BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pemeriksaan
3.1.1 Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medic, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat sosial (Bakar. 2013).
a. Identitas Pasien
Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu
menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data antemortem.
b. Keluhan Utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien
dating kedokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh
terhadap pertimbangan dikter gigi dalam menentukan prioritas perawatan.
c. Present Illnes
Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka diperlukan pula
pengembangan akar masalah yang ada dalam keluhan utama, yaitu dengan
mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan mencaritahu kapan rasa
sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah keluhan itu
bersifat berselang atau terus-menerus, jika berselang seberapa sering,
adakah factor pemicunya, dan sebagainya.
d. Riwayat Medik
Riwayat medic perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis, perawatan, dan prognosis.
e. Riwayat Dental
Selain riwayat medic, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena akan
mempengaruhi seorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan
manajemen perawatan yang akan dilakukan.
f. Riwayat Keluarga
Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angioedema
herediter dan diabetes. Beberapa penyakit yang berkaitan dengan
kelompok etnik tertentu, misal pemphigus pada orang yahudi.
g. Riwayat Sosial
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki keluarga, keadaan sosio
ekonomi pasien, riwayat seksual pasien, dll (Bakar. 2013).
5
Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi, yaitu :
a. Radiografi Intra oral :Teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap gigit,
teknik oklusal.
b. Radiografi Ekstra oral: Panoramic, oblique lateral, posteroanterior (PA),
reverse town’s projection (Bakar. 2013).
b.3 Perawatan
b.3.1 Perawatan Pendahuluan
Tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras,
dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan (Basker, 1996).
C. Tindakan konservasi
9
D. Tindakan orthodonti
Misalnya ada kasus diastema sentralis sebaiknya dilakukan perawatan
orthodonti terlebih dahulu (Basker, 1996).
Hygiene
Harmonis dengan gigi asli
Tidak boleh kelihatan palsu
e) Memperbaiki Fungsi Bicara/ Fonetik
Labiodentals adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi
depan atas, apabila kehilangan gigi depan maka huruf F, V, P, H tidak
dapat terucap dengan baik, demikian juga pada huruf linguo dental.
f) Menjaga kesehatan jaringan mulut dan jaringan yang ikut serta dalam
pengunyahan.
g) Kehilangan gigi menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan
dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah, hal
ini menyebabkan kerusakan membrane periodontal yang pada akhirnya
menyebabkan gigi-gigi tersebut menjadi goyah.
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruangan kosong yang
makijn lama makin sempit karena terjadi migrasi gigi tetangga. Hal ini
menyebabkan gigi menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan bila akan
dipakai sebagai gigi penahan protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban
juga akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus
seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit pergeseran gigi, sehingga gigi
akan kembali keposisi yang diharapkan (Gunadi, 1991 : 131).
Pemanfaatan tindakan ortodontik semacam ini akan menunjang keberhasilan
perawatan prostodontik, disamping meningkatkan kesehatan jaringan periodontal
gigi-gigi di sekitar protesa.
Kontraindikasi GTSL
1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai gigi tiruan
2. Umur lanjut. Mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien sebaiknya
dibuatkan GT temporer
12
3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan
didukung oleh gigi sebagian yang lainnya didukung oleh mukosa.
Menurut Applegate, daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian
dikenal sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai berikut
(Suryatenggara et al., 1991).
14
Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua sisi
(Kelas I Kennedy).
Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah
beberapa tahun kehilangan gigi.
4. gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
15
4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka
waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
Kelas III: keadaan tak bergigi paradental dengan dua gigi tetangganya tidak lagi
mamapu memberikan dukungan pada protesa secara keseluruhan.
Indikasi protesa: protesa sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.
Pada umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian lepasan, jika:
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.
Indikasi protesa:
(a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat.
(b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi
atau jaringan atau kombinasi.
17
Kelas V: daerah dengan sadel tertutup dan gigi tetangga bagian depan tidak kuat
menerima dukungan. Indikasi protesanya berupa protesa lepasan dua sisi.
Kelas VI: daerah dengan sadel tertutup dan kedua gigi tetangganya kuat. Indikasi
protesanya berupa protesa cekat atau lepasan, satu sisi dan dukungan dari gigi.
Jenis basis geligi tiruan terdiri dari beberapa macam yaitu (Haantjes, 2012) :
a. Basis dukungan gigi (Tooth Bourne) merupakan basis dukungan gigi, yang
semata-mata merupakan span yang dibatasi gigi asli pada kedua sisinya,
tekanan oklusal secara langsung disalurkan kepada gigi penyangga melalui
kedua sandaran oklusal. Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen
19
gigi tiruan berfungsi pula mencegah migrasi horisontal gigi tetangga, serta
migrasi vertikal gigi antagonis.
b. Basis dukungan jaringan (Moucose Bourne) merupakan dukungan jaringan
ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang
lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi lebih kecil
Basis yang terbuat dari aloi emas maupun krom kobalt tidak hanya lebih
tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan
selama pemakaian dalam mulut.
c. Kebersihan
Logam adalah bahan yang tahan abrasi, sehingga permukaannya tetap licin
dan mengkilat serta tidak menyerap saliva. Sifat ini membuat deposit
makanan dan kalkulus sulit melekat.
d. Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal
Basis logam dapat dibuat lebih tipis daripada resin, tetapi cukup kuat dan
kaku, sehingga ruang gerak bagi lidah relatif lebih luas.
