Anda di halaman 1dari 24

RUMAH SAKIT “RAUDHAH”

Alamat : Jl. Lintas Sumatera Km. 1 Bukit Aur Bangko


Kabupaten Merangin - Propinsi Jambi
Telp/Fax.(0746) 322834 E-mail: rs.raudhah_bko@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH


NOMOR: HPKII/SK-Dir/RSR/VI/2016

TENTANG

KEBIJAKAN ASESMEN MANAJEMEN NYERI

DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH BANGKO

Menimbang :
a. Bahwa asesmen manajemen nyeri di rumah sakit, maka diperlukan asesmen manajemen
nyeri yang terkait pelayanan Rumah Sakit;
b. Bahwa agar asesmen manajemen nyeri terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Raudhah Bangko
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Raudhah Bangko

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Permenkes Nomor 56 tahun 2012 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit
4. Permenkes Nomor: 290/2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran.
5. Permenkes Nomor: 1691/2011,tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor PP 10/1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran.
7. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2008

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH BANGKO


NOMOR HPKII/SK-Dir/RSR/VI/2016” TENTANG ASESMEN
MANAJEMEN NYERI

Kedua : Kebijakan asesmen manajemen nyeri di Rumah Sakit Raudhah Bangko


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan asesmen manajemen nyeri dilaksanakan oleh
Direktur Rumah Sakit Raudhah Bangko

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :Bangko
Pada tanggal :01 Juni 2016

Direktur,
Rumah Sakit Raudhah Bangko

dr. Mirnawati
NIK. 150201523171189
Lampiran
Peraturan Direktur RS Raudhah
Nomor : / SK-Dir/RSR/VI/2016
Tanggal : 01 Juni 2016

KEBIJAKAN UMUM:
1. Asesmen manajemen nyeri adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
rumah sakit dan berorientasi kepada pelayanan yang berkualitas dan mengutamakan
keselamatan pasien;
2. Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen yang sesuai manajemen nyeri yang
tepat;
3. Nyeri merupakan bagian yang umum dari pengalaman pasien, dan nyeri yang tidak
berkurang menimbulkan dampak yang tidak diharapkan kepada pasien secara fisik
maupun psikologis;
4. Respon pasien terhadap nyeri seringkali berada dalam konteks norma sosial dan tradisi
keagamaan, maka pasien didorong dan didukung melaporkan rasa nyeri;
5. Proses pelayanan rumah sakit mengakui dan menggambarkan hak pasien dalam asesmen
dan managemen nyeri yang sesuai.

KEBIJAKAN KHUSUS:
1. Rumah sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara asesmen manajemen
nyeri
2. Staf rumah sakit memahami pengaruh pribadi, budaya dan sosial pada hak pasien untuk
melaporkan rasa nyeri, serta pemeriksaan dan pengelolaan nyeri secara akurat

Direktur,
Rumah Sakit Raudhah Bangko

dr. Mirnawati

NIK. 150201523171189
RS RAUDHAH
ASESSMEN NYERI DENGAN NUMERIC RATING SCALE

No. Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No. Revisi Halaman 1/2

Ditetapkan Direktur
Tanggal 01 Juni 2016
Tanggal Terbit
01 Juni 2016
SPO
dr. Mirnawati
NIK.150201523171189
Pengertian Asessmen nyeri yang dilakukan pada klien dewasa dan anak berusia
>18 tahun yang dapat menggunakan angka untuk membagikan
intensitas nyeri yang dirasakan.
Tujuan Untuk menilai nyeri yang dirasakan klien sehingga klien
mendapatkan manajemen nyeri sesuai yang dirasakan klien.
Kebijakan tentang assessment nyeri dengan numeric rating scale No: /SK-
Dir/RSR/VI/2016

Prosedur Kerja 1. Persiapan Alat


Formulir Nyeri
Gambar Skala nyeri Numeric rating scala
2. Kriteria Pelaksanaan
2.1 mencuci tangan
2.2 Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2.3 Menciptakan lingkungan yang nyaman
2.4 menjelaskan pada pasien cara penilaian nyeri dengan angka
2.5 meminta pada pasien menunjuk angka sesuai nyeri yang
dirasakan yang dilambangkan dengan angka antara 0-10

