Kel 12 - Identifikasi Print PDF
Kel 12 - Identifikasi Print PDF
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Akhir Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan
Disusun oleh:
Kelompok 12/Perikanan A
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
laporan akhir praktikum Parasit dan Penyakit Ikan yang berjudul “Identifikasi
Parasit pada Ikan”.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan
mengenai identifikasi parasite pada ikan. Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan
mampu menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik
dan saran untuk laporan ini sangat dinantikan.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................. vi
I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Manfaat ................................................................................ 2
II KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Ikan Uji ................................................................................ 3
2.1.1 Klasifikasi ........................................................................... 3
2.1.2 Biologi dan Morfologi Ikan Uji ............................................ 5
2.2 Parasit Ikan .......................................................................... 8
2.2.1 Ektoparasit ........................................................................... 8
2.2.2 Endoparasit .......................................................................... 9
2.3 Pemeriksaan Parasit Ikan ...................................................... 10
2.3.1 Pemeriksaan Bagian Kulit, Sisik, dan Sirip ........................... 10
2.3.2 Pemeriksaan Parasit Pada Insang .......................................... 11
2.3.3 Pemeriksaan Parasit Pada Usus ............................................ 12
2.3.4 Pemeriksaan Parasit Pada Otot Daging ................................. 13
V PENUTUP..................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 29
5.2 Saran .................................................................................... 29
ii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 29
LAMPIRAN.................................................................................. 30
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum identifikasi parasit pada ikan yaitu agar dapat
mengidentifikasi jenis-jenis ektoparasit dan endoparasit pada ikan mas, ikan koi,
dan ikan nilem.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui spesies-spesies
parasit yang ada pada ikan mas, ikan koi, dan ikan nilem.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
A. Ikan Mas
3
4
C. Ikan Nilem
Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1984)
adalah sebagai berikut :
5
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Ostechilus
Spesies : Osteochilus hasselti
Sirip punggung ikan mas berbentuk memanjang yang terletak pada bagian
permukaannya, sama dengan permukaan sirip perut. Di bagian belakang sirip
punggung ini berjari keras dan di bagian akhir bergerigi seperti juga sirip
pungung. Di bagian sirip dubur ikan mas ini juga berjari keras dan bagian yang
6
terakhir bergerigi, sedangkan sisik ikan mas ini berukuran cukup besar dengan
tipe sisik lingkaran (cycloid) dan terletak beraturan. Linea lateralis terletak di
pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang ekor
(Suseno 1994).
B. Ikan Koi
Ikan koi memiliki tubuh yang di bedakan dalam 3 bagian, yaitu kepala,
badan, dan ekor. Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang hidung yang
cekung dan tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah – celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar, dan keseimbangan yang tampak dari luar,
dan sirip untuk bergerak (Cahyono 2000).
Menurut Susanto (2000) tubuh ikan koi berbentuk torpedo dengan alat
gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi morfologi ikan koi adalah sirip
punggung, sepasnag sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor.
Sirip pada ikan Koi terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip
yang berfungsi sebagai alat gerak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan
20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak sebanyak 9 buah. Sirip
anus memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Pada sisi badan dari
pertengahan batang sapai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna sebagai
penerima getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada disebelah
dalam sisik yang membayang hingga keluar.
C. Ikan Nilem
Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan.
Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak di
belakang sirip dada (abdominal). Ikan nilem tergolong bersisik lingkaran
(sikloid). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata,
sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala. Permulaan
sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai ke-10.
Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan dengan
sisik garis rusuk ke-22 atau ke-23 di belakang jari-jari sirip punggung terakhir.
Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Permulaan sirip perut dipisahkan
oleh 4 – 4 1/2 sisik dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut tidak
mencapai dubur. Sirip ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama dengan
8
panjang batang ekor dan dikelilingi oleh 16 sisik (Weber dan de Beaufort 1916
dalam Nuryanto 2001).
Menurut Hardjamulia (1979) ikan nilem berdasarkan warna sisiknya dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu ikan nilem yang berwarna coklat kehitaman (ikan
nilem yang berwarna coklat hijau pada punggungnya dan terang di bagian perut)
dan ikan nilem merah (ikan nilem yang berwarna merah atau kemerah-merahan
pada bagian punggungnya dan pada bagian perut agak terang).
