Anda di halaman 1dari 13

PERADABAN ISLAM PADA MASA KHILAFAH AL-RASYIDAH

(KHALIFAH ABU BAKAR AS-SIDIQ DAN UMAR BIN KHATAB)


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Studi Peradaban Islam

Radnasari
NIM 18711014

Dosen Pengampu

Dr. Fadil SJ, M.Ag

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
A. PENDAHULUAN
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah
tidak dapat diganti oleh siapapun, tetapi kedudukan beliau yang kedua
sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah
yang dinamakan “Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi menjadi
kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan
petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.
Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran,
maka setelah Rasul pemerintahan Islam dipegang secara bergantian oleh
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Abu Bakar As-Siddiq dan Umar r.a adalah dua sahabat yang
memiliki keistimewaan yang besar. Sebab, Nabi SAW memerintahkan kita
untuk mengikutin sunnah khulafaurrasyidin dalam perbuatan dimana Nabi
bersabda:”ikutilah dua orang setelahku: Abu Bakar Dan Umar ”.
Diriwayatkan dari Ali, bahwa Nabi saw pernah melihat Abu Bakar dan
Umar seraya bersabda: “Kedua orang ini adalah pemimpin penghuni surga
dari dulu hingga yang terakhir, kecuali para nabi dan rasul. Engkau jangan
memberikan informasi ini kepada mereka wahai Ali”.
Abu Bakar bernama asli Abdullah bin Abu Quhafah Utsman bin
Amir Al-Qurasyi At-Taimi Ra. Abu Bakar bernama Abdullah namun
dijuluki Atiq. Beliau mendapat julukan tersebut karena wajahnya yang
ganteng. Biasanya orang Arab menyebutkan sesuatu yang sangat bagus
dengan sebutan Atiq. Ia merupakan tokoh masyarakat Quraisy yang pertama
kali beriman. Beliau mempunyai sifat istimewa yaitu lemah-lembut, baik
dalam pergaulan, rendah hati dalam persaudaraan serta hati yang penuh
kasih sayang kepada sesama. Berliau sering berdagang ke Bashrah dan
mendermakan hartanya kepada Nabi serta untuk membela agama Allah.
Bahkan Abu bakar menjadi mertua sekaligus sahabat terdekat Nabi saw.
Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya aku boleh
mengambil kekasih aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih”.
Dalam riwayat yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Umatku yang paling
penyayang adalah Abu bakar dan paling kuat dalam memegang agama
Allah adalah Umar”. 1
Sedangkan Umar bin Khatab bernama Ibnu Nufail, Amirul
Mukminin, Abu Hafsh Al Qurasyi Al Adawi Al Faruq. Beliau masuk Islam
pada tahun keenam kenabiaan saat berusia 27 tahun. Pada saat itu, Islam
tidak disampaikan secara terbuka kecuali setelah Umar bin khattab masuk
Islam. Beliau terkenal sebagai sosok yang garang ketika di medan perang,
namun sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Ketika beliau menjabat
sebagai khalifah hanya ada dua macam pakaian yang halal baginya yaitu
pakaian musim dingin dan pakaian musim panas yang dipakai untuk haji
dan umrah.2 Umar bin khatab terkenal dengan sosok yang zuhud, adil, jujur
serta cerdas dan memiliki kepiawaian dalam perang. Ketika orang mengenal
kebesaran Julius Caesar, Iskandar agung, Jengis Khan dan Napoleon karena
mereka telah membangun imperium-imperium besar, maka kebesaran Umar
bin khattab dengan segala peninggalannya yang sangat berharga itu jauh
lebih pantas mendapatkan pujian.3
Dalam sejarah, sesungguhnya masa terbaik Islam setelah masa
kenabian adalah masa khulafaurrasyidin. Sebab masa mereka merupakan
cermin pengaplikasian yang benar terhadap metodologi Islam dan ijtihad
mereka dinilai sebagai sunnah (jalan hidup) yang seyogyanya dipegang
teguh oleh generasi umat yang berikutnya sampai hari kiamat. Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku
mempunyai dua menteri dari penghuni langit dan dua menteri dari
penghuni dunia. Menteriku dari penduduk langit adalah Jibril dan Mikail,
sedangkan menteriku di dunia adalah Abu Bakar dan Umar.”4