Nilai skala nyeri


0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan ( sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4-6 = nyeri sedang( mengganggu nyata terhadap aktivitas)
7-10 = nyeri berat( tidak dapat melakukan aktivitas)

2.6 Memberikan penilaian tentang nyeri pasien termasuk tidak


nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat.
RS RAUDHAH
ASESMENT NYERI DENGAN NUMERIC RATING SCALE

No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No.Revisi Halaman 2/2

ProsedurKerja 2.7 Memberikan manajemen nyeri pada pasien sesuai skala nyeri
yang dirasakan pasien
2.8 Mencuci tangan setelah dari ruanagan pasien
2.9 Mendokumentasikan

Unit terkait - IGD


- Ruang rawat inap
- ICU
RS RAUDHAH
ASESSMEN NYERI DENGAN WONG BAKER
FACE SPAIN SCALE
No,Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No.Revisi Halaman 1/2

Ditetapkan Direktur
Tanggal 01 Juni 2016
SPO TanggalTerbit
01 Juni 2016
dr. Mirnawati
NIK.150201523171189
Pengertian Asesment nyeri pada pasien dewasa dan anak yang berusia lebih dari
6 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan
angka
Tujuan Untuk menilai nyeri yang dirasakan klien sehingga klien
mendapatkan manajemen nyeri sesuai yang dirasakan klien.
Kebijakan tentang assessment nyeri dengan wong baker spain scale No:
/SK-Dir/RSR/VI/2016

ProsedurKerja 1. Persiapan Alat


Formulir Nyeri
Gambar Skala nyeri Wong Baker Faces Pain Scale
2. Kriteria Pelaksanaan
2.1 Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2.2 Menciptakan lingkungan yang nyaman
2.3 menjelaskan pada pasien cara penilaian nyeri dengan angka
2.4 meminta pada pasien menunjuk ganbar sesuai nyeri yang
dirasakan

2.5 Petugas menjelaskan tentang gambar tersebut


0 – 1 = tidak merasa nyeri sama sekali
2 – 3 =sedikit nyeri
4 – 5 = cukup nyeri
6 – 7 = lumayan nyeri
8 – 9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
2.6Memberikan penilaian tentang nyeri pasien termasuk tidak
nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat.
RS RAUDHAH
ASESSMEN NYERI DENGAN WONG BAKER
FACE SPAIN SCALE
No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No.Revisi Halaman 2/2

Prosedur Kerja 2.7 Memberikan manajemen nyeri pada pasien sesuai skala nyeri
yang dirasakan pasien
2.8 Mencuci tangan setelah dari ruanagan pasien
2.9 Mendokumentasikan
Unit terkait - IGD
- Ruang rawat inap
- ICU
RS RAUDHAH
MANAJEMEN NYERI

No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No.Revisi Halaman 1/2

Ditetapkan Direktur
Tanggal 01 Juni 2016
SPO TanggalTerbit
01 Juni 2016
dr. Mirnawati
NIK.150201523171189
Pengertian Nyeri adalah adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi,
atau pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah
terjadi kerusakan jaringan.(International Association forthe Study of
Pain)
Tujuan Agar nyeri yang dirasakan pasien hilang atau berkurang setelah
dilakukan tindakan assessment nyeri dan setelah dilakukan
manajemen nyeri pada pasien sehingga pasien merasa nyaman
Kebijakan Tentang manajemen nyeri No: /SK-Dir/RSR/VI/2016