2.2 Parasit Ikan
Parasit merupakan organisme yang kelangsungan hidupnya bergantung
dari makhluk hidup lain sebagai inangnya. Kebergantungan ini dapat berupa
kebutuhan nutrien oleh parasit yang terdapat dalam tubuh inang, maupun
lingkungan internal inang (Dogiel et al. 1970). Berdasarkan habitatnya, parasit
dalam tubuh ikan dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit (parasit yang menyerang
bagian luar tubuh ikan, misalnya pada insang, sirip dan kulit), dan endoparasit
(parasit yang menyerang bagian dalam tubuh Ikan, misalnya usus, ginjal dan hati)
(Balai Karantina Ikan Batam 2007).
2.2.1 Ektoparasit
Menurut Grabda (1991) dalam Adji (2008), ektoparasit adalah parasit yang
hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar tubuh. Arnott et al. (2000)
menyatakan bahwa umumnya ektoparasit pada ikan adalah golongan crustacea,
cacing (trematoda, nematoda dan cestoda) dan protozoa. Ektoparasit ini
menginfeksi sirip, sisik, operkulum dan insang ikan. Silsilia (2000) menyatakan
bahwa ektoparasit menginfeksi inangnya pada bagian yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan nutrient untuk kelangsungan hidupnya. Sumber untuk
memperoleh ektoparasit adalah lapisan lendir sirip, tubuh dan insang (Hadioetomo
1993).
Dogiel et al. (1970) menyatakan, bahwa meningkatnya keberadaan
beberapa ektoparasit misalnya Trichodina sp. dan Cylodonella cyprini tidak
ditentukan oleh umur. Sementara Noble et al. (1989), menyebutkan bahwa pada
beberapa spesies ikan, semakin meningkatnya umur ikan maka intensitas
ektoparasitnya cenderung semakin berkurang. Namun menurut Kennedy (1975),
9
semakin tua ikan, berarti semakin lama waktu yang dimiliki Ikan untuk kontak
dengan ektoparasit, sehingga prevalensi dan intensitas ektoparasit meningkat
sesuai dengan umur ikan. Tubuh inang merupakan tempat untuk kolonisasi
ektoparasit. Semakin luas permukaan tubuh ikan, maka koloni ektoparasit juga
bertambah, sehingga nilai intensitas dan prevalensi ektoparasit meningkat.
Beberapa parasit memiliki inang spesifik tertentu. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beberapa jenis ikan yang hanya terinfeksi oleh satu
jenis ektoparasit saja (secara spesifik), atau hanya satu organ saja yang terinfeksi
oleh ektoparasit tersebut (organ spesifik), selain itu masih ada beberapa spesifitas
lainnya seperti spesifitas geografi dan spesifitas ekologi (Grabda 1981).
Hubungan spesifik antara inang dengan ektoparasit tersebut ditemukan oleh
keberhasilan ektoparasit dalam menginfeksi, menempati, dan berkembangbiak
pada habitat tertentu pada bagian tubuh inang (Olsen 1974).
2.2.2 Endoparasit
Endoparasit dan mesoparasit merupakan parasit yang berlokasi dalam
tubuh inang. Dapat ditemukan pada otot daging, organ internal, usus, lumen dan
rongga tubuh inang. Mesoparasit dan endoparasit ikan meliputi protozoa dan
cacing. Kelimpahan, keaneka ragaman dan sensifitasnya munkin berbeda antara
jenis ikan. Dari organ tersebut dapat dilihat adanya nodul-nodul sebagai kelainan
yang tampak makroskopik yang mungin disebabkan oleh adanya kiste protozoa
(terutama Myxosporea atau Microspora) maupun kiste parasit cacing. Parasit
cacing pada usus dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan parasit usus
protozoa tidak terlihat secara makroskopik (Hadioetomo 1993).
Keberadaan endoparasit dapat menyebabkan kematian pada populasi inang dan
konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan.
Infeksi endoparasit dapat menyebabkan dampak yang dapat merugikan secara
ekonomi, yaitu ikan kehilangan berat badan, penolakan oleh konsumen karena
perubahan patologi pada inang, penurunan fekunditas Ikan dan penurunan jumlah
dalam penetasan ikan dan larva (Anshary 2008).
Perkembangan endoparasit dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan, diantaranya suhu dan kandungan bahan kimia suatu perairan
10
(Hassan 2008). Selain itu, adanya organisme invertebrata yang hidup di sekitar
karamba jaring apung juga menjadi faktor penyebaran endoparasit pada ikan,
karena organisme tersebut dapat berperan sebagai inang perantara dari beberapa
spesies endoparasit (Ruckert et al. 2009).
sedikit dari bahan yang akan diamati tersebut kemudian bahan tersebut ditaruh
diatas gelas objek, setelah itu baru diamati dibawah mikroskop (Trimariani 1994).
