. kitab hikmat adalah konsep hikmat,khususnya konsep tentang bentuk konkret dari literatur
hikmat,seseorang yang diberikan karunia hikmat dan mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
nasehat kepada orang lain.

Perjanjian Baru

Kevin Giles menunjukkan bahwa dalam hubunganya dengan perjanjian baru, setiap peminpin komunitas iman
adalah pendidik.para peminpin tersebut termasuk para rasul, nabi,uskup, diaken, penatua, para wanita,anggota-
anggota gereja, bahkan anak-anak yang sudah terserap dalam lingkup pengajaran Yesus. Inilah yang menjadi inti
pesan dari injil matius, yang berfungsi baik sebagai bahan pengajaran maupun sebagai kurikulum.
1. Injil Matius adalah manual pengajara tentang bagaimana memuridkan orang kristen, sebagai tambahan
terhadap tugas pendidikan ini, pola pengajaran dalam injil matius menunjukan bagaimana pengajaran
dilaksanakan di gereja perdana.
2. Injil Lukas adalah metode sang guru agung sebagai tambahan catatan terhadap pengajaran Yesus ini, kitab-
kitab injil ini memberikan variasi metode mengajar yang digunakan yesus dalam pelayanan-Nya
3. 1 korintus 2:6-16hikmat dan Roh kudus,para pendidik kristen haru mempertimbangkan pelayanan
pengajaran rasul paulus .fokus paulus adalah hikmat dari Allah yang sumbernya adalah roh kudus,proses
belajar mengajar yang efektif menbutukan kehadiran dan pekerjaan roh kudus yang kontinu.
4. Surat efesus:pola dan tujuan,pola umum pelayanan paulus seperti terlihat di surat efesus, adalah sebuah
pola yang menggabungkan pengajran doa syafaat dan nasehat. Bertujuan untuk mempersiapkan orang
percaya bagi pelayanan tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk mendidik.
5. Surat kolose dan filipi:hikmat dalam kristus
6. Sumpemasi hubungan
7. Surat ibrani
BAB II

FONDASI TEOLOGIS

EMPAT ELEMEN TEOLOGI YANG UNIK

Pendekatan Injil pada pendidikan agama menekankan pada empat elemen unik yang secara natural merupakan
teknologi utama: otoritas Alkitab, pentingnya pertobatan, karya penebusan Yesus Kristus dan kekudusan pribadi.
Kekuatan individu bisa berpotensi menjadi kelemahan apabila Kekuatan tersebut membatasi kendaraan akan
dimensi dimensi lain seperti dimensi kehidupan kemenangan atau reaksi.

OTORITAS ALKITAB

kitab suci dipandang sebagai yang diinspirasi secara Ilahi dan orang percaya dipanggil untuk

menemukan agenda alkitabiah di dalam pendidikan Kristen, sama seperti mereka juga terpanggil untuk

menemukannya di dalam seluruh aspek pemikiran dan kehidupan. kitab suci berfungsi sebagai final dan

sebagai filter atau penyaring yang digunakan untuk memeriksa semua kebenaran atau kesesuaian dan

konsisten atau tidak dengan dunia dan terpandang kekristenan.

kitab suci berfungsi sebagai firman Allah yang tertulis yang menyebabkan Firman hidup Yesus

Kristus yang memberikan kepada Firman yang kreatif seperti yang digambarkan dalam alkitab. Oleh

karena itu, orang Kristen injili harus dengan hati-hati mendasarkan apa yang mereka bangun terhadap

pondasi Alkitab seperti yang disebutkan sehingga program pendidikan mereka dapat dipandu dengan

baik.
PENTINGNYA PERTOBATAN

pemberitaan Injil dan pertobatan adalah 2 isu dalam pendidikan Injil yang bisa saling

melengkapi fokus pada katekisasi dan pembinaan. katekisasi adalah instruksi yang membina proses

integrasi kebenaran Kristen dengan kehidupan. pembinaan adalah berbagai Aktivitas keseharian

persamaannya dilakukan secara interpersonal di antara orang Kristen yang dicirikan oleh adanya kasih

dan pemeliharaan spiritual yang menghasilkan bangunan gereja Kristen.

melalui usaha-usaha pendidikan dasar dasar kebenaran imam yang alkitabiah dibagikan dan secara

khusus karya penyelamatan Allah yang luar biasa dinyatakan dalam kelahiran, kehidupan, kematian, dan

kebangkitan Yesus Kristus.

beberapa konsekuensi yang membantu dalam meningkatkan penjualan di dalam pendidikan:

• peserta didik harus mengetahui hukum moral dan implikasi etika Kristen bagi orang yang

bertanggung jawab secara moral.

• harus dibina dalam iman dan bertumbuh dalam kasih karunia.

• ada yang pengen jalan di dalam pendidikan melibatkan pengetahuan prinsip dasar teologi Kristen.

• salah satu fungsi pelayanan pendidikan gereja adalah rekrutmen peserta baru.

• kesatuan doa bagi mereka yang mempertimbangkan untuk mengambil komitmen Kristiani harus menjadi
komponen reguler dalam persiapan pengajaran.
KARYA PENEBUSAN YESUS KRISTUS

kemunculan Tuhan Allah yang luar biasa dengan kemuliaan-nya dan juruselamat kita Yesus

Kristus. Mari kita pahami sekali dan selamanya bahwa kebenaran ini bukanlah tentang masalah

keagamaan semua ini adalah kebenaran umum yang dipegang oleh seluruh cabang Gereja Kristen.

bahkan di beberapa tempat kebenaran-kebenaran itu setelah dikurangi kotanya dengan cara

dikompromikan dan dibatasi kotanya atau dikabulkan melalui tradisi buatan manusia dan faktanya adalah bahwa
kebenaran kebenaran itu tetap berdiri baik sebagai pondasi maupun kerangka referensi untuk cara pandang
kekristenan. meskipun elemen unik ini memampukan kita untuk memperjelas kepercayaan dan kontinuitasnya
dengan pernyataan Alkitab tetap saja elemen ini bisa membawa kita kepada kondisi statis dan sikap tidak kritis yang
membuat kita gagal menjawab kebutuhan untuk kontekstualisasi.

menghidupi kabar baik tetapi juga mempercayainya. sebuah kepastian biologis yang mengirim nasi kebutuhan untuk
kontekstualisasi yang menyangkut karya kreatif dan presidensial yang bekerja dalam sejarah dan masa sekarang. hal
itu juga berarti gagal dalam mempercayai inkarnasi yang diwujudkan dalam diri Yesus Kristus.

hubungan antara teologi dengan pendidikan Kristen adalah sebuah isu krusial. Sara little

memberikan beberapa kemungkinan berikut:

• teologi adalah konten yang diajarkan dalam pendidikan Kristen.

• Teologi adalah referensi untuk apa yang harus diajarkan serta untuk metodologi dan berfungsi

sebagai norma untuk menganalisis karya-karya kritis dan mengevaluasi semua pendidikan

Kristen.

• ideologi tidak relevan dengan tugas pendidikan Kristen: karena itu pendidikan Kristen sifatnya.

