Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No.

3, Oktober 2014

GAMBARAN PENERAPAN SURGERY PATIENT SAFETY FASE SIGN


OUT PADA PASIEN POST OPERASI BEDAH MAYOR DI INSTALASI
BEDAH SENTRAL RSUD KEBUMEN.

Indra Hermawan 1) Saryono2) Dadi Santoso,3)


1, 2, 3 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

ABSTRACT
Sign out phase implementation of Surgery Patient Safety is an
important part in the nursing services. Nurses as the main actors who
have responsibility to provide services based on patient safety guidelines.
The aim of this study is to determine descriptively about sign out phase
implementation of Surgery Patient Safety on the major surgery
postoperative patient in central surgery room (Ind: IBS) of kebumen
regional hospital. This is a descriptive research using observational and
evaluation checklist of Surgery Patient Safety. The samples consist of 336
respondents taken by Quotes technique. This research using univariate
analysis.
There were 100% records to the surgery procedure and name of
the surgery, instrument calculation, specimen labeling that need
supportive examination, and follow up plane, and 331 actions of report of
inspection and documentation of instrument problem. It can be
concluded that the overview of Surgery Patient Safety in Sign Out Phase
implementation for the major surgery postoperative patient in central
surgery room of kebumen regional hospital is categorized good.

Keywords: Major surgery, Postoperative, Surgery patient safety, the sign


out phase.

PENDAHULUAN mencakup pengkajian risiko,


Kesehatan merupakan identifikasi dan pengelolaan
anugerah yang paling bermakna risiko pasien, pelaporan dan
sebagai manusia. Setiap analisa insiden, dan kemampuan
manusia yang sakit pasti akan belajar dari suatu keadaan atau
pergi ke pelayanan kesehatan kejadian, menindaklanjuti suatu
seperti rumah sakit untuk kejadian, dan menerapkan solusi
mendapatkan pengobatan yang tepat untuk mengurangi
dengan terapi konservatif, risiko tersebut terjadi kembali (
namun tidak jarang pula klien Cinderasuci, 2012).
yang sakit harus mendapat Perawat sebagai tenaga
tindakan pembedahan untuk terdepan yang bersentuhan
proses penyembuhan langsung dengan pasien
penyakitnya ( Brunner dan bertanggung jawab menyediakan
Suddart, 2002 ). Keselamatan layanan yang menunjang
pasien adalah proses yang keselamatan tersebut. Ballard
dijalankan oleh organisasi yang (2003) menyatakan bahwa
bertujuan membuat layanan keselamatan pasien merupakan
kepada pasien menjadi lebih komponen penting dan vital
aman. Proses tersebut dalam asuhan yang berkualitas.

