Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari Ibu Prof. Dr. Yulia Mirwati,
S.H., M.H selaku dosen pengampu yang telah berkontribusi dengan memberikan
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan semoga untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun susunan dan menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
D. Aziz Abdullatif
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................23
B. Saran .........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan akan tanah, baik untuk pemukiman maupun untuk tempat usaha.
lain mengenai bahwa tanah wakaf tak boleh berubah wujudnya dan
peruntukkannya walau sudah habis atau sudah tidak sesuai lagi dengan
yang secara tidak langsung bisa dirasakan masyarakat luas. Selain itu timbul
ibadah, apabila tanah itu digunakan untuk kepentingan umum seperti tanah
1
Brahmana Adhie dan Hasan Basri Nata Menggala (penyunting), Reformasi Tanah , (Jakarta:
Mandar 1998), 37
B. Rumusan Masalah
Muslim?
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
nuansa kajian fiqh muamlat dan hukum Islam, yang selalu mengalami
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf
Indonesia berasal dari kata kerja bahasa Arab. Waqafa - Yaqifu- Waqafan
baik hissi maupun maknawi. Kata wakaf itu menurut Abd al-Wahhab
Khallaf juga digunakan untuk objeknya yakni dalam arti sesuatu yang
2
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Unit Pengadaan
buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren “Al-Munawir”,1984, h. 1683.
3
Abdul Wahhab Khallaf, Ahkam al-Waqf, Mesir: Matb’ah al-Misr,1951, h. 14.
4
Muhammad Ibn. Isma’ail as-San’any, Subul as-Salam, Mesir: Muhammad Ali Sabih, t.t.,h.114
5
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh4Ahmad Warson Munawir, Al- Munawir amus
Arab-Indonesia, Yogyakarta: Unit Pengadaan buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren “Al-
Munawir”,1984, h. 1683.
wakif boleh saja menarik wakafnya kembali kapan saja dikehendakinya dan
harta yang diwakafkan berpindah menjadi hak ahli waris apabila waqif
harta wakaf yang tidak dapat ditarik kembali yaitu wakaf yang dilakukan
dengan cara wasiat, berdasarkan keputusan hakim bahwa harta wakaf tidak
boleh dan tidak dapat ditarik kembali, dan harta wakaf yang dipergunakan
menjadikan manfaat harta waqif, baik berupa sewa atau hasilnya untuk
kepemilikan harta tetap pada waqif dan masa berlakuknya wakaf tidak
menahan harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang
harta wakaf. Apabila wakaf dinyatakan sah, maka kepemilikan pun beralih
dari pemilik harta semula kepada Allah SWT. Dengan pemahaman bahwa
harta yang diwakafkan menjadi milik umat, bukan lagi milik orang yang
6
Abdul Wahhab Khallaf, Ahkam al-Waqf, Mesir: Matb’ah al-Misr,1951, h. 14.
7
Muhammad Ibn. Isma’ail as-San’any, Subul as-Salam, Mesir: Muhammad Ali Sabih, t.t.,h.114
mewakafkan. Dengan demikian, putuslah hubungan orang yang
mengajari manusia agar jangan terlalu cinta terhadap harta dan karena itu
hendaklah cinta harta itu diletakkan di ujung jari dan cinta kepada Allah itu
diletakkan di dalam hati. Hal ini menunjukkan cinta yang sedikit terhadap
harta dan cinta sepenuhnya terhadap iman.8 Kedua cinta tersebut hendaknya
seperti demikian dan jangan terbalik. Pendapat Mazhab Syafi’i ini juga
harta karena hartanya yang telah diwakafkan tidak dapat ditarik kembali.
Selain itu hendaknya ada semangat atau keinginan yang ikhlas dari
seseorang agar terus berwakaf, sehingga pada saat kematian dapat dihitung
8
Ayatullah Muhammad Ibrahim Jannati, Fiqhul Waqfi ‘ala Dhaul Al-Madzahib al-Islamiyyah,
Iran: Auqaf Majallah, 2000, h. 29.