1
Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’: Biografi Sahabat, Tabiin,
Tabiut Tabiin, dan Ulama Muslim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 16-17
2
Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’..., 40-42
3
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab: Sebuah Telaah Mendalam Tentang
Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu, (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2007)
4
Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’..., 43
B. KONDISI ISLAM
Sepeninggal Nabi Muhammad saw. daerah kekuasaan Islam telah
meliputi seluruh Jazirah Arab. Bahkan semasa akhir beliau pun Islam telah
memasuki wilayah di luar lingkungan budaya dan peradaban bangsa Arab.
Selanjutnya para khalifah (pengganti rasulullah) sebagai pemegang
kekuasaan di kalangan umat Islam, meneruskan usaha nabi saw. untuk
memperluas penyebaran (dakwah) Islam.5
Setelah Rasulullah wafat tidak adanya petunjuk yang jelas dan
menimbulkan krisis dikalangan umat Islam, terutama yang tinggal di
Madinah, karena jika tidak ada pengganti nabi, Madinah akan menghadapi
ancaman. Ketegangan ini berakhir ketika Ummar bin Khattab memelopori
pambaiatan Abu Bakar Shiddiq sebagai pengganti Rasulullah.6
Sebelum pembai’atan Abu Bakar terjadi berdebatan antara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar, kaum Anshar menginginkan pengganti
Rasulullah berasal dari kaum mereka, begitu pula kaum Muhajirin.
Perdebatan itu terjadi di Tsaqifah Banu Sa’idah. Walaupun perdebatan saat
itu sangat alot tapi pada akhirnya terjadi mufakat. Atas kehendak kaum
Muslimin serta sahabat-sahabat dekat Rasulullah maka Abu Bakar di bai’at
oleh kaum Muslimin, yang pertama kali membai’at Abu Bakar adalah Umar
Ibn Khattab, dan oleh Umar Ibn Khattab Abu Bakar diikrarkan seraya
berkata;”Abu Bakar, bukanlah Rasulullah menyuruhmu memimpin
Muslimin sholat? Engkaulah penggantinya (khalifahnya), kami akan
mengikrarkan orang yang paling disukai oleh Rasulullah diantara kita semua
ini.”
Banyak proses-proses berat yang di hadapi Abu Bakar di awal
pemerintahannya, adapun beberapa kesulitan yang dihadapi oleh khalifah
Abu Bakar misalnya adalah, banyak umat Muslim yang murtad atau keluar
dari Islam akibat enggan membayar zakat, mereka menganggap membayar

5
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN
Malang Press), 118
6
Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia & Eropa, (Bandung: CV Pustaka Setia),
62
zakat hanya berlaku pada masa Rasulullah masih hidup. Adapun
pemurtadan yang lain itu akibat timbul banyak nabi-nabi palsu, dan disitulah
banyak umat muslim yang ikut ajaran nabi palsu tersebut. Orang murtad ini
kembali kepada kekufuran lamanya dan mengikuti orang-orang yang
mengaku sebagai nabi, sebagian yang lain hanya tidak mau membayar
zakat.
Peristiwa kaum murtad ini dikenal dengan istilah “Ar -riddah”,
yang berarti kemurtadan atau beralih agama dari Islam kepada kepercayaan
semula. Secara politis, Ar-riddah merupakan pembangkangan terhadap
lembaga kekhalifahan. Gerakan ini muncul sebagai akibat kewafatan
Rasulullah Saw. Mereka melepaskan kesetiaannya kepada khalifah, bahkan
menentang agama Islam karena menganggap bahwa perjanjian yang dibuat
Rasulullah Saw. batal disebabkan kewafatannya. Gerakan mereka
mengancam stabilitas keamanan wilayah dan kekuasaan Islam. Oleh karena
itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan gerakan
tersebut.7
Abu bakar wafat Senin petang setelah matahari terbenam 21
Jumadil Akhir tahun ke 13 sesudah hijrah (22 Agustus 832 M). Setelah
malam tiba jenazahnya dimandikan dan dibawa ke Masjid di tempat
perbaringan yang dulu dipakai Rasulullah saw.Di shalatkan dan di bawa ke
makam Rasulullah. Ia dimakamkan didalam lahad di samping Rasulullah
saw. kepalanya di arahkan bahu Rasulullah dan lahadnya itu berdampingan.
Pemakaman dilakukan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah
bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakar.8 Al Qasim berkata: “Abu
bakar pernah berwasiat agar dikuburkan di samping Rasulullah saw. maka
ketika kuburan telah digali kepalanya pun diletakkan di sisi kedua pundak
Rasulullah saw.” Diriwayatkan dari Amir bin Abdullah bin Zubair, ia

