Abstract
This study aimed to determine the influence of different concentrations of
phosphorus for the growth of green spinach plants (Amaranthus viridis L)
grown in super mini hydroponic. This study used a completely randomized
design (CRD) with three different concentrations of phosporus (AB mix,
AB mix+12, 6 g SP-36, and AB mix+16,2 g SP-36). The data were
analyzed by ANOVA using model of CRD on the growth of green spinach
conduted for 4 week. ANOVA results in the super mini hydroponic trial
showed that the differences in phosphorus concentrations did not
significantly affect the number of leaves, wet and dry weight, but the effect
was on root length, plant height and chlorophyll contents. Duncan's mean
separation test at α = 5% indicated that the concentration of phosphorus
treatment II (12.6 g) in root length, plant height, and chlorophyll levels
were significantly higher when compared to the control of phosphorus and
phosphorus treatment III (16.2 g).
Keyword: Phosphorus, Growth, Green Spinach, Super Mini Hydroponic
1
kelainan petumbuhan tanaman bayam nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Prinsip
karena unsur aluminium, besi dan dasar dalam sistem NFT merupakan
mangan merupakan racun bagi tanaman suatu keuntungan dalam pertanian
(Rukmana, 1994). konvensional. artinya, pada kondisi air
Hidroponik merupakan cara ber- yang berlebihan (lahan yang digenangi),
cocok tanam dengan menggunakan jumlah oksigen di perakaran menjadi
media selain tanah. Penanaman dengan tidak memadai (berkurang). Namun, pada
menggunakan hidroponik dapat lebih sistem NFT yang nutrisinya hanya se-
praktis karena media tanam yang lapis menyebabkan ketersediaan nutrisi
digunakan bukan tanah, dapat dikontrol, dan oksigen pada akar selalu berlimpah
dan pengamatan dapat dilakukan secara (Lingga, 2007). Kelebihan hidroponik
menyeluruh serta lebih mudah karena super mini ini menggunakan botol plastik
tanpa membersihkan akar dari kotoran- bekas yang beukuran kecil berbentuk
kotoran yang melekat seperti tanah. persegi panjang sehingga tidak mem-
Selain itu tanaman juga berada dalam butuhkan ruangan yang relatif besar,
keadaan bersih, tidak kotor dan rusak selain itu juga botolnya mudah didapat
sehingga dapat mengurangi resiko ter- dan harganya murah sekitar
serang penyakit. Hidroponik juga tidak Rp.550.000,00 sudah dapat menampung
memerlukan lahan penanaman yang luas tanaman sebanyak 150 tanaman.
dan dapat dilakukan pada ruang yang Dengan kebutuhan media tanam,
terbatas (Lingga, 2007). Dengan hidroponik super mini diharapkan dapat
kelebihan hidroponik tersebut, maka di- menjadi alternatif media pertumbuhan
harapkan pengamatan pertumbuhan bayam hijau di daerah khatulistiwa.
tumbuhan dapat dilakukan dengan lebih Pertumbuhan dan perkembangan bayam
mudah dan cepat. Oleh karena itu, yang ditanam dalam hidroponik super
peneliti ingin mengembangkan suatu mini tidak terlepas dari pengaruh faktor
media hidroponik yang lebih minimalis eksternal seperti cahaya, unsur hara,
yaitu hidroponik super mini. suhu, dan faktor lainnya. Faktor eksternal
Hidroponik super mini dikembang- yang berkaitan erat dengan hidroponik
kan berdasarkan modifikasi dari hidro- adalah unsur hara yang merupakan
ponik yang sudah umum digunakan sumber nutrisi utama bagi tumbuhan.
