Anda di halaman 1dari 145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NILAI PATRIOTISME
DALAM NOVEL LINGKAR TANAH LINGKAR AIR KARYA AHMAD TOHARI
DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA
DI KELAS XII SMA SEMESTER II
(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh
Agustinus Adven Yudanto
NIM: 101224042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NILAI PATRIOTISME
DALAM NOVEL LINGKAR TANAH LINGKAR AIR KARYA AHMAD TOHARI
DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA
DI KELAS XII SMA SEMESTER II
(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh
Agustinus Adven Yudanto
NIM: 101224042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yang mahaesa

Ayah dan ibu


Herman Yosep katiran & Rosalia titik Irianti

Istriku
Maria Teresa utami

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO
“Dia memberi kekuatan kepada
yang lelah dan menambah
semangat kepada yang tiada
berdaya”
(Yesaya, 40:29)

Jadikan hari ini lebih baik dari


hari kemarin, dan jadikan hari
esok lebih baik dari hari ini.
(Apri G)

Berdoa dan Berusaha


(Adven)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya skripsi yang saya


tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2017


Penulis

Agustinus Adven Yudanto

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agustinus Adven Yudanto
NIM : 101224042.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“NILAI PATRIOTISME DALAM NOVEL LINGKAR TANAH LINGKAR
AIR KARYA AHMAD TOHARI DAN RELEVANSINYA DENGAN
PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II
(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal: 31 Agustus 2015

Yang menyatakan

Agustinus Adven Yudanto

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Adven Y, Agustinus. 2017.Nilai Patriotisme dalam Novel Lingkar Tanah


Lingkar Air Karya Ahmad Tohari dan Relevansinya dengan
Pembelajaran Sastra di Kelas XII SMA Semester II (Tinjauan Sosiologi
Sastra)Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.

Peneliti dalam penelitian ini membahas nilai patriotisme dalam novel


Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan sosiologi sastra.Tujuan penelitian ini untuk mengambarkan
tokoh, penokohan, latar tema dan nilai patriotism yang terkandung dalam novel,
serta implementasi nilai patriotisme dalam pembelajaran sastra di SMA.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan tokoh, penokohan, latar, tema, dan nilai
patriotism dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari dalam
bentuk kata-kata dan bahasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel adalah
Amid. Tokoh tambahan dalam novel tersebut adalah Kiram, Jun, Kiai Ngumar,
Kang Suyud, dan Umi. Terdapat tiga latar yaitu latar tempat,waktu, dan sosial.
Tema yang di angkat dalam novel tersebut adalah untuk mencapai kemakmuran
dan perdamaian memerlukan perjuangan yang berat. Nilai patriotisme yang
terdapat dalam novel tersebut adalah keberanian, rela berkorban, dan cinta tanah
air.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merancang silabus dan RPP yang
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II.
Implementasi silabus dan RPP digunakan untuk mencapai standar kompetensi
Membaca, yaitu memahami buku biografi, novel, dan hikayat dan kompetensi
dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladan dari tokoh

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Adven Y, Agustinus. 2017. Patriotism Value in the Novel of Lingkar Tanah


Lingkar Air by Ahmad Tohari and its Relevance with Literature
Learning in Class XII SMA Semester II (Literature Sociology
Overview) Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Education Study
Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University.

This research examines patriotism value in Ahmad TohariLingkar Tanah


Lingkar Air novel. The approach used is the approach of literary sociology. The
purpose of this study is to describe the characters, characterizations, theme
backgrounds and patriotism values contained in the novel, and implementation in
the learning of literature in high school.
The method used is qualitative descriptive method. This method is used to
describe characters, characterizations, backgrounds, themes, and patriotism values
in Ahmad TohariLingkar Tanah Lingkar Air novel in the form of words and
language.
Analysts point out that the main character in the novel is Amid. Additional
characters in the novel areKiram, Jun, KiaiNgumar, Kang Suyud, and Umi.
Patriotism value contained in the novel is the courage, willing to sacrifice, and
love the homeland.
Based on the results of research, researchers designed syllabus and RPP that
can be used as a literary learning material in high school class XII semester II.
Implementation of syllabus and RPP is used to achieve Reading Standards, which
is to understand biographical, novel, and saga books and Basic Competencies
reveal interesting and exemplary things from characters.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
limpahan rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul Nilai Patriotisme dalam Novel Lingkar Tanah Lingkar Air Karya
Ahmad Tohari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Kelas XII SMA
Semester II (Tinjauan Sosiologi Sastra). Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini
merupakan syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana
pendidikan sesuai dengan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tugas akhir ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh kesabaran telah membimbing, menasehati, dan memotivasi
penulis dari awal proses penyusunan tugas akhir sampai selesai.
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
telah mendidik, mengarahkan, dan menuntun penulis selama masa studi
dan berproses bersama dalam usaha mendalami berbagai ilmu
kependidikan dan kebahasaan, khususnya bahasa dan satra Indonesia,
sebagai bekal dan harta yang sangat berharga bagi penulis untuk terjun ke
dunia pendidikan yang sesunguhnya sebagai guru danpendidik.
5. Robertus Marsidiq, selaku staf sekertariat Program Studi Bahasa Sastra
Indonesia yang selalu sabar dalam memberikan pelayanan administrasi
kepada penulis.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Bapak Herman Yosep Katiran dan Ibu Rosalia Titik selaku orang tua
penulis, serta Istriku Maria Teresa Utami yang telah memberikan doa,
dukungan, semangat dan kasih saying berlimpah kepada penulis.
7. Sahabat-sahabatku di PBSI yang selalu berikan motivasi dan saran pada
peneliti,Vanio Praba Pradipa, S.Pd., Nathalia Harsanti, S.Pd., Agustinus
Datu Linggi, S.Pd., I Putu Ariyana,S.Pd., Mateus Ananda Aditya, S.Pd.,
Ardian Pitra, S.Pd., Deny Pradita Tri Handaru, S.Pd., W. Yolesa, S.Pd.,
PratamaAdi, S.Pd, Dwi Kristanto, S.Pd, Agustinus Eko Prasetyo, S.Pd.,
EkoPrasetyo, S.Pd., Maria Tri Wijayanti,S.Pd., Caecilia Dhani, A. R,
S.Pd., F. Apri Susilo, S.Pd., Sebastianus Seno Kurniawan, S.Pd., Adrianus
Rian Momang, S.SPd., Andreas DwiYunianto, S.Pd., Rengganis Saputri,
S.Pd., Soviana Rosa Rini, S.Pd., Agustina Marshella, dan lain-lainya yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainya yang dengan berbagai
cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa
hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan
satu per satu dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis juga menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kata sempurna.
Oleh Karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang membangun kiranya dapat
disampaikan kepada penulis demi penyempurnaan tulisan ini. Semoga karya ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi inpirasi bagi
peminat studi kebahasaan.
Yogyakarta, 31 Agustus 2017

Penulis

Agustinus Adven Yudanto

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... …. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... … ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ... iii
HALAMAN MOTO ....................................................................................... …iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... … v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ............................................................... … vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... …vii
ABSTRAK ...................................................................................................... …viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ….ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... … x
DAFTAR ISI ................................................................................................... …xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... …xix

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang Penelitian………………………………………………..…1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….….…4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………….…..4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………..………….…..5
1.5 Batasan Istilah…………………………….………………………….…..…6
1.6 Sistematika Penyajian………………….…………………………..….……7

BAB II LANDASANTEORI ..…………..……………………………………..8


2.1 Penelitian Yang Relevan…………………………………………….………8
2.2 Kajian Teori …………………………………………………………….….10
2.2.1 Pengertian Novel…………………………..…………………….…….….10

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.2 Unsur-Unsur Novel…………..…………………………….………..……11


2.2.2.1 Tokoh dan Penokohan………..………………….……..…...12
2.2.2.2 Latar……………………………………..…………………..14
2.2.2.3 Tema……………………………………….…………………16
2.2.3 Sosiologi Sastra ………….…………………………………….……...18
2.2.4 Konsep Patriotisme ………………………………………………….19
2.2.4.1 Nilai Patriotisme ……………………………………………19
2.2.4.2 Keberanian …………………………………………….....…20
2.2.4.3 Rela Berkorban …………………………………………..…21
2.2.4.4 Cinta Tanah Air ………………………………………….…21
2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA………………………………….…..…22
2.2.5.1 Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sastra di SMA………..…..22
2.2.5.2 Silabus…………………………………………………...…25
2.2.5.3 Rencana Peaksanaan Pembelajaran (RPP)…………….…...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….....31


3.1 Jenis Penelitian ……………………………...…………………………..….31
3.2 Subyek Penelitian…………………………………………………….....…..31
3.3 Data dan Sumber Data …………………………………………………..….31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………..…..32
3.5 Teknik Analisis Data ……………………………………………...…..……32

BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN…………………….…..….34

4.1 Deskripsi Data……………………………………………………………….34

4.2 Analisis Tokohdan Penokohan, LatardanTema…………………..……….....35


4.2.1 Analisis Tokoh dan Penokohan………………….……………….....35
4.2.1.1 Amid……………………………………………………..36
4.2.1.2 Kiram……………………………………………..…...…43

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.1.3 Kang Suyud………………………………………..…….47


4.2.1.4 Jun………………………………………………..………48
4.2.1.5 Kiai Ngumar……………….……….……………………51
4.2.1.6 Umi…………………………………………………..…..54
4.2.2 Analisis Latar……………………………………...………..……56
4.2.2.1 Latar Tempat……..…………………………….….……..57
4.2.2.2 Latar Waktu………………………………….….….……59
4.2.2.3 Latar Sosial…………………………………….…….…..64
4.2.3 Analisis Tema………………………………………….…………67
4.2.4 Analisis Nilai Patriotisme……………………………..…………68
4.2.4.1 Keberanian…………………………………...…..………70
4.2.4.2 Rela Berkorban………………………………...…...…….75
4.2.4.3 Cinta Tanah Air…………………………………..………78
4.2.5 Relevansi hasil Pembelajaran Sastra di SMA…………..………..82
1 Segi Bahasa……………………………………..….…….82
2 Kematangan Jiwa……….…………………………..……84
3 Latar Belakang Budaya……….……………….…..……..85
4 Silabus……………….………………………….………..86
5 RPP…………………………………………….…..….…86
4.3 Pembahasan……………………………………………………………..……86

BAB V PENUTUP……………………………………………………...…….88

5.1 Kesimpulan…………………………………………….……..….88
5.2 Implikasi……………………………………………….…...…….89
5.3 Saran………………………………………………..……………90

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..……………...91

LAMPIRAN……………………………………………………..………...……94

BIODATA…………………………………………………………………..… 130

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu negara yang aman, damai, dan sejahtera adalah harapan setiap warga

negara. Aman dalam artian tidak ada peperangan dan kerusuhan yang

menyebabkan pertumpahan darah. Merujuk dari hal tersebut, para pejuang telah

berusaha mewujudkan perdamaian dan ketentraman. Mereka rela mengorbankan

diri demi terbebasnya tanah air dari cengkraman para penjajah. Dengan jiwa

patriotisme mereka bertaruh nyawa demi terciptanya kehidupan yang sejahtera.