124
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

Dalam pengawasan pasien kematian sebelum pengenalan


berdasarkan surgical patient 3.7% menjadi 1.4% (Weiser, et
safety yang dikeluarkan oleh al, 2010).
WHO menyatakan bahwa ada Bidang spesialisasi unit
tiga pembagian fase dalam kerja ditemukan paling banyak
menentukan checklist surgical pada unit penyakit dalam, bedah
patient safety yaitu : Sign in, dan anak yaitu sebesar 56.7%
Time out, dan Sign out. dibandingkan unit kerja lain,
Fase Sign Out meliputi sedangkan untuk pelaporan
pencatatan nama dan prosedur jenis kejasian: KNC lebih banyak
operasi, penghitungan dilaporkan sebesar 47.6%
instrument yang digunakan dibandingkan dengan KTD
dalam operasi, pemberian label sebesar 46.2% (KKP-RS, 2008).
pada specimen dengan
pemeriksaan lanjutan, pelaporan METODE PENELITIAN
jika terjadi masalah pada Jenis penelitian ini
peralatan dan merupakan penelitian non
pendokumentasiannya, dan eksperimental dengan
penentuan rencana tindak lanjut menggunakan desain penelitian
perawatan pasien pasca operasi. deskriptif observasional. Dalam
Kejadian tidak diinginkan hal ini adalah untuk mengetahui
(KTD) merupakan kejadian yang gambaran penerapan surgery
mengaki-batkan cedera yang pasien safety dengan kejadian
tidak diharapkan pada pasien tidak diinginkan pada pasien
karena suatu tindakan post operasi bedah mayor di
(commission) atau karena tidak Instalasi Bedah Sentral RSU
bertindak (omission) dan bukan Kabupaten Kebumen. Populasi
karena underlying disease atau dari penelitian ini adalah semua
kondisi pasien (KKP-RS, 2008). pasien yang menjalani tindakan
Telah dilakukan uji coba operasi yang dilakukan di IBS
penggunaan Surgical Safety RSUD Kebumen tahun 2013
Checklist di delapan rumah yaitu sebanyak 2.238 tindakan
sakit di dunia. Hasil penelitian di operasi.
delapan rumah sakit Berdasarkan cara
menunjukan penurunan pengambilan sampel diatas,
kematian dan komplikasi akibat peneliti memutuskan untuk
pembedahan. Dari total 1750 mengambil 15% dari total
pasien yang harus dalaksanakan populasi yang ada. Jumlah
operasi dalam 24 jam dibagi 842 sampel dalam penelitian ini
pasien sebelum pengenalan adalah 336 pasien yang
Surgical Patient Safety dan 908 menjalani operasi bedah mayor
pasien setelah pengenalan dan akan diteliti dalam waktu 2
instrument tersebut. Dari pasien bulan. Alat ukur yang digunakan
yang belum mendapatkan untuk mengetahui Gambaran
pengenalan tersebut mendapat Penerapan Surgery Patient Safety
komplikasi pembedahan 18.4% Fase Sign Out Pada Pasien Post
dan setelah diberikan Operasi Bedah Mayor di
pengenalan angka kejadian Instalasi Bedah Sentral RSUD
komplikasi menjadi 11.7%. data Kebumen dibuat bedasarkan

125
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

standar Surgical Pasien Safety pegobatan dengan jaminan BPJS


post operasi yang dikeluarkan pemerintah.Hal ini menjadikan
oleh WHO ditujukan untuk operasi Sectio Caesarea banyak
mengobservasi proses operasi dilakukan. Bedah mayor
dengan penerapan surgical merupakan tindakan
patient safety pada pasien post pembedahan yang mempunyai
operasi bedah mayor fase Sign resiko yang tinggi terhadap
Out di Instalasi Bedah Sentral berbagai ancaman seperti,
RSUD Kabupaten Kebumen. banyaknya kehilangan darah,
Analisa yang digunakan adalah melibatkan bagian tubuh yang
analisis deskriptif untuk luas, resiko tertinggalnya
mendeskriptifkan masing- instrument di dalam tubuh
masing variabel yang diteliti pasien, dan kesalahan dalam
pemberian rencana tindak lanjut
HASIL DAN BAHASAN perawatan yang diberikan
Nama Operasi Bedah Mayor (Brunner dan Sudarth, 2002).
Hasil penelitian nama Jenis Anestesi
operasi yang dilaksanakan di Didapatkan data bahwa
ruang Instalasi Bedah Sentral jenis anestesi yang dilaksanakan
RSUD Kabupaten Kebumen di ruang Instalasi Bedah Sentral
didapatkan data tindakan RSUD Kabupaten Kebumen
operasi Sectio Caesarea paling didapatkan 302 tindakan atau
banyak dilakukan dengan (89.9%) dilakukan dengan
jumlah sebanyak 135 tindakan menggunakan anestesi spinal,
(40.2%), dan paling sedikit dan 34 tindakan atau (10.1%)
(0.3%) atau sejumlah 1 tindakan dilakukan dengan menggunakan
operasi yaitu Open reduction anestesi general. Perawat
internal fixation dan anestesi dibawah dokter anestesi
Tonsilektomi. Sectio Caesarea bertanggung jawab melakukan
merupakan operasi yang perawatan pasien pasca operasi
dilakukan atas indikasi patologis di ruang recovery room (RR) dan
terhadap kehamilan. Banyaknya memutuskan kapan kondisi
operasi section caesarea yang pasien boleh dilakukan
dilakukan di RSUD Kebumen pemindahan ke bangsal. Fokus
dipengaruhi oleh beberapa observasi yang dilakukan
faktor. berpusat pada jenis anestesi
Berdasarkan hasil yang dilakukan pada saat
interview saat penelitian dengan operasi berlangsung yang
kepala ruang Instalasi bedah melibatkan petugas anestesi
Sentral RSUD Kebumen bahwa baik itu dokter ataupun perawat
RSUD kebumen merupakan anestesi. Hal ini harus dilakukan
rumah sakit rujukan tingkat II setelah operasi berlangsung
yang membuat pemberi layanan terutama kepada perawat
primer seperti puskesmas, bangsal (Brunner dan Suddarth,
bidan, klinik swasta dimana 2002).
akan melakukan rujukan pasien Perawatan pasca anestesi
untuk mendapatkan fasilitas meliputi pendelegasian rencana
yang lebih lengkap. RSUD tindak lanjut seperti
Kebumen juga melayani penyampaian kembali kondisi

