Anda di halaman 1dari 57

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Akhir Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan

Disusun oleh:

Kelompok 12/Perikanan A

Fitri Andayani 230110170013


Hagi Nuansa Febriani 230110170053
Aisyah Nuryanti 230110170056

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
laporan akhir praktikum Parasit dan Penyakit Ikan yang berjudul “Identifikasi
Parasit pada Ikan”.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan
mengenai identifikasi parasite pada ikan. Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan
mampu menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik
dan saran untuk laporan ini sangat dinantikan.

Jatinangor, Mei 2019

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................. vi

I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Manfaat ................................................................................ 2
II KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Ikan Uji ................................................................................ 3
2.1.1 Klasifikasi ........................................................................... 3
2.1.2 Biologi dan Morfologi Ikan Uji ............................................ 5
2.2 Parasit Ikan .......................................................................... 8
2.2.1 Ektoparasit ........................................................................... 8
2.2.2 Endoparasit .......................................................................... 9
2.3 Pemeriksaan Parasit Ikan ...................................................... 10
2.3.1 Pemeriksaan Bagian Kulit, Sisik, dan Sirip ........................... 10
2.3.2 Pemeriksaan Parasit Pada Insang .......................................... 11
2.3.3 Pemeriksaan Parasit Pada Usus ............................................ 12
2.3.4 Pemeriksaan Parasit Pada Otot Daging ................................. 13

III BAHAN DAN METODE ............................................................. 15


3.1 Tempat dan Waktu ............................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 15
3.2.1 Alat ...................................................................................... 15
3.2.2 Bahan ................................................................................... 16
3.3 Prosedur Kerja ..................................................................... 16

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 17


4.1 Hasil .................................................................................... 17
4.1.1 Data Kelompok .................................................................... 17
4.1.2 Data Kelas ............................................................................ 18
4.2 Pembahasan ......................................................................... 22
4.2.1 Pembahasan Kelompok ........................................................ 22
4.2.2 Pembahasan Kelas ................................................................ 23

V PENUTUP..................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 29
5.2 Saran .................................................................................... 29

ii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 29
LAMPIRAN.................................................................................. 30

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1. Alat yang digunakan .................................................................15
2. Bahan yang digunakan .............................................................16

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1. Ikan Mas. ...................................................................................... 4
2. Ikan koi ........................................................................................ 4
3. Ikan Nilem. ................................................................................... 5
4. Morfologi ikan mas ....................................................................... 5
5. Morfologi ikan koi ........................................................................ 6
6. Morfologi ikan nilem .................................................................... 7

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1. Alat yang Digunakan .............................................................. 36
2. Bahan yang Digunakan ........................................................... 37
3. Prosedur kerja ........................................................................ 38
4. Dokumentasi kegiatan ............................................................ 39
5. Hasil Identifikasi parasit Pada praktikum pertama .................. 40
6. Hasil Identifikasi Parasit Praktikum Kedua ............................. 43
7. Hasil identifikasi parasit oleh kelompok 12 ............................ 47
8. Pravelensi Ikan Mas, Ikan Koi dan Ikan Nilem ...................... 48
9. Intensitas Ikan Mas , Ikan Koi dan Ikan Nilem ....................... 51

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh
para pembudidaya karena berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Kerugian yang terjadi dapat berupa peningkatan kematian ikan. Selain itu,
serangan penyakit dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan sehingga secara
ekonomis berakibat pada penurunan harga jual (Mariyono, 2002). Sistem
budidaya perikanan air tawar yang hingga kini telah mencapai tahap intensifikasi
tidak terlepas dari resiko biologis, yaitu munculnya penyakit (Suhermanto, 2011).
Timbulnya penyakit pada ikan yang umumnya terjadi karena adanya interaksi
antara ikan, patogen dan lingkungan (Sari 2012).
Berdasarkan lokasinya tubuh inang diketahui ada organisme yang
tergolong sebagai ektoparasit. Ektoparasit Ikan meliputi protozoa, cacing dan
krustase. Kelimpahan, keragaman jenis dan sensifitas ektoparasit mungkin
berbeda antara jenis Ikan dan spesifitas ektoparasit mungkin berbeda antara jenis
Ikan. Sumber untuk memperoleh ektoparsit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan
insang. Secara fisik, efek negatif yang ditimbulkan dari serangan parasit lebih
jelas terlihat pada serangan ektoparasit, sehingga penanganannya relatif lebih
mudah (Hadioetomo 1993).
Endoparasit dan mesoparasit merupakan parasit yang berlokasi dalam
tubuh insang. Dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan
rongga tubuh inang. Meso dan endoparasit Ikan meliputi protozoa dan cacing.
Kelimpahan, keanekaragaman dan sensifitasnya mungkin berbeda antara jenis
Ikan. Dari organ tersebut dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan yang
tampak makroskopik yang mungin disebabkan oleh adanya kista protozoa
(terutama myxosporea atau microspora) maupun kista parasit cacing. Parasit
cacing pada usus dapat terlihat

1
2

dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus protozoa tidak terlihat


secara makroskopik (Hadioetomo 1993).
Atas dasar tersebut, maka penting dilakukan identifikasi dan pemeriksaan
pada ikan untuk mencegah dan meminimalisir kemungkinan kerugian dari parasit
tersebut baik secara biologi, ekonomi dan lingkungannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum identifikasi parasit pada ikan yaitu agar dapat
mengidentifikasi jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit pada ikan mas, ikan koi,
dan ikan nilem.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui spesies-spesies
parasit yang ada pada ikan mas, ikan koi, dan ikan nilem.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Uji


Ikan yang digunakan dalam praktikum identifikasi parasite terdiri dari tiga
jenis ikan yaitu ikan mas, ikan koi dan ikan nilem.
A. Ikan Mas
Ikan mas dalam istilah umum disebut sebagai ikan karper. Ikan mas
sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan mas bersisik
penuh dan ras ikan mas bersisik sedikit. Kelompok ras ikan mas yang bersisik
penuh adalah ras-ras ikan mas yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan
menyelimuti seluruh tubuh (Santoso 1993).
B. Ikan Koi
Ikan koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga koi sangat
ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi
pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 361 Masehi. Koi dengan
keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini,
mulaidikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh
petani Yamakoshi (Twigg, 2008).
C. Ikan Nilem
Di Indonesia ikan nilem dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis,
milem, muntu, palung, palau, pawas, puyau, asang, penopa, dan karper (Saanin,
1984). Daerah penyebarannya meliputi: Malaysia, Thailand, Vietnam, kamboja,
Indonesia (pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi) (Djajadiredja et al.
1997).

2.1.1 Klasifikasi
A. Ikan Mas

3
4

Klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio) menurut Linnaeus (1758) dalam


Page dan Burr 1991 adalah :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyiprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas.


B. Ikan Koi
Menurut Susanto (2007) ikan koi (Cyprinus carpio linnaeus) memiliki
klasifikasi yang sama dengan ikan mas sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Cypriniformei
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio Linnaeus

Gambar 2. Ikan koi

C. Ikan Nilem
Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1984)
adalah sebagai berikut :
5

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Ostechilus
Spesies : Osteochilus hasselti

Gambar 3. Ikan Nilem

2.1.2 Biologi dan Morfologi Ikan Uji


A. Ikan Mas
Ikan mas merupakan jenis air tawar, bentuk tubuh ikan mas agak
memanjang dan memipih tegak (Compressed), mulut terletak di ujung tengah
(terminal). Bagian anterior mulut terdapat dua sungut, di ujung dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun tiga baris gigi
geraham (Khairuman 2002).

