Anda di halaman 1dari 32

4

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pemeriksaan
3.1.1 Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medic, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat sosial (Bakar. 2013).
a. Identitas Pasien
Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu
menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data antemortem.
b. Keluhan Utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien
dating kedokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh
terhadap pertimbangan dikter gigi dalam menentukan prioritas perawatan.
c. Present Illnes
Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka diperlukan pula
pengembangan akar masalah yang ada dalam keluhan utama, yaitu dengan
mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan mencaritahu kapan rasa
sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah keluhan itu
bersifat berselang atau terus-menerus, jika berselang seberapa sering,
adakah factor pemicunya, dan sebagainya.
d. Riwayat Medik
Riwayat medic perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis, perawatan, dan prognosis.
e. Riwayat Dental
Selain riwayat medic, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena akan
mempengaruhi seorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan
manajemen perawatan yang akan dilakukan.
f. Riwayat Keluarga
Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angioedema
herediter dan diabetes. Beberapa penyakit yang berkaitan dengan
kelompok etnik tertentu, misal pemphigus pada orang yahudi.
g. Riwayat Sosial
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki keluarga, keadaan sosio
ekonomi pasien, riwayat seksual pasien, dll (Bakar. 2013).
5

3.1.2 Pemeriksaan Obyektif


Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral (Bakar. 2013).
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan secara
umum dari pasien, misalnya pembengkakan di muka dan leher, pola
skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi
limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ.
b. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam
rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan
disekitarnya (jaringan lunak dan jaringan keras) (Bakar. 2013).

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiografi
Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan untuk
melihat keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral ada 2 hal
yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal.
b. Interpretasi atau menafsirkan radiogram yang telah dibuat (Bakar. 2013).

Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi, yaitu :
a. Radiografi Intra oral :Teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap gigit,
teknik oklusal.
b. Radiografi Ekstra oral: Panoramic, oblique lateral, posteroanterior (PA),
reverse town’s projection (Bakar. 2013).

3.2 Penyakit Sistemik


3.2.1 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan
keadaan hiperglikemia (Suriani, 2012).
6

3.2.2 Tipe Diabetes Melitus


Tipe diabetes mellitus, antara lain :
a. Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
b. Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM
tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Suriani,
2012).

3.2.3 Gejala Umum


Tiga gejala umum yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
a. banyak minum.
b. banyak kencing.
c. berat badan turun.
Gejala umum yang paling sering adalah keringnya rongga mulut (xerostomia).
Keadaan xerostomia pada pasien diabetes disebabkan oleh gangguan fungsi
kelenjar saliva. Jumlah produksi saliva berkurang sehingga :
1. mukosa terasa kering,
2. hipersensitiv terhadap rangsangan,
3. mudah teriritasi,
4. dan mengalami infeksi oleh kerja bakteri dan jamur (Suriani, 2012).
2.2.1 Manifestasi Penyakit Diabetes Melitus
Manifestasi penyakit diabetes di rongga mulut yang mengenai jaringan
lunak, pendukung basis gigi tiruan dapat berupa terjadinya infeksi disebabkan
radang lokal yang kronis. Keadaan infeksi bisa diawali oleh kerja candida albicans
yang bersifat patogen.
Selain itu edema mukosa dapat disebabkan karena komplikasi diabetes.
Pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan yang dilakukan pada keadaan edema
mukosa pendukung belum tereliminasi menyebabkan basis gigi tiruan yang
dihasilkan tidak beradaptasi dengan baik terhadap muksoa dibawahnya. Hal ini
menyebabkan retensi dan stabilisasi berkurang, ketidaknyamanan pasien, serta
kegagalan pencapaian fungsi gigi tiruan. Pada penderita diabetes infeksi dan
penyakit pembuluh darah menyebabkan berkembangnya penyakit-penyakit di
dalam rongga mulut seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat
7

berkembangnya penyakit periodontal disertai dengan hilangnya tulang alveolar


dan mudah terjadinya abses periapikal (Suriani, 2012).

3.2.4 Penyakit Diabetes Militus Hubungannya dengan Protesa


Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh
darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut,
seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit
periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok
dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva,
bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit
diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan
gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit,
gatal gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali
jaringan mulut.
Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa
dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari
tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan
bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang
terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua
bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis.
Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan
kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam
bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan
kesehatan mulut (Gunadi,dkk., 1995)

b.3 Perawatan
b.3.1 Perawatan Pendahuluan
Tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras,
dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigi tiruan (Basker, 1996).

b.3.1.1 Tahap Perawatan Pendahuluan


8

A. Tindakan yang berhubungan dengan bedah umumnya mencakupi jaringan


keras lunak yang memelukan waktu penyembuhan yang cukup sebelum
membuat gigi tiruan. Semakin lama jarak waktu pembedahan dengan
percetakan semakin sempurna penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil
(Basker, 1996).
1). Pencabutan
Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi
diperiksa dengan apakah masih cukup penting da masih dapat dipertahankan
untuk keberhasilan gigi tiruan.
2). Penyingkiran Sisa Akar Dan Impaksi
Pengambilan sisa akar penting dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau
palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Untuk impaksi dilakukan
sedini mungkin menghidari infeksi krinis dan akut.
3). Kista dan Tumor Odontogenik
Semua gambaran radiolusen dan radiopaq harus diselidiki. Peenderita
harus diyakinkan tentang keadaan mulutnya yang mempunai kelainan
berdasarkan laporan aktif patologis
4). Penonjolan Tulang
Penonjolan tulang yang mengahalangi pemasangan gigi tiruan harus
disingkirkan.
5). Bedah periodontal
Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang
sehat sebagai pendukung gigi tiruan. Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan
dengan cara kuretase dan eksisi surgical (Basker, 1996).
B. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada
sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik bagi gigi tiruan.
Antara lain :
1. Menghilangkan kalkulus
2. Mengilangkan poket periodontal
3. Melakukan spilnting terhadap gigi-gigi yang mobiliti
4. Memperbaiki tambalan yang tidak bai, seperti tambalan menggantung
5. Menghilangkan gangguan oklusal (Basker, 1996).

