Perekonomian Indonesia - Ketimpangan Pen
Perekonomian Indonesia - Ketimpangan Pen
KETIMPANGAN PENDAPATAN
Disusun Oleh :
(KP – C)
UNIVERSITAS SURABAYA
2013
Permasalahan
1. Kemiskinan
Mengukur Kemiskinan
Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari
28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari
penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi ,
nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna
wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota danghetto yang miskin. Kemiskinan
dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan
dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma
ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyebab Kemiskinan
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan
keuangan tidak mengukur pemasukan.
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab
keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga.
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang
mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor
yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan,
namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat
yang diistilahkan sebagai pekerja miskin yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan
publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan Kemiskinan
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi
bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di Indonesia salah satunya
berbentuk BLT.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja
sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai
orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau
keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. Persiapan
bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian pelatihan sehingga nanti yang bersangkutan dapat
membuka usaha secara mandiri.
Penanggulangan Kemiskinan
Ada empat kebijakan dan program yang bisa dilakukan untuk penanggulangan kemiskinan. Empat
kebijakan tersebut adalah :
1. Kebijakan dan Program untuk Membuka Peluang atau Kesempatan Bagi Orang Miskin.
Kebijakan ini diarahkan pada pembukaan peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat
miskin untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Lemahnya kemampuan
ekonomi masyarakat miskin bukan berarti menutup peluang untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. Justru aktivitas ekonomi yang yang pertama kali bangkit dari keterpurukan
akibat krisis adalah sektor informal yang dijalankan masyarakat miskin. Contoh programnya
antara lain adalah: penyediaan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin, sarana dan prasarana
pendidikan, pemberdayaan masyarakat, pembentukan modal, dan lain-lain.
2. Kebijakan dan Program untuk Memberdayakan Kelompok Miskin.
Pemberdayaan dilaksanakan dengan pembukaan akses bagi masyarakat miskin untuk terlibat
tidak hanya pada bidang ekonomi. Kemiskinan memiliki aspek yang sangat luas dan tidak
hanya ekonomi sehingga penanggulangannya harus bersifat multidimensi. Politik, sosial,
hukum dan kelembagaan adalah bidang-bidang yang bersentuhan dan menentukan kehidupan
masyarakat miskin sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut
dapat mendorong masyarakat untuk memberdayakan diri. Contoh programnya antara lain:
penguatan pengelolaan kelompok atau organisasi sosial, keterlibatan kelompok miskin dalam
proses pendidikan demokrasi, dan lain-lain.
3. Kebijakan dan Program yang Melindungi Kelompok Miskin.
Masyarakat miskin sangat rentan terhadap terjadi goncangan internal maupun eksternal.
Kematian, sakit, bencana alam atau konflik sosial bisa berakibat pada semakin terpuruknya
masyarakat dalam kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan jaminan atau ketahanan
masyarakat miskin terhadap krisis akibat goncangan yang terjadi. Kebijakan ini diarahkan
untuk mengurangi penyebab terjadinya goncangan, memperkuat masyarakat miskin sehingga
tahan dalam menghadapi goncangan, dan penciptaan jaminan sosial dalam masyarakat.
4. Kebijakan dan Program untuk Memutus Pewarisan Kemiskinan Antar Generasi.
Hak anak dan peranan perempuan Perempuan dan anak-anak adalah pihak yang paling lemah
dalam keluarga miskin. Peran domestik menyebabkan kurangnya akses dan keterlibatan
terhadap kondisi di luar lingkungan rumahnya. Pemberdayaan dan keterlibatan pada kegiatan
di luar wilayah domestik akan menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan dan anak
sehingga tidak semakin terpuruk dalam lingkaran kemiskinan. Contoh programnya antara
lain: pemberian bantuan sarana pendidikan untuk sekolah di daerah miskin dan beasiswa
kepada anak-anak miskin, pemberian makanan tambahan, pemberdayaan perempuan melalui
kegiatan produktif, dan lain-lain
2. Ketimpangan Pendapatan
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara
kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan 2 masalah besar di negara-negara berkembang.
