Anda di halaman 1dari 3

BAB V

STUDI KASUS
Quality Assurance Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum”
Akreditasi / ISO 9001:2008 di rumah sakit
Salah satu bentuk pelaksanaan quality assurance rumah sakit adalah Akreditasi/ISO 9001:2008 di RS. Panti Wilasa
“Citarum”.
RS. Panti Wilasa "Citarum" saat ini telah memperoleh sertifikasi Akreditasi Tingkat Lanjut 12 bidang pelayanan dan
terus dipersiapkan untuk Akreditasi Tingkat Lengkap 16 bidang pelayanan.
RS. Panti Wilasa "Citarum" telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 untuk bidang layanan Farmasi, Radiologi
dan Laboratorium terhitung mulai tanggal 18 Mei 2005. Dan mulai tanggal 18 Mei 2009, sertifikasi ISO 9001:2008
telah diperoleh oleh rumah sakit ini.
Analisis :
Berdasarkan sertifikasai yang telah diperoleh oleh RS. Panti Wilasa "Citarum" , dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan quality assurance di rumah sakit tersebut sudah cukup baik. Berikut adalah proses akreditasi yang
dijalani rumah sakit untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008

1. 1. Akreditasi Rumah Sakit

Akreditasi Rumah Sakit yang dilakukan oleh RS. Panti Wilasa "Citarum" adalah suatu pengakuan yang diberikan
oleh pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar mutu yang ditentukan. Akreditasi pada
dasarnya adalah proses menilai RS sejauh mana telah menerapkan standar.

1. Standar Mutu

Standar akreditasi rumah sakit yang dilakukan terdiri dari elemen struktur, proses dan hasil (outcome). Struktur
adalah fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusia, sistem daya keuangan, peralatan medis dan non-medis,
AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, program, dan sebagainya. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari
staf/unit/bagian RS kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa RS tersebut. Hasil (outcome) adalah
perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status
kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien.

3. Persiapan Akreditasi
Persiapan Akreditasi yang dilakukan oleh rumah sakit dimulai dengan membentuk Pokja (Kelompok Kerja) untuk
masing-masing bidang pelayanan, misalnya: Pokja Yan Gawat Darurat, Pokja Yan Medis, Pokja Keperawatan, dsb.
Pokja-pokja ini akan mempersiapkan berbagai standar untuk diterapkan unit/bagiannya, mendorong penerapannya
dan kemudian melakukan penilaian, yang disebut sebagai self assessment.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen dari KARS. Instrumen ini terdapat pada satu buku yang
tersedia di KARS terjilid sekaligus untuk 16 pelayanan. Judul buku adalah Laporan Survei Akreditasi RS, utamanya
berisi Pedoman Khusus/Survei dari masing-masing pelayanan, pedoman ini tidak lain adalah instrumen yang
digunakan untuk menilai atau ”mengukur” sejauh mana RS sudah menerapkan standar. Pedoman khusus ini untuk
masing-masing pelayanan berisi tujuh standar, terdapat parameter yang masing-masing jumlahnya berbeda-beda,
kemudian ada skor, dan keterangan DO (Definisi Operasional) serta CP (Cara Pembuktian). Dianjurkan agar Pokja
mempelajari instrumen ini dengan cermat dan mencoba melakukan penilaian masing-masing pelayanannya.

1. Jenis Pelayanan yang Diakreditasi

Jenis pelayanan yang diakreditasi di RS. Panti Wilasa "Citarum" adalah (beserta jumlah parameternya):
Lima (5) Pelayanan:

1. Administrasi & Manajemen (24),


2. Pelayanan Medis (18),
3. Pelayanan Gawat Darurat (31),
4. Pelayanan Keperawatan (23),
5. Rekam Medis (16)

Dengan Total = 112 Parameter.


Duabelas (12) Pelayanan (Lima Pelayanan tersebut diatas) di tambah :

1. Pelayanan Farmasi (16),


2. Keselamatan Kerja, Kebakaran Kewaspadaan bencana-K3- (27),
3. Pelayanan Radiologi (18),
4. Pelayanan Laboratorium (23),
5. Pelayanan Kamar Operasi (25),
6. Pelayanan Pengendalian Infeksi ( 17),
7. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi (16),

Total untuk 12 pelayanan =254 parameter.


Enambelas (16) Pelayanan meliputi 12 pelayanan di atas ditambah :

1. Pelayananan Rehablitasi Medis (16),


2. Pelayanan Gizi (17),
3. Pelayanan Intensif (17),
4. Pelayanan Darah (15)

Untuk 16 pelayanan total =319 parameter.


Akreditasi pada sesuatu Rumah Sakit wajib dilakukan untuk lima pelayanan, disebut Akreditasi Tingkat Dasar yaitu
pelayanan nomor 1 s/d 5. Tiga tahun kemudian Rumah Sakit meningkatkan diri dan diakreditasi untuk 12 pelayanan,
disebut Akreditasi Tingkat Lanjut (pelayanan nomor 1 s/d 12). Dan tiga tahun kemudian RS dapat diakreditasi untuk
total 16 pelayanan (Akreditasi Tingkat Lengkap).
Bila upaya penerapan standar, perbaikan elemen-elemen standar struktur, proses dan hasil sudah cukup baik, yaitu
melalui Penilaian Self Assessment, misalnya nilai yang diperoleh sudah mencapai 80-85 %, maka sudah dapat
mengajukan permohonan untuk disurvei oleh KARS.