126
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

pasien setelah operasi, obat- Pencatatan Nama dan Prosedur


obatan apa saja yang telah Operasi
diberikan, dan dapat Hasil penelitian
memberikan gambaran hal-hal pencatatan nama prosedur
yang terjadi selama operasi operasi meliputi nama operasi,
berlangsung, sampai rencana prosedur pelaksanaan operasi,
keperawatan setelah pasien durasi operasi, dan hal-hal yang
meninggalkan kamar operasi terjadi pada responden selama
dan pendokumentasian rencana operasi dengan kriteria
yang akan diberikan dilakukan sebanyak 336
(Abrorshodiq, 2009). Jenis tindakan (100.0%). RSUD
anestesi spinal maupun general Kebumen telah menerapkan
sama-sama mempunyai pendokumentasian prosedur
tingkatan resiko yang besar. Dari selama operasi dengan kriteria
uraian tersebut dapat di baik, dimana dokter operator
simpulkan bahwa penerapan atau dokter asisten operator
Surgery Patient Safety Fase Sign berkewajiban untuk melakukan
Out mempunyai peranan yang dokumentasi proses operasi
penting dan perlu diterapkan secara langsung. Dalam hal ini
dengan sebaik-baiknya untuk proses dokumentasi
melindungi pasien dari kejadian dilaksanakan langsung setelah
yang tidak diinginkan. Hal ini operasi selesai dilaksanakan
menjadi penting karena efek obat sehingga ketika pasien
anestesi dapat berakibat buruk dipindahkan menuju bangsal
pada pasien dan mengabaikan rencana keperawatan yang telah
keselamatan pasien, jika dibuat bisa langsung
perawatan pasca operasi terkait dilaksanakan. Jika tidak
dengan perawatan anestesi tidak dilakukan hal ini bisa menjadi
dilaksanakan dengan baik maka masalah seperti terbengkalainya
pasien dapat menjadi korban. proses keperawatan pada pasien
Maka dari itu pengecekan dikarenakan terlambatnya
keselamatan pasien proses dokumentasi pasien saat
menggunakan Surgery Patient operasi.
Safety Fase Sign Out sangat Pencatatan nama dan
penting untuk dilakukan (Hasri, prosedur operasi bertujuan
2012). Penelitian tentang untuk mendokumentasikan
gambaran penatalaksanaan langkah dan proses yang akan
pasien pascaoperatif dengan dilakukan, dan pengecekan
anestesi umum di ruang antara operasi yang akan
pemulihan instalasi bedah dilakukan dengan pasien yang
sentral rumah sakit umum akan dioperasi, jika hal ini tidak
daerah Bima menyatakan bahwa dilakukan bisa terjadi kesalahan
penatalaksanaan pasien tempat atau lokasi dalam
pascaoperatif 51% baik, 46.3% pembedahan, ataupun prosedur
cukup, 2.7% kurang dengan operasi yang tidak sesuai dengan
rata-rata lama perawatan di standar yang telah ditentukan.
ruang pemulihan 35.9 menit Hal ini dapat mengabaikan
(Jubair, dkk, 2010). keselamatan pasien menjadi
terabaikan ( Hasri, 2012).