C. Tindakan konservasi
9

Sebelum merancanakan gigi tiruan harus diketahui perbaikan yang akurat


terhadap gigi yang ada antara lain:
1. Penambalan
2. Pembuatan inlay
3. Kedudukan rest (Basker, 1996).

D. Tindakan orthodonti
Misalnya ada kasus diastema sentralis sebaiknya dilakukan perawatan
orthodonti terlebih dahulu (Basker, 1996).

3.4 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan untuk
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas maupun
rahang bawah dan dapat sibuka dan dipasang kembali oleh pasien (John, 2009).
Ada beberapa jenis GTSL, berdasarkan bahan yang digunakan GTSL dibagi
dalam dua kelompok pada awalnya yaitu GTSL resin akrilik, yaitu gigi tiruan
yang basisnya dibuat dari bahan resin akrilik, dan GTSL kerangka logam, yaitu
gigi tiruan yang kerangkanya dibuat dari logam. Kedua jenis gigi tiruan di atas
merupakan gigi tiruan standar untuk menggantikan gigi yang hilang yang mana
perbedaannya terletak pada bahan basis yang digunakan untuk mendukung gigi
tiruan dan retensi di dalam mulut(Gunadi et al., 1995).
Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi
pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan
kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat kaitannya dengan
pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang
terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang
kemungkinan akan merusak gigi tiruan(Gunadi et al., 1995).

3.4.1 Tujuan dan manfaat pembuatan gigi tiruan


a) Mengenbalikan fungsi organ kunyah
b) Secara teori, apabila gigi posterior hilang menyebabkan penguyahan
kurang baik sehingga mengakibatkan pencernaan terganggu.
c) Mengembalikan fungsi estetik
d) Dalam prosthodonti yang perlu diperhatikan adalah :
10

 Hygiene
 Harmonis dengan gigi asli
 Tidak boleh kelihatan palsu
e) Memperbaiki Fungsi Bicara/ Fonetik
Labiodentals adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi
depan atas, apabila kehilangan gigi depan maka huruf F, V, P, H tidak
dapat terucap dengan baik, demikian juga pada huruf linguo dental.
f) Menjaga kesehatan jaringan mulut dan jaringan yang ikut serta dalam
pengunyahan.
g) Kehilangan gigi menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan
dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah, hal
ini menyebabkan kerusakan membrane periodontal yang pada akhirnya
menyebabkan gigi-gigi tersebut menjadi goyah.

Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruangan kosong yang
makijn lama makin sempit karena terjadi migrasi gigi tetangga. Hal ini
menyebabkan gigi menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan bila akan
dipakai sebagai gigi penahan protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban
juga akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus
seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit pergeseran gigi, sehingga gigi
akan kembali keposisi yang diharapkan (Gunadi, 1991 : 131).
Pemanfaatan tindakan ortodontik semacam ini akan menunjang keberhasilan
perawatan prostodontik, disamping meningkatkan kesehatan jaringan periodontal
gigi-gigi di sekitar protesa.

E. Pengubahan Kontur Gigi


Modifikasi atau pengubahan bentuk kontur gigi sebetulnya suatu cara yang
sederhana, tetapi sering tidak diperhatikan dalam persiapan rongga mulut.
Kekhawatiran melukai dentin pada saat pengasahan permukaan gigi, sehingga
karies jadi mudah berkembang mungkin menjadi salah satu penyebab keengganan
ini. Bagian atau permukaan gigi yang akan diasah sebaliknya ditentukan dulu
pada model diagnostik dan biasanya meliputi :
11

1. Persiapan bidang bimbing (guiding plane)


2. Pengurangan hambatan (interference) pada bagian proksimal gigi atau
permukaan gigi yang malposisi
3. Penempatan cengkram pada permukaan gigi dimana tidak dijumpai gerong
yang diharapkan (undesirable undercut).
4. Preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram (occlusal rest)
5. Pengubahan bidang oklusal (Gunadi, 1991 : 132).
Setelah semua tindakan preparasi mulut ini selesai dilaksanakan, pasien
siap untuk menjalani pencetakan kedua dan memulai proses pembuatan protesa
(Gunadi, 1991).