seperti hidroponik metode NFT (Nutrient Unsur hara yang umumnya digunakan
Film Technique). Prinsip kerja dari dalam hidroponik standar adalah nutrisi
metode tersebut dapat digunakan sebagai AB mix. Nutrisi AB mix ini mengandung
acuan dalam membuat hidroponik super calsium (ca) 8,3%, kaliaum (K) 16,50%,
mini. nitrogen (N) 9,9% fosfat (P2SO4) 4,7%,
Hidroponik super mini ini meng- sulfat (S) 6,6%, Fe EDTA 0,04%, boron
gunakan botol plastik bekas yang ber- (B) 0,01%, Mangan (Mn) 0,01%, seng
ukuran kecil berbentuk persegi panjang (Zn) 0,01%, dan tembaga (Cu) <0,01%.
yang dirakit secara bertingkat. Botol Nutrisi AB mix ini mengandung banyak
diletakkan pada ketinggian berbeda unsur hara yang salah satunya adalah
dengan mulut botol tepat diatas bagian fosfor (P). Unsur ini sangat penting untuk
bawah botol lainnya sehingga larutan pertumbuhan dan pembentukan akar.
hara dapat dialirkan secara paralel dari Unsur fosfor ini diserap tanaman dalam
satu botol ke botol yang lainnya. Larutan bentuk fosfat. Unsur fosfor ini pada
hara dialirkan menggunakan pompa tanaman berperan dalam pembentukan
mengikuti prinsip kerja NFT yaitu model inti sel, mempercepat perpindahan fase
budidaya dengan meletakkan akar tanam- vegetatif ke generatif, mempercepat
an pada lapisan air yang dangkal. Air pembentukan biji, dan memperbaiki
tersebut tersirkulasi dan mengandung mobilitas unsur hara di dalam tanaman
2
(Karsono, dkk., 2002). Sejalan dengan dengan perbedaan konsentrasi fosfor
hasil penelitian yang dilakukan oleh yang berbeda.
Novriani (2010) unsur hara fosfor pada
masa vegetatif sangat banyak dijumpai METODE
pada pusat-pusat pertumbuhan karena Eksperimen ini dilaksanakan pada
unsur hara ini bersifat mobile sehingga bulan Juli 2016 sampai dengan
bila tanaman kekurangan fosfor maka September 2016 di green house dan
unsur hara tersebut langsung di- Laboratorium Pendidikan Biologi
tranlokasikan pada bagian daun muda Universitas Tanjungpura Pontianak
pada tanaman. Selain itu juga menurut Kalimantan Barat. Alat yang digunakan
Embleton et al. (dalam Liferdi, 2010) adalah termometer, pH meter, penggaris,
menyatakan bahwa fosfor (P) berperan EC (Electro Conductivity), oven, klorofil
dalam pertumbuhan tanaman (batang, meter (SPAD), neraca digital dan hidro-
akar, ranting, dan daun). Kekurangan ponik super mini. Bahan yang digunakan
fosfor dapat menyebabkan perubahan dalam penelitian ini adalah benih bayam
warna pada daun yang semula hijau hijau (Amaranthus viridis L), nutrisi AB
menjadi hijau tua, bahkan ada yang mix SP-36, aquades, air dan larutan
mengkilat kemerah-merahan, daun yang standarisasi pH (KOH 10% dan H2SO4
tua kadang menjadi kekuning-kuningan 10%). Larutan hara dijaga dalam pH 6,5
(klorosis), tangkai daun kelihatan lancip, dan dicek setiap hari untuk menjaga
pembentukan buahnya tidak sempurna, keseimbangan jumlah unsur hidrogen
pertumbuhan akarnya pun terhambat. yang dibutuhkan tanaman. Ketika larutan
Apabila kelebihan fosfor akan me- asam maka dapat ditambahkan KOH
nyebabkan akar tumbuh lebih panjang 10% dan ketika bersifat basa dapat di-
dan lebih jauh menyerap ke dalam tanah tambahkan H2SO4 10% sampai pH
sehingga kesuburannya tidak sepadan kembali normal antara 6,5-7 (Winata,
dengan kesuburan dibagian atas sehingga 2011).