Semangat patriotisme para pejuang di zaman penjajahan turut menentukan

perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Perjuangan itu mereka mulai dari zaman

penjajahan Portugis, pejajahan Belanda, dan penjajahan Jepang, bahkan melawan

penjajah yang berasal dari kaum pribumi sendiri.

Semangat patriotisme para pejuang tidak diikuti oleh sebagian generasi

muda penerus bangsa. Saat ini banyak sekali tindakan para generasi muda penerus

bangsa yang bertolak belakang dengan semangat patriotisme yang dimiliki para

pejuang kemerdekaan. Banyak kegiatan negatif yang biasa mereka lakukan

diantaranya; mengkonsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang, minuman keras,

seks bebas, tawuran, dll. Kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah

seakan disia-siakan begitu saja. Generasi muda seharusnya megisi kemerdekaan

dengan prestasi gemilang, namun yang terjadi malah sebaliknya. Perbedaan nasib

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antara masa lampau dan masa kinilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan

warna dalam rasa dan juga wawasan kebangsaan (Siswono dkk, 1994: 7).

Kenyataan tersebut sungguh sangat memprihatinkan, kemerdekaan yang

telah diraih oleh para pejuang seakan sia-sia dan tidak ada artinya. Seharusnya,

para generasi muda saat sekarang ini terus memperbaiki kualitas dalam dirinya

masing-masing. Cukup sederhana yang seharusnya mereka lakukan demi

terciptanya kwalitas baik. Hanya dengan menyelesaikan studinya dengan

sungguh-sungguh serta giat belajar demi terciptanya generasi muda yang bermoral

dan berpendidikan. Supaya dengan bekal ilmu yang dimiliki, mereka kelak

mampu mengembangkan bangsa ini menjadi lebih maju. Itulah cermin patriotisme

di era globalisasi sekarang ini.

Melihat kenyataan tersebut pembinaan paham kebangsaan dan semangat

patriotisme kebangsaan perlu dilakukan terhadap generasi muda penerus bangsa.

Selain itu, perlu adanya upaya untuk membentuk karakter anak. Melalui sastra

dirasa mampu memberikan dan membentuk pendidikan karakter seorang anak .

Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan

keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan kerap

menyajikan banyak hal apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah

pengetahuan (Rahmanto, 1998 : 17). Teeuw (dalam Ratna, 2010:4) berpendapat

bahwa sastra berasa dari kata sas(Sansekerta), yang berarti mengarahkan,

mengajar, memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau sarana.

Jadi, sastra dapat diartikan sebagai alat atau sarana untuk mengajar. Rahmanto

(2005: 15) berpendapat bahwa pengajaran sastra harus di pandang sebagai sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang penting, karena karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah

dunia nyata.

Salah satu karya sastra yang dekat dengan kehidupan remaja saat ini dalah

novel. Banyak novel yang diangkat dari kisah nyata dan berisikan tentang realita

kehidupan saat ini. Menurut (KBBI, 2005: 788) merupakan karangan prosa yang

panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak sifat setiap pelaku. Banyak novel yang

mengandung motivasi dan inspirasi bagi para penikmat novel. Salah satu novel

yang motivasi dan inspirasi adalah novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya

Ahmad Tohari. Novel tersebut bercerita tentang keberanian, pengorbanan, dan

cinta tanah air yang dilakukan oleh para pemuda dijaman itu untuk berjuang

mengusir penjajah Belanda. Novel tersebut banyak memiliki nilai nilai patriotisme

yang patut diteladan oleh generasi muda saat ini.

Peneliti akan meneliti novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad

Tohari dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini dipilih

karena dasar filosofis pendekatan sosiologi sastra adalah adanya hubungan antara

karya sastra dengan masyarakat (Ratna, 2011: 60). Adanya hubungan tersebut,

pendekatan sosiologi sastra menganalisis manusia dalam masyarakat dengan

proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu (Ratna, 2011: 59). Dalam

penelitian ini peneliti akan menganalisis nilai-nilai patriotisme yang terdapat di

dalam novel tersebut. Peneliti menggunakan unsur-unsur intrinsik, yaitu tokoh

dan penokohan, latar dan tema untuk menemukan nilai-nilai patriotisme yang

terkandung di dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana analisis tokoh dan penokohan, latar, dan tema dalam novel

Lingkar Tanah Lingkar Air Karya Ahmad Tohari?

2. Bagaimana nilai patriotisme yang terkandung dalam novel Lingkar

Tanah Lingkar Air Karya Ahmad Tohari dengan tinjauan sosiologi

sastra?

3. Bagaimana relevansi nilai patriotisme dalam pendidikan SMA kelas

XII semester II?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian yang akan dicapai adalah

1. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang meliputu: tokoh dan

penokohan, latar, serta tema dalam novel Lingkar Tanah Lingkar

Air Karya Ahmad Tohari?

2. Mendeskripsikan nilai patriotisme yang terkandung dalam novel

Lingkar Tanah Lingkar Air Karya Ahmad Tohari dengan

tinjauan sosiologi sastra.

3. Mendeskripsikan relevansi nilai patriotisme dalam dunia

pendidikan khususnya bagi siswa-siswi SMA kelas XII semester

II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sbb:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai studi analisis terhadap karya sastra Indonesia, terutama

dalam bidang analisis novel Indonesia yang menggunakan teori

pendekatan sosiologi sastra.

2. Manfaat Praktis

Jika penelitian ini berhasil, diharapkan dapat memberikan

beberapa manfaat sebagai berikut.

a. Bagi Praktisi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitain ini dapat menemukan nilai-nilai

yang terkandung dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya

Ahmad Tohari.

b. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

pembaca dalam memahami bidang sastra Indonesia.

c. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai bahan materi dalam pengajaran

sastra dan sikap patriotisme terhadap peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5 Batasan Istilah

Agar ruang lingkup penelitian ini lebih jelas dan spesifik, peneliti akan

memberikan beberapa batasan istilah. Beberapa batasan istilah tersebut sebagai

berikut.

1. Sastra

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa

sebagai mediumnya (Semi, 1988: 8).

2. Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah seperangkat alat untuk memahami hubungan

antara karya sastra dengan kehidupan sosial pengarang sehingga masuk

akal apabila karya sastra mengungkapkan berbagai masalah atau pemikiran

pengarang yang bersangkutan (Yudiono, 2009: 27).

3. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1990: 79).

4. Novel

Novel adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan

tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara

tersusun (Sudjiman,1990: 55).

5. Nilai Patriotisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nilai patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta

tanah air (semangat kebangsaan dan nasionalisme) sehingga menimbulkan

kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya (Kurniawan,2012: 224).

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I

merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II

terdiri atas penelitian yang relevan dan landasan teori. Bab III terdiri atas sumber

data, jenis pelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV

terdiri dari deskripsi data dan hasil analisis. Bab V terdiri dari kesimpulan,

implikasi, dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini,

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dhian Pramono Sakty (2012) dan Cicilia

Ingga Kusuma (2015). Penelitian tersebut sangat membantu peneliti untuk

menyelesaikan penelitiannya. Berikut pemaparan penelitian terdahulu mengenai

nilai patriotisme.

Penelitian Pramono (2012) yang berjudul Nilai-nilai Patriotisme dalam

Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata dan Pemanfaatannya sebagai Bahan

Ajar di SMA. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menemukan dan

menginterpretasikan nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel Sebelas

Patriot serta menemukan dan mendeskripsikan pemanfaatan novel tersebut

sebagai bahan pengajaran sastra di SMA. Dari penelitian tersebut terdapat tiga

poin penting dari hasil penelitian, hasilnya adalah: Pertama, nilai-nilai patriotisme

yang terdapat dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata yaitu adalah

kesetiaan dan rela berkorban. Kedua, novel Sebelas Patriot dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA karena memenuhi aspek bahasa,

psikologi, dan budaya yang dibutuhkan sebagai syarat pemilihan novel sebagai

bahan ajar. Ketiga, novel Sebelas Patriot dapat dimanfaatkan untuk mengenal

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik; memahami pembacaan novel dari segi

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

intonasi, vokal, dan penghayatan; menelaah isi novel; melakukan kritik sastra dan

esai terhadap karya sastra.

Penelitian Kusuma (2015) yang berjudul Nilai Patriotisme dalam Novel Sang

Patriot Karya Irma Devita dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di

Kelas XII SMA Semester II (Tinjauan Sosiologi Sastra). Tujuan dari penelitian

tersebut adalah menemukan nilai-nilai patriotisme yang terkandung dan

merelevansikannya terhadap pembelajaran SMA kelas XII semester II. Dalam

penelitian tersebut ditemukan 3 bentuk nilai patriotisme diantaranya rela

berkorban, cinta tanah air dan keberanian. Penelitian tersebut juga dapat dijadikan

sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II dan kurikulum

yang digunakan adalah KTSP.

Dari penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu

sama-sama meneliti tentang nilai patriotisme. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian di atas yaitu pada subjek penelitiannya. Subjek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari.

Selain itu, penelitian ini juga akan merelevansikan hasil penelitian dalam

pembelajaran sastra di kelas XII semester II. Meskipun demikian, penelitian di

atas dapat dijadikan sebagai gambaran bagi peneliti untuk mengembangkan

penelitian ini agak menjadi lebih baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

2.2 Kajian Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori fiksi,

khususnya pada novel. Berikut akan dijelaskan mengenai teori fiksi khususnya

novel.

2.2.1 Pengertian Novel

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

mediumnya (Semi, 1988: 8). Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel

merupakan karya sastra yang lebih luas dalam menyebutkan masalah manusia

dalam kehidupan (Semi, 1988: 8).

Novel merupakan karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian

cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya (Suharso dan

Ana Retnoningsih, 2005: 338). Sebagai suatu karya atau prosa fiksi, novel dapat

mengungkapkan sesuatu secara bebas, lebih rinci, lebih detail dari prosa lainnya

(cerpen) dan menampilkan suatu permasalahan secara kompleks.

Berdasarkan pandangan para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang merupakan hasil dari buah

pemikiran seorang pengarang dengan menggunakan manusia sebagai objeknya.