Gambar 4. Morfologi ikan mas

Sirip punggung ikan mas berbentuk memanjang yang terletak pada bagian
permukaannya, sama dengan permukaan sirip perut. Di bagian belakang sirip
punggung ini berjari keras dan di bagian akhir bergerigi seperti juga sirip
pungung. Di bagian sirip dubur ikan mas ini juga berjari keras dan bagian yang
6

terakhir bergerigi, sedangkan sisik ikan mas ini berukuran cukup besar dengan
tipe sisik lingkaran (cycloid) dan terletak beraturan. Linea lateralis terletak di
pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang ekor
(Suseno 1994).

B. Ikan Koi
Ikan koi memiliki tubuh yang di bedakan dalam 3 bagian, yaitu kepala,
badan, dan ekor. Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang hidung yang
cekung dan tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah – celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar, dan keseimbangan yang tampak dari luar,
dan sirip untuk bergerak (Cahyono 2000).
Menurut Susanto (2000) tubuh ikan koi berbentuk torpedo dengan alat
gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi morfologi ikan koi adalah sirip
punggung, sepasnag sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor.
Sirip pada ikan Koi terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip
yang berfungsi sebagai alat gerak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan
20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak sebanyak 9 buah. Sirip
anus memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Pada sisi badan dari
pertengahan batang sapai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna sebagai
penerima getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada disebelah
dalam sisik yang membayang hingga keluar.

Gambar 5.Morfologi ikan koi

Ikan koi mempunyai indera penciuman, indera pencium ini berupa


sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk
mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera
penciumannya ini, ikan koi mampu mendapatkan makanan dengan
7

memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Pada sisi


badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea
lateralis) yang berguna untuk keseimbangan dan merasakan getaran suara. Garis
ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang
hingga sebelah luar (Susanto 2000).
Pada dasarnya ikan koi sebagian besar mempunyai bentuk seperti ikan
mas pada umumnya, hanya ikan koi yang mempunyai beberapa perbedaan
dibandingkan ikan mas biasa. Perbedaannya dari segi warna ikan koi mempunyai
warna yang lebih beragam, sedangkan pada ikan mas hanya mempunyai
beberapa macam warna saja dam ikan koi mempunyai jenis yang beragam,
sedangkan ikan mas hanya mempunyai beberapa macam jenis saja (James 2002).

C. Ikan Nilem
Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan.
Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak di
belakang sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran
(sikloid). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata,
sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala. Permulaan
sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai ke-10.

Gambar 6. Morfologi ikan nilem

Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan dengan
sisik garis rusuk ke-22 atau ke-23 di belakang jari-jari sirip punggung terakhir.
Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Permulaan sirip perut dipisahkan
oleh 4 – 4 1/2 sisik dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut tidak
mencapai dubur. Sirip ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama dengan
8

panjang batang ekor dan dikelilingi oleh 16 sisik (Weber dan de Beaufort 1916
dalam Nuryanto 2001).
Menurut Hardjamulia (1979) ikan nilem berdasarkan warna sisiknya dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu ikan nilem yang berwarna coklat kehitaman (ikan
nilem yang berwarna coklat hijau pada punggungnya dan terang di bagian perut)
dan ikan nilem merah (ikan nilem yang berwarna merah atau kemerah-merahan
pada bagian punggungnya dan pada bagian perut agak terang).
2.2 Parasit Ikan
Parasit merupakan organisme yang kelangsungan hidupnya bergantung
dari makhluk hidup lain sebagai inangnya. Kebergantungan ini dapat berupa
kebutuhan nutrien oleh parasit yang terdapat dalam tubuh inang, maupun
lingkungan internal inang (Dogiel et al. 1970). Berdasarkan habitatnya, parasit
dalam tubuh ikan dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit (parasit yang menyerang
bagian luar tubuh ikan, misalnya pada insang, sirip dan kulit), dan endoparasit
(parasit yang menyerang bagian dalam tubuh Ikan, misalnya usus, ginjal dan hati)
(Balai Karantina Ikan Batam 2007).

2.2.1 Ektoparasit
Menurut Grabda (1991) dalam Adji (2008), ektoparasit adalah parasit yang
hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar tubuh. Arnott et al. (2000)
menyatakan bahwa umumnya ektoparasit pada ikan adalah golongan crustacea,
cacing (trematoda, nematoda dan cestoda) dan protozoa. Ektoparasit ini
menginfeksi sirip, sisik, operkulum dan insang ikan. Silsilia (2000) menyatakan
bahwa ektoparasit menginfeksi inangnya pada bagian yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan nutrient untuk kelangsungan hidupnya. Sumber untuk
memperoleh ektoparasit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan insang (Hadioetomo
1993).
Dogiel et al. (1970) menyatakan, bahwa meningkatnya keberadaan
beberapa ektoparasit misalnya Trichodina sp. dan Cylodonella cyprini tidak
ditentukan oleh umur. Sementara Noble et al. (1989), menyebutkan bahwa pada
beberapa spesies ikan, semakin meningkatnya umur ikan maka intensitas
ektoparasitnya cenderung semakin berkurang. Namun menurut Kennedy (1975),
9

semakin tua ikan, berarti semakin lama waktu yang dimiliki Ikan untuk kontak
dengan ektoparasit, sehingga prevalensi dan intensitas ektoparasit meningkat
sesuai dengan umur ikan. Tubuh inang merupakan tempat untuk kolonisasi
ektoparasit. Semakin luas permukaan tubuh ikan, maka koloni ektoparasit juga
bertambah, sehingga nilai intensitas dan prevalensi ektoparasit meningkat.
Beberapa parasit memiliki inang spesifik tertentu. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beberapa jenis ikan yang hanya terinfeksi oleh satu
jenis ektoparasit saja (secara spesifik), atau hanya satu organ saja yang terinfeksi
oleh ektoparasit tersebut (organ spesifik), selain itu masih ada beberapa spesifitas
lainnya seperti spesifitas geografi dan spesifitas ekologi (Grabda 1981).
Hubungan spesifik antara inang dengan ektoparasit tersebut ditemukan oleh
keberhasilan ektoparasit dalam menginfeksi, menempati, dan berkembangbiak
pada habitat tertentu pada bagian tubuh inang (Olsen 1974).

2.2.2 Endoparasit
Endoparasit dan mesoparasit merupakan parasit yang berlokasi dalam
tubuh inang. Dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan
rongga tubuh inang. Mesoparasit dan endoparasit ikan meliputi protozoa dan
cacing. Kelimpahan, keaneka ragaman dan sensifitasnya munkin berbeda antara
jenis ikan. Dari organ tersebut dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan
yang tampak makroskopik yang mungin disebabkan oleh adanya kiste protozoa
(terutama Myxosporea atau Microspora) maupun kiste parasit cacing. Parasit
cacing pada usus dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus
protozoa tidak terlihat secara makroskopik (Hadioetomo 1993).
Keberadaan endoparasit dapat menyebabkan kematian pada populasi inang dan
konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan.
Infeksi endoparasit dapat menyebabkan dampak yang dapat merugikan secara
ekonomi, yaitu ikan kehilangan berat badan, penolakan oleh konsumen karena
perubahan patologi pada inang, penurunan fekunditas Ikan dan penurunan jumlah
dalam penetasan ikan dan larva (Anshary 2008).
Perkembangan endoparasit dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan, diantaranya suhu dan kandungan bahan kimia suatu perairan
10

(Hassan 2008). Selain itu, adanya organisme invertebrata yang hidup di sekitar
karamba jaring apung juga menjadi faktor penyebaran endoparasit pada ikan,
karena organisme tersebut dapat berperan sebagai inang perantara dari beberapa
spesies endoparasit (Ruckert et al. 2009).

