Anda di halaman 1dari 22

PEREKONOMIAN INDONESIA

KETIMPANGAN PENDAPATAN

Disusun Oleh :

(KP – C)

Wenni Asih 3111047

Anne Maria 3111065

Michael Janitra Wihardjo 3122082

Lia Kristanti Wijaya 3123119

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS SURABAYA

2013
Permasalahan

1. Apa penyebab terjadinya ketimpangan pendapatan di Indonesia?


2. Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan pendapatan tersebut?

Tinjauan Konsep dan Teori

1. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan


dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan lain sebagainya.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-


hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang
lainnya.
 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di
sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan diluar profesi secara halal.
Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

Mengukur Kemiskinan

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori, yaitu :


 Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set
standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh
dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg
cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki
laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan


dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengahuntuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan
ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7
miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari

Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari
28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari
penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi ,
nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna
wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota danghetto yang miskin. Kemiskinan
dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan
dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma
ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

 penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan
keuangan tidak mengukur pemasukan.
 penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab
keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga.
 penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang
mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
 penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor
yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
 penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan,
namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat
yang diistilahkan sebagai pekerja miskin yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan
publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Menghilangkan Kemiskinan

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

 Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi
bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di Indonesia salah satunya
berbentuk BLT.
 Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja
sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
 Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai
orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau
keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. Persiapan
bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian pelatihan sehingga nanti yang bersangkutan dapat
membuka usaha secara mandiri.

Penanggulangan Kemiskinan
Ada empat kebijakan dan program yang bisa dilakukan untuk penanggulangan kemiskinan. Empat
kebijakan tersebut adalah :

1. Kebijakan dan Program untuk Membuka Peluang atau Kesempatan Bagi Orang Miskin.
Kebijakan ini diarahkan pada pembukaan peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat
miskin untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Lemahnya kemampuan
ekonomi masyarakat miskin bukan berarti menutup peluang untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. Justru aktivitas ekonomi yang yang pertama kali bangkit dari keterpurukan
akibat krisis adalah sektor informal yang dijalankan masyarakat miskin. Contoh programnya
antara lain adalah: penyediaan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin, sarana dan prasarana
pendidikan, pemberdayaan masyarakat, pembentukan modal, dan lain-lain.
2. Kebijakan dan Program untuk Memberdayakan Kelompok Miskin.
Pemberdayaan dilaksanakan dengan pembukaan akses bagi masyarakat miskin untuk terlibat
tidak hanya pada bidang ekonomi. Kemiskinan memiliki aspek yang sangat luas dan tidak
hanya ekonomi sehingga penanggulangannya harus bersifat multidimensi. Politik, sosial,
hukum dan kelembagaan adalah bidang-bidang yang bersentuhan dan menentukan kehidupan
masyarakat miskin sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut
dapat mendorong masyarakat untuk memberdayakan diri. Contoh programnya antara lain:
penguatan pengelolaan kelompok atau organisasi sosial, keterlibatan kelompok miskin dalam
proses pendidikan demokrasi, dan lain-lain.
3. Kebijakan dan Program yang Melindungi Kelompok Miskin.
Masyarakat miskin sangat rentan terhadap terjadi goncangan internal maupun eksternal.
Kematian, sakit, bencana alam atau konflik sosial bisa berakibat pada semakin terpuruknya
masyarakat dalam kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan jaminan atau ketahanan
masyarakat miskin terhadap krisis akibat goncangan yang terjadi. Kebijakan ini diarahkan
untuk mengurangi penyebab terjadinya goncangan, memperkuat masyarakat miskin sehingga
tahan dalam menghadapi goncangan, dan penciptaan jaminan sosial dalam masyarakat.
4. Kebijakan dan Program untuk Memutus Pewarisan Kemiskinan Antar Generasi.
Hak anak dan peranan perempuan Perempuan dan anak-anak adalah pihak yang paling lemah
dalam keluarga miskin. Peran domestik menyebabkan kurangnya akses dan keterlibatan
terhadap kondisi di luar lingkungan rumahnya. Pemberdayaan dan keterlibatan pada kegiatan
di luar wilayah domestik akan menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan dan anak
sehingga tidak semakin terpuruk dalam lingkaran kemiskinan. Contoh programnya antara
lain: pemberian bantuan sarana pendidikan untuk sekolah di daerah miskin dan beasiswa
kepada anak-anak miskin, pemberian makanan tambahan, pemberdayaan perempuan melalui
kegiatan produktif, dan lain-lain

2. Ketimpangan Pendapatan
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara
kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan 2 masalah besar di negara-negara berkembang.