Masalah yang diangkat dalam cerita merupakan cerminan kehidupan masyarakat

yang ada disekitarnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

2.2.2 Unsur-Unsur Novel

Sebuah karya fiksi tentunya harus memiliki unsur yang dapat membangun

sebuah cerita agar menjadi lebih hidup. Pada umumnya, novel memiliki dua unsur

yang berpengaruh dalam membangun novel tersebut yaitu unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang

(secara langsung) turut serta membangun cerita (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur-

unsur tersebut adalah tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, dan gaya

bahasa.

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem

organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur-unsur ekstrinsik tersebut

adalah kebudayaan, sosial, psikologis, ekonomi, politik, agama, dan lain-lain yang

mempengaruhi pengarang dalam karya yang ditulisnya (Suryanto,dkk. 2007: 102).

Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan objektif terhadap

unsur-unsur ekstrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk

meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut (Damono, 1984:

2). Dalam penelitian ini, peneliti hanya menguraikan unsur intrinsik berupa tokoh

dan penokohan, latar, dan tema saja, karena ketiga unsur intrinsik tersebut dapat

membantu dalam menganalisis nilai patriotisme tokoh dalam cerita.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

2.2.2.1 Tokoh dan Penokohan

Unsur tokoh dan penokohan merupakan unsur yang sangat penting dalam

sebuah karya naratif. Tokoh dan penokohan turut menetukan berbagai hal dalam

jalannya cerita. Berikut akan dijelaskan unsur tokoh dan penokohan tersebut.

2.2.2.1.1 Tokoh

Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku dalam cerita. Watak,

perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang

ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh

(Nurgiyantoro, 2010: 165).

Abrams (Nurgiyantoro, 2010: 165), menyatakan bahwa tokoh cerita

adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti

yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh

merupakan unsur dalam novel yang ikut membangun terwujudnya sebuah karya

fiksi. Sudjiman (1992: 79) mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang

mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu

penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Tokoh dalam sebuah cerita

terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2010: 176-177).

a. Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

novel dan merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Selain itu, tokoh

utama juga sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

b. Tokoh tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang permunculannya lebih sedikit

dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara

langsung atau tidak langsung.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh dalam

karya sastra merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam

sebuah cerita yang diasumsikan dengan penggambaran manusia dari segi

tingkah laku atau pun ucapannya dalam kehidupan yang sebenarnya.

2.2.2.1.2 Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2010: 165).

Istilh penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana

perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita

(Nurgiyantoro, 2010: 165-166).

Waluyo (1994: 164-165), mengemukakan bahwa perwatakan dan

penokohan memiliki hubungan yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara

pengarang memilih dan menentukan tokoh-tokohnya. Perwatakan berhubungan

dengan karakter/watak dari tokoh-tokoh dalam cerita. Ia juga menegaskan

penokohan berarti cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis

tokoh, hubungan tokoh-tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak, tokoh, dan

bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Dalam menggambarkan sifat pada tokoh, ada dua teknik yang bisa

digunakan pengarang. Altenbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2010: 194-199)

menyebutnya dengan teknik ekspositori dan teknik dramatik.

a) Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan

memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pada teknik ini,

pengarang menghadirkan tokoh dengan cara mendeskripsikan sikap, sifat, watak,

tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisiknya.

b) Teknik Dramatik

Pada teknik dramatik ini pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit

sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan pembaca

menemukan sendiri sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisik

tokoh. Akan tetapi pengarang membiarkan para tokoh cerita menunjukkan

kediriannya sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan baik secara verbal

atau kata-kata maupun non verbal atau tindakan dan tingkah laku.

2.2.2.2 Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan

dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra

(Sudjiman, 1992: 44). Di pihak lain, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 216),

menyebutkan latar atau setting sebagai landasan tumpu, menyaran pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Sebuah novel tanpa menyajikan latar yang baik dapat menimbulkan

cerita yang kurang menarik, sebab latar dapat menambah nilai-nilai estetis dalam

sebuah karya sastra. Untuk itu, Nurgiyantoro (2010: 227- 234) membagi unsur

latar menjadi tiga bagian pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Pada dasarnya,

ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang

lainnya.

a) Latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu

tanpa nama jelas.

b) Latar waktu, berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c) Latar sosial, menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah

dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan

lain-lain yang tergolong spiritual dikemukakan sebelumnya.

Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya

peristiwa atau cerita. Latar berhubungan erat dengan pelaku (tokoh) dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

peristiwa. Oleh sebab itu, latar sangat mendukung jalan cerita. Latar memberikan

gambaran cerita secara konkret dan jelas.

2.2.2.3 Tema

Gorys Keraf (Wahyuningtyas & Wijaya, 2011: 2) berpendapat bahwa

tema berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan,

meletakkan. Jadi, menurut arti katanya tema berarti sesuatu yang telah diuraikan

atau sesuatu yang telah ditempatkan. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto (1986:

142) tema adalah gagasan dasar umum yang memopang sebuah karya sastra dan

yang terkandung di dalam teks sebagai struktuk semantic dan yang menyangkut

persamaan-persamman maupun perbedaan-perbedaan. Tema menurut Stanton dan

Kenny (Nurgiyantoro, 2009: 67) adalah makna yang terkandung dalam sebuah

cerita. Tema (Jacob Sumardjo & Saini K.M, 1986: 56) adalah ide sebuah cerita.

Seorang pengarang dalam menulis cerita bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau

mengatakan sesuau kepada pembaca. Sesuatu yang dikatakan itu bisa masalah

kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar tentang

kehidupan ini. Tema tidak selalu berwujud moral, atau ajaran moral. Tema bisa

berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan.

Dalam menentukan tema sebuah karya sastra atau novel, harus

disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian

tertentu cerita (Nurgiyantoro, 2009:68). Dalam usaha menentukan tema,

Nurgiyantoro mengemukakan sejumlah kriteria seperti ditunjukkan sebagai

berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

1. Kita harus memulai dengan cara memahami cerita dalam novel. Bukan hanya

membaca bagian-bagian tertentu saja. Perlu juga mencari kejelasan ide-ide

perwatakan, peristiwa yang terjadi , dan latar.

2. Pengarang biasanya menggunakan tokoh utama untuk membawa tema. Oleh

sebab itu kita perlu memahami keadaan. Untuk tujuan tersebut, kita dapat

mengajukan beberapa pertanyaan seperti: apa motivasinya, permasalahan apa

yang dihadapi bagaimana sikap dan pandangan terhadap permasalahan itu,

dsb.

3. Selain dengan caa tersebut, sebaiknya disertai dengan usaha menemukan

konflik sentral yang ada dalam cerita. Konflik, yang merupakan salah satu

unsur pokok dalam pengembangan ide cerita dan plot, pada umumnya erat

berkaitan dengan tema.

Tema adalah gagasan atau amanat utama yang menjalin struktur isi

karangan. Tema suatu cerpen/novel menyangkut segala persoalan dalam

kehidupan manusia. Persoalan-persoalan itu dapat berkaitan dengan masalah

kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Tema jarang dituliskan

secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk mengetahuinya, diperlukan apresiasi

terhadap seluruh bagian karangan itu. Bisa saja temanya itu dititipkan pada alur,

karakter tokoh bahasa dan simbol-simbol lainnya yang gunakan pengarang dalam

karangannya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.3 Sosiologi Sastra

Seorang sastrawan lahir dari kehidupan sosial masyarakat tertentu. Ia juga

mempunyai latar belakang dan permasalahan hidup yang tidak jauh berbeda

dengan anggota masyarakat lainnya. Jika masyarakat pada umumnya tidak suka

menuangkan kisah hidupnya dalam bentuk tulisan, sastrawan justru ini.

Perkembangan demi perkembangan terus terjadi di dunia sastra. Senada dengan

perkembangaan ilmusastra, lahirlah pendekatan sosiologi sastra.

Pendekatan sosiologi sastra yaitu pendekatan terhadap sastra yang

mempertimbangkan segi segi kemasyarakatan (Wahyuningtyas dan Wijaya, 2011:

24). Yudiono (2009: 57) mengatakan bahwa sosiologi sastra merupakan

seperangkat alat untuk memahami hubungan antara karya sastra dengan

kehidupan sosial pengarang, sehingga masuk akal apabila karya sastra

mengungkapkan berbagai masalah atau pemikiran pengarang yang bersangkutan.

Damono (2002: 8) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah studi

objektif dan ilmiah tentanng manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga

dan proses sosial. Ia juga mengungkapkan bahwa ada dua kecenderungan dalam

telaah sosiologi sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan

bahwa sastra merupakan cerminan proses sosial ekonomi belaka. Kedua,

pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan yang

kemudian dicari aspek-aspek sosial dari karya sastra tersebut. Damono (1978: 3)

mengatakan Sastra sebagai cermin masyarakat; sampai sejauh mana sastra dapat

dianggap sebagai cermin keadaan masyarakat. Pandangan sosial pengarang harus

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

diperhitungkan apabila menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat. Dengan

demikian, objek kajian utama sosiologi sastra adalah sastra, berupa karya sastra,

sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami gejala sosial yang

ada dalam sastra, masyarakat yang digambarkan, dan pembaca sebagai individu

kolektif yang menghidupi masyarakat.

Sosiologi juga mempunyai fungsi sosial tesendiri. Suwardi (2011:23)

mengungkapkan ada banyak fungsi sosiologi sastra, antara lain: (a) sastra sama

dengan derajatnya dengan karya nabi, (b) sastra bertugas menghibur, (c) sastra

mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.

Penelitian ini akan meneliti nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam

novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari dengan tinjauan sosiologi

sastra, maka peneliti akan menggunakan pendekatan Damono yang kedua, yaitu

mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan yang kemudian dicari aspek-

aspek sosial dari karya sastra tersebut. Sastra dalam hal ini digunakan untuk

menemukan nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam novel tersebut.

2.2.3 Konsep Nilai Patriotisme

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai nilai-nilai patriotisme. Berikut

penjelasannya.

2.2.4.1 Nilai Patriotisme

Darminta (2006: 24) mengatakan bahwa nilai memberikan arah

perjalanan seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan. Lahirnya

kemerdekaan bagi sebuah bangsa yang dijajah pasti tidak lepas dari usaha dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

kerja keras para pejuang. Perjuangan panjang para pejuang tidak semudah yang

kita bayangkan. Dibutuhkan sikap patriotisme dalam mewujudkan sebuah

kemerdekaan. Patriotisme (KBBI, 2005;837) adalah sikap seorang yang bersedia

mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air ( semangat

kebangsaan dan nasionalisme) sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk

bangsa dan negaranya ( Kurniawan, 2012:224). Patriotisme memerlukan

komitmen pemimpin dan semua golongan rakyat. Mempertahankan negara dari

musuh dan ancaman luar merupakan tanggungjawab bersama.