127
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

Seorang koordinator ceklist menghindari kejadian yang tidak


harus konfirmasi kepada dokter diinginkan seperti tertinggalnya
bedah terkait dengan jenis instrument dalam tubuh pasien,
operasi dan nama operasi yang untuk mencegah hal ini terjadi
akan dilakukan (WHO, 2008). maka prosedur ini tidak boleh
Penghitungan Instrument Yang ditinggalkan. Standar-standar
Digunakan Dalam Operasi dalam acuan penerapan pasien
Hasil penelitian Safety yang digunakan harus
menunjukkan bahwa 336 digunakan dengan sebaik
responden (100%) dilakukan baiknya, selain itu komunikasi
penghitungan instrument. antar profesi harus adekuat
Proses penghitungan instrument (Agency for Health Care and
yang digunakan dilakukan Quality, 2003).
sebelum luka operasi dijahit, ini Labelisasi Pada Spesimen Hasil
bertujuan untuk mengurangi Operasi
resiko pembedahan ulang jika Didapatkan 65 tindakan
terjadi kejadian tidak diinginkan (100.0%) operasi membutuhkan
seperti tertinggalnya instrument pemeriksaan lanjutan patologi
di dalam tubuh pasien. anatomi dan 271 tidak
Pengecekan dilakukan dengan membutuhkan pemeriksaan
menggunakan lembar ceklist dan lanjutan. Instalasi bedah sentral
harus sesuai jumlah antara RSUD Kebumen telah
sebelum operasi dan sesudah melakukan labelisasi pada
operasi. Penelitian yang spesimen yang memerlukan
dilakukan di instalasi bedah pemeriksaan lanjutan Patologi
sentral RSUD kebumen Anatomi (PA). Labelisasi yang
menunjukan penghitungan dilakukan meliputi penulisan
instrument yang digunakan identitas pasien, umur, jenis
untuk operasi telah dilakukan kelamin, nama operasi, nama
menggunakan ceklist sesudah spesimen, larutan untuk
dan sebelum. Pengecekan yang merendam spesimen, tanggal
dilakukan oleh seorang pengambilan spesimen, dan
instrumen dibantu oleh seorang dokter penanggung jawab atau
sirkuler dan merupakan dokter operator. Instalasi Bedah
tanggung jawab seorang Sentral (IBS) juga
instrumen terhadap proses mendokumentasikan proses
penghitungan. Seorang pengajuan pemeriksaan patologi
instrument bertanggung jawab anatomi dalam buku ekspedisi
terhadap pengecekan jumlah milik IBS. Proses labelisasi yang
instrument yang digunakan, dilakukan hanya berlaku untuk
dimana seorang instrumen spesimen yang akan mengalami
harus mengkonfirmasi jumlah pemeriksaan lanjutan, dalam hal
dan kelengkapan alat yang ini pemeriksaan patologi
digunakan dalam operasi (WHO, anatomi. Kesalahan dalam
2008). pemberian lebel pada specimen
Penghitungan istrumen patologi berpotensi menjadi
yang digunakan setelah operasi kesalahan dalam pemeriksaan di
berlangsung merupakan hal laboratorium, sehingga informasi
yang wajib dilakukan untuk yang diterima tidak tepat. Untuk

128
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

menghindari hal ini maka sebelum operasi di mulai. Proses


sirkuler harus konfirmasi terkait pengecekan dilakukan oleh
pemberian label pada spesimen seorang instumen sebelum
yang diperoleh selama proses memulai operasi untuk
operasi, sirkuler harus mempersiapkan peralatan yang
konfirmasi dengan siara keras dibutuhkan dan melakukan
terkait dengan identitas pasien, pengecekan terhadap fungsi
deskripsi dari spesimen yang masing masing alat, apakah
diambil, dan pemeriksaan yang masih bisa digunakan atau
akan dilakukan (WHO, 2008). tidak. Hal ini menjadi penting
Pelaporan Pengecekan karena jika tidak dilakukan bisa
Peralatan Dan menyebabkan masalah pada
Pendokumentasian Jika operasi yang sedang
Terdapat Masalah Pada berlangsung, dan operasi bisa
Peralatan membutuhkan banyak waktu,
Hasil penelitian Pelaporan dan menyebabkan keselamatan
Dan Pendokumentasian Masalah pasien terancam (WHO, 2008).
Pada Peralatan pada Pasien Pendelegasian Rencana Tindak
Bedah Mayor di ruang Instalasi Lanjut
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Hasil penelitian
Kebumen dengan kriteria Pendelegasian Rencana Tindak
dilakukan sebanyak 331 Lanjut Oleh petugas Instalasi
tindakan (98.5%), tidak Bedah Sentral Kepada Perawat
dilakukan sebanyak 5 tindakan Bangsal di ruang Instalasi Bedah
(1.5%) karena dipengaruhi oleh Sentral RSUD Kabupaten
banyaknya program operasi. Kebumen dengan kriteria
Jika terdapat masalah pada dilakukan sebanyak 336
intrumen yang digunakan tindakan (100.0%).
seorang instrumen di IBS RSUD Proses ini telah dilakukan oleh
Kebumen melaporkan masalah IBS RSUD kebumen.Proses
tersebut dan didokumentasikan delegasi dilakukan oleh perawat
untuk dilakukan pengajuan anestesi yang meliputi proses
penggantian instrument yang operasi, tindakan apa saja yang
sudah tidak bisa dipakai kepada diberikan pada pasien, kejadian
pihak RSUD. Masalah peralatan yang terjadi pada pasien
merupakan masalah yang (perdarahan, syok, dll), dan
bersifat universal. Pengecekan rencana perawatan selanjutnya
instrument yang mengalami di bangsal. Penyampaian
kerusakan fungsi untuk delegasi ditujukan khusus
terhindar dari proses daur ulang kepada perawat bangsal untuk
peralatan yang digunakan, dan meneruskan proses keperawatan
harus mengidentifikasi masalah pada pasien. Pendokumentasian
pada peralatan yang digunakan juga dilakukan sebagai legalitas
serta proses dalam pemberian asuhan
pendokumentasiannya. Hal ini keperawatan. Perawatan post
menunjukan bahwa kerusakan operasi merupakan hal yang
peralatan yang digunakan jarang penting dan wajib dilakukan,
terjadi dan proses pengecekan mengingat pasien masih dalam
peralatan telah dilakukan pengaruh obat-obatan dan