3.4.2 Indikasi dan Kontraindikasi


Menurut Phoenix dan Cagna (2003) indikasi dan kontraindikasi GTSL
antara lain:
Indikasi GTSL
1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat
a) Usia
Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota
klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang
buruk, karena perawatannya memerlukan waktu yang lama.
b) Panjang daerah edentulous tidak memenuhi syarat Hukum Ante
c) Kehilangan tulang yang banyak pada daerah edentulous.
d) Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free and
saddle)
2. Bila dukungan gigi asli kurang sehat
3. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
4. Bila membutuhkan estetik yang baik
5. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut
6. Keinginan pasien

Kontraindikasi GTSL
1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai gigi tiruan
2. Umur lanjut. Mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien sebaiknya
dibuatkan GT temporer
12

3. Penyakit sistemik (epilepsi, DM tak terkontrol)


4. OH jelek

3.5 Macam-Macam Gigi Tiruan


Macam-macam gigi tiruan sebagian lepasan, antara lain :
1. Berdasarkan bahan : akrilik, logam, vulcanite, dan thermoplastic/valplast
2. Berdasarkan pelepasan : lepasan (removable) dan fixed
3. Menurut ada/tidaknya sayap bagian bukal :
a. Open face, dibuat tanpa gusi tiruan di bagian
bukal/labial (anterior)
b. Close face, dibuat dengan gusi tiruan di bagian
bukal/labial (posterior)
4. Menurut saat pemasangannya :
a. Immediate protesa : segera dipasang setelah pencabutan
b. Convetional protesa : tidak segera dipasang setelah pencabutan
5. Menurut jaringan pendukungnya :
a. Tooth supported :dukungannya berupa gigi asli
b. Mucosa supported : dukungannya berupa mukosa ujung bebas
c. Mucosa and tooth supported : dukungannya berupa mukosa ujung bebas dan
gigi asli (Bakar, 2013).

3.5.1 Klasifikasi Daerah Tak Bergigi


Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal
panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana
pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun
dukungannya (Gunadi et al., 1995). Klasifikasi geligi tiruan berdasarkan distribusi
beban sebagai berikut.
1. Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal
dari gigi geligi.
2. Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh
mukosa dan lingir alveolar dibawahnya.
13

3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan
didukung oleh gigi sebagian yang lainnya didukung oleh mukosa.

Syarat Klasifikasi Kennedy tersebut (Thomas, et. al., 2009) :


1. Klasifikasi baru dapat ditentukan setelah gigi-gigi yg harus dicabut telah
selesai dikerjakan.
2. Apabila M3 hilang & tidak dibuatkan GT,maka tidak dipertimbangkan
dalam klasifikasi.
3. Apabila M3 ada & dipakai sebagai gigi abutment, maka diikutkan dalam
klasifikasi
4. Apabila M2 hilang & tidak diganti, maka tidak diikutkan dalam klasifikasi
5. Daerah kehilangan gigi paling posterior selalu menentukan klasifikasi
6. Daerah edentulous lainnya yg lebih dari ketentuan, disebut sebagai
Modifikasi dari klas yg bersangkutan.
7. Luas dari modifikasi tidak dipertimbangkan hanya jumlah dari
penambahan edentulous area
8. Klas IV Kennedy tidak ada modifikasi

Rincian Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut.


 Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada ke dua sisi rahang (bilateral).
 Kelas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
 Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
 Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

Menurut Applegate, daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian
dikenal sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai berikut
(Suryatenggara et al., 1991).
14

Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua sisi
(Kelas I Kennedy).

Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah
beberapa tahun kehilangan gigi.

Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:

1. derajat resorpsi residual ridge bervariasi

2. tenggang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi


tiruan yang akan dipasang

3. jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya sudah


mengecil

4. gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.

5. gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.

6. jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10


gigi

7. ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.

Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
15

Kelas II: Daerah tak bergigi sama seperti Kelas II Kennedy.

Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan :

1. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.

2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.

3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.

4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka
waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.

5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi


temporomandibula.

Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.

Kelas III: keadaan tak bergigi paradental dengan dua gigi tetangganya tidak lagi
mamapu memberikan dukungan pada protesa secara keseluruhan.

Secara klinis, dijumpai keadaan:

1. Daerah tidak bergigi sudah panjang.


16

2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.

3. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai


goyangnya gigi secara berlebihan.

4. Beban oklusal berlebihan.

Indikasi protesa: protesa sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.

Kelas IV: daerah tak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy.

Pada umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian lepasan, jika:

1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.

2. Gigi harus disusun dengan “overjet” besar, sehingga dibutuhkan banyak


gigi pendukung.

3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada


pasien dengan daya kunyah besar.

4. Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan.

5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi


faktor estetik

Indikasi protesa:

(a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat.

(b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi
atau jaringan atau kombinasi.
17

(c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat protesa sebagian lepasan.

Kelas V: daerah dengan sadel tertutup dan gigi tetangga bagian depan tidak kuat
menerima dukungan. Indikasi protesanya berupa protesa lepasan dua sisi.

Kelas VI: daerah dengan sadel tertutup dan kedua gigi tetangganya kuat. Indikasi
protesanya berupa protesa cekat atau lepasan, satu sisi dan dukungan dari gigi.

Tahap desain pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, antara lain :


1. Tahap I : Menentukan klasifikasi dari masing-masing daerah tidak
bergigi (sadel)
2. Tahap II : Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
3. Tahap III : Menentukan macam penahan (Retainer)
4. Tahap IV : Menentukan macam konektor (Bakar, 2013).