9
Ibid., h.18.
10
Ibid., h.19.
definisi yang dikemukakan Mazhab Hanbali di atas tampak bahwa apabila
suatu wakaf sudah sah, berarti hilanglah kepemilikan waqif terhadap harta
yang diwakafkan. Hal ini berarti sama dengan pendapat Mazhab Syafi’I dan
Mazhab Hanbali ini berpendapat bahwa harta wakaf tidak boleh dijual (la
yuba’), tidak boleh dihibahkan (la yuhab), tidak boleh diwariskan (la yurats)
tampak secara jelas bahwa wakaf berarti menahan harta yang dimiliki untuk
terhadap harta yang diwakafkan itu terputus dengan sahnya wakaf atau
berupaya mencari rizeki yang halal dari Allah SWT. Dengan niat
11
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Nailul- al-Author min Ahadisi sayyidil Ahyar
Syarh muntaqa al-Akhbar, Beirut-Libanon, 1981, h.23.
12
John L. Esposito, Woman in Muslim Family Law, Amerika: Syracuse University Press,1987,h. 47.
dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya
No. 28 Tahun 1977, persoalan wakaf telah diatur dalam PP.No.28 Tahun
1977, persoalan wakaf telah diatur dalam pula dalam Kompilasi Hukum
1977 dan KHI terdapat dua perbedaan yang penting yaitu; pertama dalam
terhadap apa yang telah dirumuskan oleh PP. No. 28 Tahun 1977 pada
13
Peraturan Pemerintah Nomor 1977 tentang perwakafan tanah milik, pasal 1 ayat (1).
14
Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku III Pasal 215.
15
Ibid., h.1.
Tahun 2004 dijelaskan bahwa:” Wakaf adalah perbuatan hukum wakif
terjadi perbedaan, apakah harta yang diwakafkan itu masih berada dalam
memilih pendapat yang menyatakan bahwa harta yang telah diwakafkan itu
menjadi lepas dari pemilik semula menjadi milik Allah SWT. Atau umat
Islam.17
Quran, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas yang sangat banyak sekali. Dalil yang
(Q.S.,22:77).
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
16
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004.
17
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta:UI Press,1988,h.80.
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
(Q.S.,3:92)
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
(Q.S.,2:267)
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
manusia wafat, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu
dari sedeqah jariyah (wakaf), atau ilmu yang dimanfaatka atau anak shaleh
bersabda: ”Bila kau suka kau tahan (pokoknya) tanah itu dan engkau
dijual, tidak diwarisi dan tidak pula dihibahkan. Berkata Ibnu Umar:
budak belian sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak
hasilnya dengan cara baik (sepantasnya). Atau memberi makan orang lain
disyariatkan dalam Islam. Tiada siapa yang dapat menafikan dan menolak
tuntutan amalan wakaf dalam Islam, karena wakaf telah menjadi amalan
yang senantiasa diutamakan oleh para sahabat, ahli-ahli ibadah yang suka
18
Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmatu Tasyri’ wa Falsafatuhu, li at-tiba’ahwa Nasyr wa Tauzi’, Darul
Fikr, tt.h.133.
19
Imam Muhammad Ismail Al-Amir Al-Yamani Assan’ani, Subulus Assalam Syarhy Bulughul
maram min adillatil Ahkam, Beirut:Libanon, Darul Kutub ‘Ilmiyyah, tt,h. 169.
bersedekah atau membuat amal kebajikan serta ahli-ahli ilmu yang suka
mendekatkan diri kepada Allah. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
sahabat Jabir20 dalam perkataan artinya: “Tiada seorang pun dari sahabat
orang yang mampu telah melakukannya dan masyhurlah yang demikian itu.
Oleh karena itu tiada seorang pun yang membantahnya, sehingga jadilah
yang masih berlaku yang mengatur masalah perwakafan tanah milik. Seperti
Rukun adalah sesuatu yang merupakan sendi utama dan unsur pokok
dalam pembentukan sesuatu hal. Perkataan rukun berasal dari bahasa Arab
istilah rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu
perbuatan.