2.3 Pemeriksaan Parasit Ikan


Pada waktu pemeriksaan atau mengamati parasit ikan, maka sampel ikan
yang diambil harus masih hidup (segar). Jika ikan sudah mati meskipun beberapa
menit saja parasit yang bersifat ektoparasit akan meninggalkan inangnya terutama
yang terdapat pada insang dan kulit. Untuk pemeriksaan endoparasit, jika ikan
baru mati asalkan tidak membusuk atau hancur masih dapat diperiksa isi ususnya,
untuk darah dan otot daging sudah tidak dapat dilakukan pemeriksaan (Trimariani
1994).
Pemeriksaan parasit dapat dilakukan secara natif (langsung) atau dengan
pewarnaan. Untuk melihat parasit diluar tubuh dapat menggunakan lup dengan
perbesaran 10×-30×, jika menggunakan mikroskop yaitu antara 5×-100×
perbesaran, hal ini tergantung dari objek yang diamati. Untuk protozoa biasanya
menggunakan perbesaran antara 45×-100× objektivenya, untuk arthropoda dan
cacing perbesaran 50×-150× atau dengan menggunakan objektive berukuran 5×-
45× (Trimariani 1994).

2.3.1 Pemeriksaan Bagian Kulit, Sisik, dan Sirip


Parasit yang menyerang bagian kulit ikan relatif mudah dideteksi. Apabila
organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat
langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus diidentifikasi
dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang
timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut. Biasanya ikan yang
terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan.
Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,
virus, jamur atau lainnya. Apabila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat
bercakbercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan
yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan
11

menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering


kali menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
Pemeriksaan pada kulit, sirip, dan sisik ikan dilakukan ketika ikan masih hidup.
Langkah untuk mengindentifikasi parasit menggunakan mikroskop,
pertama-tama ikan dikerok di beberapa bagian tubuh setelah dibunuh dengan
menusukkan jarum ke daerah otak. Hasil kerokan dikumpulkan dalam gelas petri
atau gelas erloji yang telah diberi larutan NaCl fisiologis atau air akuades. Jika
jumlah kerokan sedikit misalnya dari benih ukuran kebul maka hasil kerokan
dapat langsung ditaruh di atas gelas objek yang telah diberi larutan NaCl fisiologis
atau akuades (Trimariani 1994). Bahan hasil kerokan dapat langsung diamati
dibawah mikroskop. Pemeriksaan cara ini disebut pemeriksaan secara natif atau
langsung.
Selain pemeriksaan langsung, dapat juga dengan cara pewarnaan yaitu
pewarnaan Giemsa, Malachiet Green, Haematoxilin eosin dan lain sebagainya.
Sebelum diberi warna, maka preparat di atas gelas objek perlu difiksasi terlebih
dahulu artinya bahan dibunuh dengan larutan fiksatif agar bentuk organisme
parasit tersebut masih dalam bentuk utuh (tidak banyak mengalami perubahan
bentuk. Setelah itu kemudian diberi warna yang diinginkan. Demikian pula untuk
pemeriksaan sirip dilakukan dengan pengerokan atau dilihat langsung dibawah
mikroskop setelah diambil sebagian dari siripnya. Untuk mencegah agar jangan
kering, maka diberi larutan NaCl fisiologi 0,8 – 0,9 % (Trimariani 1994).

2.3.2 Pemeriksaan Parasit Pada Insang


Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk
dideteksi secara dini karena kaena tertutup operculum. Salah satu cara yang
dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit
pada insang adalah mengamati pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang
terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup
insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika
serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat.
Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan
telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang,
12

kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.


Pemeriksaan parasit pada insang dilakukan dengan mengeluarkan insang dari
rongga insang. Agar insang tidak kering dan parasit tidak mati, maka setelah
insang dikeluarkan dan ditaruh di gelas petri atau gelas erloji maka diberi
beberapa tetes larutan NaCl fisiologis atau akuades (Trimariani 1994).
Sebelum insang dikerok diamati dahulu dengan lup atau disekting
mikroskop, ada tidaknya butir-butir halus seperti pasir pada insang atau ada
tidaknya organisme yang melekat. Jika telah dikerok, maka hasil kerokan diamati
di bawah mikroskop setelah ditaruh bahan kerokan itu di atas gelas objek yang
diberi setetes larutan NaCl fisiologis (Trimariani 1994).
Jika insang tidak dikeluarkan untuk dikerok maka Ikan yang akan
diperiksa insangnya dipegang pada bagian kepala dengan tutup insang ditaruh
diantara ibu jari dan telunjuk dan ekornya ada dekat kelingking. Kemudian kepala
Ikan dimasukkan ke dalam larutan NaCl fisiologis sambil dikocok perlahan-lahan.
Setelah itu, cairan NaCl tersebut diperiksa terhadap ada tidaknya parasit setelah
diendapkan selama setengah jam (Trimariani 1994).

2.3.3 Pemeriksaan Parasit Pada Usus


Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ
(alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan
berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ
dalamnya memiliki perut yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah
dijumpai bercak darah, ini berarti pada usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika
serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan
ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak
terkontrol.
Pemeriksaan parasit pada usus dilakukan dengan membuka bagian
perutnya. Setelah perut dibuka kemudian diambil isi perutnya dengan memotong
bagian oesophagus dan bagian rektum. Setelah isi perut dikeluarkan dan
dipisahpisahkan dari organ-organ lainnya, baru usus dibelah dua sepanjang usus.
Dengan menggunakan ose, jika ingin mengamati setiap bagian usus, diambil
13

sedikit dari bahan yang akan diamati tersebut kemudian bahan tersebut ditaruh
diatas gelas objek, setelah itu baru diamati dibawah mikroskop (Trimariani 1994).
Jika tidak mengamati setiap bagian usus maka seluruh isi usus dikeluarkan
dan dimasukkan ke dalam gelas petri yang telah diberi larutan NaCl fisiologis atau
akuades. Isi usus diambil sebagian lalu ditaruh di atas gelas objek untuk diamati.
Untuk mengamati ada-tidaknya parasit yang menempel pada dinding usus maka
usus dibersihkan dalam larutan NaCl pada cawan petri, kemudian dengan lup atau
binokuler diperiksa dengan cermat. Parasit cacing cestoda dapat dilihat dengan
mudah karena berwarna putih dan bersegmen, serta ukurannya panjang. Terhadap
nematoda ada yang dapat dilihat tanpa mikroskop dan ada yang mikroskopis.
Terhadap protozoa bahan diperiksa di bawah mikroskop (Trimariani 1994).

2.3.4 Pemeriksaan Parasit Pada Otot Daging


Pemeriksaan otot daging dilakukan dengan membuat sayatan tipis
kemudian ditaruh diantara dua buah gelas objek. Setelah itu, ditekan agar sayatan
menjadi lebih tipis. Setelah itu, diperiksa di bawah mikroskop terhadap larva
cacing dan kista protozoa seperti Ichthyopthirius. Sebelum mengambil sayatan
otot untuk diamati seluruh otot, setelah Ikan diperiksa ada-tidaknya kista-kista
atau gumpalan yang berwarna kuning atau putih susu. Kemudian kista
dikeluarkan dengan sayatan dan ditaruh di atas gelas objek dan dipecahkan.
Setelah itu, preparat diamati dibawah mikroskop atau diberi warna dahulu
kemudian diperiksa dibawah mikroskop (Trimariani 1994).
Cara lain untuk memisahkan larva atau kista dari jaringan otot daging,
dapat juga dengan menggunakan larutan enzim. Metode ini disebut metode
pencernaan. Larutan yang digunakan adalah pepsin 0,5 % dalam air yang
mengandung 0,5 % asam hydrochlorida (Larutan Pepsin HCl). Teknik ini juga
digunakan untuk pemeriksaan parasit pada organ tubuh lain dari Ikan misalnya
hati, ginjal, otak dan lain-lainnya (Trimariani 1994).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum mengenai identifikasi parasit bertempat di Laboraturium
Fisiologi Hewan Air, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran pada hari Selasa, 9 April 2019 pukul 13.30 WIB s.d 15.00 WIB, dan
Selasa, 18 April 2019 pukul 13.30 WIB s.d 15.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi parasit adalah
sebagai berikut:

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi parasit adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Fungsi
1. Baki Untuk wadah peralatan
2. Cawan petri Untuk wadah sampel
3. Cover glass Untuk menutupi objek saat diamati di bawah
mikroskop
4. Gunting Untuk membedah ikan
5. Kamera Untuk dokumentasi kegiatan
6. Mikroskop Untuk pengamatan sampel
7. Object glass Untuk menyimpan sampel yang akan diamati
8. Pinset Untuk mengeluarkan organ-organ tubuh
9. Pisau bedah Untuk membedah ikan
10. Penggaris Untuk mengukur panjang tubuh ikan
11. Tusuk sonde Untuk mematikan ikan
12 Timbangan Untuk menimbang bobot ikan

15
16

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi parasit adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Bahan yang digunakan
No. Bahan Fungsi
1. Ikan Mas Sebagai ikan uji
2. Ikan Koi Sebagai ikan uji
3. Ikan Nilem Sebagai ikan uji

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur praktikum pada praktikum identifikasi parasit sebagai berikut :
1. Ikan diambil untuk dijadikan sampel praktikum identifikasi parasit
2. Ikan dipingsankan dengan ditusuk bagian kepala dengan jarum sonde
3. Diambil ikan bagian kulit dan disimpan diatas object glass. Diamati
dibawah mikroskop dan catat hasilnya
4. Diambil lendir dan sedikit filamen insang lalu disimpan dan dicacah diatas
object glass. Diamati dibawah mikroskop dan catat hasilnya
5. Diambil beberapa sisik ikan lalu disimpan diatas object glass. Diamati
dibawah mikroskop dan catat hasilnya
6. Ikan dibedah di bagian perut untuk pengamatan mesoparasit dan
endoparasit. Diambil lendir di bagian otot ikan dan disimpan di atas object
glass. Diamati dibawah mikroskop dan di catat asilnya.
7. Dipotong bagian usus ikan, dikeluarkan isinya dan diamati dibawah
mikroskop lalu dicatat hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Kelompok


Praktikum mengenai identifikasi parasit dilakukan pada tiga jenis ikan
yaitu ikan mas, ikan koi dan ikan nilem dan dilakukan pada praktikum pertama
dan praktikum kedua dengan hasil sebagai berikut:
a. Praktikum Pertama
Asal Ikan : Ciparanje
Panjang Ikan : 23 cm
Bobot Ikan : 485 gram
Berikut parasit yang ditemukan oleh kelompok 12 pada praktikum identifikasi pertama

Gyrodactylus sp. Diphyllobothrium sp. Marsipometra sp.

b. Praktikum Kedua
1. Ikan Mas
Asal Ikan : Ciparanje
Panjang Ikan : 23 cm
Bobot Ikan : 485 gram
2. Ikan Koi
Asal Ikan : Ciparanje

17
18

Panjang Ikan : 13,5 cm


Bobot Ikan : 28 gram
3. Ikan Nilem
Asal Ikan : Ciparanje
Panjang Ikan : 7 cm
Bobot Ikan : 4 gram
Berikut parasit yang ditemukan oleh kelompok 12 pada praktikum
identifikasi kedua:

Argulus sp. Rhabditis sp. Sparganum sp.

4.1.2 Data Kelas


Berikut ini adalah grafik hasil perhitungan prevalensi dan intensitas parasit
pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada praktikum pertama oleh kelas Perikanan A:

Grafik Pravelensi
50
40
30
Prevalensi (%)
20
10
0

Gambar 7. Pravelensi parasit pada ikan mas praktikum pertama


19

Grafik Intensitas
1.4
1.2
1
0.8
0.6
Intensitas (ind/ekor)
0.4
0.2
0

Gambar 8. Intensitas parasit pada ikan mas praktikum pertama

Berikut ini adalah grafik hasil perhitungan prevalensi dan intensitas parasit
pada ikan mas (Cyprinus carpio) pada praktikum kedua oleh kelas Perikanan A:

Prevalensi (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0 Prevalensi (%)

Gambar 9. Grafik pravelensi parasit pada ikan mas praktikum kedua


20

Intensitas (ind/ekor)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2 Intensitas (ind/ekor)
0

Gambar 10. Grafik ntensitas parasit pada ikan mas praktikum kedua
Berikut ini adalah grafik hasil perhitungan prevalensi dan intensitas parasit
pada Ikan Koi (Cyprinus carpio) pada praktikum kedua oleh kelas Perikanan A:

Prevalensi (%)

70
60
50
40
30 Prevalensi (%)
20
10
0

Gambar 11. Grafik pravelensi parasit pada ikan koi


21

Intensitas (ind/ekor)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2 Intensitas (ind/ekor)
0

Gambar 12. Grafik intensitas parasit pada ikan koi

Berikut adalah tabel hasil perhitungan prevalensi dan intensitas pada Ikan
Nilem (Osteochilus hasselti) pada praktikum kedua oleh kelas Perikanan A:

Prevalensi (%)
50
45
40
35
30
25
20
15
10 Prevalensi (%)
5
0

Gambar 13. Grafik pravelensi parasit pada ikan nilem


22

Intensitas (ind/ekor)
2.5
2
1.5
1
0.5 Intensitas (ind/ekor)
0

Gambar 14. Grafik intensitas parasit pada ikan nilem

4.2.1 Pembahasan Kelompok


Identifikasi parasit pada ikan dilakukan dengan dua kali pelaksanaan
praktikum. Pada praktikum 1 dilakukan identifikasi parasit pada ikan mas yang
diambil dari Ciparanje dengan bobot tubuh 485 gram dan panjang ikan 23 cm.
Hasil identifikasi dari ikan mas tersebut terdiri dari Gyrodactylus sp.,
Diphyllobothrium sp., dan Marsipometra sp.. Parasit-parasit tersebut menyerang
bagian yang berbeda dari tubuh ikan.
Gyrodactylus sp., ditemukan pada sisik ikan mas (Cyprinus carpio), hal
tersebut menandakan bahwa Gyrodactylus sp., merupakan ektoparasit yang
menyerang bagian luar tubuh ikan. Sedangkan Diphyllobothrium sp dan
Marsipometra sp.. menyerang bagian dalam pada tubuh ikan, pada ikan mas yang
diamati oleh kelompok 12 ditemukan Diphyllobothrium sp sebanyak satu ekor di
usus ikan mas sedangkan Marsipometra sp. ditemukan pada otot ikan mas
sehingga dapat disimpulkan bahwa Diphyllobothrium sp. dan Marsipometra sp.
merupakan parasit yang menyerang tubuh bagian dalam pada ikan atau sering
disebut dengan endoparasit.
Pada praktikum kedua identifikasi parasit dilakukan pada tiga jenis ikan
yaitu ikan mas, ikan koi dan ikan nilem yang diambil dari Ciparanje. Ikan mas
yang digunakan oleh kelompok 12 dalam praktikum 2 memiliki panjang tubuh 23
23

cm dan bobot tubuh sebesar 485 gram, sedangkan ikan koi memiliki panjang
tubuh 13,5 cm dan bobot tubuh 28 gram dan ikan nilem memiliki panjang tubuh 7
cm dan bobot tubuh 4 gram.
Praktikum kedua memiliki hasil yang berbeda dengan praktikum pertama.
Pada pengamatan praktikum kedua, tidak ditemukan parasit pada ikan mas.
Sedangkan pada ikan nilem ditemukan dua jenis parasit yang menyerang bagian
tubuh yang berbeda yaitu Rhabditis sp. ditemukan di insang dan Sparganum sp.
ditemukan di otot ikan koi, kemudian ditemukan juga dua jenis parasit pada ikan
nilem yang menyerang bagian tubuh yang berbeda, yaitu Argulus sp. menyerang
kulit dan Myxobolus sp. menyerang usus ikan nilem.
Parasit-parasit tersebut menyerang ikan disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah kualitas lingkungan. Kabata (1985) menyatakan bahwa
apabila lingkungan air di dalam wadah dapat hidup pada berbagai inang definitif
yang tidak baik, maka akan memacu penyakit untuk berbeda, namun cacing
parasitik Gyrodactylus sp. menyerang biota budidaya.