3.6 Komponen-Komponen GTSL


1. Basis
18

Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms (GPT) edisi 8 (2005),


basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar pada jaringan
pendukung dan tempat anasir gigi tiruan dilekatkan dan bahan basis gigitiruan
adalah suatu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan. Daya
tahan, penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi
oleh bahan basis tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigi
tiruan, namun belum ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan bahan
basis gigitiruan (Suryatenggara,1991).
Persyaratan Berdasarkan International Organization for Standardization
(ISO), syarat-syarat bahan basis gigitiruan yang ideal adalah:
a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan
b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat
c. Warna : translusen dan warna merata, bila perlu, mengandung serat secara
merata
d. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan lebih dari sedikit perubahan
dalam warna, yang hanya dapat dilihat bila diperhatikan
e. Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimen
f. Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong
g. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa
h. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang
dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer
swapolimerisasi
i. Tidak ada monomer sisa
j. Tidak menyerap cairan
k. Tidak dapat larut

Jenis basis geligi tiruan terdiri dari beberapa macam yaitu (Haantjes, 2012) :
a. Basis dukungan gigi (Tooth Bourne) merupakan basis dukungan gigi, yang
semata-mata merupakan span yang dibatasi gigi asli pada kedua sisinya,
tekanan oklusal secara langsung disalurkan kepada gigi penyangga melalui
kedua sandaran oklusal. Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen
19

gigi tiruan berfungsi pula mencegah migrasi horisontal gigi tetangga, serta
migrasi vertikal gigi antagonis.
b. Basis dukungan jaringan (Moucose Bourne) merupakan dukungan jaringan
ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang
lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi lebih kecil

Fungsi basis meliputi (Haantjes, 2012) :


a. Untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar di
bawahnya
b. Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif antara
basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah
c. Tempat melekatnya cengkeram
d. Menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan kepada
bibir dan pipi (estetik)

Jenis bahan untuk pembuatan basis terdiri dari :


A. Metal/Logam
Indikasi pemakaian basis metal
- Penderita yang hipersensitif terhadap resin
- Penderita dengan gaya kunyah abnormal
- Ruang intermaksiller kecil
- Desain unilateral
- Permintaan penderita (Haantjes, 2012)
Keuntungan menggunakan logam (Suryatenggara,1991) :
a. Penghantar suhu
Logam merupakan penghantar suhu yang baik, sehingga setiap perubahan
suhu yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya.
Rangsang seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan
jaringan.
b. Ketepatan dimensi
20

Basis yang terbuat dari aloi emas maupun krom kobalt tidak hanya lebih
tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan
selama pemakaian dalam mulut.
c. Kebersihan
Logam adalah bahan yang tahan abrasi, sehingga permukaannya tetap licin
dan mengkilat serta tidak menyerap saliva. Sifat ini membuat deposit
makanan dan kalkulus sulit melekat.
d. Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal
Basis logam dapat dibuat lebih tipis daripada resin, tetapi cukup kuat dan
kaku, sehingga ruang gerak bagi lidah relatif lebih luas.

Kerugian penggunaan logam (Suryatenggara,1991).:


a. Basis logam tidak mungkin dilapis atau dicekatkan kembali
b. Warna basis logam tidak harmonis dengan warna jaringan sekitarnya,
sehingga bila dipakai di bagian anterior akan mengganggu estetik
c. Relatif lebih berat, terutama aloi emas untuk rahang atas
e. d. Perluasan basis logam hingga lipatan bukal serta pengembalian kontur
pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis logam
f. Teknik pembuatannya lebih rumit dan mahal

B. Resin
Indikasi basis resin
- Resin merupakan bahan pilihan untuk basis protesa dengan kelebihan :
- Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya
- Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah
- Relatif lebih ringan
- Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
- Harganya murah (Haantjes, 2012)

Perbedaan Gigi Tiruan sebagian Lepasan basis akrilik dengan logam dapat dilihat pada
table dibawah :
Akrilik Logam
Proses pembuatan Mudah Sukar
21

Kekuatan Kurang Kuat


Penghantar panas Kurang Baik
Menyerap air Dapat Tidak dapat
Perubahan warna Dapat Tidak dapat
Luas basis Luas/lebar Tidak luas
Biaya Murah Mahal
Keuntungan menggunakan resin
a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi
faktor estetik
b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali
c. Relatif lebih ringan
d. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
e. Biaya murah (Suryatenggara,1991).

Kerugian penggunaan resin:


a. Penghantar suhu yang buruk
b. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan
reparasi
c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian
d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga
mempengaruhi stabilitas warna
e. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin
(Suryatenggara,1991).

C. Kombinasi Logam-Resin
Basis kombinasi logam-resin ini berupa rangka dari logam, dilapisi resin
untuk tempat perlekatan elemen tiruan dan bagian yang berkontak dengan mukosa
mulut. Tujuan pemakaian basis kombinasi logam-resin adalah memanfaatkan
keuntungan masing-masing bahan.

2. Sadel
Adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus
alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan. Sadel terdiri dari 2 macam yaitu
22

bounded saddle jika terletak diantara gigi asli dan free end saddle jika terletak
pada bagian posterior dari gigi asli (Haantjes, 2012).

3. Elemen gigi tiruan


Elemen gigi merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang
merupakan tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa, kecuali pada
kasus masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan. Dalam seleksi elemen ada
metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus
diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan bahan elemen.
Elemen gigi tiruan ini dapat terbuat dari resin, porselen, maupun dari logam
(Suryatenggara,1991). Bahan dasar gigi tiruan dapat bermacam-macam, yaitu :
resin akrilik, porselen, logam (Haantjes, 2012).
Elemen gigi tiruan resin akrilik yang memiliki sifat, mudah aus, terutama
pada penderita yang mempunyai kekuatan kunyah yang kuat, perlekatannya
dengan basis merupakan persenyawaaan kimia, karena bahannya sama, dapat
berubah warna, mudah tergores, mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan
ruangan, lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan logam, dapat
diasah dan dipoles, karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus
alvolaris yang datar (Suryatenggara,1991).
Elemen gigi tiruan porselen yang memiliki sifat, tidak mudah aus/tergores,
perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen gigi tiruan harus
mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap basis bentuk retensi gigi tiruan
porselen:undercur,pin,alur, tidak berubah warna, tidak dapat diasah, lebih berat
daripada akrilik, tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar(resorbsi)
(Suryatenggara,1991).
Sedangkan elemen gigi tiruan logam yang biasanya dibuat sendiri sesuai
dengan ruang protesa yang ada, terutama untuk gigi posterior yang ruang
protesanya sempit, estetis kurang baik, tahan terhadap daya kunyah yang
besar/kuat (Suryatenggara,1991).