ProsedurKerja 1. Persiapan Alat


Formulir Nyeri
2. Kriteria Pelaksanaan
2.1 Cuci tangan
2.2 Menjalin komunikasi efektif
2.3 Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
2.4 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
2.5 Mengkaji skala nyeri dengan PQRST
2.6 Mengasesmen nyeri pada pasien sampai dengan nyeri ringan
Jika pasien mengalami nyeri sedang:
1. Memotivasi pasien untuk mika/miki bertahap (untuk pasien
Post operasi)
2. Menganjurkan pasien banyak minum
3. Mengajarkan pasien tehnik relaksasi dengan nafas dalam
4. Memberikan buli-buli panas untuk kompres pada daerah
nyeri jika memungkinkan
5. Melaporkan pada DPJP dengan menggunakan metode SBAR
Memberikan terapi pada pasien sesuai dengan advice DPJP
6. Menganjurkan pasien istirahat
RS RAUDHAH
MANAJEMEN NYERI

No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/201 No.Revisi Halaman1/2
6

Prosedur Kerja Jika skala nyeri pasien berat ;


1. Melaporkan pada DPJP dengan menggunakan metode
SBAR
2. Memberikan terapi pada pasien sesuai dengan advice DPJP
3. Menganjurkan pasien untuk istirahat
2.7 Mencuci tangan setelah tindakan pada pasien
2.8 Melakukan Asessmen ulang nyeri

Unit terkait - IGD


- ICU
- Ruang rawat inap
RS RAUDHAH SPO TEHNIK RELAKSASI

No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/201 No.Revisi Halaman 1/1
6

Ditetapkan Direktur
Tanggal 01 Juni 2016
PROSEDUR TanggalTerbit
TETAP 01 juni 2016
dr. Mirnawati
NIK.150201523171189
Pengertian Tekhnik relaksasi adalah suatu tekhnik merilekskan ketegangan otot
yang dapat menunjang nyeri
Tujuan Untuk meningkatkan ventilasi al veoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi
stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan
Kebijakan tentang SPO tekhnik relaksasi No: /SK-Dir/RSR/VI/2016

ProsedurKerja 1 Persiapan Alat


Lembar Dokumentasi
2. Kriteria Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Menjalin komunikasi efektif
3) Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
5) Atur posisi pasien
6) Menganjurkan pasien menarik nafas dalam dari hidung dan
mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3
Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
7) Menganjurkan pasien bernafas dengan normal tigakali
8) Menganjurkan pasien menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
9) Usahakan pasien agar tetap konsentrasi
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
11) Evaluasi kembali pada pasien
12) Menganjurkan pasien untuk mengulanginya
13) Cuci tangan
14) Mendokumentasikan
Unit terkait - IGD
- Ruang Rawat inap
- ICU
PEMASANGAN BULI-BULI PANAS

No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No.Revisi Halaman 1/2

Ditetapkan Direktur
Tanggal 01 Juni 2016
PROSEDUR Tanggal Terbit
TETAP 01 Juni 2016
dr. Mirnawati
NIK.150201523171189
Pengertian Memberikan kompres panas kering dengan menggunakan buli-buli
panas
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Merangsang peristaltic
Kebijakan Tentang pemasangan buli-buli No: /SK-Dir/RSR/VI/2016

ProsedurKerja 1. Kriteria Persiapan Alat


Buli-buli Panas

2. Kriteria Pelaksanaan
1.1 Mencuci tangan
1.2 Melakukan pemanasan pendahuluan pada buli-buli
Panas dengan cara: mengisibuli-buli dengan air panas,
mengencangkan penutupnya, kemudian membalik posisi
buli-buli berulang kali lalu dikosongkan isinya
1.3 Mengisibuli-buli dengan air panas: ½-¾ dan mengukur suhu
air yang diinginkan (50-60 derajat)
1.4 Menutup dengan rapat dan membalik kepala buli-buli di
bawah untuk meyakinkan bahwa air tidak tumpah
1.5 Mengeringkan buli-buli panas dengan lap kerja agar tidak
basah
1.6 Meletakkan buli-buli panas pada bagian tubuh yang akan
dipasang buli-buli panas dengan pengalas di atas daerah
yang akan di pasang buli-buli panas
1.7 Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui kelainan
yang timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli
panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran
1.8 Ganti buli-buli panas setelah 30 menit dipasang dengan air
panas lagi, sesuai yang dikehendaki
1.9 Bereskan alat-alat bila sudah selesai
PEMASANGAN BULI-BULI PANAS

