Anda di halaman 1dari 5

Jurnal CARE September 2019, Vol.

4 (1): 51 –55
Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan ISSN: 2528-0848, e-ISSN: 2549-9483

Konstruksi Konflik dan Elemen-Elemen Budaya Pada Kasus


Pembakaran Bendera HTI

(Conflict Construction and Cultural Elements


in the Case of Burning the HTI Flag)

Leonard Dharmawan1)
1) Sekolah Vokasi IPB, Institut Pertanian Bogor, Jl Kumbang No. 14 Bogor

ABSTRAK
Konstruksi sebagai kata kiasan, terkait bagaimana konflik itu dibuat, siapa yang terlibat, bagaimana
mereka terlibat satu dengan yang lain, sumber daya yang mereka gunakan, cara konflik itu dibangun,
dan jenis konflik yang dihasilkan. konflik antar negara atau konflik internasional. Kita dapat mengatakan
bahwa konflik merupakan bagian dari hidup manusia. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
menganalisis konflik pembakaran bendera HTI berdasarkan teori konflik mengetahui aspek budaya
yang memicu terjadinya konflik pembakaran bendera HTI mengetahui elemen budaya yang memicu
terjadinya konflik pembakaran bendera HTI tersebut. Teori konflik yang digunakan untuk menganalisis
adalah teori fisher. Elemen budaya yang memicu konflik pembakaran bendera HTI ada 6; kebudayaan
material, kebudayaan non material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika dan bahasa.
Key words: konflik, konstruksi konflik, elemen budaya

ABSTRACT

Construction as a figure of speech, related to how the conflict was created, who was involved, how they
were involved with each other, the resources they used, the way the conflict was built, and the type of
conflict produced. conflict between countries or international conflicts. We can say that conflict is part
of human life. The purpose of writing this paper is to analyze the HTI flag burning conflict based on
conflict theory knowing the cultural aspects that triggered the HTI flag burning conflict knowing the
cultural elements that triggered the HTI flag burning conflict. Conflict theory used to analyze is Fisher's
theory. There are 6 cultural elements that triggered the HTI flag burning conflict; material culture, non-
material culture, social institutions, belief systems, aesthetics and language.
Key words: conflict, conflict construction, cultural elements.