4. Cengkeram
23

Disebut juga dengan klammer adalah bagian dari gigi tiruan lepas yang
berbentuk bulat atau gepeng. Terbuat dari kawat stainless steel atau logam tuang,
yang melingkari atau memegang gigi penjangkaran. Fungsi cengkeram dapat
dugunakan untuk retensi, untuk stabilisasi, untuk meneruskan beban kunyah ke
gigi penjangkaran. Macam-macam cengkeram terdiri dari cengkeram kawat,
cengkeram tuang, cengkeram kombinasi tuang dan kawat (Suryatenggara,1991)

Cengkeram kawat
Cengkeram kawat merupakan jenis cengkeran yang lengan-lengannya
terbuat dari kawat jadi (wrough wire). Pada masa sekarang ini, terutama di
negara-negara yang sudah maju, jenis cengkeram ini sudah jarang sekali
digunakan. Salah satu alasannya adalah karena sandaran oklusal dan lengan
pengimbang dari kawat jadi tidak dapat berfungsi sebagaimana diharapkan
(Suryatenggara, 1991).
Di Indonesia, sebagaimana halnya di Negara-negara berkembang jenis
cengkeram kawat masih sering digunakan, karena protesa resin masih sering
dibuat. Cengkeram kawat sebetulnya lebih banyak dipakai untuk keperluan
Ortodonti, yang lazim disebut crib, seperti Jackson Crib, Half Jackson Crib dan
sebagainnya (Suryatenggara,1991).
Kawat yang sering dipakai biasanya terbuat dari Kawat Aloi Khrom Nikel
dan dapat diperoleh dalam tiga jenis ketegaran, yaitu soft (500-650 N/mm2 ),
Hard (1400-1600 N/mm2 ) dan springhard (1800-2000 N/mm2). Bentuk
penampang bisa bulat, setengah bulat atau oval. Ukuran dan jenis yang digunakan
untuk keperluan pembuatan geligi tiruan sebagaian adalah yang bulat dengan garis
tengah 0,7 mm untuk gigi anterior dan premolar, 0,8 mm untuk gigi molar
(Suryatenggara,1991).
Selain itu juga dikenal kawat jenis Baja tahan karat (stainless steel). Jenis
terakhir ini tersedia dalam bentuk jadi dan tinggal mengadaptasikan saja pada
permukaan gigi penyangga. bentuk jadi ini diperoleh dalam bentuk
sirkumferensial dengan atau tanpa sandaran oklusal mirip akers clasp, nuntuk gigi
kaninus, premolar dan molar (Suryatenggara,1991).
Keuntungan pemakai cengkram kawat (Suryatenggara,1991):
24

a. Lentur, dengan demikian cengkeram ini dapat dipakai pada kasus


dimana dibutuhkan kelenturan maksimal, seperti pada gigi penyangga
yang berdekatan dengan sadel berujung bebas, lemah ataupun miring.
b. Retensinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
c. Cengkram dapat dibuat dengan ukuran yang lebih kecil sehingga lebih
estetik baik
d. Penutupan permukaan gigi lebih minim dibandinkan dengan
cengkeram tuang
e. Teknik pembuatan lebih mudah, kecuali pada penyoldiran lengan pada
sandaran oklusal
Kerugian pemanakian cengkeram kawat (Suryatenggara,1991):
a. Mudah terjadi distorsi
b. Mudah patah, bila manipulasi pembuatannya kurang hati-hati
sehingga banyak bekas tang pada permukaan kawat
c. Lengan kawat yang lentur kurang atau tak mampu menahan gaya
horizontal atau lateral.

Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi (Haantjes, 2012) :


- Harus kontak garis
- Tidak boleh menekan/harus pasif
- Ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak boleh
tajam/harus dibulatkan
- Tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkeram
- Bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh mengganggu
oklusi/artikulasi
- Jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram paradental:1/2-1 mm
cengekeram gingival:1 ½-2 mm
- Bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan

Syarat umum gigi yang dijadikan penjangkaran (Haantjes, 2012) :


- Gigi vital atau non vital yang telah dilakukan Perawatan Saluran Akar
dengan sempurna
25

- Bentuk anatomis dan besarnya normal


- Tidak ada kerusakan/kelainan.Misalnya:tambalan yang besar, karies,
hypoplasia, konus
- Posisi dalam lengkung gigi normal

Keadaan akar gigi (Haantjes, 2012) :


- Bentuk ukurannya normal
- Tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3
- Jaringan periodontal sehat
- Tidak ada kelainan periapikal
- Tidak goyang

Cengkeram tuang
Cengkeram yang dikenal pula dengan nama cengkeram cor ini dibuat
dengan jalan pengecoran logam ke dalam cetakan (mold space) yang diperoleh
setelah penguapan pola malam (wax pattern). Cengkeram tuang ini dapat terbuat
dari bahan alaoi tuang emas atau aloi khrom kobalt (Suryatenggara,1991).
Kekurangan cengkeram tuang (Suryatenggara,1991):
a. Lebih banyak menutupi permukaan gigi penyangga, sehingga banyak
logam yang tampak
b. Menhan dimensi permukaan oklusal gigi penyangga, karena cengkeram
berawal di permukaan oklusal.
c. Bertambah luasnya permukaan oklusal menambah kemungkinan besarnya
beban oklusal.
d. Retensi yang diperoleh dengan cengkeram ini tak dapat ditambah atau
dikurangi, bila diperlukan.