Penyebab Ketimpangan Pendapatan


Pada aspek makro, Dumairy (1996), menyatakan bahwa terdapat ada dua faktor yang layak
dikemukakan untuk menerangkan mengapa ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya dapat
terjadi.:

- Faktor pertama ialah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-
pelaku ekonomi. Ketidaksetaraan anugerah awal yang dimaksud adalah adanya kesenjangan bekal
“resources” yang dimiliki oleh para pelaku ekonomi, yang meliputi, sumberdaya alam, kapital,
keahlian/keterampilan, bakat/ potensi atau sarana dan prasarana. Sedangkan pelaku ekonomi adalah
perorangan, sektor ekonomi, sektor wilayah/ daerah). Sumber daya alam serta (pra)sarana ekonomi
yang tersedia tidak sama antar daerah, begitu pula yang lainnya seperti kapital, keahlian/ keterampilan
serta bakat atau potensi
- Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan yang tidak tepat cenderung berorientasi pada
pertumbuhan (growth).
Penanggulangan Ketimpangan Pendapatan

Untuk mengatasi adanya ketimpangan pendapatan, diperlukan upaya-upaya seperti halnya dalam
mengatasi kemiskinan, yaitu antara lain:

- Subsidi modal terhadap kelompok miskin,


- Peningkatan pendidikan (keterampilan) tenaga kerja,
- Menciptakan strategi pembangunan, yaitu modernisasi pertanian dengan me-libatkan sektor industri
sebagai unit pengolahnya,
- Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan membuat suatu jaringan pengaman sosial
untuk penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental,
bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.

3. Gini Ratio
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan
untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini
didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang
membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan
distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.

Data yang diperlukan dalam penghitungan gini ratio:

 Jumlah rumah tangga atau penduduk


 Rata-rata pendapatan atau pengeluaran rumah tangga yang sudah dikelompokkan menurut
kelasnya.
Nilai gini ratio berkisar antara 0 dan 1, jika:

 G < 0,3 → ketimpangan rendah


 0,3 ≤ G ≤ 0,5 → ketimpangan sedang
 G > 0,5 → ketimpangan tinggi
Nilai gini ratio tersebutlah yang akan menjadi salah satu dasar ukuran angka kemiskinan yang terjadi.
Sedangkan Koefisien Gini adalah ukuran yang biasanya digunakan untuk mengukur kesenjangan
pendapatan dan kekayaan.

4. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu Negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan
nasional

PDB dibagi 2, yaitu:

 PDB nominal
PDB yang perhitungannya tanpa memperhatikan pengaruh harga.
 PDB riil
PDB riil atau juga disebut PDB atas dasar harga konstan, dimana perhitungannya memasukan
pengaruh harga.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara secara
berkesinambunga nmenuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat diukur dengan cara
membandingkan GNP tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.

Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi:

 Faktor sumber daya manusia


Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumberdaya
manusianyaselakusubjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
 Faktor sumber daya alam
Sebagian besar Negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber
daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan
kekayaan laut.
 Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang
semulamenggunakantanganmanusiadigantikanolehmesin-mesin canggih berdampak kepada
aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang
dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
 Faktor budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembanguan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
 Sumber daya modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan
dan kelancaran pembanguna ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.

6. Trickle Up Effect
Efek trickle up di suatu negara yang menguntungkan orang kaya akan direalisasikan karena
peningkatan penjualan akan relatif terhadap jumlah manfaat yang diberikan kepada orang miskin .
Menurut Efek trickle up berpendapat bahwa efek ini lebih efektif daripada trickle down effect karena
orang miskin lebih cenderung daripada orang kaya untuk menghabiskan uang mereka .
Bahwa dengan adanya pasar bebas (bebas hambatan baik dari pajak yang berat maupun
bentuk kontrol lain dari pemerintah) akan menyebabkan peningkatan kekayaan bagi masyarakat
secara keseluruhan. Kelompok masyarakat miskin akan memperoleh bagian dari kekakayaan
kelompok masyarakat atas (kaya).