51
Jurnal CARE September 2019, Vol. 4 (1): 51 –55

PENDAHULUAN
Interaksi, relasi, dan komunikasi Hubungan pertentangan antara dua pihak
antarmanusia pada semua level, entah atau lebih (individu atau kelompok) yang
level komunikasi antar pribadi, antar memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-
kelompok, antarkomunitas, bahkan sasaran kekerasan fisik yang membuat
komunikasi antarbangsa, tidak selalu perasaan dan fisik orang lain terganggu.
berjalan mulus sebagaimana yang Bersifat fungsional karena pertentangan
diharapkan. Selalu ada dinamika semacam itu mendukung tujuan kelompok
komunikasi dalam berbagai level tersebut. dan memperbarui tampilan, namun
Ada kalanya komunikasi menghasilkan disfungsional karena menghilangkan
sesuatu yang menyenangkan, tapi di waktu tampilan kelompok.
lain komunikasi dapat menghasilkan hal Proses mendapatkan monopoli ganjaran,
yang tidak menyenangkan. Kita dapat kekuasaan, pemilikan dengan
mengatakan, ada dinamika komunikasi menyingkirkan atau melemahkan pesaing.
yang konstruktif maupun destruktif, dan ini Suatu bentuk perlawanan yang melibatkan
sangat tergantung pada mitos setiap dua pihak secara antagonis.
masyarakat tentang konflik. Artinya, dalam Kekacauan rangsangan kontradiktif dalam
ruang dan waktu suatu masyarakat, selalu diri individu. Barge (1994) mengatakan
terjadi perbedaan persepsi terhadap konllik bahwa kita dapat melihat bahwa dalam
yang mereka hadapi. setiap konflik terdapat beberapa unsur,
Perbedaan pendapat dalam masyarakat yaitu :
akademis merupakan sesuatu yang Ada dua pihak atau lebih yang terlibat.
bahkan dianjurkan, tapi dikalangan militer Jadi, ada interaksi antara mereka yang
merupakan sesuatu yang tidak terlibat. Ada tujuan yang dijadikan sasaran
diperkenanankan. Contoh lain: perkelahian konflik. Tujuan itulah yang menjadi sumber
bagi suatu masyarakat dianggap sebagai konflik. Ada perbedaan pikiran, perasaan,
pembuktian diri, tapi dalam masyarakat lain tindakan di antara pihak yang terlibat untuk
dianggap sebagai sesuatu tidak lazim. mendapatkan atau mencapai
Cara bicara seorang anak yang kritis, bagi tujuan/sasaran.
masyarakat Barat, merupakan yang Ada situasi konflik antara dua pihak yang
menggambarkan prinsip keterbukaan, tapi bertentangan, ini meliputi situasi
bagi orang Timur dianggap kurang sopan. antarpribadi, antarkelompok, dan antar
Contoh-contoh di atas menunjukkan organisasi. Terkadang orang tidak dapat
bahwa persepsi, sikap atau cara kita membedakan konflik dengan kompetisi,
menilai konflik sangat tergantung pada dan karena itu kita perlu mengetahui
kerangka konseptual umum suatu perbedaan antara keduanya. Banyak
kelompok atau masyarakat terhadap komunitas atau organisasi formal dalam
konflik. lnilah yang dimaksud dengan mitos masyarakat dibangun berdasarkan tradisi
tentang konflik. Pengertian Konflik menurut persaingan, misalnya persaingan untuk
Liliweri (2005) terdiri dari beberapa hal, mendapat pekerjaan, untuk mendapatkan
diantaranya: pendapatan yang lebih baik, untuk
Bentuk pertentangan alamiah yang memperoleh fasilitas.
dihasilkan oleh individu atau kelompok, Baru-baru ini terdapat permasalahan
karena mereka yang terlibat memiliki mengenai pembakaran bendera HTI
perbedaan sikap, kepercayaan, nilai atau (Hisbut Tahrir Indonesia) oleh oknum
kebutuhan. ormas yaitu banser NU (Nahdatul Ulama)
yang memicu demonstrasi dan protes

52
Jurnal CARE September 2019, Vol. 4 (1): 51 –55

keras di berbagai wilayah di Indonesia. memiliki atau merasa memiliki


Secara umum kita dianjurkan untuk tidak kepentingan, tujuan yang
terlibat dalam konflik, atau sekurang- bertentangan;
c. Konflik adalah proses pertentangan
kurangnya menghindari konflik, namun
yang diekspresikan diantara dua pihak
terkadang upaya kita menghindari makin atau lebih yang saling tergantung
sulit karena perubahan situasi interaksi, mengenai suatu obyek konflik,
relasi, dan komunikasi antara dua pihak. menggunakan pola perilaku dan
interaksi yang menghasilkan keluaran
METODE konflik
Menurut Simon Fisher (2001),
Penulisan makalah berdasarkan atas data Budaya didefinisikan sebagai kebiasaan
sekunder dari berbagai studi literatur
dan nilai-nilai tertentu yang diakui secara
termasuk beberapa textbook rujukan dari
umum oleh suatu masyarakat yang tinggal
matakuliah komunikasi antar budaya dan
di suatu tempat tertentu. Budaya
konflik. Makalah ini juga diperkaya dengan merupakan produk kolektif atau produk
jurnal, makalah dan textbook lain baik bersama yang menghasilkan suatu ukuran
secara tercetak maupun elektronik (online).
dan rangkaian tindakan yang dipakai
Pengambilan studi kasus dalam sebagai acuan untuk menilai tindakan
Pembahasan diambil dari kasus
orang lain. Melihat kasus pembakaran
Pembakaran Bendera HTI oleh Banser NU
bendera HTI di beberapa media, tulisan ini
yang di kutip dari analisis berbagai berita akan menganalisis menggunakan teori
dari berbagai media.
Simon Fisher, et all (2001). Teori-teori
mengenai berbagai penyebab konflik terdiri
dari 6 teori, tetapi untuk kasus pembakaran
HASIL DAN PEMBAHASAN bendera HTI hanya relatif mencakup :
1. Teori Hubungan Masyarakat;
Teori dalam Konflik Pembakaran kelompok Islam non NU
Bendera HTI menganggap NU adalah antek
pemerintah yang menggagas
Ketika kita membicarakan mengenai pembubaran HTI karena dianggap
perbedaan maka sebenarnya yang kita mengubah ideologi pancasila,
fokuskan adalah mengenai perbedaan sehingga pembakaran bendera
budaya yang dimiliki oleh manusia. Budaya menjadi pemicu yang memanaskan
adalah seperangkat nilai-nilai tim yang kedua pihak. Sasaran yang ingin
dipelajari, keyakinan, standar-standar, dicapai teori ini adalah:
pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku  Meningkatkan komunikasi dan
yang disampikan oleh individu atau saling pengertian antara kelompok-
masyarakat, yang menentukan bagaimana kelompok yang mengalami konflik
seseorang bertindak, dan memandang
 Mengusahakan toleransi dan agar
dirinya dan yang lain.
masyarakat lebih bisa saling
Yumi (2012) menambahkan bahwa konflik
menerima keragaman yang ada di
memiliki dimensi pengertian yang sangat
dalamnya.
luas, dari sisi ilmu sosiologi. Samovar et al,
2. Teori Negosiasi Prinsip pandangan
(2009) dengan latar belakang keilmuan
yang berbeda terhadap suatu
mendefinisikan konflik sebagai berikut:
simbol bendera mengakibatkan
a. Konflik adalah pertentangan antara
konflik karena walaupun bendera
banyak kepentingan, nilai, tindakan
tersebut adalah bendera HTI tetap
atau arah serta merupakan bagian
terdapat kalimat tauhid yang sakral
yang menyatu sejak kehidupan ada.
dan prinsipil yang harus dihormati
Karenanya konflik merupakan sesuatu
dan tidak boleh dibakar. Sasaran
yang tidak terelakkan yang dapat
yang ingin dicapai teori ini adalah:
bersifat positif atau bersifat negatif;
 Membantu pihak-pihak yang
b. Konflik adalah suatu hubungan yang
mengalami konflik untuk
melibatkan dua pihak atau lebih yang