• biologi dan pendidikan Kristen adalah 2 disiplin ilmu yang berbeda yang terikat secara mutual

dan saling bekerja sama untuk kemajuan Kerajaan Allah.

sama seperti pendidikan Kristen mampu berkontribusi pada tugas-tugas teologi teologi juga bisa

berkontribusi pada pendidikan Kristen titik geologi juga bisa memberitahu u Apakah praktek pendidikan

Kristen yang dilakukan sudah sesuai dengan Alkitab dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan kekonsistenan terhadap nilai-nilai Alkitab


KEKUDUSAN PRIBADI

sejarah dengan yang khusus pada elemen kedua orang ingin mendengarkan kebutuhan untuk

menyelaraskan setiap pribadi di dalam iman Kristen dan untuk bertumbuh dalam keintiman dan perizinan relasi
dengan Kristus. Bahaya dari elemen unik ini dengan kecenderungannya yang terbuka pada anggapan yang personal
dan introspeksi sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran sosial secara rohani atau kekudusan. ketidakpedulian
yang jelas terhadap proses sosial dan kepasifan sosial yang pada akhirnya melahirkan status quo juga pada akhirnya
bisa dengan cepat muncul.

Ada beberapa hubungan antara Kristus dan budaya:

• Kristus melawan budaya titik Kristus adalah otoritas tunggal: klaim budaya ditolak.

• Kristus dari budaya. sistem kekerabatan berbeda dari budaya bukan dari jenisnya tetapi dari kualitasnya:
budaya terbaik harus diseleksi untuk disesuaikan dengan Kristus.

• Kristus di atas budaya. penerimaan terhadap anugerah menyempurnakan dan melengkapi budaya, walaupun
tidak ada "Kurva yang mulus atau garis yang tidak putus" di antara keduanya.

• Kristus dan budaya adalah paradoks. kedua otoritas harus ditaati: oleh karena itu orang percaya hidup
dalam ketegangan seperti ini.

• Kristus mentransformasi budaya. budaya mencerminkan keadaan manusia yang sudah jatuh kedalam dosa:
dalam Kristus pribadi tersebut ditebus dan budaya dapat diperbaharui menjadi untuk memuliakan Tuhan dan
mendukung rencana atau tujuan Tuhan.

FONDASI ORTODOKS

diluar empat orang teologi yang unik tersebut, sangatlah mungkin untuk menggambarkan fondasi teologis dari
pendidikan injili dengan merujuk kepada pengakuan Imam rasuli, yang memberikan

kerangka untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan teknologi yang sesuai dengan kitab suci.
TUHAN SANG PENCIPTA

karena Tuhan adalah pencipta dunia dan umat manusia maka Tuhan adalah sumber kehidupan

dan manusia bertanggung jawab kepada Tuhan. Tuhan sebenarnya menciptakan perjanjian kreatif dengan manusia.
pendekatan pendidikan yang berpusat pada Tuhan bergantung pada pernyataan Ilahi dan mendorong manusia untuk
menemukan makanan hidup dalam Tuhan yang merupakan hal esensial.

manusia harus di instruksikan dalam tanggung jawab mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tuhan

telah berinisiatif untuk bersekutu dengan manusia dan praktik pendidikan harusnya memelihara respons

manusia kepada Tuhan. Manusia diadopsi sebagai anggota keluarga Allah dan sebagai efeknya manusia

mendapatkan hak istimewa serta tanggung jawab.


BAB III

FONDASI FILOSOFIS

Pendidikan Kristen adalah filosofi, yang dalam hubungannya dengan fondasi Alkitab dan teologi, akan
memberikan dasar-dasar universal yang bersifat transcultural dan kultural dalam rangka memandu pola pikir dan
praktik pendidikan. Filosofi pendidikan berusaha mengartikulasikan sebuah skema pemikiran yang sistematis dan
memberikan kehidupan yang berfungsi untuk memandu praktik pendidikan. Sebuah cara pandang bisa didefinisikan
sebagai sekumpulan asumsi mendasar yang melahirkan pola pikir dan tindakan.

Cara pandang kristiani terdiri dari sekumpulan kepercayaan Kristen yang fudemental yang paling
mumpuni dalam menjelaskan hubungan antara Allah dengan ciptaan. Karena itu tugas pendidik Kristen petama-
tama adalah mengeskplorasi cara pandang kristianinya yang akan mempunyai implikasi langsung dan hasil berupa
tindakan bagi pendidik. Alat untuk mengembangkan cara pandang seperti itu disebut sebagai ilmu filsafat.

Sementara secara umum filsafat berarti suatu disiplin ilmu yang membahas tentang natur realitas dan
meneliti tentang peinsip-prinsip umum pengetahuan, ekssitensi dan kebenaran Allah. Bagi orang Kristen, Allah
adalah sumber kebenaran dan realitas Dalam analisis finalnya, pokok bahasan utama tentnag filsafat Kristen adalah
berkenan dengan hubungan manusia dengan Allah pencipta/ penebus. Filosofi pendidkan Kristen atau filosofi
Kristen tentang pendidikan hendaknya didefinisikan sebagai “suatu usaha untuk menyusun secara sistematis
beberapa pemikiran tentang pendidikan ketika diberikan makna bedasarkan pengajaran yang Alkitabiah yang
menyatakan iman Kristen yang ortodoks”

Definisi ? Pendidikan

Berbagai macam definisi pendidikan sebagai pendidikan telah diberikan dan dapat ditempatkan sebagai
suatu jajaran yang berkutub dua, yaitu: pendidikan forma dan informal. Pendidikan formal bisa didefinisikan sebagai
pendidikan yang “konsvensional yang disampaikan secara teratur, logis, terencana, dan sistematis. Pendidikan
formal secara langsung dikaitkan dengan institusi sekolah dan pengalaman kelas actual.

Secara umum, definisi pendidikan formal terbatas pada pengalaman manusia dalam kelas yang hampir
tidak berkaitan sama sekali dengan pengalaman peserta didik yang sifatnya insidentil dan bervariasi sekali di luar
kelas. Ini merupakan suatu definisi pendidikan yang terbatas bila dibandingkan dengan berbagai pelayanan
pengajaran yang dijelaskan di kitab suci, yang tidak memandang sekolah sebagai tempat utama untuk
menyampaikan iman.

Definisi pendidikan informal memandang seluruh kehidupan dan pemgalaman sebagai pendidikan dan
menghargai interaksi informal dan tidak disengaja sebagai kesempatan untuk belajar. Saat seseorang bertumbuh
dalam sebuah kominitas iman atau keluarga, sebagian atau mungkin sebagian besar dari penglaman
pembelajarannya bersifat tidak terencana dan tidak sengaja. Hal ini membatasi reformasi atau pembaruan dalam
komunitas, karena tidak hanya komunitas yang membentuk atau mendidik individu, tetapi individu juga bisa
membentuk atau mendidik individu, tetapi individu juga bisa membentuk atau mendidik komunitas.

Perwujudan dari nilai-nilai ini sering kali melampaui proses sosialisasi dan kultuarisasi. Struktur iman
konvenan memberikan tempat bagi berkat dan peringatan, karena afirmasi dan kritik akan membatasi asosisasi
ekslusif antara pendidikan dengan sosialisasi. Usaha yang bertujuan, sistematis, dan tetuji waktu untuk
menyampaikan, membangkitkan atau memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, keterlampilan, atau kepekaan, juga
semua hasil lainnya dari usaha tersebut. Pendidik bersifat bertujuan dalam arti pendidikan itu direncanakan atau
disengaja. Pendidik bersifat bersifat sistematis dalam arti pendidikan itu disajiakan secara berurutan dan peka
terhadap kesiapan peserta didik. Tidak ada cara yang tepat dan dapat menolong peserta didik untuk membedakan
mana pendidikan yang salah dan mana pendidikan yang benar. Bagi para pendidik Kristen, patokan penilaian yang
dipakai adalah cara pandang kristiani dalam arti bahwa pendidikan yang benar itu adalah pendidikan yang selaras
dengan cara pandnag kristiani sedangkan yang tidak benar adalah yang tidak selaras.