Jika tidak mengamati setiap bagian usus maka seluruh isi usus dikeluarkan
dan dimasukkan ke dalam gelas petri yang telah diberi larutan NaCl fisiologis atau
akuades. Isi usus diambil sebagian lalu ditaruh di atas gelas objek untuk diamati.
Untuk mengamati ada-tidaknya parasit yang menempel pada dinding usus maka
usus dibersihkan dalam larutan NaCl pada cawan petri, kemudian dengan lup atau
binokuler diperiksa dengan cermat. Parasit cacing cestoda dapat dilihat dengan
mudah karena berwarna putih dan bersegmen, serta ukurannya panjang. Terhadap
nematoda ada yang dapat dilihat tanpa mikroskop dan ada yang mikroskopis.
Terhadap protozoa bahan diperiksa di bawah mikroskop (Trimariani 1994).
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi parasit adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Fungsi
1. Baki Untuk wadah peralatan
2. Cawan petri Untuk wadah sampel
3. Cover glass Untuk menutupi objek saat diamati di bawah
mikroskop
4. Gunting Untuk membedah ikan
5. Kamera Untuk dokumentasi kegiatan
6. Mikroskop Untuk pengamatan sampel
7. Object glass Untuk menyimpan sampel yang akan diamati
8. Pinset Untuk mengeluarkan organ-organ tubuh
9. Pisau bedah Untuk membedah ikan
10. Penggaris Untuk mengukur panjang tubuh ikan
11. Tusuk sonde Untuk mematikan ikan
12 Timbangan Untuk menimbang bobot ikan
15
16
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi parasit adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Bahan yang digunakan
No. Bahan Fungsi
1. Ikan Mas Sebagai ikan uji
2. Ikan Koi Sebagai ikan uji
3. Ikan Nilem Sebagai ikan uji
4.1 Hasil
b. Praktikum Kedua
1. Ikan Mas
Asal Ikan : Ciparanje
Panjang Ikan : 23 cm
Bobot Ikan : 485 gram
2. Ikan Koi
Asal Ikan : Ciparanje
17
18
Grafik Pravelensi
50
40
30
Prevalensi (%)
20
10
0
Grafik Intensitas
1.4
1.2
1
0.8
0.6
Intensitas (ind/ekor)
0.4
0.2
0
Berikut ini adalah grafik hasil perhitungan prevalensi dan intensitas parasit
pada ikan mas (Cyprinus carpio) pada praktikum kedua oleh kelas Perikanan A:
Prevalensi (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0 Prevalensi (%)
Intensitas (ind/ekor)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2 Intensitas (ind/ekor)
0
Gambar 10. Grafik ntensitas parasit pada ikan mas praktikum kedua
Berikut ini adalah grafik hasil perhitungan prevalensi dan intensitas parasit
pada Ikan Koi (Cyprinus carpio) pada praktikum kedua oleh kelas Perikanan A:
Prevalensi (%)
70
60
50
40
30 Prevalensi (%)
20
10
0
Intensitas (ind/ekor)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2 Intensitas (ind/ekor)
0
Berikut adalah tabel hasil perhitungan prevalensi dan intensitas pada Ikan
Nilem (Osteochilus hasselti) pada praktikum kedua oleh kelas Perikanan A:
Prevalensi (%)
50
45
40
35
30
25
20
15
10 Prevalensi (%)
5
0
Intensitas (ind/ekor)
2.5
2
1.5
1
0.5 Intensitas (ind/ekor)
0
cm dan bobot tubuh sebesar 485 gram, sedangkan ikan koi memiliki panjang
tubuh 13,5 cm dan bobot tubuh 28 gram dan ikan nilem memiliki panjang tubuh 7
cm dan bobot tubuh 4 gram.
Praktikum kedua memiliki hasil yang berbeda dengan praktikum pertama.
Pada pengamatan praktikum kedua, tidak ditemukan parasit pada ikan mas.
Sedangkan pada ikan nilem ditemukan dua jenis parasit yang menyerang bagian
tubuh yang berbeda yaitu Rhabditis sp. ditemukan di insang dan Sparganum sp.
ditemukan di otot ikan koi, kemudian ditemukan juga dua jenis parasit pada ikan
nilem yang menyerang bagian tubuh yang berbeda, yaitu Argulus sp. menyerang
kulit dan Myxobolus sp. menyerang usus ikan nilem.