53
Jurnal CARE September 2019, Vol. 4 (1): 51 –55

memisahkan perasaan pribadi kedua. Ini ditunjukan oleh budaya


dengan berbagai masalah dan isu, Indonesia yang cepat berubah karena
dan memampukan mereka untuk dipengaruhi oleh budaya barat. Seperti
melakukan kepentingan- yang disebutkan oleh Kriesberg (1998)
kepentingan mereka daripada bahwa isu yang menyebabkan terjadinya
posisi tertentu yang sudah tetap. konflik adalah kepentingan dan nilai-nilai
 Melancarkan proses pencapaian atau kepercayaan. Juga mereka mungkin
kesepakatan yang menguntungkan berselisih mengenai kepentingan,
kedua belah pihak atau semua misalnya : distribusi sumber daya materi
pihak. (tanah, uang, minyak, air, dsb) bahwa
3. Teori Kesalahpahaman Budaya, mereka memiliki beberapa keinginan tetapi
terjadi kesalahpahaman budaya percaya dibatasi dan disisi yang lain
dimana menurut banser NU hari penyebarannya dikurangi oleh pihak yang
santri tidak boleh dimanfaatkan berlawanan. Budaya memiliki beberapa
untuk kebangkitan HTI yang telah elemen atau komponen, menurut ahli
dianggap sebagai organisasi antropologi Cateora dalam (Mulyana dan
terlarang, sedang menurut Jalaluddin Rakhmat, 2005) yaitu :
kelompok masyarakat yang Kebudayaan Material bendera, HTI
menentang pembakaran bendera terdapat kalimat tauhid yang menjadi suatu
tersebut menganggap pada hari hal yang fundamental bagi umat islam,
santri sah saja dikibarkan bendera ketika itu di bakar akan menimbulkan
Ar Rayah, mereka menganggap ketidaksukaan pada kelompok tertentu.
bendera itu bukan bendera HTI 1. Kebudayaan nonmaterial tulisan
karena HTI tidak punya bendera. dalam bendera HTI dipercaya
mereka berasumsi bahwa sebagai panji Nabi Muhammad
pembakaran bendera bertuliskan sedangkan kenyataannya menurut
tauhid merupakan pelecehan. yang membawa bendera, bendera
Sasaran yang ingin dicapai teori ini tersebut adalah bendera HTI
adalah: 2. Lembaga sosial dalam hal ini
 Menambah pengetahuan pihak- adalah ormas yang mendukung
pihak yang mengalami konflik pembakaran bendera (cenderung
mengenai budaya pihak lain pihak NU) dan yang tidak
 Mengurangi stereotip negatif yang mendukung pembakaran bendera
mereka miliki tentang pihak lain. tersebut (cenderung pihak ormas di
 Meningkatkan keefektifan luar NU dan mantan anggota HTI).
komunikasi antar budaya. 3. Sistem kepercayan Bagaimana
masyarakat mengembangkan dan
Elemen-elemen Budaya Pemicu Konflik membangun system kepercayaan
atau keyakinan terhadap sesuatu,
Budaya dan unsur-unsur di dalamnya hal ini akan mempengaruhi system
terikat oleh waktu dan bukan kuantitas penilaian yang ada dalam
yang statis. Budaya tetap berubah, masyarakat. Sistem keyakinan ini
seberapa lamban pun perubahan tersebut. akan mempengaruhi dalam
Kelambanan atau kecepatan kebiasaan, bagaimana
perubahannya antara lain bergantung memandang hidup dan kehidupan,
pada seberapa jauh kekuatan budaya cara mereka berkonsumsi, sampai
tersebut dan intensitas interaksinya dengan cara bagaimana
dengan budaya lain. Suatu budaya yang berkomunikasi.
lemah (sebagai minoritas misalnya atau 4. Estetika budaya hari santri adalah
komunitas yang ”kurang percaya diri” budaya umat Islam yang tentunya
karena pernah terjajah oleh bangsa lain) akan menimbulkan ketidaksukaan
yang sering berhubungan dengan budaya apabila disusupi oleh lambang dan
lain yang kuat, maju, dan dominan akan bendera organisasi terlarang
cepat berubah karena pengaruh budaya seperti HTI, inilah yang memicu