Definisi Pendidikan Kristen

Ada beberapa alternative dari definisi pendidikan Kristen berikut ini:

1. Pendidikan Kristen adalah proses belajar mengajar yang berdasarkan Alkitab, dimampukan oleh Roh
kudus (berpusat kepada Kristus). Pendidikan Kristen berusaha membimbing individu di semua level
pertumbuhan lewat berbagai cara pengajaran kontomporer ke arah pengenalan dan pengalaman akan
rencana dan tujuan Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan .
2. Pendidikan Kristen adalah proses yang berpusat pada Kristus, berdasarkan pada Alkitab, berkaitan
dengan mimbar ketika mengomunikasikan Firman Allah yang tertulis melalui kuasa Roh Kudus
dengan tujuan memimpin orang lain kepada Kristus dan membangun mereka dalam Kristus
3. Pendidikan adalah proses yang melibatkan kerja sama antara Tuhan dengan manusia dalam rangka
menumbuhkan dan mengembangkan orang-orang dalam kehidupannya, yakni dalam hal pengenalan
yang saleh, iman, pengharapan dan ksih melalui Kristus.
4. Pendidikan menghasilkan perubahan, pembaruan, dan reformasi dalam diri individu, sekelompok, dan
struktur masyarakat oleh Karena kuasa Roh Kudus sehingga membuat mereka yakin serupa dengan
kehendak Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan di dalam pribadi Yesus Kristus, dan semua
hasil lainnya daari usaha tersebut.
BAB IV

FONDASI HISTORIS

Dalam menyelidiki fondasi historis, para pendidik dipaksa untuk mempertimbangkan aspek pendidikan

yang lebih cenderung berubah dan berbagai kejadian dalam kurun waktu dan tempat yang berbeda.

Diperlukan adanya kepekaan dan kewaspadaan untuk menghindari pola pikir yang tidak

mempertimbangkan aspek historis. Pertimbangan tentang fondasi historis ini juga bias

mengidentifikasikan aspek kekhususan sejarah yang membutuhkan perhatian khusus apabila seseorang

ingin membahas aspek tertentu yang unik dalam konteks waktu dan lokasi tertentu.

SEJARAH DAN METODE SEJARAH

Marc Bloch mendefinisikan sejarah sebagai “ilmu tentang manusia di dalam kerangka waktu”. Sejarah

adalah ‘ilmu’ dalam arti sejarah adalah kumpulan seperangkat penyelidikan yang berisi analisis dokumen

dan bukti-bukti lain yang dilakukan dengan penuh keteraturan dan objektivitas. Sejarah adalah ilmu

tentang manusia dalam arti sejarah berkaitan dengan manusia secara individu dan kelompok dalam

pemahaman konkret dan dengan pemahaman terhadap manusia dalam situasi yang konkret. Karena itu

tugas untuk mengerti sejarah adalah sebuah tugas yang tidak pernah berakhir karena manusia terus

berkembang dan punya perspektif baru tentang masa lalu. Metode sejarah dalam arti sempit berpusat

pada pengejaran kebenaran yang didasarkan pada penyelidikan dan pemeriksaan bukti-bukti sejarah

yang terdokumentasi secara hati-hati. Sedangkan dalam arti luas, metode sejarah melibatkan

metodologi yang menggunakan data dan fakta yang diakumulasi melalui penyelidikan dokumen yang

kritis untuk mengerti masa lalu.

SEJARAH DAN PENDIDIKAN

Sejarah tidak bisa dijadikan sarana pencarian solusi cepat dan mudah bagi masalah masa kini dan masa

depan. Sejarah tidak menyingkapkan jawaban yang khusus dan konkret bagi dilema di bidang

pendidikan. Lebih jauh, sejarah memberikan kepekaan akan adanya kemungkinan dan kompleksitas

dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh, pertanyaan dalam pendidikan masa kini mungkin sama dengan
pertanyaan yang timbul pada Abad Pertengahan, tetapi mungkin cara menanyakan konteksnya lah yang

berbeda. Sebagai tambahan, untuk menstimulasi kesadaran kita akan kontinuitas dan diskontinuitas,

sejarah juga bisa meluaskan pengertian kita melampaui fokus yang terbatas pada masa lalun dan

memberikan inspirasi bagi usaha pendidikan saat ini maupun yang akan diproyeksikan di masa depan.

SEJARAH DAN PENDIDIKAN KRISTEN

Martin Luther melihat sejarah sebagai cerita mengenai providensi ilahi dan sebuah panduan praktis bagi

kehidupan. Pendidik Kristen bisa menghargai usaha para pendidik Kristen di abad-abad awal sebagai

sumber kunci bagi cara pandang dan pembelajaran. Karena itu masa lalu bertindak sebagai pembimbing

bagi pendidikan Kristen di masa kini dan di masa depan. Para pendidik Kristen tidak harus kembali

menciptakan roda (melakukan hal yang sama seperti pendahulu mereka). Pendidik Kristen bias

membedakan bagaimana Allah telah menyatakan diri-Nya dan menyampaikan kebenaran-kebenaran-

Nya melalui berbagai macam proses pendidikan di masa lalu.

PERJANJIAN LAMA

Pengajaran Perjanjian Lama termasuk di dalamnya instruksi dan nasihat atau peringatan. Pendidikan

berpusat pada Taurat, hokum Tuhan, yang pertama-tama disampaikan secara oral (mulut ke mulu), lalu

ditulis dalam kitab Suci, yang didalamnya terkandung penyataan moral dan spiritual Tuhan. Tujuan

pendidikan dalam Perjanjian Lama adalah membawa seseorang kepada kekudusan dan transformasi.

Konteks utama dari pendidikan ini adalah rumah, orang tua yang bertanggung jawab untuk mengajar

anak-anak mereka dalam hukum Taurat, membawa mereka masuk ke dalam pernikahan, dan

mengajarkan kepada mereka kemampuan tertentu. Metodologi pengajaran bergantung pada kombinasi

moral yang disertai dengan berbagai alat bantu menghafal, termasuk puisi, permainan kata-kata, dan

teka-teki. Prinsip utama dalam semua praktik pengajaran ini adalah bahwa manusia harus membawa

kehormatan dan pujian bagi nama Tuhan dan keluarga mereka melalui cara hidup mereka.
WARISAN YUNANI

Dalam diskusinya tentang pendidikan Barat, Freeman Butts, seorang sejarawan pendidikan, membuat

observasi seperti ini: “kita bisa berpikir seperti sekarang sebagian besar karena orang Yunani berpikir

dengan cara seperti itu sebelumnya. Cara berpikir Barat sangat dipengaruhi oleh cara berpikir orang

Yunani, sejalan dengan itu pola pikir dan praktik pendidikan yang ada juga sangat dipengaruhi oleh

warisan intelektual Yunani yang unik. Idealisme plato menjaga kepeduliaan seseorang terhadap

reformasi sosial dan politik karena itu merupakan hasil dari pendidikan dalam diri seseorang yang

memercayai dan menangkap hal ideal tersebut. Tantangan ini berlaku bagi mereka yang mengajar di

rumah sebagai orang tua dan anggota keluarga; di gereja, sekolah dn komunitas sebagai pendidik,

gembala dan sesama orang Kristen dan dalam semua seting kehidupan lainnya. Heschel menunjukkan

kalau pendidik Kristen harus melampaui pragmatisme yang dominan di Amerika Serikat.