Dengan demikian tanpa rukun tanpa rukun sesuatu tidak akan dapat
20
Dr. Ibrahim Al-Bayumi Ghanim, al-Auqaf wa Siyasah fi Misra, Mesir: Dar- al-Syuruq, tt. h.137
21
Abu Abdullah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwani, Sunan Ibnu Majah, Juz.1.
rukun. Tanpa adanya rukun-rukun yang telah ditetapkan, wakaf tidak dapat
berdiri.
a. Orang yang berwakaf atau wakif, yakni pemilik harta benda yang
hukum.
c. Tujuan wakaf atau yang berhak menerima wakaf, yang disebut mauquf
‘alaih.
d. Pernyataan wakaf dari wakif dari wakif yang disebut sigat atau Ikrar
Wakaf.
22
Abdul Wahhab Khallaf, Ahkam al-Waqf, Mesir: Matba’ah al-Misr,1951,h. 24.
perbuatan wakaf ini sangat penting karena wakaf merupakan pelepasan
benda dari pemiliknya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu syarat
bertindak dalam buku-buku fikih Islam ada dua istilah yang perlu
Balig dititik beratkan pada umur, dalam hal ini umumnya ulama
menurut Jumhur tidak sah wakaf yang dilakukan oleh orang bodoh,
tidak dapat dilaksanakan wakaf dari orang yang berhutang dan pailit
kecuali dengan izin orang yang memberi hutang.23 Dari pendapat di atas
jelas bahwa agar suatu perwakafan sah, maka syarat-syarat wakif harus
terpenuhi.
batasbatasnya.
23
Wahbah Zuhaili, op.cit., h.176-177
c. Harta yang diwakafkan itu harus benar-benar kepunyaan wakif
syari’at Islam.
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu. Yang
menjadi objek atau tujuan wakaf mauquf alaih nya harus obyek
24
Wahbah az-Zuhaili,op.cit.,h.193.
penyerahan barang atau benda yang diwakafkan. Sigat sebagai salah
kata-kata tersebut merupakan kata yang sarih (jelas) dan sudah dikenal
benda yang diwakafkan. Jika ikrar wakaf hanya dengan kata-kata dapat
sedeqah sunnah (tatawwu’) atau sedeqah dalam arti wakaf. Untuk itu
25
Ibid., h.202
D. Macam-macam Wakaf
orang tertentu tanpa melihat apakah kaya atau miskin, sakit atau
mengganti kerusakannya.
26
Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia,Serang: Darul Ulum Press, 1999,h. 34
27
Ibrahim al-Bayumi Ghanim, al-Auqaf wa Siyasah Fi Misra, Darul –Asyrku, Mesir,:tt. H. 55.
bisa dikarenakan oleh keinginan wakif yang memberi batasan
tujuan wakaf.
ada.29
Non-Muslim
diri kepada Allah. Konsekuensinya, dzat harta benda wakaf itu sendiri tidak
28
Ibid.,h.56.
29
Ahmad Djunaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: Map Mumtaz Publizhing, 2008, h.65.
bisa ditasharrufkan karena dalam wakaf yang ditasharrufkan adalah
Madzhab Syafi’i.
Setidaknya ada empat rukun wakaf yang telah kita bahas sebelumya,
30
Taqiyyuddin Abi Bakr bin Muhammad Al-Husaini Al-Hishni, Kifayatul Akhyar fi Halli
Ghayatil Ikhtishar, Surabaya, Darul Ilmi, tt, juz 1, hal. 256
(mawquf ‘alaih), pernyataan tentang wakaf (shigah), dan pihak pemberi
wakaf (waqif). Yang menjadi titik fokus dalam pembahasan ini adalah
ص ْيغَة َعلَ ْي ِه َو َم ْوق ْوف َم ْوق ْوف( أ َ ْربَعَة )أَ ْركَانه َ ي )فِ ْي ِه َوش ِر
ِ ط َو َواقِف َو ِ َِارا ك َْونه( ْال َواق
ْ َ ف فِي أ ً )م ْخت
Artinya, “Rukun wakaf ada empat yaitu harta benda yang diwakafkan, pihak
dalam hal ini adalah ia merupakan ahlu tabarru’ (orang cakap dalam
kebajikan). Karenanya sah wakaf dari orang non-Muslim dan walaupun
wakaf itu sendiri yaitu dalam rangka taqarrub. Taqarrub di sini mesti dilihat
dari kacamata Islam. Karenanya maka tidak dianggap penting apakah wakaf
Yang terpenting adalah sepanjang wakaf tersebut memiliki nilai qurbah atau
soal wakaf adalah sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah dalam
adalah sah, sebab dalam pandangan Islam itu dianggap sebagai qurbah.