Dalam model ini, kemiskinan relatif meningkat namun pada beberapa kasus tertentu, trickle
up effect justru dapat menurunkan kemiskinan absolut di suatu negara. Namun, dampak negatif lain
yang ditunjukkan dari adanya trickle up effect adalah kesenjangan yang besar dalam distribusi
kekayaan dapat menyebabkan kesenjangan yang sama besar dalam kekuasaan dan pengaruh ,
sehingga membuat model ekonomi ini tidak diinginkan .

7. Trickle Down Wffect


Efek trickle-down biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu proses yang
menguntungkan orang kaya yang memberi manfaat bagi masyarakat miskin, maka Efek trickle-up
menyatakan bahwa metode ini dapat menguntungkan orang miskin secara langsung (misalnya melalui
pinjaman mikro) yang nantinya akan meningkatkan produktivitas masyarakat secara keseluruhan dan
dengan demikian manfaat tersebutakan memberi manfaat bagi orang kaya.

Analisis dan Pembahasan

A. Penyebab Ketimpangan Ekonomi


Berdasarkan data yang diperoleh terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian
meningkat, namun tidak diiringi dengan penurunan Gini Ratio sehingga terjadi ketimpangan multi
dimensi antar wilayah antar sektor antar kelompok pendapatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
juga tidak dibarengi penurunan signifikan angka kemiskinan dan pengangguran, karena kue nasional
terkonsentrasi pada kelompok 20% terkaya.

Peningkatan pangsa kue dalam kelompok 20% terkaya dalam distribusi pendapatan nasional dibarengi
penciutan pangsa 40% penduduk termiskin. Usaha pemerintah sudah baik dengan menyebarkan
pembangunan, namun setelah 12 tahun otda, sasaran untuk mendekatkan pelayanan kemasyarakat dan
memperbaiki akses penduduk miskin pada kebutuhan dasar secara umum belum tercapai. Ini
tercermin dari tren angka kemiskinan di daerah.

Menurut Erani Yustika, ketimpangan pembangunan berawal dari kesenjangan penguasaan


aset, seperti modal dan lahan. Berdasarkan data BPN, ketimpangan lahan saat ini berada dikisaran
0,54 (Gini Ratio). Sekitar 70% asset ekonomi berupa tanah, tambak, kebun, dan property di Negara
ini hanya dikuasi oleh 0,2% penduduk.
Erani melihat pembangunan yang dijalankan Indonesia selama ini tidak menuju kearah yang
benar karena kebijakan yang diambil tidak focus dan sarat akan kepentingan kelompok. Agenda
pembangunan telah dibajak oleh kepentingan politik, sehingga pembangunan terkonsentrasi pada
daerah atau golongan tertentu saja sehingga memunculkan kesenjangan kesejahteraan. Pemerintah
juga di dikte pihak luar dalam agenda – agenda pembangunan dan banyak agenda yang diambil kerap
kali terlepas dari bingkai besar kebijakan nasional, contohnya kebijakan mobil murah.

Masalah ketimpangan menurut Erani tidak pernah teratasi karena pemerintah lebih banyak
bermain ke hilir padahal masalah ketimpangan ada di hulu. Insentif kebijakan yang dibuat tak
tersusun baik sehingga sektor-sektor terntu, seperti pangan dan non minyak bumi mengalami
kehancuran. Partisipasi juga tidak dibuka secara lebih luas sehingga akses dan keadilan tidak
menyentuh semua kelompok. Aspek kelembagaan juga tidak didesain engan lengkap dan ditegakkan
secara penuh.

Menurut Joseph E Stiglitz dalam bukunya The Price of Inequality, mengungkapkan bahwa
ketimpangan pendapatan lebih sering terjadi sebagai akibat keputusan politis ketimbang konsekuensi
dari pekerjanya kekuatan pasar atau makro ekonomi. Artinya, ketimpangan adalah buah dari
kebijakan pemerintah sendiri.