PERJANJIAN BARU

Murid-murid Yesus mengikuti pola penyembahan dan pembelajaran orang Yahudi. Beberapa kitab

dalam Perjanjian Baru menunjukkan ada berbagai metode pendidikan yang berbeda, yang kebanyakan

mencerminkan budaya Yahudi Kuno. Dalam banyak cara Perjanjian Baru, yang ditulis dalam bahasa

Yunani, mengawinkan idealisme dari pendidikan Perjanjian Lama dan warisan Yunani. Beberapa tokoh

Perjanjian Baru mempelajari iman Kristen mereka dalam seting mereka. Timotius dipengaruhi oleh

neneknya, Lois, dan ibunya Eunike. Cara mengetahui dan hidup seperti yang diajarkan dalam Perjanjian

Baru membutuhkan keterlibatan aktif dalam dunia dalam ketaatan pada pemerintahan Kristus dan

dalam respons terhadap pengalaman menjadikan Kristus raja dalam hidup mereka. Dalam terang

perspektif Perjanjian Baru ini, satu isu yang dimunculkan untuk praktik pendidikan masa kini dan masa

depan adalah sampai sejauh apa praktik pendidikan bisa memelihara respons hati, kepala dan tangan

seseorang sesuai dengan penyataan Allah di dalam Yesus Kristen.


ORANG KRISTEN MULA-MULA

Dalam gereja mula-mula, ada penekanan pada penyampaian warisan Kristen yang benar. Tantangan dari

dalam dan dari luar harus dihadapi dengan hati-hati sambil terus bercermin kepada iman. Dalam

konteks ini, komunitas iman dipelihara sambil tetap menekankan pada kanon, aturan iman dan tatanan

gereja. Aturan iman termasuk di dalamnya pengakuan akan ketuhanan Yesus, pengakuan iman rasuli,

dan ringkasan sejarah alkitabiah yang dipercaya oleh pengikut Yesus yang setia. Tantangan gereja

secara spesifik menjelaskan organisasi yang sah dan disiplin yang mencerminkan gereja yang sejati dan

mereka yang punya otoritas untuk mengarahkan kehidupan dunia. Berbagai bentuk pendidikan pun lahir

untuk menjawab tantangan menafsirkan iman dalam terang ekspektasi eskatologi yang tidak terpenuhi.

Pengakuan iman adalah pengakuan tentang ketuhanan Yesus, yang dielaborasi dalam pengakuan Iman

Kristen. “Jalan” adalah ekspektasi moral yang spesifik bagi pengikut Yesus yang dengan jelas

digambarkan dalam Didakhe, bentuk instruksi katekismus paling awal.

ABAD PERTENGAHAN

Setelah era Constantine dan pendirian kekristenan, peran pendidikan Kristen pun berubah.

Penyembahan muncul sebagai media utama pendidikan Kristen. Walaupun penyembahan diarahkan

kepada Tuhan, perkembangan kekayaan simbiolismenya dalam arsitektur, seni dan music menjadi

sarana pengajaran iman bagi para peserta didiknya. Karakter penyembahan yang dielaborasi termasuk

di dalamnya Misa, yang dirayakan setiap hari, berbagai hari raya Kristen yang diasosiasikan dengan

kalender liturgical dan drama religius tentang moralitas dan ‘mystery plays’ (dalam kekristenan di abad

pertengahan). Di abad ke -12, universitas menjadi terlalu besar bagi gerakan sekolah katedral dan

berusaha menghasilkan profesional dan para pemikir. Dalam ‘Children without Childhood, Marie Winn
menyarankan bahwa masyarakat Amerika Utara bergerak ke arah “Abad Pertengahan Baru” dalam cara

berhubungan dan mendidik anak-anak mereka. Dia menyatakan bahwa ada perubahan fokus dari anak-

anak yang dilindungi dan dibedakan dari orang dewasa di abad lalu kepada penekanan masa kini pada

persiapan kehidupan dewasa bagi anak-anak, yang menempatkan mereka dalam posisi yang tidak

dibedakan. Sarannya yang provokatif adalah bahwa gerakan ini membangkitkan kembali cara pandang

yang popular di Abad Pertengahan. Perkembangan abad pertengahan ini paralel dengan meningkatnya

anomali dan pluralitas visi dalam hidup, dan gereja lokal di zaman modern harus menjawab kebutuhan

akan adanya satu pusat yang menyatukan kehidupan kelompok dan komunitas. Ada dua isu tambahan

dari warisan pendidikan Abad Pertengahan. Meningkatnya ketertarikan dalam disiplin dan formasi

dalam spiritual yang dicirikan dengan perkembangan biara, bisa dilihat di dalam cara mereka menjaga

hubungan dengan Tuhan dan refleksi di tengah dunia yang terus bergerak dengan cepat. Isu kedua yang

muncul dari penggunaan komunikasi visual yang ekstensif di Abad Pertengahan adalah menurunnya

dampak Alkitab tertulis yang bisa dilihat dari masyarakat yang berorientasi media seperti Amerika

Serikat, yang paralel dengan keterbatasan ketersediaan Alkitab tertulis dan pendidikan formal di abad

pertengahan.

RENAISSANCE

Renaissance adalah kebangkitan kembali, kelahiran kembali, pembaharuan pembelajaran yang terjadi di

abad ke-14 hingga ke-16. Berbagai area kehidupan dipengaruhi oleh Renaissance yang pada akhirnya

mempengaruhi pendidikan. Pendidikan ala Renaissance bercirikan adanya tujuan yang diperluas, dengan

penekanan lebih pada perkembangan individual. Isu-isu yang lahir dari Renaissance adalah

memperkenalkan kembali pertanyaan-pertanyaan dari warisan pendidikan Yunani, secara khusus, posisi

logika manusia dalam hubungannya dalam iman Kristen. Bagi sebagian pemikir Renaissance, logikan

diposisikan di atas iman. Ada kecenderungan untuk menempatkan humanisme, ilmu pengetahuan dan

seni setara dengan kebenaran-kebenaran Kristen yang sudah dinyatakan.

REFORMASI

Reformasi menekankan pembenaran oleh iman(sola fide). Perbedaan-perbedaan antara iman dan
tindakan percaya pun dibuat. Iman menekankan pada seseorang yang berjalan, sementara percaya

menekankan pada konten dan pengakuan iman. Baik iman dan tindakan percaya sama-sama penting,

tetapi keselamatan dipandang dalam arti iman pribadi, komitmen personal, dan percaya kepada Yesus

Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di dalam prinsip ini melahirkan visi baru bagi pendidikan Kristen

dalam pengertian pendidikan universal. Tujuan pendidikan Kristen adalah melatih semua orang Kristen

untuk menjadi imam Allah yang hidup. Dengan membandingkan dan mengkontraskan perkembangan di

masa Renaissance dan Reformasi, kita bisa mengidentifikasi isu-isu yang berkaitan dengan pola piker

dan praktik pendidikan. Keduanya merupakan ekspresi dari pembaharuan sosial dalam masyarakat:

dalam Reformasi pembaharuan terutama berfokus pada teologi dan gereja. Dalam masa Reformasi ada

nuansa iman pribadi yang diperoleh dengan membaca Kitab Suci dan tanggung jawab pribadi seseorang

kepada Tuhan sebagai imam dalam komunitas Kristen dan dunia. Di masa Reformasi pertanyaan

seriusnya adalah tentang norma agama dan tradisi gereja yang ada. John T.McNeill menyatakan bahwa

para tokoh reformasi harus berbeda dari humanis Kristen, di mana Reformasi menekankan pada

kemuliaan dan kekudusan Allah, keberdosaan manusia dan jurang pemisah antara Allah dan manusia

yang hanya bisa diperdamaikan oleh Yesus Kristus.