Berbeda jika ia mewakafkan tanahnya misalnya untuk gereja, jelas tidak sah
menyatakan bahwa yang menjadi acuan dalam soal wakaf adalah qurbah
(mendekatkan diri kepada Allah) yang sesuai dengan pandangan Islam, baik
31
Lihat Syekh Zakariya Al-Anshari, Fathul Wahhab bi Syarhi Manhajith Thullab, Beirut, Darul
Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1418 H, juz I, hal. 440
itu selaras dengan keyakinan pemberi wakaf atau tidak. Karenanya, sah
merupakan bentuk dari qurbah. Tidak sah wakaf untuk gereja, baitun nar
(mendekatkan diri kepada allah) maka itu sah, walaupun tidak bernilai
pahala bagi mereka karena non-muslim, namun jika harta tersebut diniatkan
diwakafkan untuk pembangunan gereja itu tidak sah, baik wakifnya orang
sebaliknya.
32
Lihat Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Damaskus, Darul Fikr, cet ke-XII,
juz X, hal. 330
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tampak secara jelas bahwa wakaf berarti menahan harta yang dimiliki untuk
terhadap harta yang diwakafkan itu terputus dengan sahnya wakaf atau
berupaya mencari rizeki yang halal dari Allah SWT. Dengan niat
Quran, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas yang sangat banyak sekali. Dalil yang
(Q.S.,22:77).
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
(Q.S.,3:92).
manusia wafat, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu
dari sedeqah jariyah (wakaf), atau ilmu yang dimanfaatka atau anak shaleh
disyariatkan dalam Islam. Tiada siapa yang dapat menafikan dan menolak
tuntutan amalan wakaf dalam Islam, karena wakaf telah menjadi amalan
yang senantiasa diutamakan oleh para sahabat, ahli-ahli ibadah yang suka
bersedekah atau membuat amal kebajikan serta ahli-ahli ilmu yang suka
e. Orang yang berwakaf atau wakif, yakni pemilik harta benda yang
hukum.
g. Tujuan wakaf atau yang berhak menerima wakaf, yang disebut mauquf
‘alaih.
h. Pernyataan wakaf dari wakif dari wakif yang disebut sigat atau Ikrar
Wakaf.
Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan
kegiatan positif yang bernilai qurbah (mendekatkan diri kepada allah) maka
itu sah, walaupun tidak bernilai pahala bagi mereka karena non-muslim,
itu tidak sah, baik wakifnya orang muslim maupun non-muslim, karena
B. Saran
baik dari tatarn substansi maupun teknis penulisan, maka dari itu saran
referensi agar isi makalah mampu mengedukasi secara maksimal. Dalam hal
DAFTAR PUSTAKA
Adhie, Brahmana dan Hasan Basri Nata Menggala (penyunting), Reformasi Tanah,
Munawir”,1984
Sabih.
Jannati, Ayatullah Muhammad Ibrahim, Fiqhul Waqfi ‘ala Dhaul Al-Madzahib al-
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Nailul- al-Author min Ahadisi
Press,1987
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta:UI
Press,1988
Dr. Ibrahim Al-Bayumi Ghanim, al-Auqaf wa Siyasah fi Misra, Mesir: Dar- al-
Syuruq
1999
Ahmad Djunaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: Map Mumtaz Publizhing,
2008
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Damaskus, Darul Fikr, cet ke-
XII