B. Upaya Pemerintah Mengatasi Ketimpangan Ekonomi


Banyak langkah yang sudah ditempuh pemerintah untuk mengurangi ketimpangan termasuk
melalui program transmigrasi, percepatan pembangunan kawasan tertinggal, pengembangan kawasan
ekonomi khusus yang dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui ekspor
produksi industri khusus dan liberalisasi perdagangan. Selain itu pembentukan kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas.

Lalu kawasan perngembangan ekonomi terpadu dan kerja sama subekonomi regional terakhir
Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Intinya, menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah, meningkatkan integrasi dan


interkonektivitas seluruh wilayah di Indonesia sehingga terjadi pemerataan pembangunan. Namun,
banyak program tersebut terhenti ditengah jalan dan banyak juga kritik yang ditujukan pada MP3EI.

Untuk mengatasi ketimpangan perlu komitmen yang kuat dan suatu formula, pendekatan,
inovasi, terobosan baru, mulai dari perubahan paradigma kebijakan pembanguna, ditopang
kelembagaan yang mapan, infrastruktur dan insentif yang mendukung dan pengawasan ketat dan
inmplementasi dilapangan. Selain itu pemerintah dalam menetukan agenda pembangunan jangan
sampai mementingkan kepentingan politik, kartel usaha dan pihak luar.
Kesimpulan

Indonesia saat ini berada pada kondisi yang tidak menguntungkan. Hal ini nampak dari terjadinya
ketimpangan multi dimensi di Indonesia. Ketimpangan multi dimensi ini maksudnya adalah
ketimpangan yang terjadi dalam berbagai sektor yang ada. Agenda pembangunan Indonesia juga
dirasa telah dibajak oleh kepentingan politik, sehingga pembangunan terkonsentrasi pada daerah atau
golongan tertentu saja. Akibatnya muncul kesenjangan kesejahteraan. Pihak luar negeri juga
memberikan dampak yang signifikan terhadap kebijakan – kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia. Masalah ketimpangan yang terjadi di Indonesia berasal dari hulu. Pemerintah Indonesia
telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi beragam ketimpangan yang terjadi.

Lampiran 1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

TAHUN PERTUMBUHAN (%)

2008 6,0%

2009 4,6%

2010 6,2%

2011 6,5%

2012 6,2%

2013 6,4%

Sumber: BPS (diolah sendiri)

Lampiran 2

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah,

Maret 2011-Maret 2012

Daerah/Tahun JumlahPendudukMiskin PresentasePenduduk

(Juta) Miskin
Perkotaan

Maret 2011 11,05 9,23

Maret 2012 10,65 8,78

Pedesaan

Maret 2011 18,97 15,72

Maret 2012 18,48 15,12

Kota+Desa

Maret 2011 30,02 12,49

Maret 2012 29,13 11,96

Sumber: BPS

Lampiran 3

Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Menurut Pulau,

Maret 2012

JumlahPendudukMiskin (000) PresentasePendudukMiskin (%)


Pulau
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
Sumatera 2.075,54 4.225,33 6.300,87 10,15 13,30 12,07

Jawa 7.209,94 8.897,26 16.107,20 8,84 15,46 11,57

Bali&Nusa
640,23 1.393,71 2.033,94 12,13 17,03 15,11
Tenggara

Kalimantan 266,15 688,42 954,57 4,41 8,37 6,69

Sulawesi 341,04 1.756,20 2.097,24 5,70 14,86 11,78

Maluku&
114,33 1.524,27 1.638,60 5,88 32,64 24,77
Papua

Indonesia 10.647,23 18.485,19 29.132,42 8,78 15,12 11,96

Sumber: BPS, 2012

Lampiran 4

Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan di Indonesia

Tahun PendudukMiskin GarisKemiskinanan


(Rp/Kapita/ Bulan)
(Jumlahjuta orang) %

2009 4,5 32,53 14,2 200.262

2010 6,1 31,02 13,3 211.726

2011 6,5 30.02 12,49 233.740

Sumber: BPS, 2012, diolah kembali


Lampiran 5

Data Koefisien Gini di Indonesia Sejak Tahun 1999-2011

1999 0,31

2002 0,33

2003 0,32

2004 0,32

2005 0,36

2006 0,33

2007 0,36

2008 0,35

2009 0,37

2010 0,38

2011 0,41

Sumber: Kompas – Jumat, 25 Oktober 2013


Lampiran 6

PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menuru Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2012

