K
K
Berdasarkan Etiologi
a. Nyeri Nociceptive
Nyeri yang disebabkan adanya stimuli berbahaya (noxious) yang dideteksi oleh
nociceptor di seluruh tubuh. Nyeri jenis ini dibagi menjadi dua, yaitu ;
a. Viseral (organ dalam)
b. Somatik (bagian permukaan tubuh, meliputi kulit,muskuloskeletal, sendi,
ligamentum, dan tulang)
b. Nyeri Neuropathic
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan serabut saraf (perifer atau sentral). Pada nyeri
jenis ini, nociceptor tetap mengirimkan impuls dengan ataupun tanpa adanya input
nyeri. Contohnya pada penyakit diabetes, infeksi tertentu.
Pemeriksaan fisik :
o Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda vital :
o Kesadaran : compos mentis
o Tekanan darah : 110/70 mmHg
o Frekuensi nadi : 126/menit ( normal : 60-80)
o Frekuensi napas : 20x / menit (normal : 16-24)
o Suhu : 37 C
o VAS 8
Mitha mengalami nyeri perut. Stimulus nyeri bisa berupa mekanik( regangan) atau kimiawi
yang menyebabkan gangguan atau cedera pada jaringan. Jaringan yang cedera akan
mengeluarkan zat-zat kimia pemicu radang. Respon peradangan meliputi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan migrasi cairan, protein, dan sel darah putih (leukosit).
Takikardi adalah respon tubuh untuk membantu sel darah putih untuk cepat datang ke lokasi
jaringan yang cedera.
2. VAS : Nyeri hebat (severe)
Nociceptor mempunyai batas ambang yang berbeda-beda dalam pengaktifan receptor. Namun
adanya bahan-bahan kimia (respon jaringan yang rusak ) menurunkan threshold (batas
ambang) pengaktifan receptor. Sehingga terjadi rasa nyeri.
Jaringan yang cedera akan mengeluarkan bahan-bahan kimia seperti,
a. Bradikinin (umumnya)
b. Prostaglandin
c. Histamin
d. Serotonin
e. Ion H+, K+
Karakteristik nyeri
1. Nyeri cepat
Disalurkan oleh serat A-delta halus bermyelin
Terjadi pada stimulasi nosiseptor mekanis dan suhu
Sensasi tajam menusuk
Mudah diketahui lokalisasinya
Muncul pertama kali
2. Nyeri lambat
Disalurkan oleh serat C halus tidak bermyelin
Terjadi pada stimulasi nosiseptor polimodal
Sensasi tumpul, panas, pegal
Lokalisasi tidak jelas
Muncul berikutnya; menetap lebih lama; lebih tidak menyenangkan
Mekanisme timbul rasa nyeri (aspek biomolekuler nyeri)
Banyak struktur berperan dalam pemrosesan nyeri. Serat nyeri aferen primer, jalur
asendens di korda spinalis, dan daerah-daeah otak terlibat pada persepsi nyeri. Serat-serat
nyeri aferen primer bersinaps dengan antarneuron ordo-kedua spesifik di tanduk dorsal
korda spinalis. Sebagai respons terhadap potensial aksi yang dipicu oleh rangsangan,
serat-serat nyeri aferen mengeluarkan neurotransmitter yang memengaruhi neuron-neuron
berikutnya. Dua neurotransmitter yang paling banyak diketahui adalah Substansi P dan
glutamat.
Jalur-jalur nyeri asendens memiliki tujuan berbeda-beda di korteks, talamus, dan formasio
retikularis. Nyeri tetap dapat dirasakan tanpa adanya korteks, mungkin di tingkat talamus.
Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan
rangsangan yang merusak. Interkoneksi dari talamus dan formasio retikuaris ke
hipotalamus dan sistem limbik memicu respons perilaku dan emosi yang menyertai
pengalaman yang menimbulkan nyeri. (Sherwood)
Anamnesis nyeri
1. Kapan nyeri timbul? Apakah timbul bertahap atau mendadak?
2. Berdenyut, tajam, membakar, dan lain-lain?
3. Apakah nyeri terus-menerus atau hilang timbul? Apakah nyeri bersifat kolik
(bertambah dan berkurang dalam suatu siklus)?
4. Dimana letak nyeri? Apakah menjalar? Apakah menjalar ke punggung?
5. Apa yang memperberat atau memicu nyeri? (gerakan, postur, makan)
6. Adakah gejala penyerta (muntah, diare, refluks asam, nyeri punggung, sesak napas,
perdarahan gastrointestinal, disuria, atau hematuria)
Pemeriksaan fisik umum dan lokalis
1. Keadaan umum
a. Sakit berat/sedang/ringan
b. Habitus
Atletikus (ideal)
Astenikus (kurus)
Piknikus (gemuk ; berat badan berlebih)
c. Gizi (BB, TB, IMT)
d. Cara berjalan
2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis
Pasien sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang dirinyadan lingkungannya.
b. Apatis
Pasien bersikap tidak peduli, acuh tak acuh dan segan berhubungandengan orang dan
lingkungannya.
c. Somnolen
Pasien mengantuk dan cenderung untuk tertidur, masih dapatdibangunkan dengan
rangsangan dan mampu memberikan jawabansecara verbal namun mudah tertidur
kembali.
d. Delirium
Pasien gelisah, kebingungan, dapat diikuti dengan disorientasi,gangguan memori dan
agitasi.
e. Sopor/stupor
Kesadaran pasien hilang, hanya berbaring dengan mata tertutup, tidakmenunjukkan
reaksi bila dibangunkan kecuali dengan rangsang nyeri.
f. Koma
Kesadaran pasien hilang, tidak memberikan reaksi walaupun dengansemua rangsangan
dari luar termasuk rangsang nyeri. Pada koma yangdalam, semua refleks tidak
didapatkan.
3. Suhu
Tipe Febris
Kontinu : Demam sepanjang waktu
Intermiten : Demam diikuti periode dingin, suhu turun sampai normal , suhu
meningkat pada pagi hari, siang turun , sore naik , malam turun , dst.
Remiten : Periode panas diselingi dingin, tidak mencapai suhu normal
Hektik : Suhu turun sampai normal , ditemukan pada malrisa/demam
relapsing
Saddle back curve : Demam 1-4 hari,turun di hari ke-5, khas pada DBD
4. Tekanan Darah
Bunyi Korotkoff :
Bunyi Korotkoff I (tekanan sistolic)
Bunyi Korotkoff II
Bunyi Korotkoff III (lemah, bergemuruh)
Bunyi Korotkoff IV (mulai menghilang)
Bunyi Korotkoff V (tekanan diastolic)
5. Denyut Nadi
a. Frekuensi denyut nadi
Takikardia (pulsus frequent)
Bradikardia (pulsus rosus)
Bradikardia relatif
b. lrama denyut nadi
c. Besarnya pengisian nadi
d. Kualitas nadi
e. Tegangan permukaan nadi
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. Twelfth Edition. Asia:
Wiley
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga Medical
Series.
Improving Outcomes in Acute Pain Management: Optimizing Patient Selection: Neuropathic and
Nociceptive Pain. Retrieved by : http://www.medscape.org/viewarticle/489495_4
http://nba.uth.tmc.edu/neuroscience/s2/chapter06.html
http://projects.hsl.wisc.edu/GME/PainManagement/session2.4.html