Parasit-parasit tersebut menyerang ikan disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah kualitas lingkungan. Kabata (1985) menyatakan bahwa
apabila lingkungan air di dalam wadah dapat hidup pada berbagai inang definitif
yang tidak baik, maka akan memacu penyakit untuk berbeda, namun cacing
parasitik Gyrodactylus sp. menyerang biota budidaya.
Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang diperiksa
adalah Marsipometra sp., dan Dactylogyrus sp., karena kedua parasit tersebut
memiliki pravelensi tertinggi yaitu sebesar 38,8%. Kedua jenis parasit tersebut
25
banyak ditemukan di bagian insang ikan mas. Menurut Kabata (1985), di Asia
Tenggara parasit Dactylogyrus ini sering dijumpai pada ikan mas, lele, tambakan,
tawes dan sepat. Dactylogyrus sp., merupakan genus dari Monogenea.
Biasanya Monogenea hidup pada permukaan tubuh, memakan lendir yang
terdapat pada kulit dan hidup di insang. Monogenea memiliki inang dan organ
spesifik yang diinfeksinya. Monogenea adalah pencari,bergerak pada permukaan
tubuh, memakan lendir pada kulit dan insang. Monogenea mempunyai beberapa
jenis kait yang digunakan pada saat makan (Ramudu et al., 2013). Pada nyatanya,
monogenea dewasa hidup permanen di satu organ spesifik pada inangnya.
Dactylogyrus sp., biasanya hidup di insang dari ikan air tawar. Dactylogyrus
rentan terhadap chemical treatment. Sedangkan Marsipometra sp., merupakan
ordo dari Cestoda. Menurut Robert (2000) larva dari Marsipometra sp., yang
berenang bebas dan tahapan parasit umumnya akan menjangkit insang ikan.
Pada praktikum kedua, ikan yang diperiksa oleh perikanan A terdiri dari
tiga jenis ikan yang masing-masing berjumlah 18 ekor. Ketiga jenis ikan tersebut
antara lain adalah ikan mas, ikan koi dan ikan nilem.
Pada ikan mas ditemukan 8 jenis parasit yaitu Argulus sp.,
Diphyllobothrium sp., Lernea sp., Trichinella sp., Dactylogyrus sp.,
Acanthocephala sp., Marsipometra sp., dan Transversotrema sp., Parasit yang
ditemukan pada ikan mas saat praktikum keduadiantaranya yaitu Argulus sp.,
sebanyak 23 individu yang menyerang pada bagian kulit dari 13 ekor ikan mas,
Diphyllobothrium sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit dan otot, Lernea sp.,
sebanyak 1 individu menyerang kulit, Trichinella sp., sebanyak 1 individu
menyerang kulit, Dactylogyrus sp., sebanyak 3 individu menyerang pada bagian
kulit dari 3 ekor ikan mas, Acanthocephala sp., sebanyak 1 individu menyerang
kulit dan 1 individu menyerang otot, Marsipometra sp., sebanyak 1 individu
menyerang kulit dan Transversotrema sp sebanyak 1 individu menyerang kulit.
Hasil perhitungan pravelensi dan intensitas pada setiap ikan dan
parasitememiliki hasil yang berbeda, yaitu Argulus sp., memiliki nilai pravelensi
sebesar 72,7% dan intensitas sebesar 2 individu/ekor. Diphyllobothrium sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensitas sebesar 1
26
individu/ekor. Lernea sp. memiliki nilai pravelensi sebesar 11,1% dengan nilai
intensitas sebanyak 1 individu/ekor. Marsipometra sp. memiliki nilai pravelensi
sebesar 5,55% dengan nilai intensitas sebanyak 1 individu/ekor Dactylogyrus sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 16,66% dengan nilai intensitas sebanyak 1
individu/ekor. Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan koi adalah
Argulus sp., dengan prevalensi sebesar 66,6% dan intensitas sebanyak 2
individu/ekor.
Identifikasi parasit pada ikan nilem yang dilakukan oleh Perikanan A
memiliki hasil dimana terdapat 5 jenis parasit yang berbeda yaitu Argulus sp.,
sebanyak 16 individu ditemukan pada bagian kulit yang menyerang 8 ekor ikan
koi, Gyrodactylus sp., sebanyak 1 individu menyerang kulit, Dactylogyrus sp,.
sebanyak 3 individu ditemukan di insang dan menyerang 2 ekor ikan koi,
Myxobolus sp., sebanyak 1 individu menyerang usus. Echinostoma sp., sebanyak
1 individu menyerang usus.