7
Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam.., 64
8
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab..., 90
berkata, “Kepala Abu bakar diletakkan di sisi kedua pundak Rasulullah
saw. sedangkan kepala Umar diletakkan disamping pinggang Abu Bakar.”9
Umar bin Khattab adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Ia
dilantik oleh umat Islam berdasarkan rekomendasi Abu Bakar tatkala
merasa usianya tidak lama lagi. Keputusan penunjukan Umar diharapkan
mampu meminimalisir polemik yang terjadi di antara umat Islam.10 Karena
pada masa Khalifah Abu Bakar terdapat banyak problem, di antaranya
orang-orang yang tidak membayar zakat, orang murtad, dan nabi palsu.
Umar bin Khattab, selain sebagai kepala pemerintahan, juga
berperan sebagai seorang faqih. Perannya dalam pandangan hukum
membuatnya berpengaruh besar pada masanya hingga saat ini. Pada masa
Khulafaur Rasyidin, syari’at Islam juga tidak dapat diterapkan secara
kaffah, karena pada saat itu para sahabat dihadapkan pada berbagai
kenyataan hidup dan kondisi sosial yang berbeda dengan apa yang terjadi
pada masa rasul, sehingga mereka dituntut untuk melakukan ijtihad dan
musyawarah. Pada suatu ketika para sahabat bisa saja sependapat mengenai
satu hal tetapi pada saat yang lain tidak menutup kemungkinan justru
berselisih pendapat. Hal demikian juga terjadi pada masa kekhalifahan
Umar bin Khattab. Umar ketika ingin memutuskan sesuatu yang terkait
dengan hukum, selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai perundang-
undangan (dustur) utama dan pertama dalam Islam. Setiap pandangan
hukum yang difatwakan olehnya selalu berdasarkan ketentuan tersebut.
Namun demikian, sebagian besar kebijakan yang dibentuk untuk
menetapkan suatu hukum, oleh Umar tidak lepas dari aspek-aspek
kemaslahatan umat, seperti menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial,
tolong menolong, dan penegakan hak-hak yang ada dalam masyarakat,
termasuk juga dalam kebijakan ekonomi. Umar juga dikenal sangat berani
melakukan ijtihad, hal ini dilakukan karena Umar melihat lebih jauh dan

9
Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’..., 23
10
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media, 155
lebih mendalam terhadap ajaran Islam, yaitu adanya prinsip kemaslahatan
umat.

C. KEBIJAKAN KEKHALIFAAN
1. Pembinaan Peradaban
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan
merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan
Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq
memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an
dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum muslimin.
Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an
setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang
Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kainya penghimpunan
ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Dalam hal ini perhatian Umar dapat diketahui melalui
kebijakannya dengan memerintahkan kepada setiap panglima perang
bila berhasil menaklukkan suatu wilayah maka harus mendirikan masjid
sebagai Islamic Center atau pusat ibadah dan pendidikan.11 Ia juga
melarang sahabat-sahabat senior untuk keluar dari daerah kecuali atas
izin darinya dan dalam kurun waktu yang terbatas. Jadi, jika ada di
antara umat Islam yang ingin belajar ilmu agama, maka harus pergi ke
kota Madinah. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebaran Ilmu para
sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di kota Madinah.
2. Sistem Pemerintahan
Pada masa Nabi Muhammad saw pemerintahan bercorak
sentralisasi, madinah sebagai pusatnya, Negara Islam pada waktu itu
hampir sama dengan City state pada masa Yunani dahulu, meskipun
setelah fathu makkah, wilayah kekuasaan Islam bertambah luas,
mencakup seluruh jazirah Arab. Pada masa kekuasaan
khulafaturrasyidin, daerah kekuasaan Islam bertambah luas. Oleh