5. Akreditasi/ISO 9001:2008
Penerapann Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 yang efektif. SMM ISO 9001:2008, didesain untuk
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisian untuk memberikan pelayanan terbaik yang
melampaui harapan pelanggan. Untuk memberikan kepuasan pelanggan-baik pelanggan internal maupun eksternal,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami persyaratannya. Oleh karenanya setiap orang harus tahu
siapa pelanggannya dan apa persyaratannya. Persyaratan yang telah diketahui tersebut kemudian diupayakan agar
dapat dipenuhi.
Dalam penerapannya, ada dua hal harus mendapat perhatian, yaitu konsisten dan peningkatan berkelanjutan. Untuk
menjamin penerapan system secara konsisten, maka proses pemenuhan persyaratan pelanggan diatur dalam system
yang terdokumentasi, berupa Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Pedoman Mutu, Prosedur Mutu dan lain-lain. Karen
dokumen yang disusun akan menjadi pedoman kerja, maka penyusunannya harus mengacu pada praktek terbaik, apa
yang seharusnya dilakukan, meskipun kita tahu sekarang belum melakukannya. Ini akan jauh lebih bermanfaat
ketimbang sekedar menuliskan kebiasaan yang sudah kita kerjakan, tanpa mau tahu apakah yang dikerjakan tersebut
benar.
Sesuatu yang sudah konsisten dijalankan kemudian menemukan metode yang lebih baik, lebih efektif tentunya juga
harus disesuaikan, Karena acuan kita adalah praktek terbaik dan peningkatan berkelanjutan.
Untuk menerapkan dengan baik, setiap pelaku proses pelayanan harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Membaca dan memahami dokumen yang terkait dengan proses yang dilakukan, mulai dari Kebijakan mutu
samapi dengan petunjuk teknis pekerjaannya. Pastikan bahwa dokumen telah memuat informasi yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
2. Periksa, apakah pelaksanaan proses sudah sesuai dengan dokumen yang disusun. Karena dokumen disusun
mengacu pada praktek terbaik, bisa jadi pada awalnya kita harus menjalankan secara paksarela, sebelum
sukarela.
3. Periksa, apakah tersedia bukti bahwa pelaksanaan proses sesuai dokumen. Kita tidak bisa menganggap yang
penting pelayanan memuaskan pelanggan, catat-mencatat itu tidak penting. Hal ini terutama harus menjadi
perhatian pada proses-proses penunjang, karena untuk proses utama –pelayanan kesehatan- secara natural
pencatatan mutlak dilakukan. Tergelincir bukan karena batu besar.
4. Periksa apakah bukti tersebut mudah ditemukan ketika diperlukan. Dengan banyaknya catatan yang
dimiliki, pengelolaannya harus dilakukan dengan baik. Sehingga setiap catatan harus dirawat, ditetapkan
masa simpan, cara simpan, tempat simpan dan penanggungjawabnya.

Penerapan SMM ISO 9001:2008 akan lebih terasa manfaatnya jika dapat ‘memaksa’ untuk melakukan peningkatan
berkelanjutan. Oleh karenanya sarana yang disediakan untuk peningkatan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

1. Kebijakan mutu dan sasaran mutu. Setiap level yang sesuai harus menetapkan sasaran mutu yang relevan
dengan sasaran mtu rumah sakit, membuat rencana kerja sebagai upaya untuk mencapai sasaran mutu.
Kemudian menganalisa, memeperbaiki pencpaiannya dan melaporkan kepada manajemen secara berkala.
2. Dengan kegiatan pencatatan, kita mempunyai banyak sekali data, kita apakan data tersebut. Data mengenai
pelayanan, persediaan, kinerja pemasok, kepuasan pelanggan, keluhan pelanggan dan lain-lain tidak banyak
manfaatnya jika tidak dianalisa, tidak memberikan informasi apapun untuk ditindaklanjuti.
3. Tindakan perbikan dan pencegahan harus menjadi budaya kerja, tidak boleh membiarkan penyimpangan
sekecil apaupun terjadi begitu saja, tanpa membuat kita lebih mampu dalam mengantisipasinya.
4. Masih banyak lagi sarana yang disediakan, misalnya audit mutu internal dan tinjauan manajemen.

Jika hal-hal tersebut sudah kita lakukan dengan baik, manfaat penerapan ISO 9001:2008 akan dapat dirasakan dan
mampu menghadapi proses audit dengan percaya diri. Auditor bukan polisi atau jaksa, tetapi seseorang yang
meluangkan waktunya untuk membantu kita menerapkan system manajemen mutu dengan lebih bai

Anda mungkin juga menyukai