Ada beberapa bentuk nilai patriotisme (Rahim dan Rashid, 2004:5), seperti

kesetiaan, keberanian, rela berkorban, kesukarelaan, dan cinta tanah air. Dalam

penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai nilai patriotisme yang

terkandung dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari.

2.2.4.2 Keberanian

Keberanian adalah suatu keadaan berani (KBBI, 2005:837). Berani

adalah mempunyai hati yang mantab percaya diri yang besar dalam menghadapi

bahaya dan kesulitan (KBBI, 2005:138). Brian Klemmer (http:books.

google.co.id/books ?id=CxEcqHu4wp4&pg=PA182&lpg =PA182&focus

=viewport&d q=keberanian+ adalah=hl= id&output=html_text) berpendapat

bahwa keberanian adalah sikap menghadapi, dan menangani segala sesuatu yang

dianggap berbahaya, sulit, atau menyakitkan, bukan menghindarinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2.2.4.3 Rela berkorban

Bukan keberanian saja yang ditanamkan dalam diri para pejuang untuk

mengusir penjajah. Mereka juga menanamkan rasa rela berkorban. Simanjuntak

berpendapat bahwa rela berkorban berarti kesediaan dengan iklas untuk

memberikan segala sesuatu yang diimilikinya sekalipun menimbulkan penderitaan

bagi dirinya sendiri demi kepentingan bangsa dan Negara

(http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT23&dq=rela+berkor

ban+adalah&hl=id&sa=X&ei=fFI_VNb3BOKomgWW6ICoBQ#v=onepage&q=r

ela%20%20adalah&f=false). Dalam KBBI(2005: 595) rela berkorban adalah

bersedia dengan iklas hati menyatakan kebaktian, kesetiaaan, menjadi korban,

dam menderita.

2.2.4.4 Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan salah satu bentuk dari nilai patriotisme. Jika

tidak ada rasa cinta kepada tanah airnya, para pejuang tidak akan mau bersusah

payah untuk mengusir para penjajah. Cinta tanah air adalah cara berpikir,

bersikap, dan berbuat menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik

bangsa (Kemendiknas. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Kemendiknas).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2.2.4 Pembelajaran Sastra di SMA

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai bahan ajar dalam pembelajaran

sastra di SMA. Berikut ini penjelasannya.

2.2.5.1 Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sastra di SMA

Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan

seperti keorisinilan, keaertistikan, dan keindahan dalam isi sert ungkapan

(Sudjiman, 1990: 71). Dunia pendidikan erat kaitannya dengan pembelajaran

sastra. Secara umum satra adalah sebuah karya lisan atau tulis yang memiliki

berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam

isi serta ungkapan (Sudjiman, 1990:71).

Menurut Depdiknas (2006: 10) pengajaran sastra sebagai sebuah sistem, di

dalamnya terdapat aneka unsur yang merupakan bagian-bagian sang satu sama

lainnya memiliki interdepensi, saling berkaitan. Struktur kurikulum SMA meliputi

substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan yang

ditempuh selama tiga tahun. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar

kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Apabila karya-karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi

untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja

pengajaran sastra tidak aka ada gunanya lagi untuk diadakan. Jika dapat

ditunjukkan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia

nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting

dan patut untuk menduduki tempat yang selayaknya. Namun, masalahnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

dalam hal menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan

sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Dengan demikian,

bahan ajar yang disampaikan hendaknya mencakup 4 manfaat yaitu, membantu

ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan

cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan waktu (Rahmanto, 1988: 15-16).

Rahmanto (1988: 26-33), juga mengemukakan pendapat mengenai aspek

yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan pengajaran sastra. Aspek-aspek

tersebut adalah sebagai berikut;

1. Segi Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-

masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain, seperti cara penulisan yang

digunakan si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan

kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, agar

pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan

khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan

tingkat penguasaan bahasa siswa.

2. Psikologi

Secara psikologis, kita mengetahui bahwa seorang anak berbeda jauh

dengan orang dewasa. Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju ke

kedewasaan melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari.

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis

hendaknya diperhatikan karena sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan

keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

sangat berbengaruh terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan

bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah

yang dihadapi.

Tahap-tahap perkembangan psikologi adalah sebagai berikut.

a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi

masih penuh dengan berbagai macam fantasi kenyataan.

b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah

ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana,

tapi anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan

bahkan kejahatan.

c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia

fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.

Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-

fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal

praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak

dengan menganalisis suatu fenomena. Mereka juga berusaha menemukan dan

merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke

pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

3. Latar belakang budaya

Latar belakang karya sastra meliputi hampir semua faktor kehidupan

manusia dan lingkungannya, seperti geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi,

legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah

raga, hiburan, moral, etika, dan sebagainya. Untuk itu, dalam memilih bahan

pengajaran sastra, guru harus mengutamakan karya sastra yang latar ceritanya

dikenal oleh para siswanya dan memahami karya karya sastra apa yang diminati

oleh mereka.

2.2.5.2 Silabus

Silabus (KBBI, 2005: 1064) adalah kerangka unsur kursus pendidikan

yang disajikan diaturan yang logis. Silabus adalah rencana pembelajaran pada

suatu atau kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu, dan sumber atau alat belajar (BSNP, 2006: 14).

Ada pun langkah-langkah dalam pengembangan silabus tersebut sebagai

berikut.

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK dan KD)

Mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam

standar isi (SI), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat

kesulitan materi, tidak harus sesuai dengan urutan yang ada di standar

isi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

materi pembelajaran.

c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar

matapelajaran.

2. Mengidentifikasi Materi Pokok atau Pembelajaran

Materi pokok disusun dengan tujuan agar tujuan pemblajaran tercapai.

Oleh karena itu, materi pokok yang dipilih haruslah sesuai dengan kompetensi

dasar yang ingin dicapai. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

materi pokok adalah:

a) potensi peserta didik,

b) relevansinya dengan karakteristik daerah,

c) tingkat pengembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan

spiritual pendidikan,

d) kebermanfaatan bagi peserta didik,

e) struktur keilmuan,

f) aktualisasi, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,

g) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan,

dan

h) Alokasi waktu.

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan segala aktivitas belajar peserta didik

baik kegiatan fisik, maupun kegiatan nonfisik yang dilakukan oleh peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

baik di dalam maupun di luar kelas untuk mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar tertentu. Hal uang harus diperhatikan dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran adalah:

a) kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada

para pendidik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses

pembelajaran secara professional,

b) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai kompetensi dasar,

c) penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus dengan hierarki konsep

materi pembelajaran, dan

d) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal

mengandung dua unsur perinci yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar yaitu, kegiatan siswa dan materi.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat di ukur yaitu mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan

karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan

dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi.

Indikator dirumuskan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Menentukan Penilaian

Penilaian merupakan suatu proses atau serangkaian kegiatan, yakni

kegiatan memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (BSNP,

2006: 17) yaitu:

a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi,

b) Penilaian menggunakan acuan criteria,

c) Sistem yang dilaksanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan,

d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut,

e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang

ditempuh dalam proses pembelajaran.

6. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, tingkat kesulitan, dan

tingkat kepentingan kompetensi dasar.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan bahan yang digunakan untuk menunjang

kegiatan pembelaaran yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta

lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

2.2.5.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenali isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam

penyelenggaraaan kegiatan belajar mengajar. Yang yang dimasud dengan isi dan

bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan-susunan dan bahan kajian dan

pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang

bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Wina,

2008: 8).

Dalam Standar Nasional Pendidikan (Wina, 2008: 128) kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanankan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP

dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam hal ini KTSP memiliki tiga tujuan khusus

yaitu (1) meningkatkan pendidikan kenandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber yang

tersedia, (2) meningkatkan kepeulian warga warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama, (3)

meningkatkan kompetensi antar kesatuan pendidikan tentang kwalitas pendidian

yang akan dicapai.

Berikut merupakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sesuai

dengan pembelajaran sasta di SMA kelas XII semester II.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

SK 15 : Memahami buku biografi, KD 15.1 : mengungkapkan hal-hal

novel, dan hikayat yang menarik dan dapat diteladani

tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang artinya data yang

dihasilkan berupa kata-kata, kalimat atau paragraf, bukan angka. Metode

penelitian kualitatif adalah metode yang memiliki tujuan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliatan, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2000: 6).

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini hanya dikenakan pada novel Lingkar Tanah Lingkar

Air karya Ahmad Tohari. Buku ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama

tahun 2015. Novel ini merupakan terbitan keempat, terbitan pertama pada tahun

1990.

3.3 Data dan Sumber Data

Pada dasarnya data merupakan bahan mentah yang dikumpulkan oleh

peneliti dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo,2002: 73). Data yang terdapat

dalam penelitian ini adalah data yang berwujud kata-kata, ungkapan, dan

kalimat yang terdapat dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad

Tohari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015

cetakan ke empat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh

(Ariknto, 2010: 172). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh

Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015 cetakan ke empat. Buku ini

memilki ketebalan 14x20 cm dan tebal 168 halaman. Data yang dianalisis

dalam novel ini berupa kalimat atau paragraf yang mengandung nilai

patriotisme.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pustaka, yaitu dengan teknik baca dan catat. Teknik catat yaitu pencatatan

yang dilakukan table analisis data yang dilanjutkan dengan klasifikasi

(Sudaryanto, 1993: 133). Peneliti mulai membaca sambil menandai kalimat yang

mengandung nilai patriotisme dengan pensil. Setelah selesai membaca dan

menandai kemudian selanjutnya adalah menuliskan setiap kalimat yang

mengandung nilai patriotisme.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah peneliti menyeleksi

data sesuai dengan kriteria yang akan diteliti. Setelah data diperoleh, peneliti akan

menganalisis data tersebut. Adapun proses analisis data yang akan dilakukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Peneliti membaca ulang seluruh data yang data yang telah dikumpulkan

sebelumnya dalam bentuk catatan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

2. Menelaah data yang telah terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara

menghubungkannya dengan teori, apakah kalimat tersebut sesuai dengan

teori atau tidak.

3. Peneliti memberikan tanda yang berbeda pada setiap data yang sesuai

dengan teorinya.

4. Merelevansikan nilai-nilai patriotisme dengan pembelajaran sastra di

SMA kelas XII semester II.