- Faktor pertama ialah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-
pelaku ekonomi. Ketidaksetaraan anugerah awal yang dimaksud adalah adanya kesenjangan bekal
“resources” yang dimiliki oleh para pelaku ekonomi, yang meliputi, sumberdaya alam, kapital,
keahlian/keterampilan, bakat/ potensi atau sarana dan prasarana. Sedangkan pelaku ekonomi adalah
perorangan, sektor ekonomi, sektor wilayah/ daerah). Sumber daya alam serta (pra)sarana ekonomi
yang tersedia tidak sama antar daerah, begitu pula yang lainnya seperti kapital, keahlian/ keterampilan
serta bakat atau potensi
- Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan yang tidak tepat cenderung berorientasi pada
pertumbuhan (growth).
Penanggulangan Ketimpangan Pendapatan
Untuk mengatasi adanya ketimpangan pendapatan, diperlukan upaya-upaya seperti halnya dalam
mengatasi kemiskinan, yaitu antara lain:
3. Gini Ratio
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan
untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini
didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang
membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan
distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.
Produk Domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu Negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan
nasional
PDB nominal
PDB yang perhitungannya tanpa memperhatikan pengaruh harga.
PDB riil
PDB riil atau juga disebut PDB atas dasar harga konstan, dimana perhitungannya memasukan
pengaruh harga.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara secara
berkesinambunga nmenuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat diukur dengan cara
membandingkan GNP tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
6. Trickle Up Effect
Efek trickle up di suatu negara yang menguntungkan orang kaya akan direalisasikan karena
peningkatan penjualan akan relatif terhadap jumlah manfaat yang diberikan kepada orang miskin .
Menurut Efek trickle up berpendapat bahwa efek ini lebih efektif daripada trickle down effect karena
orang miskin lebih cenderung daripada orang kaya untuk menghabiskan uang mereka .
Bahwa dengan adanya pasar bebas (bebas hambatan baik dari pajak yang berat maupun
bentuk kontrol lain dari pemerintah) akan menyebabkan peningkatan kekayaan bagi masyarakat
secara keseluruhan. Kelompok masyarakat miskin akan memperoleh bagian dari kekakayaan
kelompok masyarakat atas (kaya).
Dalam model ini, kemiskinan relatif meningkat namun pada beberapa kasus tertentu, trickle
up effect justru dapat menurunkan kemiskinan absolut di suatu negara. Namun, dampak negatif lain
yang ditunjukkan dari adanya trickle up effect adalah kesenjangan yang besar dalam distribusi
kekayaan dapat menyebabkan kesenjangan yang sama besar dalam kekuasaan dan pengaruh ,
sehingga membuat model ekonomi ini tidak diinginkan .
Peningkatan pangsa kue dalam kelompok 20% terkaya dalam distribusi pendapatan nasional dibarengi
penciutan pangsa 40% penduduk termiskin. Usaha pemerintah sudah baik dengan menyebarkan
pembangunan, namun setelah 12 tahun otda, sasaran untuk mendekatkan pelayanan kemasyarakat dan
memperbaiki akses penduduk miskin pada kebutuhan dasar secara umum belum tercapai. Ini
tercermin dari tren angka kemiskinan di daerah.
Masalah ketimpangan menurut Erani tidak pernah teratasi karena pemerintah lebih banyak
bermain ke hilir padahal masalah ketimpangan ada di hulu. Insentif kebijakan yang dibuat tak
tersusun baik sehingga sektor-sektor terntu, seperti pangan dan non minyak bumi mengalami
kehancuran. Partisipasi juga tidak dibuka secara lebih luas sehingga akses dan keadilan tidak
menyentuh semua kelompok. Aspek kelembagaan juga tidak didesain engan lengkap dan ditegakkan
secara penuh.
Menurut Joseph E Stiglitz dalam bukunya The Price of Inequality, mengungkapkan bahwa
ketimpangan pendapatan lebih sering terjadi sebagai akibat keputusan politis ketimbang konsekuensi
dari pekerjanya kekuatan pasar atau makro ekonomi. Artinya, ketimpangan adalah buah dari
kebijakan pemerintah sendiri.
Lalu kawasan perngembangan ekonomi terpadu dan kerja sama subekonomi regional terakhir
Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Untuk mengatasi ketimpangan perlu komitmen yang kuat dan suatu formula, pendekatan,
inovasi, terobosan baru, mulai dari perubahan paradigma kebijakan pembanguna, ditopang
kelembagaan yang mapan, infrastruktur dan insentif yang mendukung dan pengawasan ketat dan
inmplementasi dilapangan. Selain itu pemerintah dalam menetukan agenda pembangunan jangan
sampai mementingkan kepentingan politik, kartel usaha dan pihak luar.