tanaman yang seperti ini akan mudah Pada penelitian ini menggunakan
kekeringan (Lingga, 2007). hidroponik super mini dengan meng-
Berdasarkan uraian diatas, maka gunakan prinsip NFT. Adapun rancangan
peneliti tertarik untuk mengetahui desain hidroponik super mini dapat
pertumbuhan bayam hijau (Amaranthus dilihat pada Gambar 1.
viridis L.) pada hidroponik super mini
3
Penelitian ini menggunakan Jika ada tanaman yang mati, maka di-
Rancangan Acak Lengkap (RAL) gantikan dengan tanaman cadangan
dengan tiga perlakuan yaitu hara I (83g yang telah disediakan. Penggantian
AB mix A dan 83g AB mix B), hara II larutan hara dilakukan 2 minggu sekali.
(83g AB mix A dan 83g AB mix B + Data yang diperoleh berupa jumlah
12,6g SP-36), hara III (83g AB mix A daun, tinggi tanaman, panjang akar,
dan 83g AB mix B +16,2g SP-36) yang kadar klorofil, berat basah, dan berat
memodifikasi dari Nurwahyuni (2012) kering dianalisis dengan menggunakan
masing-masing perlakuan ditambah 18 Analisa of Varians (ANOVA) model
liter air galon. Setiap perlakuan diulangi RAL (rangcangan acak lengkap).
sebanyak 10 kali ditambah 10 tanaman Apabila dalam ANOVA diperoleh hasil
cadang-an sehingga total bayam hijau yang berpengaruh nyata, maka peng-
yang ditanam sebanyak 60 tanaman. ujian diikuti oleh uji beda nyata
Pertumbuhan tanaman diukur dengan Duncan’s pada α = 5%.
cara non destruktif dan destruktif.
Pengukuran yang dilakukan dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
non destruktif meliputi jumlah daun,
tinggi tanaman, panjang akar, kadar Jumlah Daun
klorofil selama 4 minggu, sedangkan Hasil ANOVA pada peng-
berat basah dan berat kering dilakukan ukuran hari ke-8 (P=0,8539)
dengan cara destruktif. Biji disemaikan sampai pengukuran hari ke-29
pada media rockwoll. Anakan berusia (P=0,1203) perubahan jumlah daun
tiga minggu dipindahkan ke media tidak berbeda nyata dengan rata-
hidroponik super mini. Pada penelitian rata yang hampir sama. Pengukuran
ini juga diukur pH, EC (kepekatan larut- hari ke-31, jumlah daun yang diberi
an), suhu larutan dan suhu lingkungan perlakuan AB mix+12,6g SP-36 dan
yang diukur setiap hari sebagai data pen- AB mix+16,2g SP-36 mengalami
dukung. Pengukuran tumbuhan dilaku- peningkatan dibandingkan perlaku-
kan setiap 3 hari sekali. Pada minggu an AB mix, dengan nilai P=0.0876,
pertama, tanaman harus dicek dengan namun tidak berbeda nyata (ns)
teliti setiap hari karena pada minggu ketika diuji pada α=0,05 sehingga
pertama tanaman baru saja dipindahkan tidak dilakukan uji Duncan’s
ke hidroponik super mini dimana (Grafik 1).
tumbuhan masih dalam tahap adaptasi.