5. Membuat kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bagian ini peneliti akan menganalisis tokoh, penokohan, latar dan

tema dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari. Peneliti

memilih tiga dari enam unsur intrinsik yang ada karena keempat unsur bisa

membantu dalam menemukan nilai-nilai patriotisme.

Peneliti menggunakan tokoh, penokohan, latar dan tema untuk

menemukan nilai-nilai patriotisme. Tokoh dan penokohan dimulai dari kutipan (1)

sampai kutipan (81).Latar dibagi menjadi 3 bagian, latar tempat dimulai dari

kutipan (82) sampai kutipan (87), latar waktu dimulai dari kutipan (88) sampai

kutipan (101), latar sosial dimulai dari kutipan (102) sampai kutipan (106).Tema

dimulai dari kutipan (107) sampai kutipan (113). Nilai patriotisme dimulai dari

kutipan (114) sampai kutipan (156).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

sosiologi sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek-aspek sosial dari karya sastra

tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pendidikan SMA kelas

XII semester II.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan,Latar dan Tema

4.2.1 Analisis Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di

dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjidman, 1990:79). Penokohan

menunjuk pada watak, perwatakan, karakter, sifat dan sikap para tokoh seperti

yang telah ditafsirkan oleh pembaca, serta lebih menunjuk pada kualitas pribadi

seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2009: 165). Nurgiyantoro (2009: 176-177)

mengatakan bahwa tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh

utama dalam novel ini adalah Amid yang berani dan rela mengorbankan segala-

galanya demi kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan membuktikan keberanian

mereka ikut menumpas penjajah Belanda serta kekuatan-kekuatan yang ingin

merusak Negeri ini bersama pasukan republik. Di bawah ini akan dibahas tokoh

utama dan tokoh tambahan dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad

Tohari. Tokoh utama dalam novel ini adalah Amid. Tokoh tambahan yang akan

dianalisis adalah: Kiram, Kang Suyud, Kiai Ngumar, Jun, dan Umi. Berikut

adalah pemaparan tentang tokoh dan penokohan tokoh tambahan.

4.2.1.1 Amid

Dalam novel ini Amid sebagai tokoh utama, karena dalam pemunculannya

ia yang paling sering muncul dalam cerita. Tokoh Amid memberikan pengaruh

dalam jalannya cerita novel ini. Berikut penjelasan bahwa Amid adalah tokoh

utama.

Amid digambarkan memiliki sifat penakut. Namun di dalam situasi

peperangan ia tidak punya pilihan lain selain ikut berjuang bersama kawan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

kawannya untuk ikut bertempur. Ia harus membuang rasa takutnya untuk

membela dan memperjuangkan RI dari tangan penjajah. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(1) Lalu terdengar kendaraan dari arah barat. Aku benar-benar takut.
Kiram menekan punggungku agar aku lebih rendah bertiarap,
namun tindakannya malah membuatku makin takut (Tohari,
2015:33).
(2) Terus terang aku merasa takut. Untung Kiai Ngumar sempat
berbisik bahwa aku tak perlu cemas. “Mereka bermaksud baik
kepada kalian,” kata Kiai Ngumar. Ah, bagaimana tak cemas bila
seorang bekas laskar DI tiba-tiba diangkut dengan mobil
militer(Tohari, 2015:158).
Rasa takut yang dimiliki Amid sudah sangat di luar batas. Untuk melihat

warna darah saja ia sudah merasa ngeri dan memalingkan muka. Tak sampai

disitu saja, bahkan ia sampai menjerit dan terjatuh. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut

kutipannya.

(3) Aku pun berusaha memalingkan muka tak sanggup melihat air
sungai menjadi merah. Celakanya, ketika aku kembali melihat
kesana , dua kepala muncul bersamaan. Satu kepala Kiram, yng
lain kepala Mantri Karsun yang sudah terlepas dari tubuhnya. Aku
menjerit dan melompat, lalu jatuh terduduk di lantai perahu
(Tohari, 2015:63).
(4) Aku bergidik melihat darah yang mengucur dari luka di kepala
lawanku. Atau, aku bergididk karena menyadari akan
kepengecutanku sendiri. Entahlah (Tohari, 2015: 95-96).
Kecintaan Amid terhadap RI tercermin pada keinginan Amid yang sangat

menggebu saat ia ingin menjadi tentara Republik. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut

kutipannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

(5) “Kiai, saya ingin bergabung dengan tentara,” akhirnya aku bicara.
“saya kira, Kiram dan Jun juga. Entahlah Kang Suyud (Tohari,
2015:72).”
(6) “Kami tahu kamu tamat sekolah lima tahun. Kamu ingin menjadi
tentara demi gaji,” tambah Kang Suyud (Tohari, 2015:48).

Amid adalah orang yang sangat berhati-hati dalam setiap hal. Sebelum

mengambil keputusan pasti ia selalu merundingkannya dengan teman atau pun

orang yang lebih tua darinya. Orang yang selalu ia mintai pendapat dan masukan

adalah Kiai Ngumar. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(7) Karena merasa tak bisa memutuskan sendiri mengenai masalah


ini, aku mengambil inisiatif mengumpulkan teman-teman
dirumah Kiai Ngumar yang sudah kembali dari pengungsian.
Orangtua itu terlihat letih setelah hidup dalam kesulitan selama
berbulan-bulan(Tohari, 2015 : 71).
(8) “Kiram, aku minta kamu menghargai itikad baik Kiai Ngumar.
Orang tua ini mau berjerih payah mencari kebaikan buat
kita(Tohari, 2015:85).”
(9) “Kiai, saya tidak ingin mengikuti Kiram dan Jun. saya mau
meletakkan senjata dan kembali ke masyarakat. Tetapi saya masih
memerlukan perlidungan Kiai, sebab seperti sudah dikatakan
kiram, sangat mungkin tentara Republik akan menangkap saya
(Tohari, 2015:86).”
Di antara semua kawan-kawannya hanya Amid yang pernah mengenyam

bangku pendidikan. Amid pernah bersekolah selama lima tahun. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

Berikut kutipannya.

(10) “Kami tahu kamu tamat sekolah lima tahun. Kamu ingin menjadi
tentara demi gaji,” tambah Kang Suyud (Tohari, 2015:48).
Dalam suasana peperangan Amid memiliki rasa kemanusiaan yang sangat

tinggi. Ia bersama Kiram kawannya menguburkan jasad rekan-rekan mereka yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

tewas dalam medan pertempuran. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipannya.

(11) Dalam kebisuan yang mencekam, aku dan Kiram mengurus mayat
Kang Suyud. Semuanya bersahaja. Sempat kubayangkan andai
Kang Suyud meninggal di tengah suasana normal di kampungnya,
pasti ratusan orang akan mendoakannya dan mengiringkan
mayatnya sampai ke kubur. Tapi pagi ini ia kami kubur dalam tata
cara seadanya, bahkan hanya dengan doa yang masih bisa kami
ingat (Tohari, 2015 : 14).
(12) Selesai mengurus jenazah Kiai Had yang sudah mulai membusuk,
kami menghadapi persoalan dengan Umi (Tohari, 2015:114).
Amid juga memiliki sifat yang bertanggung jawab serta peduli terhadap

orang lain. Ia berkeinginan melindungi Umi dengan menjadi wali untuk Umi yang

sebatang kara karena telah ditinggal mati oleh ayahnya. Untuk mewujudkan

niatnya itu Amid harus menikahi Umi, karena Umi bukan anak kecil lagi. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

Berikut kutipannya.

(13) “Mid, aku menghargai kemauan baikmu. Namun, Umi tidak bisa
lagi dibilang anak-anak dan kalian bukan muhrim.
“Maksudmu?”
“Jangan pura-pura tak tahu maksudku,” jawab Jun. “Kalau kamu
sungguh-sungguh melindungi Umi, sebaiknya kalian menikah. Aku
bilang, Umi bukan anak-anak, apalagi kamu (Tohari, 2015:116).”
(14) Aku tak mampu cepat memberi tanggapan. Tetapi jelas, aku tak
menyesal telah menyatakan bersedia menjadi wali bagi Umi.
Masalahnya, haruskah perlindunganku buat umi berupa
perkawinan?(Tohari, 2015:116).
(15) Tetapi dua hari kemudian, dalam sebuah gubuk di tepi hutan, aku
dan Umi menikah. Kang Suyud yang waktu itu masih hidup
menjadi wali hakim. Jun dan Kiram menjadi saksi (Tohari,
2015:117).
Dalam tempat persembunyiannya Amid dilanda rasa rindu yang teramat

sangat kepada orang tua dan istrinya yang sudah lama ia tinggal. Tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

memperhitungkan resiko yang akan terjadi, Amid memberanikan diri untuk

pulang ke kampung untuk menjenguk orang tua dan istrinya yang telah

tinggalkannya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(16) Namun aku memperoleh keyakinan akan hal tersebut ketika aku
seorang diri suatu kali nekat dan berhasil menyusup masuk ke
kampung kelahiranku. Aku bertemu orang tuaku yang sudah lama
amat kurindukan, juga KIai Ngumar yang tentu sudah renta
(Tohari,2015:99).
(17) Penyusupan itu kulakukan karena saat itu aku diamuk rasa kangen
yang amat sangat terhadap orangtuaku (Tohari, 2015:99).
(18) Ya, pernikahan itu terjadi tiga tahun berselang. Kini Umi sudah
hamil dan kutinggal di Dayeuh Luhur. Aku sangat rindu kepadanya
(Tohari, 2015:117).
(19) Ketika sedang makan jagung bakar tadi, terbersit keinginan untuk
beristirahat di dengau Madiksan. Tetapi begitu teringat Umi, aku
ingin secepatnya bertemu dia. Maka setelah mereguk air teh
kelaras jagung dari cerek Madiksan, aku segera pamit dan
meneruskan perjalanan (Tohari, 2015:121).

Keinginan Amid untuk menjenguk orang tua dan istrinya sangat didukung

oleh kawan-kawannya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(20) Aku tersenyum. Ternyata Kiram dan Jun bisa mengerti perasaanku.
Ya. Selain tentang masa depan pergerakan DI sendiri, aku memang
sangat ingin menjenguk istriku. Diam diam aku sangat
mengkhawatirkan kesehatannya (Tohari, 2015:112).
(21) “Jenguklah dia. Tetapi segeralah kembali bila kangenmu sudah
hilang (Tohari, 2015:112).”
Amid sangat baik dalam mengambil keputusan. Ia memiliki pemikiran

yang sangat dewasa. Dalam hati kecilnya ia ingin berhenti bermusuhan dengan

pasukan Republik. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

(22) “Kiai, saya tidak ingin mengikuti Kiram dan Jun. saya mau
meletakkan senjata dan kembali ke masyarakat. Tetapi saya masih
memerlukan perlidungan Kiai, sebab seperti sudah dikatakan
kiram, sangat mungkin tentara Republik akan menangkap saya
(Tohari, 2015:86).”
(23) “Mid, keputusanmu sangat baik. Kamu bisa bersikap dewasa.
Baiklah. Tinggalah di sini sampai keadaan benar-benar aman
(Tohari, 2015:87).”
Cita-cita Amid dan kawan-kawanya nampaknya agak sedikit terhalang.