4.2.2 Pembahasan Kelas


Praktikum identifikasi parasit pada ikan dilakuakan dengan dua kali
pengamatan yaitu pada praktikum pertama yang menggunakan ikan mas
berukuran besar sebagai ikan uji, sedangkan pada praktikum kedua terdapat tiga
jenis ikan uji, yaitu ikan mas berukuran kecil, ikan koi dan ikan nilem. Jumlah
ikan yang diperiksa oleh kelas Perikanan A adalah sebanyak 18 ekor.
Pada praktikum pertama ditemukan berbagai jenis parasit yang menyerang
ikan mas. Parasit yang ditemukan pada ikan mas saat praktikum pertama
diantaranya yaitu Transversotrema sp., sebanyak 1 individu yang menyerang
bagian kulit, Ichthyopthirius sp., sebanyak 2 individu yang menyerang kulit,
Trichodinella sp., sebanyak 1 individu menyerang insang, Rhabditis sp., sebanyak
1 individu menyerang kulit, 2 individu menyerang usus dan 1 individu menyerang
otot. Sparganum sp., sebanyak 1 individu menyerang usus dan 2 individu
menyerang otot, Marsipometra sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit, 4
individu menyerang insang, 1 individu menyerang insang dan 1 individu
24

menyerang otot. Echinorynchus sp., sebanyak 1 individu menyerang insang,


Diphyllobothrium sp., sebanyak 1 individu menyerang usus, Clinostomum sp.,
sebanyak 1 individu menyerang kulit, Costia sp., sebanyak 4 individu menyerang
kulit, Dactylogyrus sp., sebanyak 9 individu menyerang insang, Gyrodactylus sp.,
sebanyak 5 individu menyerang kulit, Opecoelus sp., sebanyak 1 individu
menyerang insang, Camallanus sp., sebanyak 1 individu menyerang usus, Lernea
sp., sebanyak 4 individu menyerang kulit dan Trichodina sp., sebanyak 2 individu
menyerang insang.
Hasil perhitungan pravelensi dan intensitas pada setiap ikan dan parasite
memiliki hasil yang berbeda. Transversotrema sp. memiliki pravelensi sebesar
5,55% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Ichthyopthirius sp. memiliki
pravelensi sebesar 11,1% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Trichodinella sp.
memiliki pravelensi sebesar 5,55% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Rhabditis
sp. memiliki pravelensi sebesar 22,2% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan.
Sparganum sp. memiliki pravelensi sebesar 16,6% dan intensitas 1 individu/ ekor
ikan. Marsipometra sp. memiliki pravelensi sebesar 38,8% dan intensitas 1
individu/ ekor ikan. Echinorynchus sp. memiliki pravelensi sebesar 5,55% dan
intensitas 1 individu/ ekor ikan. Diphyllobothrium sp. memiliki pravelensi sebesar
5,55% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Clinostomum sp. memiliki pravelensi
sebesar 5,55% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Costia sp. memiliki pravelensi
sebesar 16,7% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Dactylogyrus sp. memiliki
pravelensi sebesar 38,8% dan intensitas 1,28 individu/ ekor ikan. Gyrodactylus sp.
memiliki pravelensi sebesar 27,7% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan. Opecoelus
sp. memiliki pravelensi sebesar1 6,7% dan intensitas 1 individu/ ekor ikan.
Camallanus sp. memiliki pravelensi sebesar 16,7 % dan intensitas 1 individu/
ekor ikan. Lernea sp. memiliki pravelensi sebesar 16,7% dan intensitas 1 individu/
ekor ikan. Trichodina sp. memiliki pravelensi sebesar 11,1% dan intensitas 1
individu/ ekor ikan.

Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang diperiksa
adalah Marsipometra sp., dan Dactylogyrus sp., karena kedua parasit tersebut
memiliki pravelensi tertinggi yaitu sebesar 38,8%. Kedua jenis parasit tersebut
25

banyak ditemukan di bagian insang ikan mas. Menurut Kabata (1985), di Asia
Tenggara parasit Dactylogyrus ini sering dijumpai pada ikan mas, lele, tambakan,
tawes dan sepat. Dactylogyrus sp., merupakan genus dari Monogenea.
Biasanya Monogenea hidup pada permukaan tubuh, memakan lendir yang
terdapat pada kulit dan hidup di insang. Monogenea memiliki inang dan organ
spesifik yang diinfeksinya. Monogenea adalah pencari,bergerak pada permukaan
tubuh, memakan lendir pada kulit dan insang. Monogenea mempunyai beberapa
jenis kait yang digunakan pada saat makan (Ramudu et al., 2013). Pada nyatanya,
monogenea dewasa hidup permanen di satu organ spesifik pada inangnya.
Dactylogyrus sp., biasanya hidup di insang dari ikan air tawar. Dactylogyrus
rentan terhadap chemical treatment. Sedangkan Marsipometra sp., merupakan
ordo dari Cestoda. Menurut Robert (2000) larva dari Marsipometra sp., yang
berenang bebas dan tahapan parasit umumnya akan menjangkit insang ikan.
Pada praktikum kedua, ikan yang diperiksa oleh perikanan A terdiri dari
tiga jenis ikan yang masing-masing berjumlah 18 ekor. Ketiga jenis ikan tersebut
antara lain adalah ikan mas, ikan koi dan ikan nilem.
Pada ikan mas ditemukan 8 jenis parasit yaitu Argulus sp.,
Diphyllobothrium sp., Lernea sp., Trichinella sp., Dactylogyrus sp.,
Acanthocephala sp., Marsipometra sp., dan Transversotrema sp., Parasit yang
ditemukan pada ikan mas saat praktikum keduadiantaranya yaitu Argulus sp.,
sebanyak 23 individu yang menyerang pada bagian kulit dari 13 ekor ikan mas,
Diphyllobothrium sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit dan otot, Lernea sp.,
sebanyak 1 individu menyerang kulit, Trichinella sp., sebanyak 1 individu
menyerang kulit, Dactylogyrus sp., sebanyak 3 individu menyerang pada bagian
kulit dari 3 ekor ikan mas, Acanthocephala sp., sebanyak 1 individu menyerang
kulit dan 1 individu menyerang otot, Marsipometra sp., sebanyak 1 individu
menyerang kulit dan Transversotrema sp sebanyak 1 individu menyerang kulit.
Hasil perhitungan pravelensi dan intensitas pada setiap ikan dan
parasitememiliki hasil yang berbeda, yaitu Argulus sp., memiliki nilai pravelensi
sebesar 72,7% dan intensitas sebesar 2 individu/ekor. Diphyllobothrium sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensitas sebesar 1
26

individu/ekor. Trichinella sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit, memiliki


