Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS DAUN KATUK UNTUK

MEMPERLANCAR ASI PADA IBU MENYUSUI


DI DESA TASIKHARGO KECAMATAN JATISRONO
1.1 Latar belakang

Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran , yang banyak terdapat di Asia
Tenggara, Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai mani cai (马尼菜; bahasa
Tionghoa), cekur manis (bahasa Melayu) dan rau ngót (bahasa Vietnam). Daun katuk
merupakan sayuran minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu
(ASI) .

Tumbuhan ini mempunyai sistematika yaitu Semak tinggi dua sampai tiga meter, tumbuh
di dataran rendah hingga 1.300 di atas permukaan laut. Daun kecil,berwarna hijau gelap
dengan panjang lima sampai enam cm. Bunganya berwarna merah gelap atau kuning dengan
bercak merah gelap dan berbunga sepanjang tahun. Tumbuhan ini termasuk dalam suku
menir-meniran (Phyllanthaceae), dan berkerabat dengan menteng, buni dan ceremai.Ia
termasuk dalam tribus Phyllantheae dan subtribus Flueggeinae.

Khasiat dan kegunaanya adalah Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan
serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B,
dan C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium, fosfor, dan
magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi. Daun katuk dapat
diolah seperti kangkung atau daun bayam. Ibu-ibu menyusui diketahui mengonsumsi
daunnya untuk memperlancar keluarnya ASI. Perlu diketahui, daun katuk mengandung
papaverina, suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium). Konsumsi berlebihan
dapat menyebabkan efek samping seperti keracunan papaverin. Pucuk tunas yang muda dijual
orang di Indocina dan dimanfaatkan seperti asparagus. Tanaman ini banyak ditanam di
pekarangan karena mudah diperbanyak dan biasa dijadikan pagar hidup.

Cara pemanfaatan daun katuk untuk ibu meyusui yaitu dengan cara : Dibuat dengan
campuran sayur bening, daun katuk dikeringkan lalu dibuat menjadi ekstra di masukan ke
dalam cangkang kapsul agar kemasan di konsumsi menjadi mudah, diolah menjadi bakwan
daun katuk, .

Air Susu Ibu “ASI” merupakan suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar, payudara ibu pasca melahirkan
dan berguna sebagai makanan bayi. Asi merupakan cairan alamiah yang mudah didapat dan
fleksibel dapat diminum tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan
bayinya serta bebas dari kontaminasi bakteri sehingga mengurangi resiko gangguan
intestinal.

Keseimbangan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI sangat lengkap dan sempurna
yakni kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan sistem saraf. Selain itu pemberian ASI pada bayi dapat melindunginya dalam
melawan kemungkinan serangan penyakit. Terdapat beberapa istilah yang berhubungan
dengan ASI meliputi:
A. ASI predominan merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak usia 0-6 bulan
ditambahkan dengan pemberian minumam lain berupa teh, madu, air tajin dan
minuman lainnya.

B. ASI parsial merupakan ASI yang diberi pada anak sejak lahir, disamping juga diberi
tambahan makanan padat lain seperti bubur, buah dan lainnya selain ASI.

C. ASI ekslusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan dalam
waktu 6 bulan, tanpa memberikan makanan/minuman pendamping atau pengganti lain
selain ASI seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, air teh dan tanpa tambahan
makanan padat “bubur nasi, bubur susu, biskuit dan lainnya”

Komoponen ASI yaitu :

A. Kolostrum merupakan susu pertama keluar yang berbentuk cairan kekuningan


yang lebih kental dari ASI matur. Kolostrum diproduksi pada masa kehamilan
sampai kelahiran dan akan digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat
hari setelah kelahiran bayi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya produksi estrogen
dan progesteron dari plasenta secara tiba-tiba yang menyebabkan laktogenik
prolaktin mengambil alih peran produksi air susu sehingga kelenjar payudaralah
yang mulai progresif menyekresikan air susu dalam jumlah besar.Kolostrum
mengandung protein 8,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, lemak 2,5%, garam dan
mineral 0,4%, air 85,1% dan vitamin larut lemak. Selain itu, kolostrum juga tinggi
immunoglobulin A “IgA” yang berperan sebagai imun pasif pada bayi. Kemudian
kolostrum juga dapat berfungsi sebagai pencahar yang dapat membersihkan
saluran pencernaan bayi baru lahir, volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam.

