Askep Gerontik Katarak
Askep Gerontik Katarak
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Post Operasi Katarak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga
minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan –
kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan
motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk
melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri
– ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar,
1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja
dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari
(Murray dan Zentner, 1970)
2.2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar
oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena
adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang
tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat
mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan
fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens
melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam
bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan
desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya
terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui
kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular
atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi
Katarak
2.3.1 Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda – tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda – tanda infeksi:
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva
menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningaktan suhu tubuh
- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan
SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap
informasi.
2.3.3 Perencanaan
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif
dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
c) Intervensi:
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan
penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan
kebutuhan terapi.
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai
beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif
atau non farmakologik, seperti berikut;
- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur,
berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan
pada sisi yang tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif
adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat
dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri
dengan aalgesik yang diresepkan.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri
dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam
pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda
memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra
okuli (TIO) atau komplikasi lain.
2.3.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta
keadaan umum klien.
2.3.5 Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
menggunakan metode SOAP.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA PANDU, PSTW “BAHAGIA” MAGETAN
TANGGAL 03 – 07 DESEMBER 2001
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul
11.30 WIB samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama : J A I K E M
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d) Agama: Islam
e) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak
f) TB/BB: 140 cm / 33 kg
g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian
memutih.
i) Alamat: Sepanjang, Surabaya
j) Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k) Hubungan dengan klien: adik kandung.
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
= laki - laki = klien Ibu Jaikem
= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling,
sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
--
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu
Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata
rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau
tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an
cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy
cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang
digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain
untuk menengok teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien
juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam
lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap
hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan
teman – temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah
mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas
pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan
teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien
sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai
har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga
dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun
dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih
kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita
penyakit lain, klien merasa seat – sehat saja. Semenjak operasi
klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair,
nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar
sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur.
Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala
disertai mata kiri terasa panas dan berair.
Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai
kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar
matahari langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan
informasi dari perawat panti serta pendamping wisma yang
bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta
pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi
setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang
menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami
beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan
Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain
seperti debu, cuaca tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien
diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa,
klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri
pada luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene
tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa
wajar karena umurnya sudah tua.
Konsep diri baik karena klien mampu memandang
dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.
Emosi klien stabil
Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris
eringnya klien mengunjungi teman – temannya di wisma yang
lain.
Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap
kehidupan di luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien
ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan
senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam
hal makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi.
10)Tinjauan sistem
a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.
b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c) Skala koma glasgow: 15
d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,8 0C, RR: 18 x/mnt;
TD: 130/80 mmHg.
e) Sistem kardiovaskuler:
- Inspeksi: keadaan umum terlihat baik
- Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan
pembesaran jantung.
- Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara
abnoral lain.
- Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara
lain menyertai.
f) Sistem pernafasan:
- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan
otot dada (-)
- Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus
kordis teraba.
- Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang
- Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)
g) Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan
pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit
baik.
h) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi,
frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)
i) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan,
osteoporosis (-), kemampuan menggenggam kuat, otot
ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
j) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak
ada pembesaran kelenjar.
k) Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas
terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan
imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari
dapur umum panti ditambah dengan kadang – kadang minum
kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien
mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari
dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi
sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak
tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah
ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan
menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya,
riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon
klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan
jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan
bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan
agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa
bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga
mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+),
hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50
mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan
bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
11) Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan
skor: 10, fungsi intelektual utuh.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek
kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan –
raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda –
tanda depresi pada klien.
d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial
klien dalam kedaan normal.
12)Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)
DO:
2. - Mat
a kiri berair, hiperemis(+) Peningkatan Resiko infeksi
- IOL kerentanan
(+) skunder terhadap
interupsi
DS: pembedahan
- Klie katarak.
n mengatakan mata kiri
terasa nyeri, panas dan nyeri
menyebar sampai ke kepala.
- Klie
n mengatakan mata kirinya
terus berair dan
mengeluarkan kotoran.
3.
DO: Keterbatasan Resiko cidera
- Sekr penglihatan.
et pada mata kiri (+).
- Mat
a kiri berair(+)
- Riw
ayat post op katarak 16 hari
yll.
DS:
- Klie
n mengatakan matanya
terasa kabur sejak 3 tahun
yang lalu.
- Klie
n mengatakan usianya
sudah 85 tahun.
DO:
- Klie
n berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi
ragu – ragu.
- Klie
n mampu melihat dalam
jarak pandang 50 mtr.
Observasi
nyeri terutama bila disertai mual.