nilai pravelensi sebesar 5,55% dan intensitas sebesar 1 individu/ekor, Lernea sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dan intensitas sebesar 1 individu/ekor,
Dactylogyrus sp memiliki nilai pravelensi sebesar 16,66% dan intensitas sebesar 2
individu/ekor. Acanthocephala sp., memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dan
intensitas sebesar 1 individu/ekor, Marsipometra sp., memiliki nilai pravelensi
sebesar 5,55% dan intensitas sebesar 1 individu/ekor dan Transversotrema sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dan intensitas sebesar 1 individu/ekor.
Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas adalah Argulus sp.,
karena memiliki nilai pravelensi tertinggi yaitu sebesar 72,2% dengan nilai
intensitas 2 individu/ ekor ikan. Argulus sp., banyak ditemukan pada kulit ikan
mas.
Identifikasi parasit pada ikan koi yang dilakukan oleh kelas Perikanan A
memiliki hasil dimana terdapat 8 jenis parasit yang berbeda. Parasit tersebut
antara lain yaitu Argulus sp., sebanyak 21 individu ditemukan pada bagian kulit
yang menyerang 12 ekor ikan koi, Diphyllobothrium sp., sebanyak I individu
ditemukan pada bagian otot, Epistylis sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit,
Sparganum sp., sebanyak 3 individu ditemukan pada bagian usus yang menyerng
3 ekor ikan koi, Rhabditis sp., sebanyak 1 individu menyerang insang dan 1
individu menyerang usus, Lernea sp., sebanyak 2 individu menyerang kulit
Marsipometra sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit, Dactylogyrus sp.,
sebanyak 8 individu ditemukan pada bagian insang yang menyerang 3 ekor ikan
koi.
Hasil perhitungan pravelensi dan intensitas pada setiap ikan dan parasit
memiliki hasil yang berbeda, yaitu Argulus sp., memiliki nilai pravelensi sebesar
66,6% dengan nilai intensitas sebanyak 2 individu/ekor. Diphyllobothrium sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensitas sebanyak 1
individu/ekor. Epistylis sp., memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai
intensitas sebanyak 1 individu/ekor . Sparganum sp., memiliki nilai pravelensi
sebesar 16,66% dengan nilai intensitas sebanyak 1 individu/ekor. Rhabditis sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 11,1% dengan nilai intensitas sebanyak 1
27

individu/ekor. Lernea sp. memiliki nilai pravelensi sebesar 11,1% dengan nilai
intensitas sebanyak 1 individu/ekor. Marsipometra sp. memiliki nilai pravelensi
sebesar 5,55% dengan nilai intensitas sebanyak 1 individu/ekor Dactylogyrus sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 16,66% dengan nilai intensitas sebanyak 1
individu/ekor. Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan koi adalah
Argulus sp., dengan prevalensi sebesar 66,6% dan intensitas sebanyak 2
individu/ekor.
Identifikasi parasit pada ikan nilem yang dilakukan oleh Perikanan A
memiliki hasil dimana terdapat 5 jenis parasit yang berbeda yaitu Argulus sp.,
sebanyak 16 individu ditemukan pada bagian kulit yang menyerang 8 ekor ikan
koi, Gyrodactylus sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit, Dactylogyrus sp,.
sebanyak 3 individu ditemukan di insang dan menyerang 2 ekor ikan koi,
Myxobolus sp., sebanyak 1 individu menyerang usus. Echinostoma sp., sebanyak
1 individu menyerang usus.
Hasil perhitungan pravelensi dan intensitas pada setiap ikan dan
parasitememiliki hasil yang berbeda yaitu Argulus sp. memiliki nilai pravelensi
sebesar 44,4% dengan nilai intensits sebanyak 2 individu/ekor,Gyrodactylus sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensits sebanyak 1
individu/ekor. Dactylogyrus sp,. memiliki nilai pravelensi sebesar 11,1% dengan
nilai intensits sebanyak 2 individu/ekor Myxobolus sp., memiliki nilai pravelensi
sebesar 5,55% dengan nilai intensits sebanyak 1 individu/ekor. Echinostoma sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensits sebanyak 1
individu/ekor. Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan nilem adalah
Argulus sp., dengan prevalensi sebesar 44,4% dan intensitas sebanyak 2
individu/ekor.
Dari hasil praktikum yang dilakukan oleh Perikanan A dapat diketahui
bahwa parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas, ikan koi dan ikan
nilem adalah Argulus sp., yang menyerang pada bagian kulit ikan. Hasil
praktikum tersebut sesuai dengan pernyataan Hogans (1994) bahwa parasit
Argulus sering menyerang ikan budidaya pada bagian permukaan tubuh (kulit),
sirip dorsal, sirip anal, sirip pectoral, sirip ventral, dan sirip caudal. Walker (2004)
28

juga menyebutkan bahwa kulit, sirip dan di sekitar operculum ikan merupakan
habitat bagi Argulus, parasit ini akan mengakibat luka pada ikan sehingga ikan
akan mengalami hemorhagik (pendarahan). Argulus dapat hidup pada inangnya
lebih dari 15 hari.
Argulus akan menyerang ikan dengan cara menempel dan menusuk pada
tubuh inang dengan menggunakan stylet. Setelah Argulus menempelkan diri pada
inang, parasit ini akan melepaskan zat anti koagulan yang berfungsi untuk
mencegah pembekuan pada darah. Serangan parasit ini umumnya tidak
menimbulkan kematian pada ikan yang terinfestasi, hal ini dikarenakan Argulus
hanya menghisap darah inangnya menggunakan proboscis sehingga inang akan
menjadi kurus. Infeksi dari parsit ini umumnya akan menyebabkan adanya luka
pada permukaan tubuh, sirip geripis, warna tubuh terlihat pucat, lendir yang
berlebihan, dan sisik lepas. Luka akibat serangan ektoparasit Argulus dapat
menyebabkan infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus
(Yildis and Kumantas 2002).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum identifikasi parasit pada ikan mas, ikan koi
dan ikan nilem dapat diperoleh kesimpulan yaitu pada praktikum pertama parasit
yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang diperiksa adalah
Marsipometra sp., dan Dactylogyrus sp., karena kedua parasit tersebut memiliki
pravelensi tertinggi yaitu sebesar 38,8%. Kedua jenis parasit tersebut banyak
ditemukan di bagian insang ikan mas.
Pada praktikum kedua yang dilakukan oleh Perikanan A dapat diketahui
bahwa parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas, ikan koi dan ikan
nilem adalah Argulus sp., yang menyerang pada bagian kulit ikan. Hasil
praktikum tersebut sesuai dengan pernyataan Hogans (1994) bahwa parasit
Argulus sering menyerang ikan budidaya pada bagian permukaan tubuh (kulit),
sirip dorsal, sirip anal, sirip pectoral, sirip ventral, dan sirip caudal.

5.2 Saran
Parasit memiliki ukuran yang mikroskopis sehingga disarankan memiliki
ketelitian yang tinggi dalam mengidentifikasi parasit pada ikan mas, ikan koi dan
ikan nilem.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alex. 2011. Budidaya Ikan Koi Ikan Eksotis Yang Menguntungkan. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL)


Mata Kuliah Parasitologi Ikan. Lembaga Kajian dan Pengembangan
PendidIkan (LKPP). Universitas Hasanuddin. Makassar. 126 hal.

Arnott, S.A., I. Barber and F.A. Huntingford. 2000. Parasiteassociated growth


enchancement in a fish-cestode system. Proc. Roy. Soc. B. 267:657663.

Bachtiar, Y. 2003. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia


Pustaka. Jakarta

Balai Karantina Ikan Batam. 2007. Laporan Pemantauan HPI/HPIK Tahun 2007.
Balai Karantina Ikan Batam. Batam. 52 hal.

Dogiel, V.A.G., G.K. Petrushevski dan I. Polyanski. 1970. Parasitology of Fishes.


T.F.H. Publisher, Hongkong. 384 p.

Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. Polish Scientific Publishers. Poland.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Granmedia Pustaka Utama: Jakarta.

Hardjamulia, A. 1978. Budidaya Perikanan. BDLPP, Bogor.

Hassan, M. 2008. Parasites of Native and Exotic Freshwater Fishes in the


SouthWest of Western Australia. Thesis. Murdoch University. Perth,
Western Australia. 173 hal.

Hogans, B. 1994. Branchiuran Fish Louse Disease. Atlantic Reference Center.


Huntsman Marine Science Center. Canada.