Kesimpulan
Indonesia saat ini berada pada kondisi yang tidak menguntungkan. Hal ini nampak dari terjadinya
ketimpangan multi dimensi di Indonesia. Ketimpangan multi dimensi ini maksudnya adalah
ketimpangan yang terjadi dalam berbagai sektor yang ada. Agenda pembangunan Indonesia juga
dirasa telah dibajak oleh kepentingan politik, sehingga pembangunan terkonsentrasi pada daerah atau
golongan tertentu saja. Akibatnya muncul kesenjangan kesejahteraan. Pihak luar negeri juga
memberikan dampak yang signifikan terhadap kebijakan – kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia. Masalah ketimpangan yang terjadi di Indonesia berasal dari hulu. Pemerintah Indonesia
telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi beragam ketimpangan yang terjadi.
Lampiran 1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2008 6,0%
2009 4,6%
2010 6,2%
2011 6,5%
2012 6,2%
2013 6,4%
Lampiran 2
(Juta) Miskin
Perkotaan
Pedesaan
Kota+Desa
Sumber: BPS
Lampiran 3
Maret 2012
Bali&Nusa
640,23 1.393,71 2.033,94 12,13 17,03 15,11
Tenggara
Maluku&
114,33 1.524,27 1.638,60 5,88 32,64 24,77
Papua
Lampiran 4
1999 0,31
2002 0,33
2003 0,32
2004 0,32
2005 0,36
2006 0,33
2007 0,36
2008 0,35
2009 0,37
2010 0,38
2011 0,41
PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menuru Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2012
1.PERTANIAN,
300 373.00 304 543.80 327 932.40 257 563.20 1 190 412.40
PETERNAKAN,KEHUTANAN,PERIKANAN
a. TanamanBahanMakanan 166 395.50 149 104.10 156 122.60 102 707.80 574 330.00
2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 250 300.60 246 881.30 239 158.70 234 259.00 970 599.60
b. PertambanganBukanMigas 122 697.50 120 027.00 113 953.70 107 333.60 464 011.80
3.INDUSTRI PENGOLAHAN 467 196.90 484 349.70 506 081.40 515 218.60 1 972 846.60
1) Makanan, MinumandanTembakau 140 737.30 149 973.20 164 500.70 169 159.80 624 371.00
2) Tekstil, BarangKulit& Alas Kaki 37 105.20 38 646.50 39 934.10 40 806.80 156 492.60
8) AlatAngkutan, Mesin&Peralatannya 111 335.50 117 463.10 117 157.30 119 581.50 465 537.40
4.LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 15 299.90 16 208.20 16 478.20 17 138.60 65 124.90
5.KONSTRUKSI 199 101.90 210 290.50 221 030.30 230 542.10 860 964.80
6.PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 267 663.10 282 799.30 292 742.80 302 395.70 1 145 600.90
a. PerdaganganBesardanEceran 215 612.90 229 332.80 237 282.80 244 828.20 927 056.70
7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 129 984.70 132 598.00 141 697.70 144 835.10 549 115.50
8.KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERUSAHAAN 143 554.80 146 768.50 152 636.80 155 563.10 598 523.20
9.JASA - JASA 202 000.10 226 608.20 221 890.20 238 177.90 888 676.40
a. PemerintahanUmum 105 740.60 128 737.70 118 341.40 132 715.70 485 535.40
PDB 1 975 475.00 2 051 047.50 2 119 648.50 2 095 693.30 8 241 864.30
PDB TanpaMigas 1 812 269.20 1 889 349.70 1 962 988.50 1 940 151.70 7 604 759.10
Sumber: BPS
Lampiran 7
1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
40% 21,66 20,92 20,57 20,80 18,81 19,75 19,10 19,56 21,22 18,05 16,85
pendapatan
terendah
40%
pendapatan 37,77 36,89 37,10 37,13 36,40 38,10 36,11 35,67 37,54 36,48 34,73
menengah
20%
pendapatan 40,57 42,19 42,33 42,07 44,78 42,15 44,79 44,77 41,24 45,47 48,42
tertinggi
Lampiran 8
JawaTimur 14,98
Riau 6,01
(US$)
2000 110.954.000.000
2001 111.013.000.000
2002 141.463.000.000
2003 157.445.000.000
2004 183.052.000.000
2005 202.315.000.000
2006 252.237.000.000
2007 307.036.000.000
2008 362.930.000.000
2009 357.249.000.000
2010 467.884.000.000
2011 555.429.000.000
2012 581.415.000.000