129
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

mengalami trauma fisik. 2003). Implementasi surgery


Meninjau ulang perawatan post checklist untuk mengurangi
operasi dan rencana pemulihan resiko klinis pada anak di ruang
perawatan selanjutnya, berfokus operasi membuktikan bahwa
pada resiko yang mungkin penerapan surgery checklist
terjadi pada pasien. Tujuan dari berpengaruh terhadap
langkah ini adalah pengurangan, pencegahan dan
meningkatkan keselamatan perlindungan terhadap efek
pasien yang meliputi perawatan samping cedera pasien 88,89%
yang harus diberikan pada kasus. Insiden kesalahan dalam
pasien post operasi. Petugas ruang operasi pada anak ini
kamar operasi harus berdiskusi lebih rendah dibandingkan
terkait dengan informasi tingkat rata-rata yang
perawatan lanjutan pada pasien dipublikasikan dalam literature
(WHO, 2008). (Maggiore2013). Penelitian lain
Penerapan Surgery Patient menyatakan bahwa penerapan
Safety Fase Sign Out Pada checklist surgical safety dari
Pasien Post Operasi Bedah WHO dapat meningkatkan
Mayor di Instalasi Bedah keselamatan pasien di ruang
Sentral RSUD Kabupaten operasi. Selain itu penerapan
Kebumen ceklist yang tepat dapan
Hasil penelitian menambah kepuasan perawat
Penerapan Surgery Patient Safety dalam memberikan pelayanan
Fase Sign Out Pada Pasien Post yang maksimal walaupun
Operasi Bedah Mayor di Instalasi sempat mengalami penurunan
Bedah Sentral RSUD Kabupaten dalam penggunaannya sebesar
Kebumen dengan kriteria baik 21% (Bashford, 2014).
sebanyak 336 tindakan Howard (2011), telah
(100.0%). Penerapan prosedur dilakukan uji coba penggunaan
keselamatan pasien di kamar checklist ini di delapan
operasi dengan menggunakan rumahsakit di dunia
Surgery Patient Safety Fase Sign menunjukan adanya penurunan
Out yang dikolaborasikan angka kematian dan komplikasi
dengan standar yang dimiliki akibat tindakan pembedahan
oleh RSUD Kebumen dapat yang dilakukan. Dari 842 pasien
meningkatkan keselamatan yang belum diberikan
pasien sebelum meninggalkan pengenalan dengan Cheklist
ruang operasi, dan dapat tersebut mendapat komplikasi
meningkatkan mutu pelayanan pembedahan 18.4% (N=151) dan
yang berfokus terhadap setelah diberikan pengenalan
keselamatan pasien. Fungsi menjadi 11.7% (N=102) (Hasri
ceklist yang digunakan sebagai 2012). Uji coba penerapan
alat keamanan dari kelalaian checklist ini di delapan Negara
yang mungkin terjadi saat cakupan WHO dengan 3733
operasi. Penerapan standar ini pasien sebelum dan 3955 pasien
juga bisa digunakan untuk sesuadah implementasi
mengurangi angka kejadian yang pengenalan checklist ,
tidak diharapkan KTD (Agency didapatkan hasil bahwa angka
for Health Care and Quality, kematian sebelum diperkenalkan