Mereka malah masuk menjadi anggota laskar DI/TII yang menentang

pemerintahan RI. Amid yang sesungguhnya sangat mencintai Tanah Air sering

bimbang karena pasukannya sering memerangi warga seagama dan pasukan

Republik. Hal ini sangat jauh meleset dari cita-cita Amid. Semula ia ingin

menjalani hidup biasa, membangun keluarga layaknya orang biasa, dan mati

layaknya orang biasa. Tapi memanglah sebuah realita tidak peduli akan mimpi

dan harapan. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(24) Pada saat-saat seperti itu aku sangat benci terhadap kenyataan
bahwa aku berada dalam keadaan berperang melawan pemerintah
Republik aku sungguh benci terhadap keadaan yang menempatkan
diriku, juga teman-temanku di luar kehidupan umum sehingga
kami terus terlunta (Tohari, 2015:113).
(25) “Soal itu aku sudah tahu. Amid ingin hidup normal di kampung
bersama istri dan anak yang kini dalam kandungan. Keinginan
yang wajar. Jun, aku dan kamu pun menginginkan hal itu. Iya apa
tidah (Tohari, 2015:97)?”

Suatu saat Amid bahkan pernah menembak mati seorang tentara yang di

sakunya tersimpan Al-quran dan tasbih. Berikut kutipannya.

(26) Aku melompat ke tengah jalan, merintang langsung dari depan


dengan rentetan Thompsonku yang tua (Tohari, 2015 : 18).
(27) Aku merasakan kekuatan tarik-menarik, suatu pertentangan yang
mulai mengembang dalam hatiku. Seorang lelaki, militer yang
baru kubunuh itu,agaknya ingin selalu merasa dekat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Tuhan. Dan ia telah ku habisi nyawanya. Sementara itu aku harus


percaya bahwa Tuhan yang selalu ingin diingatnya melalui tasbih
dan Quran-nya itu pastilah Tuhanku juga, yakni Tuhan kepada
siapa gerakan Darul Islam ini mengatasnamakan
khidmahnya.Hatiku terasa terbelah oleh ironi yang terasa sulit
kumengerti(Tohari, 2015 : 19).
Dalam situasi yang serba sulit Amid juga sering melamun. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipannya.

(28) Sambil terus melangkah dibelakang Kiram aku sibuk dengan


lamunanku sendiri. Aku harus jujur mengakui dengan merosotnya
jumlah anggota danmakin kuatnya perlawannya terhadap kami
membuat semangatku terus menurun (Tohari, 2015 : 15).
Amid juga memiliki sifat yang cengeng. Dalam setiap kesedihan atau

keharuan yang menyelimuti dirinya, ia selalu meneteskan air mata. Hal ini

terbukti saat DI/TII menyerah ke tangan pasukan Republik, Amid dan kawan-

kawan diberi pengampunan dan diijinkan pulang ke kampung halaman. Amid

mendapati ayah kandungnya sudah meninggal. Dalam suasana duka tangis Amid

pun tak terbendung. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(29) Sampai di rumah orang tuaku, berita pertama yang kudengar


adalah tentang ayahku yang sudah meninggal setengah tahun yang
lalu. Entahlah, meski usiaku saat itu 33 , aku gagal menahan
kesedihan. Aku menangis. Emak menangis (Tohari, 2015:153).
Tangis Amid juga tak dapat terbendung saat cita-cita yang ia impikan

perlahan mulai terkabul. Ia dan kawan-kawannya mendapat kesempatan untuk

membela RI dengan segala kemampuan dan pengetahun yang mereka miliki.

Mereka diberi kesempatan oleh komandan pasukan Republik untuk menjadi

penunjuk jalan sekaligus menjadi pendobrak pertahanan lawan. Dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipannya.

(30) Tepat jam satu tengah malam tiga truck penuh tentara
meninggalkan markas. Aku, Jun, dan Kiram ada di antara mereka.
Terasa aneh, tiga bekas laskar DI berada dalam satu pasukan
dengan tentara pemerintah, bekas seteru besarnya. Entahlah Kiram
dan Jun, tetapi aku sendiri merasakan keharuan yang terus
mengembang dan menyesakkan dada. Tenggorokanku terasa pepat.
Dan aku merasa airmataku jatuh. Untung dalam kegelapan malam
tak mungkin ada orang melihat roman mukaku (Tohari, 2015:161).
(31) Kini aku akan berperang atas nama Republik, sesuatu yang pernah
sangan aku rindukan dan gagal terlaksana. Tetapi kini semuanya
akan menjadi kenyataan, aku bersama Kiram dan Jun, meski hanya
sementara, menjadi bagian tentara Republik. Ya, tak pernah
kuduga akhirnya aku mendapat peluang bertempur atas nama
Negara. Keharuan kembali merebak dan air mataku jatuh lagi
(Tohari, 2015:162).

Amid adalah tokoh utama dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air Karya

Ahmad Tohari. Hal ini disebabkan karena cerita yang disajikan menceritakan

perjuangan Amid. Kutipan (1) sampai kutipan (4) menjelaskan bahwa sebenarnya

Amid adalah seorang penakut. Namun karena keadaan yang memaksa Amid ikut

berjuang mempertahankan RI. Kutipan (5) dan (6) menjelaskan tentang kecintaan

Amid terhadap RI dengan keinginannya menjadi tentara. Kutipan (7) sampai

kutipan (9) menjelaskan kehati-hatian Amid dalam mengambil keputusan.

(10)Amid yang pernah mengenyam pendidikan. Kutipan (11) dan kutipan (12)

menunjukkan rasa kemanusiaan dan kepedulian Amid. Kutipan (13) keinginan

Amid melindungi Umi dengan cara menikahinya. Kutipan (16) sampai kutipan

(19) menunjukkan kerinduan amid kepada orang tua dan istrinya. Kutipan (22)

sampai kutipan (23) sikap Amid yang sangat dewasa. Kutipan (24) sampai kutipan

(27) menjelaskan terhalangnya keinginan dan cita-cita Amid. Kutipan (28) Amid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

yang sering melamun. Kutipan (29) sampai kutipan (31) menjelaskan bahwa

Amid seseorang yang cengeng dan tidak bisa menahan tangis.

4.2.1.2 Kiram

Kiram sebagai tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Dilihat dari

kemunculanya tidak terlalu sering dimunculkan, tetapi keempat tokoh ini

mempunyai pengaruh terhadap tokoh utama dan berpengaruh terhadap jalannya

cerita dan kehidupan tokoh utama. Kiram adalah sahabat baik Amid, Kiram

memiliki rasa ingin tau yang sangat tinggi. Selain itu, Kiram memiliki semangat

membara untuk ikut bertempur bersama tentara Republik. Kecintaannya kepada

Tanah Air yang membuat semangat Kiram sangat menggebu untuk ikut berperang

mengusir penjajah. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipannya.

(32) “Kamu jangan berisik.”


“Mid, aku ingin menyandang senjata seperti mereka.”
“Jangan berisik. Mungkin kamu akan mereka beri senjata bila
kamu sudah bisa menggunakannya.”
“Mid, kapan kita mendapat latihan?”
“Kubilang jangan berisik (Tohari, 2015:29)!”
(33) Kiram berbisik dari samping, “Mid, kamu percaya sekali ini akan
benar-benar terjadi perang (Tohari, 2015:33)?”

Keinginan Kiram yang menggebu untuk ikut berperang juga didukung

dengan sifat Kiram yang pemberani. Ia bahkan tidak takut untuk mengambil

senjata dari mayat serdadu Belanda. Kiram tak berpikiran apa-apa kecuali

mengambil bedil itu dan ikut berperang. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik Dramatik. Berikut kutipannya.

(34) Ah, tapi aku melihat Kiram di atas tubuhku, melesat ke tengah
jalan. Ya Tuhan. Kiram menyambar sebuah bedil yang tergeletak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

di sisi mayat pemiliknya, seorang serdadu Belanda (Tohari,


2015:34).

Dalam sebuah pertempuran di sebuah stasiun Kiram juga menunjukkan

keberanian dan kehebatannya dalam berperang. Berikut kutipannya menggunakan

teknik dramatik.

(35) Waktu itu aku melihat sendiri siapa Kiram sebenarnya. Ia memang
jagoan. Ia merangkak sepanjang parit sampai ke dekat gerbong dari
mana tembakan-tembakan dimulai. Kulihat Kiram menggigit kunci
granat dan melemparkannya masuk gerbong lewat jendela.
Gerbong itu terguncang oleh granat yang dilemparkan oleh Kiram
(Tohari, 2015:79).
(36) “Saya punya usul, Pak. Bantuan kami akan menjadi lebih nyata
bila kami diberi kesempatan bertempur melawan pasukan komunis
itu. Dulu kami selalu kalah dalam pertempuran melawan mereka.
Rasanya kini ada kesempatan bagi kami untuk membuat
perhitungan akhir (Tohari, 2015:159).”
Tidak ada yang mengira dibalik kegigihan dan keberanian seorang Kiram,

ternyata ia tidak bisa membaca dan menulis. Suatu saat ia pernah mengalami

penghinaan karena buta huruf. Wajar apabila Kiram buta huruf, semasa hidupnya

ia tidah pernah mengenyam pendidikan. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipannya.

(37) “Dan mereka pernah menghina saya karena saya buta huruf,” sela
Kiram (Tohari, 2015:48).
(38) “Ya, Kiai,” aku menjawab. Ijazah sekolah rakyat. Tetapi Kiram
dan Jun tidak”(Tohari, 2015:73).
(39) Kami diminta mendekat dan menunjuk titik-titik wilayah yang
menjadi pangkalan GS. Kiram dan Jun hanya berdiri di
belakangku. Ah, kedua temanku tak bisa membaca peta. Mereka
tetap buta huruf (Tohari, 2015:161).

Kiram juga sangat baik hati dan peduli terhadap kawan-kawannya. Ia tidak

ragu meminjamkan bedilnya kepada Amid dan Jun untuk berlatih bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Dengan begitu suasana kebersamaan tercipta diantara mereka. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipannya.