54
Jurnal CARE September 2019, Vol. 4 (1): 51 –55

konflik tersebut. sehingga terjadilah Panduan Berkomunikasi dengan


pembakaran bendera karena Orang-Orang Berbeda Budaya, Remaja
ketidaksukaan oknum banser Rosdakarya, Bandung.
tersebut.
Bahasa Bahasa dalam hal ini adalah Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi
bahasa tertulis dalam bendera HTI tersebut Komunikasi. Bandung, Remaja
tidak terlalu jelas dalam video yang viral Rosdakarya.
dan tidak banyak orang yang memahami
sehingga terjadi kesalahpahaman bahwa Samovar, Larry A. Richard E Porter & Edwin R.
yang di bakar bukanlah panji Rasul umat McDaniel. 2009. Communication
islam melainkan bendera HTI. Pemaknaan Betweetn Cultures 7E, Lyn Uhl, Canada
terjadi pada penerima sehingga terjadi
kesalahan makna karena perilaku yang Yumi, dkk. 2012. Pengelolaan Konflik Sumber
tidak diterima. Daya Hutan. Pusat Penyuluhan
Kehutanan, Kementerian Kehutanan.
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan terhadap kasus


konflik pembakaran bendera HTI yang
telah dipaparkan di atas, maka penulisan
makalah dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Teori konflik yang digunakan untuk
menganalisis adalah teori fisher yang
mencakup 3 teori diantaranya; teori
hubungan masyarakat, teori negosiasi
prinsip, teori kesalahpahaman budaya
2. Elemen budaya yang memicu konflik
pembakaran bendera HTI ada 6;
kebudayaan material, kebudayaan
non material, lembaga sosial, sistem
kepercayaan, estetika dan bahasa.

DAFTAR PUSTAKA
Barge, H. Hartwick, I. 1994. User Participation,
Conflict, and Conflict Resolution, The
Mediating Roles of Influence”
Information System Researcah

Fisher, Simon. 2001. Mengelola Konflik,


Ketrampilan dan Strategi untuk
Bertindak, Jakarta: The British Council

Kriesberg, Louis .1998. Constructive Conflicts,


From Escalation to Resolution,
Amerika: Rowan & Littlefield Publisher

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik, LkiS.


Yogyakarta.

Mulyana, Deddy and Jalaluddin Rakhmat.


2005. Komunikasi Antarbudaya

55

Anda mungkin juga menyukai