Cengkeram kombinasi tuang-kawat


Cengkeram ini kombinasi tuang-kawat merupakan jenis cengkeram
dengan lengan retentive dibuat dari kawat jadi, sedangkan lengan
penggimbangnya dari jenis tuang (Suryatenggara,1991).
26

Pembuatan cengkram ini bisa dilakukan dengan jalan menyoldir lengan


retentive kawat jadi pada bahan cengkeram tuang, atau menanamnya pada pola
malam, lalu di cor bersama-sama logam geligi tiruan. Bahan yang dipakai adalah
kawat aloi emas dan aloi emas atau aloi khrom kobalt. Bisa pula antara kawat jadi
dengan aloi khrom kobalt (Suryatenggara,1991).
Bila digunakan kawat jadi Ticonium, harganya cukup ekonomis, fleksibel,
dan baik (Suryatenggara,1991).
Kelebihan Cengkeram kombinasi (Suryatenggara,1991).:
1. Memiliki kelebihan-kelebihan yang dimiliki cengkeram kawat
2. Dapat mencegah rotasi gigi penyangga karena adanya lengan pengimbang
yang tegar.
Kekurangan Cengkeram kombinasi (Suryatenggara,1991) :
1. Tingkat pekerjaan lebih banyak karena adanya proses penyoldiran
2. Kawat jadi dapat menjadi rapuh pula pada pemasangan terlalu lama
dengan temperature terlalu tinggi karena terjadinya rekristalisasi.

5. Sandaran (rest)
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan
gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada
protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior atau
pada permukaan lingual gigi anterior (Suryatenggara,1991).
Sandaran ini bisa dibuat dari logam tuang seperti aloi emas yang lebih
berat dan mahal. Sebagai alternative bisa dipakai aloi khrom kobalt. Bisa pula
digunakan permukaan logam yang berkontak dengan bagian oklusal gigi, yang
bagian atasnya diberi resin akrilik (Suryatenggara,1991).
6. Konektor
Konektor pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama (major
connector) dan konektor minor (minor connector), sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan
yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang
dengan yang ada pada sisi lainnya. Konektor minor atau tambahan merupakan
bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor utam
27

dengan bagian lain. Konektor ini dapat terbuat dari bahan metal atau resin akrilik
(Suryatenggara,1991).

3.7 Prosedur Pembuatan GTSL


3.7.1 Prosedur klinik dalam pembuatan GTSL (Gunadi, 1995) :
1. Cocokkan sendok cetak anatomis
- Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan dalam mulut
harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm.
- Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginate harus
memakai sendok cetak yang berlubang atau yang memakai spiral
ditepinya.
- Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat diperpanjang
dengan malam untuk memperluas di bagian posterior.
2. Cetak dengan alginate
- Irreversible hidrokolloid. Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari satu kali
setelah dipakai. Digunakan untuk model diagnostik. Contoh : Alginate.
- Reversible hidrokolloid. Bahan cetak ini dapat dipakai berulang-ulang.
Hasil cetakan yang diperoleh lebih akurat. Contoh : Agar, Stent.
Teknik mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan
pendukung
1. Teknik mukokompresi : jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai
viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di
bawahnya.
2. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan
istirahat. Pencetakan yang demikian dilakukan dengan menggunakan
bahan yang mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya
sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit
atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.
3. Cor dengan gips keras
4. Desain klamer dengan basis protesa
28

Berdasarkan macam cengkeramannya dibagi menjadi :


a) Cengkeram kawat
- Cengkeram dua jari
- Cengkeram Jackson
- Cengkeram setegah jackson
- Cengkeram S
- Cengkeram panah
- Cengkeram adam
- Rush Anker Crib
b) Cengkeram kawat gingival
- Cengkeram meacock
- Cengkeram panah anker
- Cengkeram penahan bola
- Cengkeram C

c) Cengkeram oklusal
- Cengkeram akers
- Cengkeram mengarah belakang
- Cengkeram kail ikan
- Cengkeram mengarah belakang membalik
- Cengkeram setengah-setengah
- Cengkeram kaninus
- Cengkeram akers ganda
- Cengkeram embrasure
- Cengkeram multiple
- Cengkeram cincin
- Cengkeram cincin membalik
- Cengkeram lengan panjang
- Cengkeram kombinasi

