Anda di halaman 1dari 8

KLASIFIKASI NYERI

Berdasarkan Etiologi
a. Nyeri Nociceptive
Nyeri yang disebabkan adanya stimuli berbahaya (noxious) yang dideteksi oleh
nociceptor di seluruh tubuh. Nyeri jenis ini dibagi menjadi dua, yaitu ;
a. Viseral (organ dalam)
b. Somatik (bagian permukaan tubuh, meliputi kulit,muskuloskeletal, sendi,
ligamentum, dan tulang)

b. Nyeri Neuropathic
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan serabut saraf (perifer atau sentral). Pada nyeri
jenis ini, nociceptor tetap mengirimkan impuls dengan ataupun tanpa adanya input
nyeri. Contohnya pada penyakit diabetes, infeksi tertentu.

Berdasarkan Onset (awitan)


a. Akut
Nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Bersifat mendadak.
b. Kronik
Nyeri berlangsung lebih dari 3 bulan. Bersifat hilang timbul atau terus menerus.

Berdasarkan lokasi nyeri perut


a. Visceral
Nyeri ketika serabut saraf tak bermyelin ( Serabut saraf C) pada dinding organ
abdomen yang berlubang (seperti usus, biliary tree ; hepar, kantung empedu, dan
saluran empedu, appendix) mengalami kontraksi paksa, distensi, atau peregangan.
Organ padat, sepert liver, juga bisa terasa nyeri jika kapsul serosa teregang.
Nyeri bersifat tumpul dan biasanya rasa nyeri berada di garis tengah (midline), yaitu
epigastrium, periumbilicum, dan midabdomen.
b. Parietal
Nyeri parietal berasal dari peradangan pada peritoneum parietal, disebut peritonitis.
Nyeri ini disebabkan iritasi pada serabut saraf bermyelin- yang menginervasi
peritoneum parietal (pelapis dinding abdomen anterior). Nyeri parietal lebih sakit dan
bisa dilokalisir organ yang terganggu. Biasanya nyeri ini makin parah jika bergerak
atau batuk. Oleh sebab itu, pasien lebih suka untuk diam (tidak banyak aktivitas)

c. Referred Pain (Nyeri Alih)


Nyeri yang dirasakan tubuh jauh dari sumber yang menyebabkan nyeri tersebut. Hal
ini terjadi karena innervasi pada level spinalis yang sama. Nyeri alih biasanya
berkembang dari nyeri awal yang menjadi lebih intens dan menyebar (radiate) atau
menjalar (travel) dari sumber awalnya (initial site). Nyeri biasanya terlokalisir.
 Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan lokalis dibawah? (abnormal)

Pemeriksaan fisik :
o Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Tanda vital :
o Kesadaran : compos mentis
o Tekanan darah : 110/70 mmHg
o Frekuensi nadi : 126/menit ( normal : 60-80)
o Frekuensi napas : 20x / menit (normal : 16-24)
o Suhu : 37 C
o VAS 8

Pemeriksaan lokalis : Nyeri tekan regio Mc Burney (+)


Jawab :
1. Frekuensi nadi : Takikardi

Mitha mengalami nyeri perut. Stimulus nyeri bisa berupa mekanik( regangan) atau kimiawi
yang menyebabkan gangguan atau cedera pada jaringan. Jaringan yang cedera akan
mengeluarkan zat-zat kimia pemicu radang. Respon peradangan meliputi peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan migrasi cairan, protein, dan sel darah putih (leukosit).
Takikardi adalah respon tubuh untuk membantu sel darah putih untuk cepat datang ke lokasi
jaringan yang cedera.
2. VAS : Nyeri hebat (severe)

3. Pemeriksaan lokalis : Nyeri tekan regio Mc Burney


(+)

Adanya nyeri tekan pada regio Mc Burney


mengindikasikan adanya appendicitis akut.
Titik McBurney adalah 1/3 lateral garis imajiner yang
menghubungkan Spina Iliaka Anterior Superior (SIAS)
dan umbilikuS
LEARNING ISSUE
Nyeri
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa
sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan.
Nociceptor (reseptor nyeri) merupakan ujung saraf bebas, terdapat di seluruh tubuh kecuali
otak.
Terdapat 3 kategori nociceptor :
1. Nociceptor mekanis (respons terhadap kerusakan mekanis ; sayatan, pukulan)
2. Nociceptor suhu ( respons terhadap suhu ekstrem, terutama panas)
3. Nociceptor polimodal ( respons sama kuat terhadap semua jenis rangsangan yang
merusak ; termasuk zat kimia iritan)

Nociceptor mempunyai batas ambang yang berbeda-beda dalam pengaktifan receptor. Namun
adanya bahan-bahan kimia (respon jaringan yang rusak ) menurunkan threshold (batas
ambang) pengaktifan receptor. Sehingga terjadi rasa nyeri.
Jaringan yang cedera akan mengeluarkan bahan-bahan kimia seperti,
a. Bradikinin (umumnya)
b. Prostaglandin
c. Histamin
d. Serotonin
e. Ion H+, K+

Karakteristik nyeri
1. Nyeri cepat
 Disalurkan oleh serat A-delta halus bermyelin
 Terjadi pada stimulasi nosiseptor mekanis dan suhu
 Sensasi tajam menusuk
 Mudah diketahui lokalisasinya
 Muncul pertama kali

2. Nyeri lambat
 Disalurkan oleh serat C halus tidak bermyelin
 Terjadi pada stimulasi nosiseptor polimodal
 Sensasi tumpul, panas, pegal
 Lokalisasi tidak jelas
 Muncul berikutnya; menetap lebih lama; lebih tidak menyenangkan
Mekanisme timbul rasa nyeri (aspek biomolekuler nyeri)