(40) Tapi Kiram juga baik hati, setidaknya kepada aku dan Jun. ia
memberi kesempatan padaku dan Jun untuk mengenal senjatanya
dan berlatih menggunakannya meski tanpa peluru (Tohari,
2015:35).
Kebaikan dan kepedulian Kiram tidak sampai di situ saja. Ia melihat Umi

istri Amid mau melahirkan. Tanpa disuruhKiram mengajak Jun pergi ke kampung

terdekat untuk mencari dukun bayi. Kiram melakukan hal itu karena ia tak tega

melihat Umi melahirkan tanpa penanganan orang yang sudah ahlinya. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

Berikut kutipannya.

(41) “Mid, kamu jaga istrimu,”kata Kiram. Aku dan jun mau masuk
kampung.”
“Aku harus menjaga Umi seorang diri? Kalian mau kemana?” aku
bertanya dengan gugup.
“Cari dukun bayi. Mudah-mudahan berhasil dan tidak terlambat.”
“Tetapi kalian tega membiarkan aku menjaga Umi seorang diri?”
“Jangan bodoh kamu! Karena kami tak tega, kami harus pergi
mencari dukun bayi. Jun, ayo berangkat (Tohari, 2015:136).”
Kiram juga memiliki pendirian yang sangat teguh. Berikut kutipannya

menggunakan teknik dramatik.

(42) “Mid! Bila kamu mau lembek seperti itu, silakan. Namun aku
tidak. Pokoknya aku tak mau dikhianati. Kiai, saya minta permisi
(Tohari, 2015:85).”
(43) “Pokoknya Mantri Karsun harus kuambil, tak peduli atas nama
Republik atau Hizbulah”(Tohari, 2015:60).
(44) “Jadi percuma bila kita berniat turun gunung. Bagiku, daripada
mati menyerahkan diri, lebih baik mati bertempur (Tohari,
2015:97).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Kiram juga memiliki watak yang emosional. Emosinya terkadang sering

tak terkendali. Emosi Kiram yang paling memuncak terjadi ketika pemimpin DI

tertangkap dan menyerukan kepada semua pengikutnya untuk menyerah. Kiram

tidak terima ditambah lagi ucapan Amid yang makin membuat Kiram tambah

emosi. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan

teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(45) “Taruhlah kabar ini benar, lalu hanya akan berakhir seperti ini kah
perjuangan kita?” kata Kiram, yang kemudian bangkit dan
menghentakkan kaki ke tanah(Tohari, 2015:145).
(46) Kulihat wajah Kiram masih tegang. Matanya malah berubah
merah. Gumpalan otot pada kedua pipinya makin jelas. Dan tiba-
tiba ia bangkit dan meraih senjatanya. Aku tak sadar betul apa yang
kemudian terjadi, yang jelas aku melihat laras senjata Kiram sudah
tertuju lurus kea rah perutku. Detik berikutnya aku melihat toyib
dan Jun menepiskan senjata ke arah lain dan pada saat yang sama
meledaklah rentetan senjata (Tohari, 2015:148).

Kiram merupakan tokoh tambahan dalam novel Lingkar Tanah Lingkar

Air karya Ahmad Tohari. Hal ini disebabkan, cerita yang disajikan tidak

menceritakan dirinya secara mendalam. Sosok Kiram diceritakan sebagai tokoh

yang mendukung tokoh utama.

Kutipan (32) sampai kutipan (33) menjelaskan bahwa Kiram memiliki ra

ingin tau yang besar mengenai peperangan. Kutipan (34) sampai (36) menjelaskan

tentang jatidiri Kiram bahwa ia adalah seorang yang sangat berani dan gigih.

Kutipan (37) dan kutipan (38) di balik keberanian dan kegigihannya, ternyata

Kiram buta huruf dan tidak bisa membaca atau pun menulis. Kutipan (40) dan

kutipan (41) kiram memiliki sifat yang baik hari dan peduli terhadap kawan-

kawannya. Kutipan (42) sampai kutipan (44) Kiram memiliki pendirian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

teguh. Kutipan (45) dan kutipan (46) menjelaskan tentang emosi Kiram yang

kadang tak terkendali.

4.2.1.3 Kang Suyud

Kang Suyud sebagai tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Dilihat dari

kemunculanya tidak terlalu sering dimunculkan, tetapi kelima tokoh ini

mempunyai pengaruh terhadap tokoh utama dan berpengaruh terhadap jalannya

cerita dan kehidupan tokoh utama. Kang Suyud adalah seorang tokoh agama di

desanya. Ia memiliki sebuah masjid besar, jemaahnya juga banyak. Kang Suyud

memiliki anak dan istri. Untuk menghidupi anak dan istrinya besasal dari hasil

sawah dan ladang miliknya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(47) Aku segera teringat, di desa asalnya Kang Suyud meniggalkan


seorang istri dan beberapa anak, juga sebuah masjid yang besar.
Dulu sebelum lari ke hutan bersama kami, Kang Suyud sudah
menjadi imam di masjid itu. Jemaahnya banyak dan ia dihormati.
Kang Suyud punya sawah dan ladang (Tohari, 2015:13).
Kang Suyud orang yang taat beragama, bahkan ia sangat fanatik dengan

agamanya. Kang Suyud memiliki keinginan untuk mendirikan pasukan sendiri

yang semua anggotanya mau sembahyang. Ia melihat banyak tentara Republik

yang tidak mau sembahyang dan beraliran komunis. Itu sebabnya kenapa Kang

Suyud mau mendirikan pasukan sendiri. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(48) “Ya, kami tidak ingin bergabung dengan tentara Republik,” jawab
Kang Suyud. “Kami ingin membentuk pasukan sendiri dengan
anggota yang semuanya mau sembahyang. Kiai, saya melihat
banyak tentara tak melakukannya. Malah saya tahu dengan jelas,
beberapa anak buah Siswo Wuyung ada dalam barisan tentara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Republik. Jangan lupa Siswo Wuyung adalah pendiri persatuan


komunis di wilayah ini sejak 1938 (Tohari, 2015:48).
Kang Suyud memiliki pendirian yang sangat teguh. Apa saja akan ia

lakukan untuk mempertahankan pendiriannya. Suatu saat Kang Suyud pernah

berdebat dengan Kiai Ngumar antara memilih Islam atau Republik. Jawaban dari

Kiai Ngumar memang di luar dugaan Kang Suyud. Peristiwa itu membuat Kang

Suyud sangat marah. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(49) “Nanti dulu,” kata Kang Suyud. “Kita punya perhitungan sendiri
dengan mantri itu. Tanpa surat ini pun kita akan menganbil dia.
Jadi.. (Tohari, 2015:59).”
(50) “Jawab dengan jelas, Kiai!” kata Kang Suyud kasar. Aku mulai
cemas.” Kiai memilih islam atau Republik (Tohari, 2015:76)?”
(51) Kulihat wajah Kang Suyud berubah menjadi merah. Urat pada
kesua pipinya menegang. Lalu ia bangkit sambil memukul meja
dengan tinjunya dan pergi tanpa pamit (Tohari, 2015:76).
Kang Suyud adalah seorang tokoh agama di desanya dengan kehidupan

yang berkecukupan karena memiliki sawah dan ladang. Hal itu di jelaskan pada

kutipan (47). Kutipan (48) menjelaskan bahwa ia aalah seoorang yang taat

beragama dan sangat fanatik. Dia juga berkeinginan membentuk pasukan sendiri

yang mau bersembahyang. Kutipan (49) sampai kutipan (51) menjelaskan bahwa

Kang Suyud memiliki pendirian yang sangat teguh.

4.2.1.4 Jun
Jun sebagai tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Dilihat dari

kemunculanya tidak terlalu sering dimunculkan, tetapi kelima tokoh ini

mempunyai pengaruh terhadap tokoh utama dan berpengaruh terhadap jalannya

cerita dan kehidupan tokoh utama. Jun adalah sosok orang yang mengerti apa

yang diinginkan oleh teman-temanya. Jun sangat setia kepada teman-temannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

terutama kepada Amid dan Kiram. Ia tak bosan-bosan member masukan positif

kepada kawannya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipannya.

(52) “Melamun boleh saja, Mid, asal jangan keterlaluan,” sambung Jun
yang sedang memperbaiki ikatan perbannya (Tohari, 2015:96).
(53) “Sebelum Amid bicara, aku sudah mengerti apa yang
diinginkannya sekarang ini,” sela Jun. “Kamu ingin turun gunung
dan menyerahkan diri. Iya, kan (Tohari, 2015:96)?”
(54) “Mid, kukira kamu perlu istirahat, “ kata Jun. “Tengoklah istrimu.
Kamu sudah lama tak bertemu dia, bukan (Tohari,2015:112)?”
(55) “Mid, aku menghargai kemauan baikmu. Namun Umi tidak bisa
lagi dibilang anak-anak dan kalian bukan muhrim” (Tohari,
2015:116).
(56) “Jangan pura-pura tak tahu maksudku,” jawab Jun. “Kalau kamu
sungguh-sungguh melindungi Umi, sebaiknya kalian menikah. Aku
bilang, Umi bukan anak-anak, apalagi kamu (Tohari, 2015:116).”

Jun memiliki sifat ramah dan santun, berbanding terbalik dengan suasana

peperangan yang menuntut hidup keras. Sifat itu ia tunjukkan ketika Jun melihat

istri Amid yang tengah hamil tua. Pernah suatu hari dengan kemampuannya

berburu, Jun memberikan tiga ekor burung hasil buruan untuk Umi. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipannya.

(57) Dan tak kuduga sebelumnya, Kiram dan Jun berubah sikap.
Mereka bisa ramah dan santun terhaap istriku. Malah boleh
kubilang, mereka pun menyayangi Umi. Mungkin karena kasihan
melihat perutnya yang makin membesar, sementara suasana di
tempat kami serba darurat dan menyedihkan. Mungkin juga sikap
mereka terhadap umi benar-benar tulus. Buktinya, suatu hari
Kiram menyerahkan setandan pisang yang telah masak, entah dari
mana, kepadaku dengan pesan untuk Umi. Lain kali Jun, yang
pintar berburu dengan ketapelnya, membawa tiga ekor burung
balam, juga untuk Umi (Tohari, 2015:129).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Jun juga digambarkan memiliki sifat yang sangat teguh. Keputusan yang

dibuatnya seringkali menjadi hal yang sangat perlu untuk segera dilakukan. Hal

itu dilakukannya demi keselamatan semua teman-temannya. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

Berikut kutipannya.