Tahun 2012 (**)


Lapangan Usaha
1 2 3 4 Jumlah

1.PERTANIAN,
300 373.00 304 543.80 327 932.40 257 563.20 1 190 412.40
PETERNAKAN,KEHUTANAN,PERIKANAN
a. TanamanBahanMakanan 166 395.50 149 104.10 156 122.60 102 707.80 574 330.00

b. TanamanPerkebunan 28 891.60 43 825.50 53 272.80 33 764.00 159 753.90

c. PeternakandanHasil-hasilnya 34 802.70 35 508.00 37 111.40 38 667.60 146 089.70

d. Kehutanan 11 650.40 14 011.70 14 297.80 14 946.60 54 906.50

e. Perikanan 58 632.80 62 094.50 67 127.80 67 477.20 255 332.30

2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 250 300.60 246 881.30 239 158.70 234 259.00 970 599.60

a. Minyakdan Gas Bumi 99 013.80 96 711.90 93 373.70 93 598.00 382 697.40

b. PertambanganBukanMigas 122 697.50 120 027.00 113 953.70 107 333.60 464 011.80

c. Penggalian 28 589.30 30 142.40 31 831.30 33 327.40 123 890.40

3.INDUSTRI PENGOLAHAN 467 196.90 484 349.70 506 081.40 515 218.60 1 972 846.60

a. IndustriMigas 64 192.00 64 985.90 63 286.30 61 943.60 254 407.80

1) PengilanganMinyakBumi 32 793.50 32 774.50 32 271.10 32 283.60 130 122.70

2) Gas AlamCair 31 398.50 32 211.40 31 015.20 29 660.00 124 285.10


b. IndustribukanMigas 403 004.90 419 363.80 442 795.10 453 275.00 1 718 438.80

1) Makanan, MinumandanTembakau 140 737.30 149 973.20 164 500.70 169 159.80 624 371.00

2) Tekstil, BarangKulit& Alas Kaki 37 105.20 38 646.50 39 934.10 40 806.80 156 492.60

3) BarangKayu&HasilHutanLainnya 21 575.10 20 091.60 21 550.70 22 584.50 85 801.90

4) KertasdanBarangCetakan 17 276.50 16 360.80 16 226.30 16 907.30 66 770.90

5) Pupuk, Kimia &BarangdariKaret 50 397.10 51 518.00 56 920.60 57 546.80 216 382.50

6) Semen &BarangGalianbukanLogam 13 492.80 14 450.40 15 036.00 15 039.10 58 018.30

7) LogamDasarBesi&Baja 8 150.50 8 006.20 8 505.20 8 814.50 33 476.40

8) AlatAngkutan, Mesin&Peralatannya 111 335.50 117 463.10 117 157.30 119 581.50 465 537.40

9) Baranglainnya 2 934.90 2 854.00 2 964.20 2 834.70 11 587.80

4.LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 15 299.90 16 208.20 16 478.20 17 138.60 65 124.90

a. Listrik 9 853.90 10 522.90 10 588.20 11 139.90 42 104.90

b. Gas Kota 3 951.60 4 175.70 4 347.80 4 440.60 16 915.70


c. Air Bersih 1 494.40 1 509.60 1 542.20 1 558.10 6 104.30

5.KONSTRUKSI 199 101.90 210 290.50 221 030.30 230 542.10 860 964.80

6.PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 267 663.10 282 799.30 292 742.80 302 395.70 1 145 600.90

a. PerdaganganBesardanEceran 215 612.90 229 332.80 237 282.80 244 828.20 927 056.70

b. Hotel 7 352.10 7 853.90 7 950.90 8 619.00 31 775.90

c. Restoran 44 698.10 45 612.60 47 509.10 48 948.50 186 768.30

7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 129 984.70 132 598.00 141 697.70 144 835.10 549 115.50

a. Pengangkutan 67 065.80 68 743.30 75 104.90 76 442.20 287 356.20

1) AngkutanRel 586.90 601.60 643.10 646.80 2 478.40

2) AngkutanJalanRaya 36 526.70 36 781.10 39 468.10 39 772.30 152 548.20

3) AngkutanLaut 4 754.30 4 978.90 5 040.00 4 888.60 19 661.80

4) Angkutan Sungai, Danau&Penyebrangan 2 091.50 2 105.40 2 269.60 2 299.20 8 765.70