No.Dokumen
/HPKII/RSR/VI/2016 No.Revisi Halaman 2/2

1.10 Mencuci tangan


1.11 Dokumentasikan

Unit terkait - IGD


- ICU
- Ruang Perawatan
RUMAH SAKIT “RAUDHAH”
Alamat : Jl. Lintas Sumatera Km. 1 Bukit Aur Bangko
Kabupaten Merangin - Propinsi Jambi
Telp/Fax.(0746) 322834 E-mail: rs.raudhah_bko@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH BANGKO


NOMOR: HPKII /SK-Dir/RSR/VI/2016

TENTANG

KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN MANAJEMEN NYERI

DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH BANGKO

Menimbang :
a. Bahwa upaya mengelola nyeri, maka diperlukan panduan manajemen nyeri di Rumah
Sakit;
b. Bahwa agar panduan manajemen nyeri terlaksana dengan baik, perlu kebijakan Direktur
Rumah Sakit Raudhah Bangko
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Raudhah Bangko

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Permenkes Nomor 56 tahun 2012 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
4. Permenkes Nomor: 290/2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran.
5. Permenkes Nomor: 1691/2011,tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2008
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RAUDHAH BANGKO


NOMOR: HPKII /SK-Dir/RSR/VI/2016
TENTANG PANDUAN MANAJEMEN NYERI

Kedua : Kebijakan panduan manajemen nyeri di Rumah Sakit Raudhah Bangko


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan panduan manajemen nyeri dilaksanakan oleh


Direktur Rumah Sakit Raudhah Bangko

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :Bangko
Pada tanggal :01 Juni 2016

Direktur,
Rumah Sakit Raudhah Bangko

Dr. Mirnawati
NIK. 150201523171189
BAB I
DEFENISI

1.1 Definisi
1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya
kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman
sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah terjadi kerusakan
jaringan. (International Association for the Study of Pain)
2. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas,
memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau
penyakit.
3. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama.
Nyeri kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses
penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.

1.2 Tujuan
Panduan manajemen nyeri ini disusun dengan tujuan adanya standarisasi
dalam asesmen dan manajemen nyeri di RS RAUDHAH sehingga kualitas
layanan kesehatan khususnya pelayanan nyeri di RS RAUDHAH semakin
baik.
BAB II
RUANGLINGKUP

2.1 Ruang lingkup

Ruang lingkup pelayanan nyeri meliputi pelayanan bagi pasien di Unit


Gawat Darurat, Unit Rawat Inap, ICU dan Rawat jalan. Untuk dapat berhasil
memberikan manajemen nyeri staf RS RAUDHAH harus memiliki
kemampuan dalam mengassesmen nyeri yang dialami pasien sehingga dapat
menghormati dan mendukung hak pasien dalam menejemen nyeri yang sesuai
danbaik.
BAB III TATA LAKSANA

1. Lakukan assessment nyeri mulai dari anamnesis yang terdapat pada assessment awal
keperawatan, adapun assessment nyeri yang terdapat di RS Raudhah sebagai berikut :
a. Asesmen nyeri dengan Numeric Rating Scale
Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia ≥18 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0– 10.
 0 = tidak nyeri
 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)3

b. Asesmen Nyeri dengan Wong Baker FACES Pain Scale


1. Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak ≥ 6 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka
2. Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling
sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
0 -1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2 – 3 =sedikit nyeri
4 – 5 = cukup nyeri
6 – 7= lumayan nyeri
8 – 9 = sangat nyeri
10= amat sangat nyeri (tak tertahankan)
Wong Baker FACES Pain Scale

c. Asesmen nyeri dengan FLACC


Untuk balita usia < 6 tahun dan perlu dilakukan metode observasi. Alat
ukur yang direkomendasikan untuk tujuan ini adalah FLACC. Singkatan itu
terdiri atas Face (wajah) ,Legs (tungkai) ,Arms (lengan), Cry (tangisan),
dan Consolability, dimana setiap poin diberi nilai 0 sampai 2 yang nantinya
dijumlah dari poin 0 hingga 10.