30
31

Kennedy, C.R. 1975. Ecological Animal Parasitology. Blackwell Scientific


Publications, Oxford.

Khairuman dan D. Sudenda. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agro
media Pustaka. Tanggerang.

Mariyono dan A. Sundana. 2002. Teknik Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit


Bercak Merah pada Ikan Air Tawar yang disebabkan oleh Bakteri
Aeromonas hydrophila. Buletin Teknik Pertanian. Volume 7. Nomor 1
2002.

Noble, E.R., G.A. Noble, G.A Schad and A.J. Mclnnes. 1989. Parasitology. The
Biology of Animal Parasites. 6th Edition. Lea and Febiger Philadelphia
London.

Nuryanto, A. 2001. Morfologi, Kariotip, dan Pola Protein Ikan Nilem


(Osteochilus sp.) dari Sungai Cikawung dan Kolam Budidaya Kabupaten
Cilacap. Thesis, Institut Pertanian Bogor.

Olsen, O.W. 1974. Animal Parasites, Their Life Cycles and Ecology. Univ. Park
Press, Baltimore, London, Tokyo.

Page, L.M., and B.M. Burr. 1991. A field guide to freshwater fishes of North
America north of Mexico. The Peterson Field Guide Series, volume 42.
Houghton Mifflin Company, Boston, MA.

Ruckert, S., S.Klimpel, S. Al-Quraishy, H. Mehlhorn, and H.W. Palm. 2009.


Transmission of Fish Parasites into Grouper Mariculture (Serranidae:
Epinephelus coioides (Hamilton, 1882)) in Lampung Bay, Indonesia.
Journal Parasitology Reseach (2009) 104: 523-532.

Saanin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Penerbit Bina Cipta. Bogor

Santoso, Budi. 1993. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta

Silsilia, N. S. 2000. Parasit Pada Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesimyers)


yang Diekspor Melalui Badan Karantina Ikan Bandara SoekarnoHatta,
Jakarta. Skripsi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
32

Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Suseno, D. 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya,


Depok. 74p.

Trimariani, Agnes. 1994. Petunjuk Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan.


Jatinangor : Fakultas PerIkanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Padjadjaran.

Twigg, David. 2008. Buku Pintar Koi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Weber, M. And L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of Indo-Australian


Archipelago. E.J. Brill, Leiden.

Yildiz, K. and A. Kumantas. 2002. Argulus foliaceus Infection in A Goldfish


(Carassius auratus). Israel Journal of Veterinary Medicine, 57 (2): 118-
120.
LAMPIRAN
36

Lampiran 1. Alat yang Digunakan

Mikroskop Petridisk

Gunting Bedah Pisau Bedah

Tusuk Sonde Pinset

Object glass Timbangan


37

Lampiran 2. Bahan yang Digunakan

Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Ikan Koi (Cyprinus carpio)


38

Lampiran 3.Prosedur kerja

Ikan mas, ikan koi dan ikan nilem ditimbang

Diukur panjang tubuhnya

Lendir dan insang dikerok untuk pemeriksaan ektoparasit

Sisik diambil untuk pemeriksaan ektoparasit

Usus ikan diperiksa dengan cara membedah ikan

Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop

Hasil pemeriksaan didokumentasikan


39

Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan

Bagian kepala ikan mas, ikan koi dan


Ikan mas, ikan koi dan ikan nilem ikan nilem ditusuk dengan jarum
ditimbang sonde
.

Lendir ikan diambil untuk


Sisik ikan diperiksa
pemeriksaan

Ikan dibedah untuk pemeriksaan


endoparasit yang diambil dari sampel Dilakukan pengamatan parasit
usus menggunakan mikroskop
40

Lampiran 5. Hasil Identifikasi Parasit pada Praktikum Pertama

 Data Kelompok

Ektoparasit Endoparasit
Jenis Parasit Oto
Sisik Kulit Insang Usus
t
Gyrodactylus sp. 1 - - - -
Diphyllobothrium sp. - - - 1 -
Marsipometra sp. - - - - 1

 Data Kelas

No Jenis Parasit Kulit Insang Usus Otot


1 Transversotrema sp. 1 - - -
2 Ichthyopthirius sp. 2 - - -
3 Trichodinella sp. - 1 - -
4 Rhabditis sp. 1 - 2 1
5 Sparganum sp. - - 1 2
6 Marsipometra sp. 1 4 1 1
7 Echinorynchus sp. - 1 - -
8 Diphyllobothrium sp. - - 1 -
9 Clinostomum sp. 1 - - -
10 Costia sp. 4 - - -
11 Dactylogyrus sp. - 9 - -
12 Gyrodactylus sp. 5 - - -
13 Opecoelus sp. - 1 - -
14 Camallanus sp. - - 1 -
15 Lernea sp. 4 - - -
16 Trichodina sp. - 2 - -
41

Pravelensi dan Intennsitas Ikan Mas pada Praktikum Pertama

Jumlah Jumlah
Jumlah Prev Inten
Parasit Ikan
Ikan alen sitas
No Jenis Parasit yang yang
yang si (ind/
ditemuka terinfeks
diperiksa (%) ekor)
n i
Transversotre
1 1 1 18 5,55 1
ma sp.
Ichthyopthiriu
2 2 2 18 11,1 1
s sp.
Trichodinella
3 1 1 18 5,55 1
sp.
4 Rhabditis sp. 4 4 18 22,2 1
Sparganum
5 3 3 18 16,6 1
sp.
Marsipometra
6 7 7 18 38,8 1
sp.
Echinorynchu
7 1 1 18 5,55 1
s sp.
Diphyllobothr
8 1 1 18 5,55 1
ium sp.
Clinostomum
9 1 1 18 5,55 1
sp.
10 Costia sp. 4 3 18 16,7 1,33
Dactylogyrus
11 9 7 18 38,8 1,28
sp.
Gyrodactylus
12 5 5 18 27,7 1
sp.
13 Opecoelus sp. 1 1 18 16,7 1
42

Jumlah Jumlah
Jumlah Prev Inten
Parasit Ikan
Ikan alen sitas
No Jenis Parasit yang yang
yang si (ind/
ditemuka terinfeks
diperiksa (%) ekor)
n i
Camallanus
14 1 1 18 16,7 1
sp.
15 Lernea sp. 4 3 18 16,7 1,33
Trichodina
16 2 2 18 11,1 1
sp.
Transversotre
17 1 1 18 5,55 1
ma sp.
43

Lampiran 6.Hasil Identifikasi Parasit Praktikum Kedua


 Data Kelompok
Ektoparasit Endoparasit
Ikan
Jenis Parasit Ot
Sampel Kulit Insang Usus
ot

Ikan
- - - - -
Mas

Rhabditis sp. - 1 - -
Ikan Koi
Sparganum sp. - - - 1

Ikan Argulus sp. 1 - - -

Nilem Myxobolus sp. - - 1 -

 Data Kelas
a. Ikan mas
No Jenis Parasit Kulit Insang Usus Otot
1 Argulus sp. 23 - - -
2 Diphyllobothrium sp. 1 - - 1
3 Lernea sp. 1 - - -
4 Trichinella sp. 1 - - -
5 Dactylogyrus sp. 3 - - -
6 Acanthocephala sp. 1 - - 1
7 Marsipometra sp. 1 - - -
8 Transversotrema sp. 1 - - -
44

Pravelensi dan Intennsitas Ikan Mas pada Praktikum Kedua

Jumlah Jumlah Intensi


Parasit Ikan Jumlah
N Ikan Prevale tas
Jenis Parasit yang yang
o yang nsi (%) (ind/ek
ditemuka terinfek
diperiksa or)
n si
1 Argulus sp. 23 13 18 72,2 1,76
2 Diphyllobothrium 1 1 18 5,55 1
sp.
3 Lernea sp. 1 1 18 5,55 1
4 Trichinella sp. 1 1 18 5,55 1
5 Dactylogyrus sp. 3 3 18 16,66 1
6 Acanthocephala 1 1 18 5,55 1
sp.
7 Marsipometra sp. 1 1 18 5,55 1
8 Transversotrema 1 1 18 5,55 1
sp.