Banyak struktur berperan dalam pemrosesan nyeri. Serat nyeri aferen primer, jalur
asendens di korda spinalis, dan daerah-daeah otak terlibat pada persepsi nyeri. Serat-serat
nyeri aferen primer bersinaps dengan antarneuron ordo-kedua spesifik di tanduk dorsal
korda spinalis. Sebagai respons terhadap potensial aksi yang dipicu oleh rangsangan,
serat-serat nyeri aferen mengeluarkan neurotransmitter yang memengaruhi neuron-neuron
berikutnya. Dua neurotransmitter yang paling banyak diketahui adalah Substansi P dan
glutamat.
Jalur-jalur nyeri asendens memiliki tujuan berbeda-beda di korteks, talamus, dan formasio
retikularis. Nyeri tetap dapat dirasakan tanpa adanya korteks, mungkin di tingkat talamus.
Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan
rangsangan yang merusak. Interkoneksi dari talamus dan formasio retikuaris ke
hipotalamus dan sistem limbik memicu respons perilaku dan emosi yang menyertai
pengalaman yang menimbulkan nyeri. (Sherwood)

Anamnesis nyeri
1. Kapan nyeri timbul? Apakah timbul bertahap atau mendadak?
2. Berdenyut, tajam, membakar, dan lain-lain?
3. Apakah nyeri terus-menerus atau hilang timbul? Apakah nyeri bersifat kolik
(bertambah dan berkurang dalam suatu siklus)?
4. Dimana letak nyeri? Apakah menjalar? Apakah menjalar ke punggung?
5. Apa yang memperberat atau memicu nyeri? (gerakan, postur, makan)
6. Adakah gejala penyerta (muntah, diare, refluks asam, nyeri punggung, sesak napas,
perdarahan gastrointestinal, disuria, atau hematuria)
Pemeriksaan fisik umum dan lokalis
1. Keadaan umum
a. Sakit berat/sedang/ringan
b. Habitus
 Atletikus (ideal)
 Astenikus (kurus)
 Piknikus (gemuk ; berat badan berlebih)
c. Gizi (BB, TB, IMT)
d. Cara berjalan

2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis
Pasien sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang dirinyadan lingkungannya.
b. Apatis
Pasien bersikap tidak peduli, acuh tak acuh dan segan berhubungandengan orang dan
lingkungannya.
c. Somnolen
Pasien mengantuk dan cenderung untuk tertidur, masih dapatdibangunkan dengan
rangsangan dan mampu memberikan jawabansecara verbal namun mudah tertidur
kembali.
d. Delirium
Pasien gelisah, kebingungan, dapat diikuti dengan disorientasi,gangguan memori dan
agitasi.
e. Sopor/stupor
Kesadaran pasien hilang, hanya berbaring dengan mata tertutup, tidakmenunjukkan
reaksi bila dibangunkan kecuali dengan rangsang nyeri.
f. Koma
Kesadaran pasien hilang, tidak memberikan reaksi walaupun dengansemua rangsangan
dari luar termasuk rangsang nyeri. Pada koma yangdalam, semua refleks tidak
didapatkan.

3. Suhu

Normal : 36,5 – 37,5 ᴼC


Febris : > 37,5 ᴼC
 Subfebris : 37,5-38ᴼC
 Febris : 38-40ᴼC
 Hiperpireksia : > 40ᴼC

Tipe Febris
 Kontinu : Demam sepanjang waktu
 Intermiten : Demam diikuti periode dingin, suhu turun sampai normal , suhu
meningkat pada pagi hari, siang turun , sore naik , malam turun , dst.
 Remiten : Periode panas diselingi dingin, tidak mencapai suhu normal
 Hektik : Suhu turun sampai normal , ditemukan pada malrisa/demam
relapsing
 Saddle back curve : Demam 1-4 hari,turun di hari ke-5, khas pada DBD

4. Tekanan Darah

Bunyi Korotkoff :
 Bunyi Korotkoff I (tekanan sistolic)
 Bunyi Korotkoff II
 Bunyi Korotkoff III (lemah, bergemuruh)
 Bunyi Korotkoff IV (mulai menghilang)
 Bunyi Korotkoff V (tekanan diastolic)

5. Denyut Nadi
a. Frekuensi denyut nadi
 Takikardia (pulsus frequent)
 Bradikardia (pulsus rosus)
 Bradikardia relatif
b. lrama denyut nadi
c. Besarnya pengisian nadi
d. Kualitas nadi
e. Tegangan permukaan nadi

Laju Pernapasan (Respiratory rate)


1. Frekuensi pernapasan
 Bradipnea
 Takipnea
2. Sifat pernapasan
 Torakal, misalnya pada pasien dengan tumor dalam perut
 Abdominal, misalnya pada pasien PPOK
 Kombinasi(terbanyak)
3. lrama pernapasan

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. Twelfth Edition. Asia:
Wiley

Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga Medical
Series.

Glasgow, R. Abdominal pain, including the acute abdomen. Retrived by :


https://sites.ualberta.ca/~loewen/Medicine/GIM%20Residents%20Core%20Reading/ACUTE%20&%
20CHRONIC%20ABDO%20PAIN/abdopainacute.pdf

Improving Outcomes in Acute Pain Management: Optimizing Patient Selection: Neuropathic and
Nociceptive Pain. Retrieved by : http://www.medscape.org/viewarticle/489495_4
http://nba.uth.tmc.edu/neuroscience/s2/chapter06.html

http://projects.hsl.wisc.edu/GME/PainManagement/session2.4.html

Anda mungkin juga menyukai