5) AngkutanUdara 13 062.20 13 958.40 17 008.00 18 183.80 62 212.40


6) JasaPenunjangAngkutan 10 044.20 10 317.90 10 676.10 10 651.50 41 689.70

b. Komunikasi 62 918.90 63 854.70 66 592.80 68 392.90 261 759.30

8.KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERUSAHAAN 143 554.80 146 768.50 152 636.80 155 563.10 598 523.20

a. Bank 45 528.80 47 193.70 48 873.30 49 499.20 191 095.00

b. LembagaKeuanganBukanBank 19 313.80 19 352.40 20 422.40 20 808.40 79 897.00

c. JasaPenunjangKeuangan 1 102.10 1 129.20 1 168.20 1 182.70 4 582.20

d. Real Estate 50 429.70 51 285.20 53 256.70 54 550.20 209 521.80

e. JasaPerusahaan 27 180.40 27 808.00 28 916.20 29 522.60 113 427.20

9.JASA - JASA 202 000.10 226 608.20 221 890.20 238 177.90 888 676.40

a. PemerintahanUmum 105 740.60 128 737.70 118 341.40 132 715.70 485 535.40

1) Adm. Pemerintahan&Pertahanan 65 325.60 79 173.00 73 279.30 82 380.20 300 158.10

2) JasaPemerintahanLainnya 40 415.00 49 564.70 45 062.10 50 335.50 185 377.30

b. Swasta 96 259.50 97 870.50 103 548.80 105 462.20 403 141.00


1) SosialKemasyarakatan 37 496.30 37 954.30 41 279.00 42 015.30 158 744.90

2) HiburandanRekreasi 5 560.00 5 662.30 5 864.10 5 971.70 23 058.10

3) PerorangandanRumahTangga 53 203.20 54 253.90 56 405.70 57 475.20 221 338.00

PDB 1 975 475.00 2 051 047.50 2 119 648.50 2 095 693.30 8 241 864.30

PDB TanpaMigas 1 812 269.20 1 889 349.70 1 962 988.50 1 940 151.70 7 604 759.10

Sumber: BPS

Lampiran 7

Persentase Pembagian Pendapatan Nasional di Antara 3 Lapisan Pendapatan

1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

40% 21,66 20,92 20,57 20,80 18,81 19,75 19,10 19,56 21,22 18,05 16,85
pendapatan
terendah

40%
pendapatan 37,77 36,89 37,10 37,13 36,40 38,10 36,11 35,67 37,54 36,48 34,73
menengah

20%
pendapatan 40,57 42,19 42,33 42,07 44,78 42,15 44,79 44,77 41,24 45,47 48,42
tertinggi

Sumber: Kompas Jumat 25 Oktober 2013

Lampiran 8

Provinsi Penyumbang Terbesar PDB Nasional Per Kuartal I – 2013

Kota PDB Nasional (%)

DKI Jakarta 16,46

JawaTimur 14,98

Jawa Barat 13,88

Jawa Tengah 8,93

Riau 6,01

Kalimantan Timur 5,90

Sumatera Utara 5,41

Sumatera Selatan 3,03

Sulawesi Selatan 2,39

Sumber: BPS 2013


Lampiran 9

Pengeluaran Konsumsi Indonesia 2000-2012

(US$)

2000 110.954.000.000

2001 111.013.000.000

2002 141.463.000.000

2003 157.445.000.000

2004 183.052.000.000

2005 202.315.000.000

2006 252.237.000.000

2007 307.036.000.000

2008 362.930.000.000

2009 357.249.000.000

2010 467.884.000.000

2011 555.429.000.000

2012 581.415.000.000

Sumber: World Bank

Anda mungkin juga menyukai