AMERIKA SERIKAT

Lawrence Cremin mengajukan sebuah jaringan atau konfirgurasi institusi yang mendidik, sekaligus

diidentifikasi sebagai ekologi pendidikan. Selain Amerika Serikat, perkembangan di belahan dunia

Selatan di mana iman Kristen bersifat dinamis dan berkembang, orang Kristen dituntut untuk

menuliskan sejarah kehidupan Kristen berdasarkan konteks-konteks tersebut. Hubungan antar-institusi

atau agen yang membentuk sebuah konfigurasi pendidikan bisa digambarkan sebagai hubungan yang

saling meneguhkan, melengkapi dana tau bertentangan satu sama lain. Hubungan anta institusi ini juga

bisa digambarkan sebagai saling melengkapi satu dengan yang lain dengan cara saling memberi input

dan dampak bagi institusi sejenis lain yang mengalami kekurangan di area tertentu.

Cremin mengidentifikasi setidaknya ada lima serangan yang mengancam pendidikan di Amerika:

• ada banyaknya institusi


• dalam mengevaluasi perkembangan di Amerika Serikat adalah pada masa yang berbeda

masyarakat juga menekankan pada institusi yang berbeda.

• di Amerika Serikat ada usaha bersama yang dilakukan sekolah-sekolah untuk menyeimbangkan

idealism sosial tentang kebebasan, persamaan hak dan persaudaraan.

• ada usaha yang tidak tergoyahkan untuk mempopulerkan pendidikan, untuk membuatnya lebih

mudah dan tersedia untuk diakses semua orang.

• dari Cremin adalah catatan sejarah pendidikan di Amerika Serikat yang menunjukkan usaha

menekan atau membebaskan itu tergantung pada orang-orang atau kelompok yang terlibat.

PENDIDIK INJILI DI PASCA-PERANG DUNIA

Kontribusi pendidik Injili setelah Perang Dunia II harus dipandang dalam kaitannya dengan kontroversi

fundamentalis-modernis yang sebelumnya. Perkembangan ini kemudian membentuk konteks yang di

dalamnya mengeksplorasi karya-karya:

• Frank E. Gaebelein

• Lois E. LeBar

• Lawrence O. Richards

• Gene A. Getz

KONTINUITAS DAN PENEGASAN ULANG

Untuk menjawab pertanyaan tentang kontinuitas, kita sebaiknya mengingat apa yang C.S Lewis sebut

sebagai “kepercayaan palsu yang kronologis”. Teologi Injili mengimplikasikan adanya penegasan pada

dasar-dasar kebenaran di atas dasar pewahyuan dan hubungannya dengan realitas sebagai bukti yang

dinyatakan dalam studi sejarah. Cara pandang ini menjadi panduan yang membantu kita dalam pola

piker dan praktik pendidikan saat ini. Walaupun cara pandang ini memberikan kesinambungan, cara

pandang ini juga membutuhkan adaptasi terhadap konteks yang spesifik. Dunia dan kehidupan Kristen

harus peka terhadap perkembangan sejarah. Perkembangan teori pendidikan adalah sebuah seni yang

memasukkan kreativitas, subjektivitas, dan resiko. Orang Kristen tidak bisa memilih waktu perjalanan

sejarah hidup mereka, tetapi berada di satu titik tertentu dalam sejarah mengharuskan mereka belajar

dari masa lalu dan hidup di masa kini dengan kepedulian akan masa depan di dalam Tuhan.
BAB V

FONDASI SOSIOLOGIS

Tugas ilmu sosiologi adalah menganalisis proses- proses yang olehnya realitas dikontruksi secara sosial.
Tugas ini secra khusus menjadi penting untum mempertimbangkan oleh endidik Kristen, karenapendidikan pada
dasarnya menekankan ada proses menghasilkan dan mendistribusikan penetahuan. Dalam kasus iman Kristen,
pendidik maksumembagikan pengetahuan tentang Tuhan, seperti yang dinyatakan dalam Yesus Kristus dan
pengetahuan tentang iman Kristen itu sendiri.

Pendidik Kristen berusaha berbagi dengan peserta didiknya bukam hanya apa yang telah menjadi nyata
bagi mereka, tetapi juga apa yang ditetapkan sebagai realitas oleh komunitas krsten selam berabad abad. Adalah
penting untuk mengenali komunitas Kristen sebagai entitas social dalam ekspresi sejarah dan kontoporernya.

Karena itu harus ada perhatian khusus untuk diberikan pada fondasi-fondasi sosiologi dalam pendidikan
kristn. Fondasi-fondasi soiologis ini termasuk dalamnya cara pandang yang berasal dari sosiologi dan antropologi,
dan secara khusus antropologi budaya. Untuk mengerti proses pendidikan, seseoran haruskepada budaya dan
masyarakat. Tapa budaya, kekristenan adalah sesuatu yangabstrak yang tidak berhubungan dengan kehidupan
manusia.

KONTRUKSI SOSIAL DARI REALITAS: BUDAYA

Budaya tinggi diasosiakan dengan kelas elit yang berbudaya dan berpengetahuan,sementara budaya rendah
diasosiakan dengan kelas pekerja. Bagi pendidikan Kristen, pembedaan ini bisa mengimplikasi asdanya perbedaan
agenda pendidikan bergantung pada peserta dalam kelas sosialnya. Analisisnya mengindikasikan bahwa perubahan
dalam pendidikan tidak bisa menyesuaikan dengan kecepatan dalam perubahan social dan budaya.

Tugas pendidik adalah membuat pengajaran mereka tetap update dan relevan dengan konteks budaya
mereka supaya bisa terus memberi dampak pada peserta didik yang hidup dalam budaya tersebut. Dunia dan cara
pandang Kristen dalah pola makna yang terus disampaikan dalam sejarah yang teruwujud melalu simbol-simbol
yang terkandung didalam-nya. Ini lebh dari sekedar sistem, dengan mempertimbangkan. Klaim realitas supernatural
dalam kekristenan, tetapi untuk tujuan mempertimbangkan tugas pendidikan Kristen untuk meneruskan kebenaran
Kristen, setidaknya nilah yang harus kita pertimbangkan.