10 P= 0,0876
rata-rata jumlah daun
Grafik 1 : Perubahan Jumlah Daun Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-8 Sampai Hari
Ke-31setelah Transfer
4
Pengukuran jumlah daun yang diberi AB mix tanpa ditambah
sangat penting karena daun SP-36, AB mix ditambah 12,6g SP-
merupakan organ penting tumbuhan 36 dan AB mix ditambah 16,2g SP-
yang berperan dalam proses foto- 36 tidak berbeda secara nyata (ns)
sintesis. Menurut Goldworthy dan ketika diuji pada α=0,05. Menurut
Fisher (dalam Syahruddin, 2011) Gardner, dkk. (1991) selama fase
pertambahan jumlah daun dapat vegetatif, penyimpanan hasil asi-
meningkatkan luas daun secara ke- milasi untuk perkembangan luas
seluruhan sehingga kemampuan daun yang lebih besar dapat me-
tanaman melakukan fotosintesis nyebabkan penyerapan cahaya yang
juga meningkat. lebih besar pula. Hal tersebut
menyebabkan daun memerlukan air
Tinggi Tanaman dan nutrien yang banyak sehingga
Pengaruh perbedaan kon- penyimpanan kebagian akar juga
sentrasi fosfor terhadap perubahan sangat perlu. Pembagian hasil asi-
tinggi tanaman bayam hijau dapat milasi lebih banyak ke daun dan
dilihat pada Grafik 2 dan Gambar akar dibandingkan dengan bagian
2. Berdasarkan hasil analisis data batang. Selain faktor eksternal, per-
pada penelitian yang kedua tambahan tinggi tanaman juga di-
menunjukkan bahwa perbedaan pengaruhi oleh faktor genetik, di-
konsentrasi fosfor berpengaruh mana varietas tanaman yang sama
terhadap tinggi tanaman bayam akan menunjukkan pertumbuhan
hijau. Dari pengukuran hari ke-8 tinggi yang cenderung sama (Yetti
(P=0,0862) sampai pengukuran ke- dan Ardian, 2010).
20 (P= 0.7235), tinggi tanaman
35 P= 0,0001
33 P= 0,0001
Rata-rata tinggi tanaman (cm)
31
29 P= 0,0002
27 P= 0,0014
25 b b
23 P= 0.,7235 b a
21 P= 0,3556 b a a a
19 a
a
17 P= 0,2395 P= 0,4209 a
15
13 P= 0,0862
ns
11
9 ns a
7 ns ns ns
5
8 11 14 17 20 23 26 29 31
Hari Setelah Transfer
Grafik 2 :Perubahan Tinggi Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-8 Sampai Hari Ke-31
Setelah Transfer
5
Perlakuan I (AB mix) Perlakuan II (AB Perlakuan III (AB
mix+12,6g SP-36) mix+16,2g SP-36)
6
20
Rata-rata panjang akar (cm)
P= 0,0003 P= 0,0001 P= 0,0001
16
P= 0,0002
12 P= 0,0936 P= 0,8255
P= 0,4495 P= 0,1343 P= 0,0777 a a
8 b
b b a b
4 ns ns b b c a
ns ns ns b
0
8 11 14 17 20 23 26 29 31
Hari Setelah Transfer
AB mix AB mix +12,6 g SP-36 AB mix +16,2 g SP-36
Grafik 3: Perubahan Panjang Akar Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-8 Sampai Hari
Ke-31 Setelah Transfer
Hasil analisis dengan ANOVA telah terbentuk akan mati dan ber-
yang berpengaruh nyata diikuti warna coklat jika unsur Ca tidak
dengan uji beda nyata Duncan’s terpenuhi. Sistem perakaran tanam-
untuk mengetahui perbedaan antara an pada penelitian ini menunjuk-
tiga perlakuan berupa perbedaan kan gejala yang serupa dapat dilihat
konsentrasi fosfor. Berdasarkan pada (Gambar 3) yaitu bagian akar
analisis Duncan’s diketahui bahwa berubah warna menjadi kecoklatan.