Hasil perhitungan pravelensi dan intensitas pada setiap ikan dan
parasitememiliki hasil yang berbeda yaitu Argulus sp. memiliki nilai pravelensi
sebesar 44,4% dengan nilai intensits sebanyak 2 individu/ekor,Gyrodactylus sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensits sebanyak 1
individu/ekor. Dactylogyrus sp,. memiliki nilai pravelensi sebesar 11,1% dengan
nilai intensits sebanyak 2 individu/ekor Myxobolus sp., memiliki nilai pravelensi
sebesar 5,55% dengan nilai intensits sebanyak 1 individu/ekor. Echinostoma sp.,
memiliki nilai pravelensi sebesar 5,55% dengan nilai intensits sebanyak 1
individu/ekor. Parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan nilem adalah
Argulus sp., dengan prevalensi sebesar 44,4% dan intensitas sebanyak 2
individu/ekor.
Dari hasil praktikum yang dilakukan oleh Perikanan A dapat diketahui
bahwa parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas, ikan koi dan ikan
nilem adalah Argulus sp., yang menyerang pada bagian kulit ikan. Hasil
praktikum tersebut sesuai dengan pernyataan Hogans (1994) bahwa parasit
Argulus sering menyerang ikan budidaya pada bagian permukaan tubuh (kulit),
sirip dorsal, sirip anal, sirip pectoral, sirip ventral, dan sirip caudal. Walker (2004)
28
juga menyebutkan bahwa kulit, sirip dan di sekitar operculum ikan merupakan
habitat bagi Argulus, parasit ini akan mengakibat luka pada ikan sehingga ikan
akan mengalami hemorhagik (pendarahan). Argulus dapat hidup pada inangnya
lebih dari 15 hari.
Argulus akan menyerang ikan dengan cara menempel dan menusuk pada
tubuh inang dengan menggunakan stylet. Setelah Argulus menempelkan diri pada
inang, parasit ini akan melepaskan zat anti koagulan yang berfungsi untuk
mencegah pembekuan pada darah. Serangan parasit ini umumnya tidak
menimbulkan kematian pada ikan yang terinfestasi, hal ini dikarenakan Argulus
hanya menghisap darah inangnya menggunakan proboscis sehingga inang akan
menjadi kurus. Infeksi dari parsit ini umumnya akan menyebabkan adanya luka
pada permukaan tubuh, sirip geripis, warna tubuh terlihat pucat, lendir yang
berlebihan, dan sisik lepas. Luka akibat serangan ektoparasit Argulus dapat
menyebabkan infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus
(Yildis and Kumantas 2002).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum identifikasi parasit pada ikan mas, ikan koi
dan ikan nilem dapat diperoleh kesimpulan yaitu pada praktikum pertama parasit
yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang diperiksa adalah
Marsipometra sp., dan Dactylogyrus sp., karena kedua parasit tersebut memiliki
pravelensi tertinggi yaitu sebesar 38,8%. Kedua jenis parasit tersebut banyak
ditemukan di bagian insang ikan mas.
Pada praktikum kedua yang dilakukan oleh Perikanan A dapat diketahui
bahwa parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan mas, ikan koi dan ikan
nilem adalah Argulus sp., yang menyerang pada bagian kulit ikan. Hasil
praktikum tersebut sesuai dengan pernyataan Hogans (1994) bahwa parasit
Argulus sering menyerang ikan budidaya pada bagian permukaan tubuh (kulit),
sirip dorsal, sirip anal, sirip pectoral, sirip ventral, dan sirip caudal.
5.2 Saran
Parasit memiliki ukuran yang mikroskopis sehingga disarankan memiliki
ketelitian yang tinggi dalam mengidentifikasi parasit pada ikan mas, ikan koi dan
ikan nilem.
29
DAFTAR PUSTAKA
Alex. 2011. Budidaya Ikan Koi Ikan Eksotis Yang Menguntungkan. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta
Balai Karantina Ikan Batam. 2007. Laporan Pemantauan HPI/HPIK Tahun 2007.
Balai Karantina Ikan Batam. Batam. 52 hal.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Granmedia Pustaka Utama: Jakarta.
30
31
Khairuman dan D. Sudenda. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agro
media Pustaka. Tanggerang.
Noble, E.R., G.A. Noble, G.A Schad and A.J. Mclnnes. 1989. Parasitology. The
Biology of Animal Parasites. 6th Edition. Lea and Febiger Philadelphia
London.