Budaya bagi orang kisten bisa mnejadi gaya hidup kudus yang diekpresikan melalui kejujuran, keadilan
dan kebenaran. Budaya bisa menjadi keikutsertaan dalam pekerjaan di dunia, membuat atau mengubah suatu hal,
dan melalukan hal tersebut dalam rangka menyatakan dirinya sebagai penyandang citra Allah sesuai dengan
kehendak dan tujuan Allah yang khusus. Oran Kristen bisa melakukan pekerjaan ini dengan kepekaan da
akuntabilitas, dengan imajinasi kreatif dan ekspresi diri yang memberikan kemuliaan kepada Tuhan. Karena itu yang
membedakan aktivitas budaya Kristen adalah komitmen mereka, nilai-nilai mereka kepekaan mereka yang berfokus
pada penyataan dan kehendak Allah agi hidup manusia.

Di satu sisi, kebebasan dari budaya tidak mungkin dberikan pada manus yag adalah makhluk ciptaan
karena manusia adalah makhluk budaya, tetapi di sisi lain, Kritus memampukan manusia untuk lepas dari aspek
budaya yang membatasi atau menekan mereka dan mencegas mereka menjadi sepeti apa yang Tuhan maksudkan
dalam hidup mereka. Bagi orang Kristen, pertumbuhan mengimplikasikan bukan hanya perubahan, tetapi juga
kontinuitas, bukan hanya perubahan, melainkan juga kesesuaian dengan kehendak Allah di tengah perbahan itu.

Karena itu orang Kristen harus sadar akan perubahan budaya dan mendukung perubhana yang mewakili
penyataan kehendak Allah yang lebih akurat bagi kemanusiaan dan seluruh ciptaan. Tantangan bagi orang Kristen
adalah kemungkinan adanya sikap diskriminasi tentang asal usul lensa tersebut. Beversluis menjelaskan kekudusan
sebagai hidup di antara keraguan dan iman, antara rasa bersalah dan pembaharuan dengan harapan.

Beversluis menjelaskan ketaatan. Beversluis menjelaskan ketaatan budaya sebagai tindakan melakukan
pekerjaan duniawai dengan tetap menjaga prinsip diskriminasi dan akunbilitas. Dia melihat keterlibatan dalam dunia
sebagai bagian dari pengudusan Kristen yang tetap mengingat keberadaan dosa dan dunia, sambil tetap berusaha
mencari untuk mentransformasinya. Untuk membedakan hbungan mereka dengan budaya yang lebih luas, pendidik
Kristen bisa mempertimbangkan peran kontekstualisasi dan dekontekstualisasi dalam pelyanan mereka.

KONTEKSTUALISASI DAN DEKONTEKSTUALISASI DALAM BUDAYA

Kontekstualisasi di definisikan sebagai proses yang kontinu di mana kebenaran diaplikasikan dan muncul
dari situasi sejarah yang konkret. Dekontekstualisasi adalah penghakiman Firman Allah, yang mentransformasikan
aspek personal,politik,sosial dan budaya dalam dimensi kehidupan. Proses pertama adalah kontekstualisasi yang
membutuhkan adanya dialog antara pendidik Kristen dan konteks imanen dalam pelayanan.

Proses kedua adalalah dekontekstualisasi, yang mengharuskan adanya dialog antara pendidik Kristen dan
kitab suci yang transenden. Dalam proses kedua ini, dibutuhkan proses hemeneutik terhadap kitab suci. Kedua
proses ini saling melengkapi dan sama-sama penting untuk menghasilkan respons yang tepat bagi tuntutan injil
untuk menjadi berada di dalam, tetapi tidak berasal dari dunia. Orang Kristen injili biasanya mengenali kedua proses
ini dan hubungan di antara keduanya.

Ketertarikan baru ini telah difasilitas secara luas oleh mereka yang terlibat dalam pelayanan misi karena
mereka berurusan dengan pernyataan iman Kristen di dalam konteks Global. Berbeda dengan kaum injili, orang
Kristen liberal dan liberasionis cendrung menerapkan hermeneutic pada dunia. Dengan melakukan hal ini mereka
telah dengan mudah mengabaikan berbagai dimensi tuntutan dalam firman Allah.

Dengan terlalu berfokus pada dekontekstualisasi, liberal, dan dalam beberapa kasus, liberasionis, seringkali
menjadikan agenda dunia sebagai agenda Allah, bukan sang pencipta. Allah sang pencipta telah dinyatakan dalam
kitab suci, yang tertulis, diciptakan,dan hidup.
SOSIOLOGI PENGETAHUAN

Hati-hati mengobservasi bahwa sosiologi penegtahuan memperlakukan pengetahuan (atau apa yang disebut
sebagai pengetahuan) sebagai sesuatu yang dikontruksi dengan atau mengandung unsur sosial. Sosiologi
pengetahuan juga meneliti bagaimana subjek atau disiplin ilmu dikontruksi seccara sosial sebagai sebuah makna
yang diterima semua orang. Gagasan bahwa pengetahuan hadir dalam budaya mengimplikasikan bahwa
pengetahuan bisa ditetapkan secara sosial melalui kebutuhan kelompok dan individu. Pertama, pengetahuan
memprogram saluran yang dari padanya sebuah dunia yang objektif dihasilkan.

Manusia adalah agen eksternalisai dan mengekpresikan diri mereka dalam berbagai aktivitas dan bentuk
yang sama seperti Tuhan mengekspresikan diri-Nya lewat ciptaan. Kedua, pengetahuan membuat dunia ini menjadi
suatu objek melalui bahasa dan media kognitif yang didasarkan pada bahasa, yaitu bahasa mengatur dunia menjadi
objek yang bisa dimengerti sebagai realitas. Adam memberi nama makhluk ciptaan dan dalam proses menamai
tersebut dia membuat realitas menjadi suatu yang objektif. Allah dinyatakan pertama-tama sebagai Firman yang
berbicara dan menghasilkan semua kehidupan dan ciptaan. Ketiga, pegetahuan diinternalisi sekali lagi sebagai
kebenaran yang valid dan objektif melalui tindakan sosialisasi.

Dunia dinamai oleh Allah dan Adam kemudian meneruskan kepada keturunannya an oleh mereka
diinternalisasi sebagai kebenaran yang ojektif. Cara pandang keempat diartikulasi oleh Paulo freire. Freire
mengatakan manusia tidak pernah bisa dimengerti terlepas dari hubungan mereka dengan duia melalui bahasa
pikiran. Freire, seperti Gill, berusaha memlihara subjektivitasdan objektivitas melalui sikap yang murni pad
pengetahuan. Pengetahuan sejati melibatkan keterlibatan aktif dalam proses politik untuk mengubah dunia agar
menyadari pembebasan seperti yang didefinisikannya, sebagai humanisasi. Freire berharap manusia akan menjadi
seperti apa yang Allah kehendaki bagi mereka dan secara aktif terlibat dalam dunia dan turut mengembangkan
kebebasan semua ciptaan. Sosiologi pengetahuan mengharuskan pendidik Kristen memikirkan dan
mempertimbangkan beberapa hal penting berikut:

Pengetahuan tidak bisa dipisahkan dai keberadaan seseorang dalam dunia dan pengetahuan seperti yang
dinyatakan oleh masyarakat dan komunitas iman, mengandung dan menentukan tugas pemberian nama,
menciptakan, mengkritik, dan menstransformasikan dunia oleh manusia secara individu dan kelompok yang ada
didalamnya.