 Ikan koi

No Jenis Parasit Kulit Insang Usus Otot

1 Argulus sp. 21 - - -

2 Diphyllobothrium sp. - - - 1

3 Epistylis sp. 1 - - -

4 Sparganum sp. - - 3 -

5 Rhabditis sp. - 1 1 -

6 Lernea sp. 2 - - -

7 Marsipometra sp. 1 - - -

8 Dactylogyrus sp. - 8 - -
45

Pravelensi dan Intennsitas Ikan Koi pada Praktikum Kedua

Jumlah Jumlah Jumlah Intensi


Prev
Parasit Ikan Ikan tas
No Jenis Parasit alensi
yang yang yang (ind/ek
(%)
ditemukan terinfeksi diperiksa or)
1 Argulus sp. 21 12 18 66,6 1,75

Diphyllobothriu
2 1 1 18 5,55 1
m sp.

3 Epistylis sp. 1 1 18 5,55 1

4 Sparganum sp. 3 3 18 16,66 1

5 Rhabditis sp. 2 2 18 11,1 1

6 Lernea sp. 2 2 18 11,1 1

Marsipometra
7 1 1 18 5,55 1
sp.

Dactylogyrus
8 8 3 18 16,66 2,66
sp.

 Ikan nilem

No Jenis Parasit Kulit Insang Usus Otot


1 Argulus sp. 16 - - -
2 Gyrodactylus sp. 1 - - -

3 Dactylogyrus sp. - 3 - -
4 Myxobolus sp. - - 1 -

5 Echinostoma sp. - - 1 -
46

Pravelensi dan Intennsitas Ikan Nilem pada Praktikum Kedua

Jumlah
Parasit Jumlah Jumlah Intensit
Ikan Ikan Prevalens as
No Jenis Parasit yang
yang yang i (%) (ind/ek
ditemuka
terinfeksi diperiksa or)
n
2
1 Argulus sp. 16 8 18 44,4
1
2 Gyrodactylus sp. 1 1 18 5,55
1,5
3 Dactylogyrus sp. 3 2 18 11,1
1
4 Myxobolus sp. 1 1 18 5,55
1
5 Echinostoma sp. 1 1 18 5,55
47

Lampiran 7. Hasil identifikasi parasit oleh kelompok 12

Ditemukan Argulus sp. pada bagian Ditemukan Myxobolus sp pada


kulit ikan nilem bagian usus ikan nilem

Ditemukan Rhabditis sp. pada Ditemukan Sparganum sp. pada


bagian insang ikan koi bagian otot ikan koi

Tidak ditemukan parasit pada ikan Mas


48

Lampiran 8. Pravelensi Ikan Mas, Ikan Koi dan Ikan Nilem

 Pravelensi Ikan Mas pada Praktikum Pertama

Pravelensi = × 100%

No. Jenis Parasit Hitungan Hasil

1. Transversotrema sp. = 5,55%

2. Ichthyopthirius sp. 11,11%

3. Trichodinella sp. = 5,55%

4. Rhabditis sp. =22,2 %

5. Sparganum sp. =16,66 %

6. Marsipometra sp. =55,5 %

7. Echinorynchus sp. = 5,55%

8. Diphyllobothrium sp. = 22,2%

9. Clinostomum sp. = 5,55%

10. Costia sp. =16,6 %

11. Dactylogyrus sp. =38,8 %

12. Gyrodactylus sp. =33,33 %

13. Opecoelus sp. = 5,55%

14. Camallanus sp. =22,2 %

15. Lernea sp. =16,6 %


49

No. Jenis Parasit Hitungan Hasil

16. Trichodina sp. =16,6 %

17. Transversotrema sp. = 5,55%

 Pravelensi Ikan Mas pada Praktikum Kedua

No. Parasit Hitungan Hasil

1. Argulus sp. =77,7 %

2. Lernea sp. =11,11 %

3. Diphyllobothrium sp. =16,66 %

4. Dactylogiyrus sp. =22,22 %

5. Trichinella sp. =5,55 %

6. Acanthocephala sp. =5,55 %

7. Transversotrema sp. =5,55 %

8. Marsipometra sp. =5,55 %

 Pravelensi Pada Ikan Koi


No. Parasit Hitungan Hasil

1. Argulus sp. =66,6 %

2. Rhabditis sp =11,11 %

3. Sparganum sp. =16,66 %

4. Dactylogiyrus sp. =16,66 %


50

No. Parasit Hitungan Hasil

5. Lernea sp. =11,11 %

6. Epistylis sp. =5,55 %

7. Marsipometra sp. =5,55 %

 Pravelensi Pada Ikan Nilem


No. Parasit Hitungan Hasil

1. Argulus sp. =38,88 %

2. Myxobulus sp. =5,55 %

3. Echinothoma sp. =5,55 %

4. Dactylogiyrus sp. =11,11 %

5. Gyrodactylus sp. =5,55 %


51

Lampiran 9. Intensitas Ikan Mas , Ikan Koi dan Ikan Nilem

 Intensitas Ikan Mas pada Praktikum Kedua

Intensitas= = ….. ind/ekor

No. Jenis Parasit Hitungan Hasil

1. Transversotrema sp. = 1 ind/ekor

2. Ichthyopthirius sp. = 1 ind/ekor

3. Trichodinella sp. = 1 ind/ekor

4. Rhabditis sp. = 1,25 ind/ekor

5. Sparganum sp. = 1 ind/ekor

6. Marsipometra sp. = 1 ind/ekor

7. Echinorynchus sp. = 2 ind/ekor

8. Diphyllobothrium sp. = 1,25 ind/ekor

9. Clinostomum sp. = 1 ind/ekor

10. Costia sp. = 1,3 ind/ekor

11. Dactylogyrus sp. = 1,3 ind/ekor

12. Gyrodactylus sp. = 1 ind/ekor

13. Opecoelus sp. = 1 ind/ekor

14. Camallanus sp. = 1,25 ind/ekor

15. Lernea sp. = 1,67 ind/ekor


52

No. Jenis Parasit Hitungan Hasil

16. Trichodina sp. = 1 ind/ekor

17. Transversotrema sp. = 1 ind/ekor

 Intensitas Ikan Mas pada Praktikum Kedua


No. Parasit Hitungan Hasil

1. Argulus sp. = 1,6 ind/ekor

2. Lernea sp. = 1 ind/ekor

3. Diphyllobothrium sp. = 1 ind/ekor

4. Dactylogiyrus sp. = 1 ind/ekor

5. Trichinella sp. = 1 ind/ekor

6. Acanthocephala sp. = 1 ind/ekor

7. Transversotrema sp. = 1 ind/ekor

8. Marsipometra sp. = 1 ind/ekor

 Intensitas pada Ikan Koi


No. Parasit Hitungan Hasil

1. Argulus sp. = 1,75ind/ekor

2. Rhabditis sp = 1 ind/ekor

3. Sparganum sp. = 1,3 ind/ekor

4. Dactylogiyrus sp. = 2.6 ind/ekor


53

No. Parasit Hitungan Hasil

5. Lernea sp. = 1 ind/ekor

6. Epistylis sp. = 1 ind/ekor

7. Marsipometra sp. = 1 ind/ekor

 Intensitas pada Ikan Nilem


No. Parasit Hitungan Hasil

1. Argulus sp. = 2,3 ind/ekor

2. Myxobulus sp. = 1 ind/ekor

3. Echinothoma sp. = 1 ind/ekor

4. Dactylogiyrus sp. = 1,5 ind/ekor

5. Gyrodactylus sp. = 1 ind/ekor

Anda mungkin juga menyukai