130
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

checklist tersebut sebesar 1.5% perioperatif/. Diakses 5


dan setelah diperkenalkan Juni 2014 jam 15.00 WIB.
menjadi 0.8% (p=0.003). Arikunto, S. 2008. Prosedur
Komplikasi pada pasien rawat Penelitian Suatu
inap post operasi sebelum Pendekatan Praktis.
diperkenalkan 11.0% dan Jakarta: Rineka Cipta.
setelah diperkenalkan 7.0% Brunner &Suddarth. 2002. Buku
(p<0.001) (Haynes AB, et al, Ajar Keperawatan Medikal
2009). Bedah. Edisi 8: Vol.1.
SIMPULAN Jakarta: EGC.
Berdasarkan hasil Cinderasuci, Rizki. 2012.
penelitian dan pembahasan Perbaikan Angka Kejadian
diperoleh kesim-pulan bahwa Tidak Diharapkan Dengan
gambaran dari: Metode Six Sigma di
1. Pencatatan nama prosedur Instalasi Rawat Inap RS
operasi 336 tindakan Anna Medika Bekasi
dilakukan, Tahun
2. Penghitungan instrumen 2011.http://lontar.ui.ac.i
yang digunakan dalam d/file?file=digital/202986
operasi 336 tindakan 96-T29985Rizki%20
dilakukan, Cinderasuci.pdf.
3. Labelisasi pada spesimen Universitas Indonesia.
hasil operasi 65 tindakan Diakses 27 Desember
dilakukan dari 336 tindakan 2013 jam 20.00 WIB.
yang mem-butuhkan Hasri, T. Eva. 2012. Praktik
pemeriksaan lan-jutan Keselamatan Pasien:
patologi anatomi, Surgical Safety Checklist.
4. Pelaporan dan http://mutupelayanankes
pendokumentasian masalah ehatan.net/index.php/co
pada peralatan 331 tindakan mponent/content/article/
dilakukan, tidak dila-kukan 22/585. Diakses
5 tindakan, 15Januari 2014 jam 17.00
5. Pendelegasian rencana WIB.
tindak lanjut oleh petugas Haynes AB, Weiser TG, Berry WR
IBS kepada perawat bangsal , Lipsitz SR, Breizat AH, D
336 tindakan dilakukan, ellinger EP, et al.
6. Penerapan Surgery Patient 2009. A surgical safety che
Safety Fase Sign Out pada cklist to reduce morbidity a
pasien post operasi bedah nd mortality in a global pop
mayor di IBS RSUD ulation. N Engl J Med.
Kabupaten Kebumen dengan Jubair, dkk. 2010. Gambaran
kriteria baik 336 tindakan. Penatalaksanaan Pasien
Pascaoperatif Dengan
DAFTAR PUSTAKA Anestesi Umum Di Ruang
Shidiq, A. 2009. Askep Pemulihan Instalasi Bedah
Perioperatif. Sentral Rumah Sakit
http://abrorshodiq.wordpr Umum Daerah Bima.
ess.com/ Skripsi: Poltekes Depkes
2009/04/05/askep- Mataram.

131
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

KKP-RS. 2007. Sembilan Solusi . 2008. Implementation


Live-Saving Keselamatan Manual Surgical Safety
Pasien Rumah Sakit. Checklist, First Edition.
www.inapatsafety- New York: McGraw-Hill.
persi.or.id/?show=detailne . 2008. Surgical Patient
ws&kode=3&tbl=artikel. Safety, First Edition. New
Diakses 19 Januari 2014 York: McGraw-Hill.
jam 17.00 WIB. . 2008. WHO Guidelines
Saryono. 2008. Metode Penelitian for safe Surgery, First
Kesehatan. Yogyakarta: Edition. New York:
Mitra Cendekia. McGraw-Hill.
World Health Organization.
2003. Post Operatif Care.
New York: McGraw-Hill.

132

Anda mungkin juga menyukai