Pengetahuan mengimplikasikan aktualisasi dan ekspresinya, tetapi apa artinya pengetahuan tanpa adanya
kepastian dan hanya mengetahui sebagian saja, yang diimplikasikan oleh natur Tuhan yang tersembunyi yang tidak
dinyatakan dalam pernyataanNya? Orang Kristen harus mengenali ada pengetahuan yang merupakan misteri dan
tidak lengkap dalam hal Doktrin dan kehidupan yang melawan sikap arogan dalam kaitannya dengan perspektif
seseorang terhadap kehidupan, teologi,dan pendidikan. Orang Kristen bisa mengenali adanya paradoks dan selalu
terbuka pada kebenaran dan terang yang baru.

.
BAB VI

FONDASI PSIKOLOGIS

pendidikan secara umum dipahami dan dipraktekkan selama abad ke-21 sangat tergantung pada Psikologi
dan berbagai teorinya penemuan-penemuan penelitiannya dan prakteknya. bermacam-macam cabang psikologi
termasuk psikologi behavioral, psikoanalisis kognitif, perkembangan, gestalt, humanistik, sosial,. dan
transformasional.

orang Kristen ditantang untuk tetap setia pada pemikiran psikologi secara umum atau mengembangkan
suatu psikologi Kristen untuk membangun konsep dan praktik pendidikan Kristen. Setiap psikologi memberikan
pengertian tentang apa yang harus ditekankan saat bekerja dengan manusia sementara manusia itu terus
berkembang dari lahir sampai meninggal dan sampai kehidupan setelah kematian.

Lawrence CRabb Seorang psikolog Kristen yang menyebutkan tentang empat pendekatan.

bisa digambarkan sebagai pendekatan referensi atau fragmentasi. Pendekatan yang terpisah tetapi setara
dalam memandang manusia dan dalam relasi dengan manusia.Dalam pendekatan ini kehidupan manusia akan
diarahkan oleh perspektif psikologis dalam semua bidang kehidupan yang sekuler yang menganggap bahwa Iman
religi atau Iman Kristiani dan perkembangannya pada hakekatnya tidak berkaitan dan tidak terpengaruh oleh
proses psikologis.

menolak pengetahuan dari psikolodi dan menempatkan manusia dalam konteks agama yang telah ditenrukan
sebelumnya dimana kehidupan manusia secara total dibentuk oleh pengetahuan dan perspektif agama yang tidak
ternodai oleh psikologi ataupun oleh pengetahuan pengembangan diri.

Dengan segenap manusia dapat didefinisikan sebagai suatu realitas yang muncul dimana struktur-struktur
yang potensial dalam berubah seseorang diberikan bentuk tertentu dan bervariasi jangka waktu tertentu
sepanjang hidupnya. Menurut definisi pertama adalah perspektif yang bersifat Developmental dan
nondevelmental. Perubahan tingkah laku ini sama mendasar dan sama pentingnya dengan perubahan
perkembangan dalam struktur fisik yang dimulai pada masa kehamilan yang berhasil ketika tubuh seseorang
menjadi dewasa secara fisik. Ini akan sangat mempengaruhi bagaimana pendidik kristen formulasikan psikologi
pendidikan yang dianutnya dan bagaimana direksi bank secara eksplisit atau implisit dalam mengajar atau
berinteraksi dengan orang lain.

PERKEMBANGAN KOGNITIF: JEAN PIAGET

Seorang filsuf ini berkebangsaan Swiss yang mempelajari tentang bagaimana awal mula dari struktur
pikiran dan pengetahuan manusia lahir Dan bagaimana hal tersebut berupa cairan terjadinya proses pematangan
khususnya mulai dari lahir sampai usia remaja. Peran dari dimensi kognitif ini pendiri Kristen bisa mengkritis
pandangan yang terlalu menekankan pada proses berpikir tanpa mempertimbangkan Sisi motivasi perasaan
tingkah laku dan kecenderungan-kecenderungan yang terlihat Seiring berjalannya waktu. Piagiat tidak akan
menyatakan adanya pandangan Kristiani tentang kemutlakan moral dan teologis yang akan mempengaruhi
manusia.

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: ERIK ERIKSON

Erik Erikson adalah seorang psikoanalisis dan profesional di bidang Psikologi Perkembangan di Universitas
Harvard. berbeda dengan yang menekankan pada perkembangan psikoseksual dan perkembangan yang abnormal,
erikson menekankan pada perkembangan yang normal. Teori Erikson merupakan gabungan dari ilmu biologi
Psikologi dan antropologi dalam menganalisis Bagaimana seseorang merasakan tubuhnya dirinya dan perannya
dalam masyarakat ketika berbenturan dengan beragam pandangan dalam kehidupannya.

Asumsi asumsi dasarnya:

kepribadian manusia berkembang Menurut data yang sudah ditetapkan sebelum menuju uatu kesiapan
seseorang yang akan diarahkan pada disadari dan berinteraksi dengan suatu radius sosial yang makin melebar.
berasumsi bahwa masyarakat pada prinsipnya cenderung berkonsentrasi dalam rangka memenuhi dan
mengundang serangkaian potensi untuk berinteraksi dan dalam upaya untuk mengamankan dan mendorong
terciptanya tingkat kecepatan dan urutan berkembangnya semua potensi. Konsep ini telah memberi pendidik
Kristen bisa beberapa hipotesis untuk melihat dimensi dimensi afektif manusia dalam berbagai tahap
perkembangannya.

PERKEMBANGAN MORAL: LAWRENCE KOHLBERG

Proses berpikir moral adalah faktor utama dan menentukan dalam pendidikan moral bagi kohlberg. Dia
mengidentifikasi tiga tingkat utama dan perkembangan moral: tingkat prekonvensional, tingkat konvensional dan
tingkat paksa konvensional atau tingkat prinsipil.

Pergerakan terjadi melalui ketiga tingkat ini menuntun seseorang untuk menarik diri dari usaha menjadi
pribadi yang melekat pada standar standar eksternal dan yang membutuhkan afirmasi dari prinsip-prinsip internal
yang bersifat otonom.Tingkah laku bermoral dapat dikatakan jauh lebih penting daripada penilaian moral situasi
dan tekanannya motif dan emosi pribadi serta kehendaknya. Cara pandang teistik Menekankan hubungan dalam
sebuah komunitas cara pandang ini tidak berarti mengesampingkan individualitas dan otonomi sepanjang hal
tersebut berada dalam batasan yang benar.

Dalam mempertimbangkan perkembangan moral di tingkat korporat dan masyarakat orang kristen tidak
hanya harus menilai Bagaimana gereja lokal berfungsi sebagai komunitas yang positif inklusif yang membangun
perkembangan keluarga besar dari komunitas iman Kristen tetapi mereka juga harus melihat bagaimana gereja
lokal mengabaikan sebagai barang tertentu yang bersikap tidak responsif terhadap kebutuhan kebutuhan mereka
sendiri sehingga mengakibatkan munculnya rasa persaingan secara individual dan hilangnya komunitas.

Tujuan dari klarifikasi moral adalah memampukan peserta didik untuk lebih menyadari nilai-nilai
pribadinya pendekatan ini mengasumsikan nilai yang bersifat relatif atau netral yang bertentangan dengan
intensifikasi nilai-nilai Absolut yang disampaikan dengan pendekatan indoktrinatif.
PERKEMBANGAN IMAN: JAMES FOWLER

James fowler mengembangkan teori tentang tahap-tahap perkembangan iman yang membangun Teori ini
berdasarkan teori Piaget tentang perkembangan kognitif dan teori tentang perkembangan moral. Metode yang
digunakan untuk membentuk wawancara yang bersifat individual meskipun memang telah memberikan beberapa
pemahaman penting tentang cara-cara seseorang mendeskripsikan komitmen imannya metode-metode ini telah
membatasi kompleksitas iman yang bersifat relasional dan mental yang harus mempertimbangkan pekerjaan Allah
yang misterius dan relasi antara Allah dengan manusia.