Pertegas
pembatasan aktifitas yang
disebutkan dokter yang mungkin
termasuk menghindari aktifitas
berikut:
- Berbaring
pada sisi yang dioperasi
- Membungk
uk melewati pinggang
- Mengangka
t benda yang beratnya
melebihi 10 kg.
- Mandi
Resiko infeksi b/d - Mengedan
2. peningkatan selama defekasi.
kerentanan skunder Setelah diberikan
terhadap interupsi asuhan
pembedahan katarak. keperawatan
selama 3 hari,
infeksi tidak terjadi Tingkatkan
ditandai dengan: penyembuhan luka:
- - Berikan
Penyembuhan luka dorongan untuk mengikuti diet
insisi tanpa infeksi. yang seimbang dan
- asupancairan yang adekuat.
Kemerahan (-) Gunakan
- teknik aseptik untuk meneteskan
Edema kelopak tetes mata:
mata (-) - Cuci tangan
- sebelum memulai
Drainase pada - Pegang alat
kelopak mata (-) penetes agak jauh dari mata
- - Ketika
Materi purulen (-) meneteskan, hindari kontak
- antara ata, tetesan dan alat
Peningkatan suhu penetes.
tubuh (-) Ajarkan teknik ini kepada klien
dan anggota keluarganya.
Kaji tanda
dan gejala infeksi:
- Kemerahan,
edema pada kelopak mata
- Infeksi
konjungtiva (pembuluh darah
menonjol)
- Drainase
pada kelopak mata dan bulu
mata
- Materi
purulen pada bilik anterior
(antara korm\nea dan iris)
- Peningkata
n suhu
Resiko cidera b/d - Nilai
keterbatasan laboratorium abnormal (mis.
3. penglihatan. Peningkatan SDP, hasil kultur
dan sensitivitas positif)
Lakukan
tindakan untuk mencegah
ketegangan pada jahtan (misal
anjurkan klien menggunakan
Setelah diberikan kacamata protektif dan pelindung
asuhan mata pada siang hari dan
keperawatan pelindung mata pada malam
selama 3 hari, hari).
cidera tidak terjadi
ditandai dengan: Modifikasi
- lingkungan untuk menghilangkan
Klien tidak kemungkinan bahaya:
mengalami cidera - Singkirkan
atau trauma penghalang dari jalur
jaringan selama berjalan.
dirawat. - Pastikan
pintu dan laci tertutup atau
terbuka dengan sempurna.
Tinggikan
tempat tidur. Letakkan benda
dimana klien dapat melihat dan
meraihnya tanpa klien
menjangkau terlalu jauh.
3.4 Implementasi
Waktu/tgl Implementasi Evaluasi
4 – 12 – 2001 Memb K
09.00 erikan HE pentingnya: lien kooperatif.
- Pemba K
tasan aktifitas. lien berjanji akan selalu
- Asupa mengahbiskan porsi
n gizi dan minum yang makanannya.Klien
memadai (makan 1 porsi banyak bertanya
habis). tentang nyeri yang
- Mengu dirasakannya.
rangi paparan terhadap
5 – 12 – 2001 sinar matahai atau kontak
09.30 langsung dengan benda K
alergen. lien marapikan meja
kecil di samping tempat
Menge tidur.
valuasi lingkungan kamar K
tidur klien: lien menata barang –
- Penem barang (gelas, piring,
patan benda – benda di sendok) di atas tempat
meja. tidur.
- Kebers G
ihan lantai kamar. orden telah terpasang.
- Mema L
5 – 12 – 2001 sang gorden untuk antai kamar disapu dan
11.00 mengurangi paparan dipel oleh petugas.
terhadap snar matahari.
K
lien bersemangat
belajar memebrsihkan
sekret mata.Klien dapat
meneteskan obat tetes
Menga mata sendiri dibantu
jarkan teknik perawatan oleh teman
kebersihan mata: sekamarnya.
5 – 12 – 2001 - Cara K
12.30 membersihkan sekret. lien sudah punya
- Cara kacamata pelindung
meneteskan obat tetes sinar matahari.
mata.
- Mengg K
6 – 12 – 2001 unakan pelindung mata lien berbaring ke posisi
09.00 bila keluar wisma di sebelah kanan, kadang
siang hari. berganti posisi dengan
semi fowler.
Menga K
tur posisi tidur klien berbaring lien tampak kesulitan
ke sisi mata yang tidak mengikuti instruksi,
dioperasi. tetapi mau mencoba
unutk berlatih.
Melati
h relaksasi untuk mengurangi
rasa sakit pada mata kiri.
3.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri b/d interupsi S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri
pembedahan katarak pada sudah agak berkurang, klien sudah
mata kiri. dapat istirahat dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan
mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.