B. Resin
Indikasi basis resin
- Resin merupakan bahan pilihan untuk basis protesa dengan kelebihan :
- Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya
- Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah
- Relatif lebih ringan
- Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
- Harganya murah (Haantjes, 2012)
Perbedaan Gigi Tiruan sebagian Lepasan basis akrilik dengan logam dapat dilihat pada
table dibawah :
Akrilik Logam
Proses pembuatan Mudah Sukar
21
C. Kombinasi Logam-Resin
Basis kombinasi logam-resin ini berupa rangka dari logam, dilapisi resin
untuk tempat perlekatan elemen tiruan dan bagian yang berkontak dengan mukosa
mulut. Tujuan pemakaian basis kombinasi logam-resin adalah memanfaatkan
keuntungan masing-masing bahan.
2. Sadel
Adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus
alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan. Sadel terdiri dari 2 macam yaitu
22
bounded saddle jika terletak diantara gigi asli dan free end saddle jika terletak
pada bagian posterior dari gigi asli (Haantjes, 2012).
4. Cengkeram
23
Disebut juga dengan klammer adalah bagian dari gigi tiruan lepas yang
berbentuk bulat atau gepeng. Terbuat dari kawat stainless steel atau logam tuang,
yang melingkari atau memegang gigi penjangkaran. Fungsi cengkeram dapat
dugunakan untuk retensi, untuk stabilisasi, untuk meneruskan beban kunyah ke
gigi penjangkaran. Macam-macam cengkeram terdiri dari cengkeram kawat,
cengkeram tuang, cengkeram kombinasi tuang dan kawat (Suryatenggara,1991)
Cengkeram kawat
Cengkeram kawat merupakan jenis cengkeran yang lengan-lengannya
terbuat dari kawat jadi (wrough wire). Pada masa sekarang ini, terutama di
negara-negara yang sudah maju, jenis cengkeram ini sudah jarang sekali
digunakan. Salah satu alasannya adalah karena sandaran oklusal dan lengan
pengimbang dari kawat jadi tidak dapat berfungsi sebagaimana diharapkan
(Suryatenggara, 1991).
Di Indonesia, sebagaimana halnya di Negara-negara berkembang jenis
cengkeram kawat masih sering digunakan, karena protesa resin masih sering
dibuat. Cengkeram kawat sebetulnya lebih banyak dipakai untuk keperluan
Ortodonti, yang lazim disebut crib, seperti Jackson Crib, Half Jackson Crib dan
sebagainnya (Suryatenggara,1991).
Kawat yang sering dipakai biasanya terbuat dari Kawat Aloi Khrom Nikel
dan dapat diperoleh dalam tiga jenis ketegaran, yaitu soft (500-650 N/mm2 ),
Hard (1400-1600 N/mm2 ) dan springhard (1800-2000 N/mm2). Bentuk
penampang bisa bulat, setengah bulat atau oval. Ukuran dan jenis yang digunakan
untuk keperluan pembuatan geligi tiruan sebagaian adalah yang bulat dengan garis
tengah 0,7 mm untuk gigi anterior dan premolar, 0,8 mm untuk gigi molar
(Suryatenggara,1991).
Selain itu juga dikenal kawat jenis Baja tahan karat (stainless steel). Jenis
terakhir ini tersedia dalam bentuk jadi dan tinggal mengadaptasikan saja pada
permukaan gigi penyangga. bentuk jadi ini diperoleh dalam bentuk
sirkumferensial dengan atau tanpa sandaran oklusal mirip akers clasp, nuntuk gigi
kaninus, premolar dan molar (Suryatenggara,1991).
Keuntungan pemakai cengkram kawat (Suryatenggara,1991):
24
Cengkeram tuang
Cengkeram yang dikenal pula dengan nama cengkeram cor ini dibuat
dengan jalan pengecoran logam ke dalam cetakan (mold space) yang diperoleh
setelah penguapan pola malam (wax pattern). Cengkeram tuang ini dapat terbuat
dari bahan alaoi tuang emas atau aloi khrom kobalt (Suryatenggara,1991).
Kekurangan cengkeram tuang (Suryatenggara,1991):
a. Lebih banyak menutupi permukaan gigi penyangga, sehingga banyak
logam yang tampak
b. Menhan dimensi permukaan oklusal gigi penyangga, karena cengkeram
berawal di permukaan oklusal.
c. Bertambah luasnya permukaan oklusal menambah kemungkinan besarnya
beban oklusal.
d. Retensi yang diperoleh dengan cengkeram ini tak dapat ditambah atau
dikurangi, bila diperlukan.