PENELITIAN NEUROLOGIS DAN EDUKASIONAL

Penelitian baru dalam rangka memahami fungsi otak dan dampaknya terhadap pembelajaran dan
perkembangan religius telah berkontribusi pada munculnya pandangan yang holistik. Ketika seseorang menghargai
hal-hal terkait pelatihan, persepsi, pengalaman, emosi, dan daya ingat dalam pelajaran berarti yang telah
memperluas fokus sempitnya dalam kategori kognitif dan juga telah memperluas ketergantungannya yang tadinya
hanya pada perkataan ketika ia mengkomunikasikan iman yang hidup. Perkembangan harus difokuskan kepada
individu-individu dengan serangkaian karunia dan cara mereka berfungsi di dunia ini agar dapat memberikan arah
dan melayani sesamanya dan seluruh ciptaan.

ASUMSI-ASUMSI TENTANG TEORI PERKEMBANGAN

Apakah perkembangan ini lebih dari sekedar menggantikan Tetapi lebih pada mendorong seseorang
menuju ke tingkat integrasi yang terakhir yang biasanya disebut sebagai kedewasaan. Penekanan pada
perkembangan menjadi kunci penting bagi komitmen Kristiani untuk menjalani proses pengasuhan dan penyucian
nama penekanan seperti itu dampaknya bertentangan dengan komitmen orang Kristen untuk mengalami
transformasi personal dan sosial.

SEBUAH MODEL KRISTIANI YANG INTERAKTIF

Berdasarkan Nature manusia yang telah jatuh dalam dosa manusia membutuhkan instruksi koreksi dan
disiplin dengan menyadari bahwa anugerah Allah akan rasakan saat manusia merasa tak berdaya. Lingkungan
mengacu pada totalitas konteks dimana seseorang bertumbuh atau berkembang. dimensi-dimensi lingkungan
secara fisik, psikologis, familial, komunal, ekonomi, politik, sosial, budaya, edukasi, estetik dan religius pasti
mempengaruhi manusia. Lingkungan dengan berbagai ekspresinya mempengaruhi manusia lewat pengalaman
mereka. Dampak dari Nature dan cara seseorang dibesarkan dalam diri setiap orang tidak bisa diprediksi secara
tepat.
BAB VII

FONDASI KURIKULUM

Pendiri dipanggil untuk memberikan perhatian pada peserta didik mereka yang berasal dari
berbagai latar belakang dan pengalaman yang berbeda penduduk juga dipanggil untuk memperhatikan
konten yang mereka bagikan mengingat potensi transformatif yang ada dalam diri dan hidup peserta
didik pendidik terpanggil untuk memperhatikan Tuhan teks tempat hidup dimana para peserta didik
mereka berada termasuk komunikasi masyarakat dan pada akhir dunia mereka yang mencerminkan
kasih Allah bagi seluruh ciptaan.

Evaluasinya harus mencakup kelebihan dan kekurangan dari materi yang disampaikan dan
kebutuhan unik masing-masing setiap pendidik. Keputusan yang diambil berkaitan dengan kurikulum
harus dinaungi oleh fokus yang lebih besar dalam kehidupan dan pelayanan pendiri kita sendiri
pendidikan secara sadar tergantung pada tuntunan roh kudus dan menunjukkan kasih yang murni bagi
peserta didiknya.

METAFORA KURIKULUM

Herbert M. Memberikan analisis yang membantu tentang metafora akan penyusunan


kurikulum. Dia mengidentifikasi 3 metafora yang mempengaruhi pola pikir dan praktik penyusunan
kurikulum dalam pendidikan umum atau pendidikan Kristen: produk, pertumbuhan, dan perjalanan.

METAFORA KURIKULUM

Dalam metafora ini kurikulum dilihat sebagai sarana produk dalam pendidikan sementara
peserta didik adalah bahan mentah yang akan ditransformasikan menjadi produk yang sempurna dan
berguna di bawah pengawasan teknisi yang berkemampuan tinggi yaitu pendidik.

Tujuan pembelajaran anak-anak dalam teks laporan ini seringkali disusun secara kompetitif atau
komparatif oleh pendidik dengan berfokus pada pembentukan peserta didik menjadi sesuai dengan apa
yang ditetapkan sebelumnya.
METAFORA PRODUKSI

Dalam metafora ini, kurikulum dilihat sarana produksi dalam pendidikan, semenytara peserta
didik adalah bahan mentah yang akan ditransformasi menjadi produk yang sempurna dan berguna.

METAFORA PERTUMBUHAN

Dalam metafora ini kurikulum digambarkan seperti pemeliharaan rutin yang diberikan dalam
situasi rumah kaca di mana peserta didik akan bertumbuh dan berkembang menuju potensi tertinggi
mereka dibawah pengawasan dan perhatian pendidik yang bijaksana dan sabar. Potensi ini terfokus
pada Kebutuhan individu fokus pada manusia memperoleh spon mereka dan kebebasan Untuk
meringankan elemen-elemen yang berbeda dan unik.

METAFORA PERJALANAN

Metafora ini melambangkan keseimbangan pendekatan yang berfokus pada pendidik dan
peserta didik. tujuan pembelajaran peserta didik disusun dalam struktur yang kooperatif atau
kolaboratif yang mengasumsikan adanya suatu tingkatan tanggung jawab dalam diri peserta didik.

POSISI NILAI DALAM KURIKULUM YANG EKSPLISIT

Sebuah kurikulum menyajikan nilai-nilai yang berkaitan dengan pengertian sikap kemampuan
dan perilaku yang akan diteruskan kepada peserta didik. Perubahan dan transformasi adalah realitas
yang harus dipertimbangkan dan direncanakan dalam pengembangan berbagai kurikulum mereka yang
menggunakan kurikulum harus didorong untuk mengadaptasi materi yang ada agar sesuai dengan
kelompok yang mereka ajar dan sistem pengajaran mereka.

KURIKULUM YANG IMPLISIT

Menurut Elizabeth Vallance, "kurikulum implisit" mengidentifikasi dampak samping dari pendidik yang
sifat nonakademis dan sistematis yang dirasakan tetapi tidak cukup untuk menjelaskan atau menjadi
referensi bagi kurikulum yang eksplisit kurikulum eksplisit adalah tujuan umum Kurikulum yang
dinyatakan dan program atau event mendidikan tertentu. Penekanan pada kurikulum implisit tidak
seharusnya mengecilkan fokus terhadap kurikulum implisit sebagai dimensi akademis dari kurikulum.
seiring dengan itu penekanan pada kurikulum eksplisit juga tidak seharusnya mengecilkan perhatian
pada kurikulum implisit. pendidik Kristen terpanggil untuk bertanggung jawab dalam kedua area
kurikulum ini dan saling melengkapi fokus di area akademis dan nonakademis sebisa mungkin baik
konten maupun pengalaman pendidikan keduanya harus diperhatikan. baik kurikulum implisit maupun
kurikulum eksplisit sama-sama harus menjadi fokus para pendiri Kristen dalam merencanakan dan
mengimplementasikan program pendidikan yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai