ASKEP SEMINAR Keluarga Lansia DG Kasus Kekurangan Gizi
ASKEP SEMINAR Keluarga Lansia DG Kasus Kekurangan Gizi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses
menua atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin meburuk dan
figure tubuh yang tidak proporsional.
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan
vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.
Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,
meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah
terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap
kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot,
sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah
sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong
kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA dalam
mengkonsumsi makanannya.
1
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga
makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar
pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah
dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang tidak
dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis dan
dengan demikian melancarkan pula defekasi, dan menghindarkan obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan energi MANULA sudah menurun, jadi jangan di
sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan sampai
menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit
gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus,
Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA. Yang umum sangat
ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit kanker.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjalanan proses menua?
2. Apa pengertian nutrisi?
3. Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia?
5. Apa saja gangguan nutrisi pada lansia?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus lansia yang mengalami
gangguan kebutuhan nutrisi?
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Malnutrisi dan mendapatkan gambaran
epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinan, isu dan program penanganan lansia
dengan gangguan kebutuhan nutrisi.
2
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang:
1. Proses menua
2. Pengertian nutrisi
3. Kebutuhan nutrisi pada lansia
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia
5. Gangguan - gangguan nutrisi pada lansia
6. Faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia
7. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus lansia yang mengalami gangguan
kebutuhan nutrisi.
4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka yaitu mengumpulkan data
dengan berbagai sumber informasi seperti buku-buku perpustakaan,internet,dan lain-lain.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi,
dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan
vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.
Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan
zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai salah
satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal ini hanya
menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium
tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan
untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk yang lebih dipilih untuk
diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan
yang normal, peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai penurunan massa
tubuh dan cairan tubuh total.
B. Proses Menua
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara
biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
4
1. Wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali
terlihat kurus.
2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan
kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera
pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan
menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan
kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
6. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan
mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan
(apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan,
daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-
hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan
kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang
berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
7. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
8. Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu
masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut,
sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
5
9. Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang
mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.
C. Patofisiologi
Proses menua:
1. Penurunan/kehilangan
indra pengecapan dan
penciuman
2. Penyakit periodental dan
kehilangan gigi Akibat:
3. Penurunan sekresi asam 1. Anoreksia
lambung dan enzim 2. Kesulitan makan
pencernaan 3. Mengganggu penyerapan
4. Gangguan kemampuan Ca, Fe, Protein, lemak dan
motorik vitamin
5. Tulang menjadi rapuh 4. Susah BAB, Wasir
6. Tendon mengkerut dan 5. Kerusakan kartilago dan
atropi serabut otot tulang
7. Penurunan mobilitas 6. Inflamasi sendi sinovial
saluran pencernaan,
peristaltik melemah
Penyakit infeksi
Keganasan
Mekanisme inflamasi
6
D. Penyakit Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme
di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi
tubuh.
Perubahan pada sistem pencernaan yaitu kehilangan gigi, penyebab utama adanya
periodontal desease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun akibat adanya
iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%) akibat hilangnya
sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, pahit. Selain itu
sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut
menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar
bagian bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus
melebar (presbyusofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus dan tidak
jarang berlanjut sebagai hernia hiatal. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah
presofagus tepatnya di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf
sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut
sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan
pengosongan usofagus.
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun). Lapisan lambung
menipis diatas 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang, asam lambung menurun, waktu
pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun, peristaltic
lemah dan biaanya timbul konstipasi.
7
Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu). Berat total usus halus berkurang
diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas
normal, kecuali kalsium (diatas 60 tahun) dan zat besi, liver (hati) . Penurunan enzim hati
yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan
detoksifikasi zat kurang efisien.
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks
karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga
proses menelan menjadi sukar.
Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,
seringkali disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar
pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap makanan
terutama yang mengandung lemak.
Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena
kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya banyaknya
gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos
esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke
esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
8
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata
kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang
dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh
telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak
jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan
mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan
konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
9
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan
makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
10
7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau
nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.
8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
11
6. Kekurangan anti oksidan
Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal
efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat
meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung
dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit
menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
1. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua
2. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol dan
gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
12
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan
yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan
sendiri dan menjadi kurang gizi
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
LANSIA DENGAN KASUS KEKURANGAN GIZI
1. Pengkajian Keluarga
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. U
2. Alamat : Gg. Harapan RT 03 No 29 Rawa makmur, Bengkulu
3. Telepon :-
4. Pekerjaan Kepala Keluarga : Swasta
5. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP
6. Komposisi Keluarga :
Genogram:
Ny. P 55 th
Tn.U 38 th
14
Keterangan:
= Laki – Laki = Garis pernikahan
= Klien
15
berobat ke Puskesmas tetapi selanjutnya hanya bila terasa pusing beliau hanya dibuat
untuk tidur, kadang-kadang beliau memeriksakan kepada bidan yang ada di dekat
rumahnya. Ny. P mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang kronis hanya saja
kadang perutnya sakit dan berobat ke pelayanan kesehatan sembuh.
3. Riwayat Keluarga sebelumnya
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Tn. U pernah diduga menderita
penyakit DM yaitu lansia Ny. P ± 5 tahun yang lalu kemudian rutin melakukan pengobatan
tentang DM nya dan diit makananya kemudian sejak ± 3 tahun yang lalu gula darah sudah
turun/normal sampai sekarang.
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati ± 54 m3 (6mx9m) terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
ruang dapur dan 1 kamar mandi. Bangunan rumah terbuat dari papan. Sumber air minum,
mandi dan cuci pakaian menggunakan air sumur, WC menggunakan yang permanent,
terletak dibelakang rumah. Jemuran berada disamping, ventilasi ada terletak diatas jendela
rumah yang berada di ruang tamu, kamar, dan dapur, cahaya matahari cukup, dan sirkulasi
udara baik. Keluarga ini memiliki tempat tinggal yang tetap dan tidak berpindah-pindah.
1. Dapur
6 1 2 2. Kamar Mandi
3. Kamar Tidur
4. Kamar Tidur
4 5. Teras
6. Jemuran
7 7. Ruang tamu
3
16
2. Karateristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga sebelah kanan rumah adalah saudara sendiri sehingga mereka selalu berkumpul
dalam waktu luang dan membicarakan keperluan masalah keluarga yang ringan-ringan.
3. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga ini terdiri dari 2 jiwa yang bekerja hanya Tn. U, ibunya Ny. P berkebun di
belakang rumahnya.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. U mengikuti kegiatan masyarakat misal yasinan, kerja bakti membersihkan
gang, hanya kadang-kadang saja Tn. U mengikuti kegiatan masyarakat.
5. Sistem pendukung Kelurga
Perawatan bagi lansia Ny. P adalah dirinya sendiri, sangat jarang anaknya memperhatikan
kondisi Ny. P
D. Struktur Kelurga
1. Pola komunikasi keluarga
Tn.U dan Ny. P jarang berkomunikasi, mereka berkomunikasi hanya ketika malam hari
menjelang tidur.
2. Struktur Kelurga
a. Tn. U sebagai kepala keluarga berperan sebagai kepala pencari nafkah dan pengambil
keputusan utama dalam keluarga.
b. Ny. P berperan sebagai Ibu (lansia) yang kadang membantu mengurus kebun di
belakang rumah.
3. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma keluarga yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai agama
dan adat istiadat sumatera yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afeksi
Menurut keterangan keluarga dalam kehidupan sehari-harinya mereka selalu damai saling
menjaga kepentingan bersama-sama seperti misalnya keluarga.
17
2. Fungsi Sosial
Keluarga mengikuti kegiatan sosial misalnya Tn. U mengikuti tahlilan setiap kamis
malam. Namun Ny. U jarang mengikuti kegiatan sosial.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Dalam hal kesehatan keluarga kurang mengetahui tentang diit yang harus diberikan pada
Ny. P, Keluarga jarang kontrol untuk memeriksakan dirinya misalnya cek tekanan darah
dan tidak ikut dalam posyandu lansia
4. Fungsi Reproduksi
Tn. U dan Ny. P keduanya adalah duda dan Janda, sedangkan Tn.U tidak memiliki anak
5. Fungsi Ekonomi
Pendapatan utama keluarga ini adalah dari gaji Tn. U menurut pengakuan keluarga
penghasilan tiap bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Bila ada
kebutuhan yang besar dan mendadak akan dibantu oleh saudara-saudara yang dekat.