d) Cengkeram gingival
- Cengkeram proksimal de Van
29

- Cengkeram batang Roach


- Cengkeram mesio distal
5. Buat klamer
6. Buat basisnya dan pasang gigi artifisial, lalu model dioklusikan
Cara pembuatan oklusal rim :
Basis, shellac dipanaskan pada lampu spiritus dan ditekan sampai rata,
kelebihan dibuang dengan pisau/gunting kemudian oklusal rim/malam diletakkan
pada basis tersebut didaerah prosesus alveolaris yang tidak bergigi setinggi
dataran oklusal dan kontak bidang dengan oklusal rim gigi lawannya. Lebar wax
rim anterior 5 mm dan post 8 mm, sementara tinggi wax rim dari baseplateant 10
mm dan post 6mm
Cara pengukuran relasi vertikal:
1. Relasi vertikal posisi istirahat
 Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line,
yaitu pada dagudan di atas bibir/hidung.
 Pasien disuruh menghiting satu hingga sepuluh serta mempertahankan
posisi rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat tersebut jarak
kedua titik diukur.
 Pasien disuruhmengucapkan beberapa kata yang berakhiran ³ S ³ dan
diukur kembalijarak kedua titik tersebut.
 Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks
dilakukan pengukuranyang ketiga.
 Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama, maka didapatkan
relasi vertical posisi istirahat.
2. Relasi vertikal oklusi
 Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut
pasien.
 Oklusal rim RA dimasukkan, perhatikan kembali bentuk wajah
penderita apakahsudah sesuai dengan ekspresi normal.
 Kemudian masukkan oklusal rim RB, pasien disuruh menghentikan
rahang atas danrahang bawah dalam keadaan sentrik oklusi, ukur
30

kembali jarak antara kedua titik tersebut, akan berkurang 2-4 mm dari
jarak relasi vertikal posisi istirahat.
 Inilah yang disebut jarak relasi vertikal oklusi.

Cara menentukan relasi sentrik :


 bagian atas badan pasien tegak dan tidak bersandar.
 Suruh pasien menelan beberapa kali, karena biasanya pasien dalam
keadaan oklusisentrik setelah melakukan penelanan.
 Mula-mula dokter gigi boleh membantu pasien dengan cara menekan
perlahan-lahandagunya untuk menolong dan menjuruskan kedudukan
paling belakang.
 Pasien dipersilahkan memajukan dan memundurkan rahangnya dan
menelan.
 Selanjutnya pasien dipersilahkan menelan dengan mempertahankan
oklusal rim tetap berkontak.
 Dua tanda digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas ke rahang
bawah untuk mencatat kedudukan ini.
 Kemudian persilahkan pasien menutup rahang dan menelan beberapa
kali, tandaoklusal rim harusbertemu dalam hubungan yang sama
setiap saat.
7. Artikulator
8. Pembuatan model GTSL
1. Studi model.
Pada model studi ini dapat dipelajari apa yang akan dilakukan antara lain :
- Gigitiruan apa yang akan dibuat.
- Pemilihan gigi penyangga.
- Macam cangkolan yang akan dibuat.
- Untuk melihat apakah masih ada gigi-geligi yang perlu diasahuntuk
memperbaiki oklusi.
2. Model kerja.
31

Pada model kerja ini dapat ditentukan desain gigitiruan berdasarkan hasil
survei pada model tersebut, seterusnya dapat dilakukan pembuatan
gigitiruan pada model ini.
9. Try in
1) Estetis
2) Retensi
3) Stabilisasi
4) Oklusi
10. Tahap pemasangan (insersi) gigi tiruan
Tahap instruksi :
- Cara pasang dan lepas gigi tiruan
- Adaptasi
1) Memberitahukan adanya perubahan
2) Kehilangan rasa pada palatum pasien
3) Adaptasi lebih cepat pada RA dibanding RB
4) Supaya adaptasi lebih cepat gigi tiruan tidak dibuka malam hari lebih kurang
10 hari / sampai masa adaptasi.
5) Rasa mual dan sulit berbicara
- Cara pemeliharaan gigi tiruan
- Efek gigi tiruan terhadap jaringan

3.6.2 Prosedur Laboratorium dalam pembuatan GTSL (Gunadi, 1995) :


1. Persiapan model kerja
a. Garis median
Garis vertical imajiner yang membagi model kerja menjadi dua sisi
yang sama besar, caranya : pada RA dimulai dari frenulum labialis, melewati
midpalatal suturesampai ditengah-tengah fovea palatine. Untuk RB dimulai
dari frenulumlaialis dan melintas ke frenulumlingualis kemudian di
proyeksikan pada basis model
b. Tiga cekungan
Cekungan pada basis model ukuran kedalaman 5-7 pada daerah
posterior dan 1-3 pada daerah anterior
32

2. Pemasangan model pada articulator


Merupakan proses menempatkan model kerja RA dan RB yang sudah di
fixir ke articulator yang bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian oklusipada
model kerja selama pembuatan gigi tiruan
3. Pembuatan klamer
- Cengkram kawat dibentuk dengan tang
- Kontak cengkram dan permukaan gigi penyangga dibuat kontinu
- Lengan cengkram tidak boleh melewati garis survey atau diatas tepi
gingival
- Sandaran yang dibuat tidak boleh menganggu oklusi maupun artikulasi
- Ujung lengan dibulatkan tidak boleh menyentuh gigi tetangga
4. Pembuatan model malam
Lempeng gigit
Tujuan : untuk tempat kedudukan galengan gigit.
Basis GTSL harus beradaptasi dengan baik pada permukaan model. Caranya
- Membuat outline sesuai dengan GTSL yang akan dibuat
- Model direndam dalam air, kemudian potong malam merah sesuai dengan
lebar rahang dan disesuaikan dengan outline
Galengan gigit
Bentukan malam menyerupai tapal kuda untuk sarana pengukuran tinggi
gigit dan tempat penyusunan gigi tiruan
Tujuannya : untuk pedoman pengukuran tinggi gigit dan penyusunan gigi