B. ASI masa transisi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-10 dimana berhentinya
produksi kolostrum lebih dua minggu setelah melahirkan dan produksi ASI oleh
kelenjar payudara mulai stabil. Kandungan protein dalam air susu semakin
menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air dan juga volume ASI
akan semakin meningkat. Peningkatan volume ASI dipengaruhi oleh lamanya
menyusui yang kemudian akan digantikan oleh ASI matang. Sedangkan adanya
penurunan komposisi protein dalam ASI diharapkan ibu menambahkan protein
dalam asupan makanannya.

C. ASI matur merupakan ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya dan
komposisinya relatif konstan. Kandungan utama ASI matur ialah laktosa
“karbohidrat” yang merupakan sumber energi untuk otak. Konsentrasi laktosa
pada air susu manusia, kira-kira lebih banyak 50% dibandingkan dengan susu
sapi. Walaupun demikian angka kejadian diare karena intoleransi laktosa jarang
ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI karena penyerapan laktosa ASI lebih
baik dibanding laktosa yang terdapat dalam susu sapi.
D. Selain itu, ASI kaya akan protein whey yang sifatnya mudah diserap oleh usus
bayi. Kemudian ASI matur juga mengandung kadar lemak omega 3 dan omega 6
tinggi yang berperan dalam perkembangan otak bayi. Disamping itu, ASI matur
juga mengandung asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik
“DHA” dan asam arakidonat “ARA” yang penting dalam perkembangan jaringan
syaraf serta retina mata.
E. Secara umum kandungan yang terdapat dalam ASI antara lain:
F. Lemak
G. ASI mengandung lemak yang mudah dicerna dan diserap bayi karena
mengandung enzim lipase yang berperan dalam mencerna lemak. Lemak utama
ASI ialah lemak ikatan panjang “omega-3, omega-6, DHA dan asam arakhidonat”
yaitu suatu asam lemak esensial untuk nyelinisasi saraf yang penting untuk
pertumbuhan otak.
H. Karbohidrat
I. Karbohidrat utama yang terdapat di dalam ASI ialah laktosa “gula” dan
kandungannya sekitar 20-30% lebih banyak dibandingkan susu sapi. Laktosa
dapat meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan
tulang.
J. Selain itu, Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu
Lactobacillis bifidud. Hasil fermentasi laktosa ialah asam laktat yang akan
memberikan suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.
K. Protein
L. Protein utama ASI ialah whey yang mudah dicerna oleh bayi sehingga tidak
menyebabkan gangguan intestinal. Kandungan protein ini sekitar 60%, kemudian
ASI mengandung alfa-laktalbumin yang jarang menyebabkan alergi seperti halnya
yang terdapat pada susu sapi.
M. Selain itu, ASI juga mengadung lacroferin yang berperan sebagai pengangkut zat
besi dan juga sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Hal ini dikarenakan,
Laktoferin membiarkan flora normal usus untuk tumbuh dan membuh bakteri
patogen. Zat imun lain yang terkandung dalam ASI ialah kelompok antibiotik
alami yaitu lysosyme dan taurine. Taurine berperan dalam pertumbuhan otak,
susunan saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina.
N. Vitamin, Mineral Dan Zat Besi ASI
O. ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap
oleh bayi.

Proses pembentukan ASI yaitu Pembentukan air susu dimodulasi oleh perkembangan
jaringan kelenjar mammaria payudara yang berkembang sempurna dan bertambahnya
deposit lemak untuk memberi massa payudara pada masa kehamilan. Perkembangan
jaringan kelenjar ini distimulasi oleh produksi hormon estrogen yang tinggi oleh
plasenta selama kehamilan dan juga hormon progesteron yang membantu fungsi dari
estrogen. Meskipun kedua hormon ini berperan dalam perkembangan kelenjar
payudara, namun tidak berperan dalam sekresi air susu melainkan fungsinya ialah
mencegah sekresi sesungguhnya dari air susu.

Manfaat pemberian ASI yauitu :

A. Manfaat bagi bayi

1. Melindungi dari serangan alergi karena mengandung lgA.

2. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.

3. Membantu pembentukan rahang yang bagus.

4. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak dan diduga
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
5. Menunjang perkembangan motorik bayi.

B. Manfaat bagi ibu

 Mudah, murah, praktis dan tersedia kapan saja.

 Mempercepat involusi/memulihkan dari proses persalinan dan dapat mengurangi


perdarahan karena otot-otot di rahim mengerut, otomatis pembuluh darah yang
terbuka itu akan terjepit sehingga pendarahan dapat berhenti.

 Mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH
sehingga ovulasi dapat mencapai 99%, apabila ASI diberikan secara terus-menerus
tanpa tambahan selain ASI.

 Meningkatkan rasa kasih sayang dan rasa nyaman antara ibu dan anak.

 Mengurangi risiko penyakit kanker.

 Membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan.

 Menurunkan risiko DM tipe 2

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas maka rumusan masalah studi
kasus ini adalah “ Bagaimanakah evektivitas daun katuk untuk memperlancar ASI pada
ibu menyusui di desa jatisrono. “

1.2 Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum
Melaporkan hasil studi tentang efektivitas daun katuk untuk memperlancar asi pada
ibu menyusui di desa jatisrono .
B. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan hasil pengamatan ASI sebelum pemberian daun katuk
2) Mendeskripsikan hasil pengamatan ASI sebelum pemberian daun katuk
3) Mendiskripsikan pengaruh pemberian daun katuk terhadap kelancaran ASI
1.3 Manfaat Penelitian
A. Bagi pasien
Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan tentang efektivitas daun
katuk untuk memperlancar ASI pada ibu menyusui .
B. Bagi profesi perawat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat mendorong perawat untuk memotivasi ibu
setelah melahirkan/ ibu menyusui supaya mengetahui pentingnya daun katuk untuk
memperlancar ASI.
C. Bagi instansi pendidikan
Hasil karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dalam mengembangkan ilmu
keperawatan di masa yang akan datang dan meningkatkan kompetensi lulusan
keperawatan .

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Daun katuk (Sauropus androgynus)
Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran yang banyak
terdapat di Asia Tenggara. Ciri-ciri tanaman katuk adalah cabang-cabang agak
lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai
bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm (Anonimb, 2008). Katuk
(Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan tradisionil yang
mempunyai zat gizi tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten
sebagai zat aktif warna karkas. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya
adalah : saponin, flavonoid, dan tanin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen
ternyata mampu memperlambat berkurangnya massa tulang (osteomalasia),
sedangkan saponin terbukti berkhasiat sebagai antikanker, antimikroba,dan meningkatkan
sistem imun dalam tubuh (Santoso, 2009).
Tanaman katuk tumbuh menahun, berbentuk semak perdu dengan ketinggian
antara 21/2m – 5 m. Tanaman katuk terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah
dan biji. Sistem perakarannya menyebar ke segala arah dan dapat mencapai
kedalaman antara 30-50 cm. Batang tanaman tumbuh tegak dan berkayu.
Tanaman katuk mempunyai daun majemuk genap, berukuran kecil, berbentuk
bulat seperti daun kelor. Permukaan atas daun berwarna hijau gelap, sedangkan
permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Produk utama tanaman katuk
berupa daun yang masih muda. Daun katuk sangat potensial sebagai sumber gizi
karena memiliki kandungan gizi yang setara dengan daun singkong, daun papaya,
dan sayuran lainnya.
Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diperoleh di
setiap pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau dari kandungan
gizinya, daun katuk merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaat bagi
kesehatan dan pertumbuhan badan. Di dalam daun katuk terdapat cukup banyak
kandungan kalori, protein, kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Daun katuk dapat memperlancar pengeluaran ASI, kemudian
dalam perkembangan selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk digunakan sebagai
diuretik dan sari daun katuk digunakan sebagai pewarna makanan (Rukmana,
2003). Kandungan gizi dari daun katuk dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia daun katuk
Kandungan Gizi Kadar
Energi 5 9 kkal
Protein 4,8 gr
Lemak 1 gr
Karbohidrat
serat
11 gr
1,5 gr
Kalsium 04 mg
Fosfor 83 mg
Zat Besi 2,7 mg
Vitamin A 10370 SI
Vitamin B1 0,1 mg
Vitamin C 239 mg
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (keju.blogspot.com)

2.2 Manfaat Daun Katuk


Daun katuk berkhasiat memperbanyak air susu, untuk demam, bisul, borok
dan darah kotor. Tiga peneliti menyatakan infus daun katuk dapat meningkatkan
produksi air susu pada mencit. Infus daun katuk dapat meningkatkan jumlah asini
tiap lobulus kelenjar susu mencit. Satu peneliti menyatakan isolat fase eter dan
ekstrak petroleum eter daun katuk tidak menyebabkan peningkatan sekresi air
susu yang bermakna. Satu peneliti menyatakan bahwa dekok akar katuk
mempunyai efek antipiretik terhadap burung merpati.
Infus akar katuk mempunyai efek diuretik dengan dosis 72 mg/100 g bb.
Konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu menyusui
bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya meningkatkan frekuensi
dan lama menyusui. Proses perebusan daun katuk dapat menghilangkan sifat anti
protozoa. Pemberian infus daun katuk kadar 20 %, 40 %, dan 80 % pada mencit
selama periode organogenesis tidak menyebabkan cacat bawaan (teratogenik) dan
tidak menyebabkan resorbsi. Jus daun katuk mentah digunakan sebagai
pelangsing tubuh alami di Taiwan.