18
2. Pengkajian Klien Gerontik
1. Identitas Klien
Nama : Ny. P
Umur : 55 Tahun
Alamat : Gg. Harapan RT 03 No 29 Rawa Makmur,
Bengkulu
Pendidikan : SD
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Melayu
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Ciri-ciri khas : Memiliki tahi lalat di pipi sebelah kanan,
rambut beruban, kulit sawo matang, gigi
ompong hampir keseluruhan dari jumlah gigi.
Gol. Darah :A
Tanggal pengkajian : 3 Desember 2012
Orang paling dekat yg bisa dihubungi : Tn. U
Hubungan dengan lansia : Anak
Alamatnya : Gg. Harapan RT 03 No 29 Rawa makmur,
Bengkulu
Jenis Kelamin : Laki-laki
19
hanya dibuat untuk tidur, kadang-kadang beliau memeriksakan kepada bidan yang ada di
dekat rumahnya selain itu lansia Ny. P ± 5 tahun yang lalu kemudian rutin melakukan
pengobatan tentang DM nya dan diit makananya kemudian sejak ± 3 tahun yang lalu gula
darah sudah turun/normal sampai sekarang.
5. Genogram:
Ny. P 55 th
Tn.U 38 th
Keterangan:
= Laki – Laki = Garis pernikahan
= Klien
20
6. Riwayat Lingkungan kamar
Kamar Ny. P berukuran 3x4m memiliki 1 jendela yang diatasnya terdapat ventilasi cahaya dan
udara, sehingga cahaya dan sirkulasi udara dikamar klien cukup baik. Ny. P beristirahat diatas
tempat tidur yang terbuat dari kayu dan papan, namun tetap dialasi oleh kasur yang terbuat dari
kapuk. Disana juga terdapat lemari pakaian klien terbuat dari kayu tanpa penutup, sehingga
tumpukan pakaian terlihat dari luar.
7. Riwayat pekerjaan
Dahulu Ny. P adalah seorang petani yang memiliki sebidang sawah di lahan sebelah rumahnya,
namun setelah kematian suaminya, sawah tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
sehingga Ny. P kehilangan mata pencahariannya sebagai petani. Semenjak saat itu hingga
sekarang Ny. P tidak lagi bekerja dan hanya membantu mengurusi kebun yang dimiliki oleh
anaknya di belakang rumah, sedangkan untuk biaya kebutuhan hidup ditanggung oleh anaknya.
8. Riwayat Rekreasi
Ny. P pernah pergi rekreasi sebanyak 2 kali ketika dulu ia masih bersama dengan suaminyan namun
sejak tinggal hanya dengan anak laki-lakinya, ia belum pernah pergi berekreasi baik sendiri maupun
bersama keluarga atau orang lain.
9. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum
Ny. P memiliki tinggi badan 155 cm berat badan 45kg. Tampak kebersihan
tubuh terjaga serta pakaian yang digunakan rapi dan bersih .
b. Kesadaran
Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 100/70mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36,5°C
d. Kepala
21
Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami penurunan fungsi pigmentasi
(rambut beruban), rambut kepala mulai jarang (mengalami kerontokan).
e. Mata
Ny. P mengalami sedikit gangguan penglihatan, klien tidak bisa melihat benda yang jauh pada
jarak sekitar 2m, bentuk mata simetris, warna pada lensa mata mengalami kekeruhan.
f. Hidung
Hidung simetris, Ny. P tidak mengalami gangguan penciuman, tidak ada nyeri saat ditekan.
g. Telinga
Ny. P tidak mengalami gangguan pendengaran, masih dapat mendengar suara-suara secara
normal. Bentuk telinga simetris, bersih dan tidak ada serumen.