11
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), 47
karena itu, corak sentralisasi tidak dapat dipertahankan lagi, harus
diganti dengan corak desentralisasi. Khalifah umar bin khattab
dianggap sebagai perintis dalam menata struktur pemerintahan yang
bercorak desentralisasi. Sejak khalifah II, administrasi pemerintahan
dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. 12
Pada masa kekuasaan khulafaturrasyidin para pejabat pusat
pemerintahan di Madinah masih sangat sederhana. Dalam menjalankan
tugas, khalifah dibantu oleh al-katib (sekretaris). Tatkala itu abu bakar
menjadi khalifah, beliau mengangkat Usman bin Affan sebagai
sekretarisnya. Sedangkan khalifah umar bin khattab menunjukkan zain
ibn tsabit dan abdullah ibn al-arqam menjadi sekretarisnya. 13
3. Administrasi Pembendaharaan
Lembaga bait al-mal (perbendaharaan negara), bertanggung
jawab atas pengelolaan keuangan. Pada masa Abu bakar, lembaga bait
al-mal belum ada karena pemasukan keuangan belum banyak, semua
aparat negara dan tentara tidak mendapat gaji. Mereka bekerja secara
solidaritas dan dilakukan dengan tulus ikhlas. Ketika menerima pajak
tanah dan rampasan perang (ghanimah), secara langusng dibagi habis
kepada rakyat yang berhak. Meskipun khalifah abu bakar telah
menyiapkan sebuah rumah untuk pembendaharaan, tetapi tidak pernah
digunakan, karena semua penerimaan langsung dibagi kepada yang
berhak dan tidak bersisa. Tatkala beliau meninggal, perhitungan
keuangan negara dilakukan dan ternyata hanya ditemukan satu
dirham.14
Inovasi umar bin khattab dalam bidang administrasi
pemerintahan adalah diberlakukan kebijakan untuk penduduk wilayah
taklukan mendapat perlindungan dari penguasa muslim dan tidak
dibebani kewajiban militer, tapi mereka harus membayar pajak pada
negara. Ketika seorang penduduk ditaklukkan memeluk Islam, maka
12
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban.., 133
13
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban.., 134
14
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban.., 135
berdasarkan sistem kuno yang diriwayatkan berasal dari Umar, ia
terbebas dari semua kewajiban membayar pajak, apa yang belakangan
disebut “pajak kepala”. Pajak bumi yang diwajibkan atas setiap muslim,
di mana pun adanya meliputi dua macam, yaitu fay’ dan waqaf.
Pengecualian pajak tanah fay’ hanya berlaku untuk wilayah-wilayah
yang penduduknya secara sukarela tunduk pada penakluk Arab dengan
syarat mereka diizinkan menguasai tanah itu. Daerah-daerah semacam
itu dinamakan dar al-shulh (wilayah damai). Sebagai pengganti pajak
kepala, seorang penduduk wilayah taklukan yang masuk Islam
mempunyai kewajiban baru yaitu membayar zakat tapi di sisi lain ia
juga berhak menerima uang pensiunan dan keuntungan lain sebagai
seorang muslim.15
Prinsip selanjutnya yang diriwayatkan sebagai bentuk
persetujuan umar terhadap pandangan para penasehatnya dari kalangan
sahabat adalah bahwa hanya harta bergerak dan tawanan perang, bukan
tanah yang dipandang sebagai ghanimah dan menjadi hak para prajurit.
Tanah dan mata uang yang direbut dari para penduduk taklukan
dipandang sebagai fay. Dan menjadi hak komunitas Islam secara
keseluruhan. Orang-orang yang mengusahakan harta fay’ dikenakan
pajak tanah sekalipun jika ia kemudian memeluk Islam. Semua
pemasukan itu disimpan di kantor bendahara negara dan semua harga
yang tersisa setelah dibayarkan untuk pengeluaran rutin administrasi
negara dan biaya perang harus dibagikan di antara orang-orang Islam.
Demi suksesnya penyaluran dana sisa belanja, sensus penduduk
menjadi hal yang penting. 16
4. Sistem Militer
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab kondisi politik
dalam keadaan stabil, usaha ekspansi wilayah juga mendapat hasil yang
gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar meliputi semenanjung Arab,
15
Philip K. Hitti, Historis of the Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), 212
16
Philip K. Hitti, Historis of ..., 214
Palestina, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir. Dengan luasnya wilayah
tersebut maka semakin besar juga kebutuhan kehidupan di segala
bidang. Sebagai penunjang kebutuhan tersebut manusia membutuhkan
keterampilan dan keahlian, maka diperlukan pendidikan.
Penanganan militer secara profesional, untuk pertama kalinya
dilaksanakan khalifah umar. Pada masa nabi dan khalifah abu bakar,
setiap warga negara memiliki hak untuk menjadi sebagai tentara dan
dengan sukarela ikut serta dalam pertempuran yang terjadi. Khalifah
umar menetapkan setiap muslim dewasa, pada hakikatnya adalah
tentara. Hanya saja ada sekelompok tentara tetap dan tidak tetap
(cadangan), tetap mendapat gaji dari pemerintah (mutathawwirah) dan
cadangan diberi tunjangan bila ikut serta dalam suatu peperangan.
Semula para tentara tersebut hanya terdiri kaum Muhajirin dan Anshar
tetapi kemudian diperjual dengan kelompok etnis lainnya, bahkan
orang-orang non-muslim pun dapat menjadi tentara. 17
5. Bidang Pengadilan dan Penerangan Pembinaan Hukum
Pada masa khalifah Abu bakar beliau bertindak sebagai hakim
(qadli), demikian pula pada masa permulaan khalifah umar. Tatkala
banyak daerah sekitar Arab berhasil dikuasai dan masih membutuhkan
penataan administrasi pemerintahan, maka dibentuklah lembaga
pengadilan dimana kekuasaan seorang hakim (yudikatif) terlepas dari
pengaruh badan pemerintah (eksekutif). Kebijakan ini pertama kali
ditiupkan oleh khalifah Umar ibn Khattab.
Para hakim yang ditunjuk umar ibn khattab adalah mereka
yang mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai integritas dan
kepribadian yang luhur. Zaid ibn tsabit ditetapkan sebagai Qhadi
Madinah, Ka’bah ibn Sur Al Azdi sebagai Qhadi Bashrah, Ubadah ibn
Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah Ibn Mas’ud sebagai Qadhi
Kuffah. Selain hakim-hakim tersebut, masih ada lagi beberapa hakim
lainnya yang ditetapkan di daerah tertentu. Pada pemulaan Islam,