Kriteria Skor
0 1 2
Faces ( wajah) Tersenyum / tidak ada Terkadang meringis Sering menggetarkan dagu
ekpresi khusus /menarik diri dan menutup rahang

Legs (kaki) Gerakan normal / Tidak tenang / tegang Kaki dibuat menendang /
relaksasi menarik diri
Activity ( aktivitas) Tidur, posisi normal, Gerakan Melengkungkan
mudah bergerak menggeliat , punggung/kaku/menghentak
berguling,
kaku
Cry ( tangis) Tidak nangis Mengerang Menangis terus menerus,
(bangun/tidur) merengek-merengek terhisak, menjerit

Consolability Bersuara normal, Tenang bila dipeluk, Sulit untuk menenangkan


(bersuara) tenang digendong atau
diajak bicara
Nilai Nyeri :
0 = Tidak nyeri 1-3 =Nyeri ringan 4-
6=nyeri sedang 7-10 berat sekali
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi
sedasi sedang, asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat
pasien menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal
akan rasa nyeri.
a.

d. Penilaian nyeri berdasarkan PQRST


o Paliatif, apakira-kira penyebab timbul nyeri (ruda paksa, /
benturan, penyayatan, dll.)
o Quantitas, seberapa berat keluhan terasa, bagaimana rasanya
dan seberapa sering terjadinya(seperti tertusuk, tertekan, di
iris iris, dll)
o Regio, Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan /
ditemukan,apakahmenyebar kedaerah lain.
o Skala, skala keparahan atau intensitas nyeri (dihitung dari
Numeric Rating scale, wong baker faces pain scale, FLACC)
o Timing, kapan keluhan nyeri tersebut mulai dirasakan,
seberapa sering keluhan nyeri dirasakan, apakah terjadi
secara mendadak atau bertahap, akut atau kronis.

Nyeri ada dalam tiga bagian, yaitu nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri
berat. Biasanya pada pasien nyeri ringan penatalaksanaan yang biasa
digunakan dengan cara tehnik relaksasi. Namun pada pasien yang
mengalami nyeri sedang sampai berat, selain dengan tekhnik relaksasi
hendaknya segera dilaporkan pada Dokter Penanggung jawab pasien supaya
pasien mendapat obat analgetik untuk mengurangi nyeri.

Pemberian buli-buli hangat juga biasa diberikan pada pasien yang


mengalami nyeri. Setelah memberikan assessment pada pasien, perlu
dilakukan evaluasi atau mengasesment nyeri pasien, untuk melihat
perubahan nyeri yang dirasakan pasien.

2. Tatalaksana sesuai mekanisme nyerinya.


a. Farmakologi: gunakan Step-Ladder WHO
i. OAINS efektif untuk nyeri ringan-sedang,
ii. Opioid efektif untuk nyeri sedang-berat.
iii. Mulailah dengan pemberian OAINS / opioid lemah (langkah1dan
2) dengan pemberian intermiten (pro renata-prn) opioid kuat
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
iv. Jika pasien memiliki kontra indikasi absolute OAINS, dapat
diberikan opioid ringan.
Oains adalah obat anti inflamasi non steroid
Analgetik yang tergolong dalam oains terdiri dari :
1. Asam mefenamat
 Dosis 500 mg
 Cara pemberian 3xsehari
2. Mefinal
 Dosis 500 mg
 Cara pemberian 3xsehari
3. Diklofenak
 Dosis 25 dan 50 mg
 Cara pemberian 2xsehari
4. Ibu profen
 Dosis 200 dan 400 mg
 Cara pemberian 3xsehari
5. Meloxicam
 Dosis 7,5 dan 15 mg
 Cara pemberian 1xsehari