h. Mulut dan tenggorok
Mukosa pucat dan kering, tidak ada pembengkakan tonsil, tampak sariawan pada lidah.
i. Leher
Tidak tampak pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan saat pemeriksaan.
j. Dada
Pola nafas 16x/menit, gerakan dada intercostal, Frekuensi 80 x/mnt reguler, bunyi jantung
normal, letak jantung Ictus Cordis teraba pada intercostal V, kira-kira 1 jari
medial dari garis midklavikular, tidak ada pembesaran jantung dan paru, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada edema.
k. Abdomen
Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan.
l. Sistem genital reproduksi dan sistem perkemihan
Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi Ny.P , produksi urine 600 ml/hr, frekuensi
2x/hr, warna kekuningan (normal), bau amoniak.
m. Sistem musculoskeletal (ekstremitas atas dan bawah)
Ny. P masih merasa kuat ketika banyak beraktivitas, klien masih mampu mengurusi kebun
di belakang rumahnya untuk membantu meringankan pekerjaan anaknya.
22
n. Sistem persarafan
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS : Eye (4) Verbal (5) Motorik (6) Total GCS:15,
refleks normal.
o. Sistem endokrin
Tidak ada faktor alergi, tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan endokrin.
p. Sistem Integumen
Warna kulit Ny. P kuning langsat, turgor jelek, dan tidak elastis.
b. Spiritual
Ny. P menganut agama islam, sejak menginjak usia lanjut Ny. P lebih memperbanyak
ibadahnya, seperti sholat, membaca Al Quran dan mengikuti pengajian di masjid dekat
rumahnya yang rutin dilakukan 1 bulan 1 kali.
23
Jawaban : Tidak
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Jawaban : Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Jawaban : Tidak
Kesimpulan :
Indeks KATZ B
24
b. Modifikasi dari barthel indeks
No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi : 10
Jumlah : 10
Jenis : Mandiri
2 Minum 5 10 Frekuensi : 10
Jumlah : 10
Jenis : Mandiri
3 Berpindah dari kursi 5 10 Frekuensi : 10
roda ke tempat tidur, Jumlah : 10
sebaliknya Jenis : Mandiri
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi : 5
(mencuci muka, Jumlah :5
menyisir rambut, Jenis : Mandiri
gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10 Frekuensi : 10
(mencuci pakaian, Jumlah : 10
menyeka tubuh, Jenis : Mandiri
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi : 10
7 Jalan di permukaan 0 5 Frekuensi : 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10 Frekuensi : 10
9 Mengenakan pakaian 5 10 Frekuensi : 10
10 Kontrol Bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 10
Konsistensi : Normal
11 Kotrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 10
Warna : Kekuningan
12 Olahraga / latihan 5 10 Frekuensi : 5
25
Jenis : Dengan bantuan
13 Rekreasi/ pemanfaatan 5 10 Frekuensi : 5
waktu luang Jenis : Dengan
bantuan
Keterangan:
Jumlah 130 = Mandiri
Jumlah 65-125 = Ketergantungan sebagian
Jumlah 60 = Ketergantungan total
Kesimpulan :
Jumlah 110 = Ketergantungan sebagian.
26
√ 10 Kurang 3 dari 20 dan tetap dikurangi 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
7 3
Score total : 7
Interprestasi hasil :
1. Salah 0-3 = Frekuensi intelektual utuh
2. Salah 4-5 = Frekuensi intelektual ringan
3. Salah 6-8 = Frekuensi intelektual sedang
4. Salah 9-10 = Frekuensi intelektual berat
Kesimpulan :
SPSMQ = Intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maksimum klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Dimanakah kita sekarang?
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Bengkulu
c. Kota Bengkulu
d. Kecamatan....
e. Rumah.....
2 Registrasi 5 5 Sebutkan nama objek (oleh
27
pemeriksa) 1 untuk mengatakan
masing-masing objek kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi (untuk disebutkan)
a. Objek……..
b. Objek……..
c. Objek……..