panjang akar tanaman pada peng- Rambut akar tanaman bayam hijau
ukuran hari ke-23 (P=0,0002) perlakuan II lebih banyak di-
sampai pengukuran hari ke-31 bandingkan rambut akar tanaman
(P=0,0001) yang diberi AB mix bayam hijau pada perlakuan I dan
ditambah 12,6g SP-36 fosfor III. Rambut akar tanaman pada
cenderung lebih tinggi secara nyata perlakuan I dan III menjadi lunak,
dibandingkan dengan tinggi tanam- mudah patah dan akhirnya mati,
an bayam hijau yang diberi AB mix sehingga panjang akar menjadi
ditambah 16,2g SP-36 dan AB mix berkurang. Sedangkan akar yang
tanpa ditambah SP-36. sehat menurut Resh dalam
Lingga (2007) menyatakan (Wachjar dan Rizkiana, 2013) yaitu
bahwa pertumbuhan ujung akar dan berwarna putih dan berserat
pembentukan rambut-rambut akar banyak. Akar yang berwarna coklat
akan terhenti serta bagian yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya
7
kadar oksigen secara optimal di- pengaruh nyata terhadap kadar klo-
dalam sistem hdroponik super mini rofil pada pengukuran hari ke-18
sehingga pertumbuhan akar akan sampai pengukuran hari ke-27
terganggu dan mempengaruhi pe- (Grafik 4). Pada pengukuran hari
nyerapan air dan hara yang diberi- ke-18 (P=0,1377) sampai peng-
kan (Garner dalam Wachjar dan ukuran hari ke-27 (P=0,0983) tidak
Rizkiana, 2013). Rambut akar baru berbeda nyata (ns) ketika diuji pada
banyak tumbuh didekat pangkal α=0,05. Pada pengukuran hari ke-
batang dengan jumlah lebih sedikit 29 (P=0,0349) dan pengukuran hari
dan tidak terlalu panjang, namun ke-31 (P=0,0295) berbeda nyata.
lebih tebal dan keras. Menurut Pada saat penelitian ini terjadi
Hairiah,et.al. (1995) dangkalnya pada musim kemarau yang tinggi
sistem perakaran tanaman terjadi (34°C) sehingga suhu yang tinggi
karena adanya respon lokal dari dapat mendenaturasi protein yang
akar tanaman yang memilih tempat melindungi klorofil sehingga klo-
tumbuh yang menguntungkan atau rofil menjadi tidak stabil. Kondisi
sebagai upaya menghindari tempat ter-sebut menyebabkan Mg sebagai
yang beracun di lapisan bawahnya. komponen utama penyusun klorofil
Pemberian konsentrasi yang menjadi mudah terlepas sehingga
tinggi juga dapat merusak akar mempengaruhi proses sintesis klo-
karena akar tanaman mengalami rofil (Andarwulan dan Faradilla,
plasmolisis. Pada larutan yang ber- 2012). Menurut Lingga (2007)
konsentrasi tinggi, larutan tersebut unsur Magnesium (Mg) merupakan
menjadi pekat sehingga sel akar ke- unsur penting dalam pembentukan
hilangan turgornya. Apabila hijau daun atau klorofil. Ter-
volume kandungan sel dalam akar hambatnya pembentu-kan klorofil
tanaman terus berkurang, maka juga disebabkan oleh karena ber-
dapat menyebabkan terjadinya plas- kurangnya kadar air dalam tanaman
molisis (Nathania, dkk., 2012). yang dapat mempercepat
Menurut Salisburry dan Ross perombakan (dekomposisi) klorofil
(1995) plasmolisis yang terus- pada tanaman (Riyono, 2007).
menerus dapat mengakibatkan ke- Hasil analisis dengan ANOVA
rusakan jaringan fisiologis sehingga yang berpengaruh nyata diikuti
tidak dapat menjalankan fungsinya dengan uji beda nyata Duncan’s
dengan baik yaitu menyerap unsur untuk mengetahui perbedaan antara
hara dan air, selanjutnya men- tiga perlakuan berupa perbedaan
translokasikan ke bagian-bagian konsentrasi fosfor. Pada peng-
tanaman yang membutuhkan seperti ukuran hari ke-29 sampai peng-
batang dan daun. Hal ini akan ber- ukuran hari ke-31, kadar klorofil
dampak terhadap proses meta- bayam hijau dengan pemberian AB
bolisme dan akhirnya menurunkan mix dengan ditambah 12,6g SP-36
laju fotosintesis. cenderung lebih tinggi secara nyata
dibandingkan dengan kadar klorofil
Kadar Klorofil tanaman bayam hijau yang diberi
Berdasarkan hasil analisis data AB mix ditambah 16,2g SP-36 dan
menunjukkan bahwa perbedaan AB mix tanpa diberikan fosfor.