5. Pemilihan dan Penyusunan gigi


Suatu proses pemilihan dan penyusunan anasir gigi untuk ditempatkan di
atas galengan gigit sehingga menyerupai susunan normal gigi manusia.
Cara:
- Pemilihan anasir gigi ini disesuaikan berdasarkan bentuk,ukuran, warna,
bahan dan posisi.
- Untuk prosedur pemilihan disesuaikan dengan kondisi pasien.
6. Dicobakan ke pasien
33

7. Kontur gingival
Membentuk kontur gusi secara tidak langsung
- Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja
sambil disesuaikan.
- Lunakkan lempeng lilin diatas lampu spiritussampai lunak dan bisa
dibentuk.
8. Penanaman dalam kuvet (flasking)
Tahap ini dilakukan setelah contouring dan model sudah dilepas dari
articulator, jarak antara model dan dinding kuvet diberi adonan gips, dan jarak
antara permukaan oklusal gigi terhadap atap bagian atas kuvet lawan sebesar 1
cm.
Tahap-tahap flasking :
- Dasar model diulasi separasi
- Model ditanam dalam kuvet awah setinggi basis dengan gips lunak
- Permukaan gips lunak dihaluskan dan dihindari adanya undercut
- Untuk Posisi model dalam kuvet anterior lebih tinggi dari posterior
- Untuk rahang bawah sejajar dengan lantai
- Setelah gips keras ulasi dengan bahan separasi kecuali permukaan malam
dan gigi
- Kemudian seluruh permukaan di tutup dengan gips dengan hati-hati dan
merata
- Permukaan oklusal gigi dibersihkan
- Setelah gips keras kuvet bagian atas dipasang lalu diisi gips lunak sampai
penuh
- Tutup kuvet kemudian press

9. Boiling Out (buang malam)


Langkah-langkahnya:
- Siapkan air panas pada panci (kuvet dapat terendam semua).
- Kuvet dengan press dimasukkan air mendidih ± 10 menit, kemudian kuvet
segera dibuka.
34

- Malam model yang lunak dibuang, kemudian sisanya disiram dengan air
mendidih sampai benar-benar bersih.

10. Packing Akrilik


- Bagian gips yang akan mengenai akrilik diulas dengan bahan separasi
(cms).
- Akrilik diaduk dalam gelas porcelain yang tidak tembus cahaya, kemudian
bubuk akrilik dituang perlahan sampai seluruh cairan terserap, diaduk
hingga homogen dan dibiarkan sampai mencapai dough stage (tidak
lengket pada instrumen).
- Adonan akrilik diambil dengan spatula dan ditekankan diatas cellopahan.
- Diberi selapis plastic dan kuvet lawan dipasang kemudian press percobaan
perlahan-lahan. Buka kembali kuvet dan dipotong kelebihan akrilik.
- Lakukan press percobaan 2-3 kali.
- Lakukan press terakhir tanpa plastic dan kuvet dipindahkan ke press begel.

11. Processing Akrilik


Kuvet dibiarkan setengah jam dan dimasukkan air hangat sampai
mendidih selama setengah jam. Kemudian biarkan sampai air dingin kembali.

12. Deflasking (pengeluaran model dari kuvet)


- Secara perlahan lepaskan kuvet dengan hati-hati.
- Perhatikan model gips keras, jangan sampai rusak, seluruh permukaan
akrilik dan gigi harus bersih dari sisa gips.
- Gtsl yang sudah jadi harus tetap melekat pada model dan tidak boleh cacat.

13. Chek Oklusi


Mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gtsl yang yang
baru selesei diproses

14. Finishing dan Polishing


35

Penyelesaian geligi tiruan terdiri dari penyempurnaan bentuk akhir geligi


tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas geligi tiruan, sisa-sisa
resin akrilik yang bukan bagian gtsl termasuk sisa gips dan tin foil yang melekat.
- Bersihkan sisa resin akrilik yang menonjol pada leher gigi menggunakan
freezer
- Merekontour landasan gtsl dengan carbide bur kecil dengan handpice
lurus.
- Penyelesaian akhir sebelum pemolesan pada bagian frenulum dan landasan
gtsl.
- Permukaan fasial dipoles dengan brush wheel (hitam) dan pumice basah.
- Geligi tiruan dipoles dengan brush wheel (putih) dan kryt.

3.8 Edukasi
Perawatan dan pemeliharaan gigi tiruan pada pasien :
- Menjaga kebersihan gigi tiruan sangat penting seperti halnya gigi asli,
makanan jugamudah melekat pada gigi tiruan. Jadi bersihkan gigi tiruan
dengan sikat gigi khusus gigitiruan/ sikat gigi terpisah sedikitnya sekali
sehari.
- Jangan menggunakan pasta gigi untuk membersihkannya karena dapat
menimbulkanabrasi dan noda bagi bahan gigi tiruan.
- Gunakan sabun cair (sabun cair khusus makanan) atau cukup dengan air
matang untuk membersihkannya.
- Sehabis makan biaskaan membilas gigi tiruan dengan air untuk
menghilangkan sisa-sisa makanan.
- Gunakan bahan pembersih / perendam gigi tiruan lepasan khusus yang ada
di pasaranuntuk mengontrol bakteri dan jamur. Konsultasikan dengan
dokter gigi anda untuk bahandan cara lainnya untuk menjaga kebersihan
gigi tiruan lepasan anda.

Anda mungkin juga menyukai