2.3
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada
bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia
bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi
dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi
tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan
yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).
2.4
Manfaat ASI eksklusif
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula.
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui. Manfaaat
ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi,
mengembangkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat
ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan tata laksana
menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh
bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat,
tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat banyak
melakukan penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi penerima ASI eklslusif dan
terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai dengan rekomendasi pertumbuhan
standar WHO-NCHS (Danuatmaja, 2003)

2.5 Fisiologi Pengeluaran ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain.
Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran
ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya
peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar
cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).

Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat
cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas.
Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental
dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang
mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein, lemak,mineral,vitamin
(Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang
berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir
dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam
kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-
14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
(Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein ASI cukup tinggi
dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI
dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari
protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat
di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang
tinggi (80%) (Badriul, 2008). Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap
yaitu taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino
ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian
meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi
yang terjadi secara otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI
mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat
mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6,
DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk
meilinasi bayi (Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral, vitamin K,
vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif


Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat bervariasi.
Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja, 2003).

A. Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak melakukan inisiasi
menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi
minum sebelum ASI keluar ), apalagi memberikannya dengan botol/dot 4) kesalahan pada posisi
dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam
setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).
2. Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan penghasilan
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda
dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan
menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam
kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja
Depkes RI,2005). Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan
pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali
kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir
terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan
untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah
yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI
perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang
menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar
yang juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya
secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini
akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap
masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama
baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu
formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas
kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah
bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan keluarganya perlu menguasai
informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi
jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.

B. Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang
terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui
sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan
pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu
menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi
kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat.
Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk
mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan
masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2
tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan
kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
2. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Bayi
diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima
laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau
palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah
organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi
berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
3. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu
dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia
lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan
hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula
yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena
para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun
1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
PATHWAY
2.6 KERANGKA KONSEP

Aplikasi tindakan Akibat


| _

Rebusan Daun Katuk Peningkatan produksi asi

Faktor yang mempengaruhi


Produksi asi

 Factor bayi
 Factor ibu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis Quasi experiment with control. Dalam
rancangan ini responden diberi intervensi dengan ekstrak daun katu 2 kali sehari 2 kapsul selama
1 minggu kemudian dilihat kecukupan ASI dengan indikator kecukupan ASI yang meliputi:
Frekuensi Bayi Buang Air Kecil (BAK); Warna dan konsistensi Feses; Kondisi bayi saat menyusu
(dengan rakus kemudian melemah dan tidur); Payudara lunak setelah disusu; BB Bayi bertambah
(14 gram per hari pada usia 3-6 bulan) (Endang suswanti,2000)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di Desa Taikhargo Kecamatan Jatisrono
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan 2019
C. Populasi penelitian
1. Populasi pada penelitian ini adalah ibu menyusui yang akan saya kunjungi
kerumah-rumah
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai cirri,sifat,atau ukuran
yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo,2010) Adapun variable yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Indipendent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab dari
variable terikat (Notoatmodjo,2010) Dalam ilmu keperawatan, variabel
bebas merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien (Nursalam,2008)
2. Variabel Terikat (Dependent variabel)
Variabel yang terikat adalah variabel yang tergantung atas vbariabel
yang lain (Notoatmodjo,2010) , dengan kata lain variabel terikat adalah
factor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan
atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam ,2008)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Efektivitas daun katuk untuk memperlancar ASI
pada ibu menyusui Di desa Tasikhargo Kecamatan Jatisrono .
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
DENGAN JUDUL EFEKTIVITAS DAUN KATUK UNTUK
MEMPERLANCAR ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA
TASIKHARGO KECAMATAN JATRISRONO

DI SUSUN OLEH :

JESI ARSITA FRANSISKA SARI


17052
2B

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA


WONOGIRI

Anda mungkin juga menyukai