konsentrasi fosfor tidak ber-
8
30
P= 0,0349 P= 0.0295
P= 0,1363 P= 0.1762
25
rata-rata kadar klorofil
P= 0,0983
P= 0,1377
20 a
a a b
ns b a b
15
ns ns b
ns
10
0
18 21 24 27 30 31
Hari Setelah Transfer
AB mix AB mix +12,6 g SP-36 AB mix+16,2 g SP-36
Grafik 4: Perubahan Kadar Klorofil Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-18 Sampai
Hari Ke-31 Setelah Transfer
Grafik 5: Berat Basah Batang dan Daun Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-31 Setelah
Transfer
9
Grafik 6: Berat Basah Akar Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-31 Setelah Transfer
Grafik 7: Berat Kering Batang dan Daun Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-34
Setelah Transfer
10
Grafik 8: Berat Kering Akar Tanaman Bayam Hijau Hari Ke-34 Setelah Transfer
11
different levels of P supply. Plant Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. (1995).
Soil 1 (1): 77-81. Fisiologi Tumbuhan. (Jilid 3).
Bandung: ITB Press.
Karsono, S., Sudarmodjo, Sutiyoso, Y.
(2002). Hidroponik Skala Rumah Syahruddin. (2011). Respon Tanaman
Tangga. Jakarta: Agromedia Seledri (Apium gravelus L)
Pustaka. terhadap Pemberian Beberapa
Macam Pupuk Daun pada Tiga
Liferdi, L. (2010). Efek Pemberian Jenis Tanah. Jurnal AGRI PEAT.
Fosfor terhadap Pertumbuhan dan 12 (1).
Status Hara pada Bibit Manggis.
J.Hort. 20 (1): 18-26. Wachjar, A. dan Rizkiana, A.
(2013).Peningkatan Produktivitas
Lingga, P. (2007). Hidroponik Bercocok dan Efesiensi Konsumsi Air
tanam tanpa tanah. (Edisi revisi). Tanaman Bayam (Amaranthus
Jakarta: Penebar Swadaya. tricolor L.) pada Teknik Hidro-
ponik melalui Pengaturan
Nathania, B., Sukewijaya, I.M., dan Populasi Tanaman. Jurnal Bul.
Sutari, N.W.S. (2012). Pengaruh Argrohorti 1 (1): 127-134.
Aplikasi Biourin Gajah terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wasonowati, C. (2011). Meningkatkan
Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Pertumbuhan Tanaman Tomat
E-Jurnal Agro-teknologi Tropika. (Lycopersicon esculentum)
1 (1): 72-85. dengan Sistem Budidaya Hidro-
ponik. AGRO-VIGOR. 4 (1).
Nazaruddin. (1993). Budidaya dan
Pengaturan Panen Sayuran Winata, R. (2011). Studi Hara dan
Dataran Rendah. (Cetakan ke- 7). Sistem Hidroponik untuk per-
Jakarta: Penebar Swadaya. tumbuhan Selada (Lactuca sativa)
serta Implementasinya dalam Pem-
Novriani. (2010). Alternatif Pe- buatan Multimedia Powerpoint
ngelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Interaktif pada Sub materi Pe-
pada Budidaya Jagung. Agrono- ngaruh Faktor Eksternal terhadap
bisnis. 2 (3): 42-49. Pertumbuhan Tumbuhan di Kelas
XII SMA. (Skripsi). Pontianak:
Rukmana, R. (1994). Bayam: Bertanam Universitas Tanjungpura, Fakultas
& Pengolahan Pasca Panen. Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Yetti, H dan Ardian. (2010). Pengaruh
Riyono, S.H. (2007). Beberapa Sifat Penggunaan Jarak Tanam terhadap
Umum dari Klorofil Fitoplankton. Pertumbuhan dan Produksi Padi
Oseana. XXXII (1): 23-31. Sawah (Oryza sativa L.) Varietas
IR 42 dengan Metode SRI (System
Of Rice Intensification). jurnal
SAGU. 9 (1):21-27.
12