3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian di kurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada no. 2 (regitrasi)
tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing objek
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
a. (misal jam tangan)
b (misal pensil)
0 Minta klien untuk mengulang kata
berikut :
“Tak ada jika, dan, atau, tetapi”
Bila benar, nilai satu poin.
c. Pernyataan benar 2 buah : tak
ada, tetapi
5 Minta klien untuk mengikuti
28
perintah berikut yang terdiri dari :
“Ambil kertas tangan anda, lipat
dua dan taruh di lantai”
d. Ambil kertas ditangan anda
e. lipat dua
f. taruh dilantai
perintah klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai
satu point)
g. tutup mata anda
perintah klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
h. tulis satu kalimat
i. Menyalin gambar
Total : 24
Interpensi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi baik
< 23 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Kesimpulan:
MMSE = Aspek kognitif dari fungsi baik.
d. Pengkajian afektif
Digunakan untuk membedakan apakah klien mengalami depresi atau dimensia. Pada lansia,
depresi sering dihubungkan dengan kacau mental dan disorientasi, sehingga seorang lansia
depresi sering disalahartikan dengan dimensia (Mubarak, 2006).
29
a. Inventaris Depresi Beck
Inventaris depresi beck
Skore Uraian
A. kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan sayatidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih dan galau
0 Saya tidak merasa sedih
Skor : 0
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau berkecil hati tentang masa depan
Skor : 0
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua, suami, istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya berasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa gagal
Skor : 0
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya merasa tidak puas
30
Skor : 0
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak benar-benar bersalah
Skor : 0
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
Skor : 0
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri saya sendiri
Skor : 0
31
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
Skor : 1
J. Perubahan Gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent dalam
saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak buruk daripada sebelumnya
Skor : 0
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
32
Penilaian :
0-4 = Depresi tidak ada atau minimal
5-7 = depresi ringan
8-15 = depresi sedang
>16 = depresi berat
Kesimpulan :
Inventaris Depresi Beck = Depresi tidak ada atau minimal.
33
1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki) =0
2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong lainnya =1
3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong lainnya =2
Skor (2)
5. Keseimbangan saat berdiri
1) Tidak stabil =0
2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar
atau menggunakan alat bantu =1
3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat penyokong =2
Skor (2)
6. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi serapat mungkin
dan dorong lembut area sternum sebanyak 3 kali)
1) Mulai terjatuh =0
2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun
akhirnya mendapat keseimbangan =1
3) Tetap stabil =2
Skor (2)
7. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
1) Tidak stabil =0
2) Stabil =1
Skor (1)
8. Upaya untuk duduk
1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak
atau terjatuh ke atas kursi) =0
2) Mempergunakan tangan =1
3) Gerakan yang halus serta aman =2
Skor (1)
34
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam lorong atau
menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang perlahan kemudian pada saat
balik dengan irama yang cepat. Dapat digunakan tongkat bila pasien biasanya
menggunakannya.
35
1) Ada penyimpangan =0
2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau klien menggunakan
tongkat penyokong =1
3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
Skor : 2
f) Bagian torso tubuh
1) Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat penyokong =0
2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi lutut atau
perentangan saat berjalan =0
3) Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan atau alat sokong =2
Skor : 0
g) Pertahankan keseimbangan saat berjalan
1) Tumit-tumit terpisah =0
2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1
Skor : 0
Total Skor : 19
Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah
36
ANALISA DATA:
No Keluhan Etiologi Problem
1. DS :
a. Klien mengatakan tidak nafsu makan Intake yang tidak Ketidak
b. Tn. U mengatakan bahwa klien hanya adekuat seimbangan
mampu menghabiskan ¼ porsi makanan nutrisi : nutrisi
c. Klien mengatakan bahwa ia kurang kurang dari
makan sayur dan jarang makan buah- kebutuhan tubuh
buaha
d. Klien mengatakan muncul rasa penuh
tiba-tiba setelah makan
DO :
a. Gigi tidak lengkap
b. Lidah ada sariawan
c. Pola Makan : 2x/hr,
d. BB sebelumnya= 48, BB saat ini 45 kg
e. Nadi : 80x/menit
f. RR : 16x/menit
g. Konjugtiva anemis
2 DS :
Klien mengatakan ia merasa sakit
kepala, pusing dan berkunang-kunang Ketidakseimbangan Intoleransi
jika terlalu banyak beraktivitas. antara suplai aktivitas
DO: oksigen dengan
a. TD : 100/70 mmHg kebutuhan
b. Respon abnormal dari tekanan darah
atau nadi terhadap aktifitas
c. Pusing atau kelemahan
d. Aneroksia,mual, atau muntah
37
e. Mukosa membrane atau kunjungtiva
pucat
SKORING:
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor ekonomi.