Olsen, O.W. 1974. Animal Parasites, Their Life Cycles and Ecology. Univ. Park
Press, Baltimore, London, Tokyo.
Page, L.M., and B.M. Burr. 1991. A field guide to freshwater fishes of North
America north of Mexico. The Peterson Field Guide Series, volume 42.
Houghton Mifflin Company, Boston, MA.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Penerbit Bina Cipta. Bogor
Santoso, Budi. 1993. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta
Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Twigg, David. 2008. Buku Pintar Koi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mikroskop Petridisk
Data Kelompok
Ektoparasit Endoparasit
Jenis Parasit Oto
Sisik Kulit Insang Usus
t
Gyrodactylus sp. 1 - - - -
Diphyllobothrium sp. - - - 1 -
Marsipometra sp. - - - - 1
Data Kelas
Jumlah Jumlah
Jumlah Prev Inten
Parasit Ikan
Ikan alen sitas
No Jenis Parasit yang yang
yang si (ind/
ditemuka terinfeks
diperiksa (%) ekor)
n i
Transversotre
1 1 1 18 5,55 1
ma sp.
Ichthyopthiriu
2 2 2 18 11,1 1
s sp.
Trichodinella
3 1 1 18 5,55 1
sp.
4 Rhabditis sp. 4 4 18 22,2 1
Sparganum
5 3 3 18 16,6 1
sp.
Marsipometra
6 7 7 18 38,8 1
sp.
Echinorynchu
7 1 1 18 5,55 1
s sp.
Diphyllobothr
8 1 1 18 5,55 1
ium sp.
Clinostomum
9 1 1 18 5,55 1
sp.
10 Costia sp. 4 3 18 16,7 1,33
Dactylogyrus
11 9 7 18 38,8 1,28
sp.
Gyrodactylus
12 5 5 18 27,7 1
sp.
13 Opecoelus sp. 1 1 18 16,7 1
42
Jumlah Jumlah
Jumlah Prev Inten
Parasit Ikan
Ikan alen sitas
No Jenis Parasit yang yang
yang si (ind/
ditemuka terinfeks
diperiksa (%) ekor)
n i
Camallanus
14 1 1 18 16,7 1
sp.
15 Lernea sp. 4 3 18 16,7 1,33
Trichodina
16 2 2 18 11,1 1
sp.
Transversotre
17 1 1 18 5,55 1
ma sp.
43
Ikan
- - - - -
Mas
Rhabditis sp. - 1 - -
Ikan Koi
Sparganum sp. - - - 1
Data Kelas
a. Ikan mas
No Jenis Parasit Kulit Insang Usus Otot
1 Argulus sp. 23 - - -
2 Diphyllobothrium sp. 1 - - 1
3 Lernea sp. 1 - - -
4 Trichinella sp. 1 - - -
5 Dactylogyrus sp. 3 - - -
6 Acanthocephala sp. 1 - - 1
7 Marsipometra sp. 1 - - -
8 Transversotrema sp. 1 - - -
44
Ikan koi
1 Argulus sp. 21 - - -
2 Diphyllobothrium sp. - - - 1
3 Epistylis sp. 1 - - -
4 Sparganum sp. - - 3 -
5 Rhabditis sp. - 1 1 -
6 Lernea sp. 2 - - -
7 Marsipometra sp. 1 - - -
8 Dactylogyrus sp. - 8 - -
45
Diphyllobothriu
2 1 1 18 5,55 1
m sp.
Marsipometra
7 1 1 18 5,55 1
sp.
Dactylogyrus
8 8 3 18 16,66 2,66
sp.
Ikan nilem
3 Dactylogyrus sp. - 3 - -
4 Myxobolus sp. - - 1 -
5 Echinostoma sp. - - 1 -
46
Jumlah
Parasit Jumlah Jumlah Intensit
Ikan Ikan Prevalens as
No Jenis Parasit yang
yang yang i (%) (ind/ek
ditemuka
terinfeksi diperiksa or)
n
2
1 Argulus sp. 16 8 18 44,4
1
2 Gyrodactylus sp. 1 1 18 5,55
1,5
3 Dactylogyrus sp. 3 2 18 11,1
1
4 Myxobolus sp. 1 1 18 5,55
1
5 Echinostoma sp. 1 1 18 5,55
47
Pravelensi = × 100%
2. Rhabditis sp =11,11 %
2. Rhabditis sp = 1 ind/ekor