17
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban.., 136
pengadilan diadakan di dalam masjid dan seringkali di rumah qadhi
sendiri, barulah kemudian menempati kantor khusus.18
Sedangkan melanjutkan tradisi nabi saw. para khalifah
sepeninggalan Nabi merujuk beberapa mufti yang berwenang
memberikan fatwa tentang hukum Islam (Fiqh), bahkan pada masa
Umar ibn Khattab para mufti terhimpun dalam suatu lembaga formal
yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum Islam. Semula
yang berhak memberi fatwa hukum Islam hanyalah terbatas bagi para
mufti yang benar mendapatkan izin pemerintah untuk berfatwa. 19

18
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban.., 137
19
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban.., 138
D. KESIMPULAN
Sejarah ibarat cermin masa lalu yang dapat digunakan untuk menatap
masa depan, mengokohkan langkah, memperbaiki kondisi yang ada,
memberikan inspirasi bagi generasi masa kini yang ingin membangun hidup
lebih baik, memperluas wawasan, dan mendapatkan pencerahan. Sejarah
mencatat bahwa umat Islam mampu menebarkan keutamaan,
menyingkirkan kenistaan, memupuskan keberhalaan, menunjukkan manusia
kepada jalan yang benar dan memberikan kepada mereka apa yang mampu
merealisasikan kebahagiaan dalam urusan dunia dan akhirat.
Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil
memadamkan kerusuhan oleh kaum riddat yang demikian luasnya dan
memulihkan kembali ketertiban dan keamanan diseluruh semenanjung
Arabia. Keadaan agama Islam pada masa Umar bin Khatthab sudah mulai
kondusif, dikarenakan karena kepemimpinannya yang loyal, adil, dan
bijaksana. Pada masa ini Islam mulai merambah ke dunia luar, yaitu dengan
menaklukan negara-negara yang kuat, agar islam dapat tersebar kepenjuru
dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Jakarta: Akbar Media,
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang: UIN
Malang Press
Imam Adz-Dzahabi, Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’: Biografi Sahabat,
Tabiin, Tabiut Tabiin, dan Ulama Muslim, Jakarta: Pustaka Azzam,
2008

Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab: Sebuah Telaah Mendalam


Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu, Jakarta:
Pustaka Litera AntarNusa, 2007

Philip K. Hitti, Historis of the Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2007
Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia & Eropa, Bandung: CV Pustaka
Setia

Anda mungkin juga menyukai