No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah belum terjadi dan ada
Skala : Tidak/kurang faktor pendukung untuk
sehat (aktual) menyebabkan masalah terjadi.
Kemungkinan masalah 2/3 x 2 1 1/3 Penghasilan keluarga Tn. U. yang
untuk diubah pas-pasan dan kurangnya
Skala : Sebagian pengetahuan keluarga tentang
nutrisi yang adekuat
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 2/3 Semenjak tinggal dengan anaknya,
dicegah Ny.P tidak terlalu memperdulikan
Skala : Cukup makanan yang harus dikonsumsi
setiap harinya, karena kurangnya
perhatian dari Tn. U mengenai
makanan yang dikonsumsi setiap
hari
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari ada masalah
Skala : Ada masalah akibat nutrisi yang inadekuat
tetapi tidak perlu
ditangani.
Total Skor 4
38
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan.
39
INTERVENSI:
Diagnosa I
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
40
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
Diagnosa II
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
41
dan istirahat merencanakan progran terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
42
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Dx Intervensi Implementasi Evaluasi
1 Kaji adanya alergi makanan Mengkaji adanya alergi S:
Kolaborasi dengan ahli gizi makanan “Saya sudah
untuk menentukan jumlah Mengkolaborasi dengan ahli menghabiskan setengah
kalori dan nutrisi yang gizi untuk menentukan jumlah porsi makanan”
dibutuhkan pasien kalori dan nutrisi yang
Yakinkan diet yang dimakan dibutuhkan pasien O:
mengandung tinggi serat Meyakinkan diet yang K/u baik
untuk mencegah konstipasi dimakan mengandung tinggi Nafsu makan klien
Ajarkan pasien bagaimana serat untuk mencegah meningkat
membuat catatan makanan konstipasi Konjungtiva normal
harian. Mengajarkan pasien BB 47 kg
Monitor adanya penurunan bagaimana membuat catatan
BB dan gula darah makanan harian. A:
Monitor lingkungan selama Memonitor adanya penurunan Masalah nutrisi kurang
makan BB dan gula darah dari kebutuhan tubuh
Jadwalkan pengobatan dan Memonitor lingkungan teratasi sebagian
tindakan tidak selama jam selama makan Nafsu makan meningkat
makan Menjadwalkan pengobatan Adanya perubahan pola
Monitor turgor kulit dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kekeringan, rambut makan
Konjungtiva normal
kusam, total protein, Hb dan
Klien tampak tidak
kadar Ht Memonitor turgor kulit
lemah
Memonitor kekeringan,
P:
rambut kusam, total protein,
Lanjutkan intervensi
Hb dan kadar Ht
-Menganjurkan untuk
makan sedikit tapi sering
-Menganjurkan untuk
43
makan makan-makanan
yang mengandung nutrisi.
-Menganjurkan untuk
makan-makanan dalam
keadaan hangat
-Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi.
44
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses
menua atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk dan
figur tubuh yang tidak proporsional.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia
adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa kenyang.
Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada
berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia
mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.
Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,
meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi
involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain yaitu
tinggal sendiri, kelemahan fisik, kehilangan, depresi, pendapatan yang rendah, penyakit saluran
cerna, penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, malnutrisi, obesitas, osteoporosis, anemia,
kekurangan vitamin, kekurangan anti oksidan, sulit buang air besar dan kelebihan kadar gula
dan garam.
Pada kasus didalam makalah ini, ada 2 diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
yaitu:
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
ekonomi.
45
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan
.
B. Saran
Dengan makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih memperdalam
lagi pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Kurang Gizi,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
46