5. Sandaran (rest)
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan
gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada
protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior atau
pada permukaan lingual gigi anterior (Suryatenggara,1991).
Sandaran ini bisa dibuat dari logam tuang seperti aloi emas yang lebih
berat dan mahal. Sebagai alternative bisa dipakai aloi khrom kobalt. Bisa pula
digunakan permukaan logam yang berkontak dengan bagian oklusal gigi, yang
bagian atasnya diberi resin akrilik (Suryatenggara,1991).
6. Konektor
Konektor pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama (major
connector) dan konektor minor (minor connector), sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan
yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang
dengan yang ada pada sisi lainnya. Konektor minor atau tambahan merupakan
bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor utam
27
dengan bagian lain. Konektor ini dapat terbuat dari bahan metal atau resin akrilik
(Suryatenggara,1991).
c) Cengkeram oklusal
- Cengkeram akers
- Cengkeram mengarah belakang
- Cengkeram kail ikan
- Cengkeram mengarah belakang membalik
- Cengkeram setengah-setengah
- Cengkeram kaninus
- Cengkeram akers ganda
- Cengkeram embrasure
- Cengkeram multiple
- Cengkeram cincin
- Cengkeram cincin membalik
- Cengkeram lengan panjang
- Cengkeram kombinasi
d) Cengkeram gingival
- Cengkeram proksimal de Van
29
kembali jarak antara kedua titik tersebut, akan berkurang 2-4 mm dari
jarak relasi vertikal posisi istirahat.
Inilah yang disebut jarak relasi vertikal oklusi.
Pada model kerja ini dapat ditentukan desain gigitiruan berdasarkan hasil
survei pada model tersebut, seterusnya dapat dilakukan pembuatan
gigitiruan pada model ini.
9. Try in
1) Estetis
2) Retensi
3) Stabilisasi
4) Oklusi
10. Tahap pemasangan (insersi) gigi tiruan
Tahap instruksi :
- Cara pasang dan lepas gigi tiruan
- Adaptasi
1) Memberitahukan adanya perubahan
2) Kehilangan rasa pada palatum pasien
3) Adaptasi lebih cepat pada RA dibanding RB
4) Supaya adaptasi lebih cepat gigi tiruan tidak dibuka malam hari lebih kurang
10 hari / sampai masa adaptasi.
5) Rasa mual dan sulit berbicara
- Cara pemeliharaan gigi tiruan
- Efek gigi tiruan terhadap jaringan
7. Kontur gingival
Membentuk kontur gusi secara tidak langsung
- Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja
sambil disesuaikan.
- Lunakkan lempeng lilin diatas lampu spiritussampai lunak dan bisa
dibentuk.
8. Penanaman dalam kuvet (flasking)
Tahap ini dilakukan setelah contouring dan model sudah dilepas dari
articulator, jarak antara model dan dinding kuvet diberi adonan gips, dan jarak
antara permukaan oklusal gigi terhadap atap bagian atas kuvet lawan sebesar 1
cm.
Tahap-tahap flasking :
- Dasar model diulasi separasi
- Model ditanam dalam kuvet awah setinggi basis dengan gips lunak
- Permukaan gips lunak dihaluskan dan dihindari adanya undercut
- Untuk Posisi model dalam kuvet anterior lebih tinggi dari posterior
- Untuk rahang bawah sejajar dengan lantai
- Setelah gips keras ulasi dengan bahan separasi kecuali permukaan malam
dan gigi
- Kemudian seluruh permukaan di tutup dengan gips dengan hati-hati dan
merata
- Permukaan oklusal gigi dibersihkan
- Setelah gips keras kuvet bagian atas dipasang lalu diisi gips lunak sampai
penuh
- Tutup kuvet kemudian press
- Malam model yang lunak dibuang, kemudian sisanya disiram dengan air
mendidih sampai benar-benar bersih.
3.8 Edukasi
Perawatan dan pemeliharaan gigi tiruan pada pasien :
- Menjaga kebersihan gigi tiruan sangat penting seperti halnya gigi asli,
makanan jugamudah melekat pada gigi tiruan. Jadi bersihkan gigi tiruan
dengan sikat gigi khusus gigitiruan/ sikat gigi terpisah sedikitnya sekali
sehari.
- Jangan menggunakan pasta gigi untuk membersihkannya karena dapat
menimbulkanabrasi dan noda bagi bahan gigi tiruan.
- Gunakan sabun cair (sabun cair khusus makanan) atau cukup dengan air
matang untuk membersihkannya.
- Sehabis makan biaskaan membilas gigi tiruan dengan air untuk
menghilangkan sisa-sisa makanan.
- Gunakan bahan pembersih / perendam gigi tiruan lepasan khusus yang ada
di pasaranuntuk mengontrol bakteri dan jamur. Konsultasikan dengan
dokter gigi anda untuk bahandan cara lainnya untuk menjaga kebersihan
gigi tiruan lepasan anda.