6. Rhemacox
 Dosis 15 mg
 Cara pemberian 3xsehari
7. Recolfar
 Dosis 0,5 mg
 Cara pemberian 3xsehari
8. Paracetamol
 Dosis 500 mg
 Cara pemberian 3xsehari
9. Ketorolac inj
 Dosis 10 dan 30 mg
 Cara pemberian 3xsehari
10. Ketoprofen suppost
 Dosis 100 mg
 Cara pemberian 1xsehari
11. Meloxicam suppost
 Dosis 15 mg
 Cara pemberian 1xsehari
Analgetik tergolong dalam opioid
1) Petidin
2) Morpin

 Dosis Epidural, Injeksi: 10 mg/mL, 15 mg/1.5 mL.


3) Pentanil
4) Tramadol
 Dosis Tiap kapsul mengandungTramadol Hidroklorida 50 mg
3.3 Manajemen Nyeri Pada Pediatrik
1. Prevalensi nyeri yang sering dialami oleh anak adalah: sakit kepala kronik, trauma, sakit
perut dan faktor psikologi
2. Sistem nosiseptif pada anak dapat memberikan respons yang berbeda terhadap kerusakan
jaringan yang sama atau sederajat.
3. Neonates lebih sensitif terhadap stimulus nyeri
4. Berikut adalah algoritma manajemen nyeri mendasar pada pediatrik:

Algoritma Manajemen Nyeri Mendasar Pada Pediatrik10


1. Asesmen nyeri pada anak

 Nilai karakteristik nyeri


 Lakukan pemeriksaan medis dan penunjang yang sesuai
 Evaluasi kemungkinan adanya keterlibatan mekanisme nosiseptif
dan neuropatik
 Kajilah factor yang mempengaruhi nyeri pada anak

2. Diagnosis penyebab primer dan sekunder

 Komponen nosiseptif dan neuropatik yang ada saat ini


 Kumpulkan gejala-gejala fisik yang ada
 Pikirkan factor emosional, kognitif, dan perilaku

3. Pilihterapi yang sesuai

Obat Non-obat

 Analgesik  Kognitif
 Analgesik adjuvant  Fisik
 anestesi  perilaku

4. Implementasi rencana manajemen nyeri


 Berikan umpan balik mengenai penyebab dan faktor yang mempengaruhi nyeri kepada orang tua (dan anak)
 Berikan rencana manajemen yang rasional dan terintegrasi
 Asesmen ulang nyeri pada anak secara rutin
 Evaluasi efektifitas rencana manajemen nyeri
 Revisi rencana jika diperlukan

a. Berikut adalah tabel obat-obatan non-opioid yang sering digunakan untuk


anak:

Obat-obatan non-opioid
Obat Dosis Keterangan
Parasetamol 10-15 mg / kg BB oral, Efek anti inflamasi kecil, efek
setiap 4-6 jam gastrointestinal dan hematologi minimal

Ibuprofen 5-10 mg / kg BB oral, Efek anti inflamasi. Hati-hati pada pasien


setiap 6-8 jam dengan gangguan hepar / renal, riwayat
perdarahan gastrointestinal atau hipertensi.

Naproksen 10-20 mg / kg BB / hari Efek anti inflamasi. Hati-hati pada


oral, terbagi dalam 2 pasien dengan disfungsi renal. Dosis
dosis maksimal1g/hari.

Diklofenak 1 mg / kg BB oral, setiap Efek anti inflamasi. Efek samping sama


8-12 jam dengan ibuprofen dan naproksen. Dosis
maksimal 50 mg/kali.
BAB IV
DOKUMENTASI

4.1 SPO Asesment Nyeri Dengan Numeric Rating Scale

4.2 SPO Asessmen Nyeri Dengan Wong Baker Faces Pain Scale

4.3 SPO Manajemen Nyeri

4.4 SPO Melakukan Tehnik Rileksasi

4.5 SPO Pemberian Buli-Buli Panas

4.6 Formulir Asesmen Nyeri Awal / Ulang

Anda mungkin juga menyukai