(58) “Percuma melawan. Mereka banyak sekali!” kata Jun. “Kita


tingalkan tempat ini dan cari tempat bersembunyi.”
“Bersembunyi?”
“Ya.”
“Di mana?”
“Di tempat Umi. Di sana kita kemungkinan selamat. Atau bila
harus syahid, syahidlah kita bersama di sana.”
Oleh keteguhan Jun, Kiram menurut. Kami keluar dari pos rahasia,
turun ke dasar jurang, lalu merayap-rayap di bawah kerimbunan
pakis-pakisan (Tohari, 2015:131).
(59) “Ya, aku malu,” Jun menyela. “aku merasa lebih baik mati dalam
pertempuran daripada turun gunung meskipun diampuni. Diampuni
(Tohari, 2015:145)?”
Jun memiliki semangat dan naluri untuk bertempur demi membela Tanah

Airnya. Berikut kutipannya menggunakan teknik dramatik.

(60) Aku memandang Jun. ia pun tersenyum. Aku menangkap gelagat


Jun yang juga ingin kembali bertempur seperti kiram (Tohari,
2015:159).
Sama halnya dengan Kiram, semasa hidupnya Jun tidak pernah

mengenyam pendidkan. Wajar saja jika saat ini Jun buta huruf dan tidak bisa baca

tulis. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan

teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(61) Kami diminta mendekat dan menunjuk titik-titik wilayah yang


menjadi pangkalan GS. Kiram dan Jun hanya berdiri di
belakangku. Ah, kedua temanku tak bisa membaca peta. Mereka
tetap buta huruf (Tohari, 2015:161).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Jun merupakan teman seperjuangan Amid dan Kiram. Kutipan (52) sampai

kutipan (56) jun di jelaskan sebagai sosok yang setia kawan dan mengerti apa

yang diinginkan oleh kawan-kawannya ketika dirundung kegelisahan. Kutipan

(57) menggambarkan sikap Jun yang sangat ramah dan santun. Kutipan (58) dan

kutipan (59) Jun juga memiliki sifat yang teguh. Kutipan (60) naluri Jun untuk

berperang masih sangat kuat. Kutipan (61) menjelaskan bahwa semasa hidupnya

Jun tidak bersekolah, itulah kenapa Jun buta huruf

4.2.1.5 Kiai Ngumar

Kiai Ngumar sebagai tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Dilihat dari

kemunculanya tidak terlalu sering dimunculkan, tetapi kelima tokoh ini

mempunyai pengaruh terhadap tokoh utama dan berpengaruh terhadap jalannya

cerita dan kehidupan tokoh utama. Kiai Ngumar digambarkan sebagai seorang

Kiai yang sudah sangat berumur. Untuk berjalan saja harus dibantu menggunakan

terompah kayu supaya jalannya seimbang. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(62) Aku bisa mengerti sepenuhnya perasaan Kiai Ngumar. Ia sudah


terlalu ringkih untuk bisa menolongku, ringkih dalah hal jasmani
dan ringkih dalam hal pemikiran (Tohari, 2015:109).
(63) Apalagi tak lama aku mendengar suara terompah kayu: Kiai
Ngumar tertatih-tatih melangkah di halaman. Aku menyambut dan
mencium tangannya di depan pintu. Kiai ngumar mengusap
kepalaku, seakan aku adalah anak kecil. Ia berkali-kali bertasyakur.
Dan kukira semua oran melihat keiklasan yang mendalam pada
wajah tua itu (Tohari, 2015:153).
(64) Kiai yang sudah lanjut usia itu disindir habis-habisan karena
sesungguhnya dialah yang secara batiniah menampung aku, Jun,
dan Kiram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Kiai Ngumar memiliki kepribadian tenang dalam setiap langkah hidupnya.

Kiai Ngumar juga sering menengahi berbagai konflik yang terajadi. Salah satu

konflik kecil ketika Kiai Ngumar menjamin kepemilikan senjata Kiram atas

tentara republik. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(65) “Sabar. Dan biarlah aku menjamin, senjata yang dipegang Kiram
hanya akan di gunakan untuk membantu tentara Republik, ya
sampean-sampean itu. Lagi pula, senjata itu bisa digunakan
menjadi modal penggugah semangat anak-anak muda di kampung
ini,” katanya menengahi (Tohari, 2015:35).
Dengan wibawa yang Kiai Ngumar akhirnya para tentara itu merelakan

senjata itu dimiliki oleh Kiram. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipannya.

(66) Wibawa Kiai Ngumar ternyata mampu meyakinkan keempat


tentara itu. Dengan wajah yang kurang jernih mereka relakan salah
satu senjata rampasan itu menjadi milik Kiram (Tohari, 2015:35).
Kiai Ngumar adalah sosok orang tua yang sangat bertanggungjawab pada

setiap tingkah laku dan perbuatannya. Tak cukup di situ, beliau juga tak segan

untuk melindungi murid-muridnya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik

ekspositori. Berikut kutipannya.

(67) “Kami tak dapat menemukan mereka di sini, tetapi Bapak harus
bertanggungjawab atas perlawanan mereka terhadap pasukan
republik!”
„Maksud sampean bagaimana?”
“Bapak boleh memilih; tunjukan di mana mereka berada atau
bapak sendiri kami bawa sebagai ganti mereka. Pilih!”

Lengang. Aku belum berani bergerak dari posisi tahiyat, sehingga


aku tak mungkin melihat mereka yang sedang bersi tegang di
halaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

“Ya, bawalah aku kepada komandan sampean. Aku akan


mempertanggungjawabkan perbuatan ketiga anak itu”(Tohari,
2015:90).
(68) Aku sungguh percaya akan kesungguhan Kiai Ngumar. Kata-kata
dan jaminan perlindungannya tak sedikit pun aku ragukan (Tohari,
2015:87).
(69) Aku menyadari keadaan sangat genting, tetapi Kiai Ngumar
kelihatan tenang. Ia melepas kopiahnya dan cepat-cepat
memasangkannya di kepalaku dan berbisik,” Salatlah terus,
sementara aku menemui mereka. Taruh bedilmu di balik beduk
(Tohari, 2015:88).”
Walaupun Kiai Ngumar tidak terjun langsung ke medan perang,

kecintaanya pada Tanah Air sudah tertanam sejak lama. Beliau menganjurkan

kepada murid-muridnya untuk bergabung dengan tentara Republik. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

Berikut kutipannya.

(70) “Aku memberimu doa restu. Tetapi aku juga ingin bertanya,
apakah tidak lebih baik kalian bergabung dengan tentara Republik
(Tohari, 2015:46)?”
(71) “Baik. Nah, anak-anak saksikanlah jawabanku ini: dalam rangka
melaksanakan ajaran Islam sendiri, aku memilih Republik. Aku
makmum kepada Hadratus Syekh (Tohari, 2015:76)!”
Di usianya yang sudah tak lagi, muda Kiai Ngumar tetap menjalankan

kewajibannya untuk bersembahyang. Sebisa mungkin sholat lima waktu

diterapkanya demi menjalankan perintah agama Islam. Suatu pagi Kiai Ngumar

keluar rumah untuk menjalankan sholat subuh. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut

kutipannya.

(72) Kokok ayam pertama sudah terdengsat. Langit timur mulai merona
terang. Aku tahu betul saat seoperti itu Kiai Ngumar keluar untuk
salat subuh. Pada Zaman normal, banyak orang dan anak muda ikut
berjemaah. Namun sejak ada perang, Kiai Ngumar hamper selalu
salat seorang diri (Tohari,2015:92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

(73) “Kamu di sini dulu. Aku akan memberitahu istriku, sekalian salat
subuh (Tohari, 2015:104).”
Kiai Ngumar bisa dikatakan sebagai orang tua kedua bagi Amid dan

kawan-kawan. Kutipan (62) sampai kutipan (64) menjelaskan Kiai Ngumar adalah

seorang kiai tua dengan terombah kayu sebagai alat bantu untuk berjalan. Kutipan

(65) dan kutipan (66) menjelaskan kepribadian Kiai Ngumar yang sangat tenang

dan berwibawa. Kutipan (67) sampai kutipan (69) menjelaskan sifat kiai ngumar

yang tanggungjawab serta melindungi. Kutipan (70) dan kutipan (71) memiliki

kecintaan terhadap RI. Kutipan (72) dan kutipan (73) menjelaskan Kiai adalah

seorang yang taat beragama walaupun umurnya sudah sangat tua.

4.2.1.6 Umi

Umi sebagai tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Dilihat dari

kemunculanya tidak terlalu sering dimunculkan, tetapi kelima tokoh ini

mempunyai pengaruh terhadap tokoh utama dan berpengaruh terhadap jalannya

cerita dan kehidupan tokoh utama. Umi adalah seorang gadis kecil yang tak

mampu berbuat apa-apa. Suasana perang yang telah memaksa Umi untuk hidup di

tengah hutan mengikuti ayahnya. Saking polosnya bahkan ia tidak tau apa yang

harus di lakukannya saat ayahnya yang bernama Kiai Had meninggal. Dia hanya

bisa menangis dan menangis. Tatapannya yang masih kekanak-kanakan membuat

orang lain yang melihatnya merasa iba. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipannya.

(74) Aku menyaksikan jenazah seorang kiai tak terurus dan hanya di
tunggui seorang gadis kecil yang tak mampu berbuat apa-apa
kecuali menangis dan menangis. Selesai mengurus jenazah Kiai
Had yang sudah mulai membusuk, kami menghadapi persoalan
dengan Umi. Harus dikemanakan dia (Tohari, 2015:114).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

(75) Suatu saat Umi terjaga. Tatapannya yang kekanak-kanakan selalu


mengundang rasa iba (Tohari, 2015:126).

Pada saat itu Umi masih sangat muda ketika ia diperistri oleh Amid yang

ingin melindunginya karena Umi sebatang kara. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut

kutipannya.

(76) Ya, Umi terlalu muda ketika kuambil sebagai seorang istri. Umi
yang ketika itu masih berumur lima belas atau enambelas tahun
(Tohari, 2015:113).

Umi digambarkan sebagai sosok wanita yang tabah. Dalam situasi yang

serba sulit dan kekurangan ia sama sekali tidak pernah mengeluh. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipannya.

(77) Dalam pertemuan seperti ini aku selalu merasakan ketabahan hati
Umi. Ia tak pernah menangis. Ia hanya memegangi tanganku erat-
erat (Tohari, 2015:125).
(78) Untunglah Umi tak pernah mengeluh. Ia bisa tidur nyenyak di atas
kasur rumput kering yang kulapisi sehelai kain (Tohari, 2015:129)

Umi adalah sosok seorang istri yang setia dan sangat mencintai suaminya.

Suatu saat Umi memberanikan diri bahwa ia ingin selalu bersama Amid

suaminya. Sebentar lagi Umi akan melahirkan seorang anak, permintaan yang

sederhananya hanya ingin suaminya ada saat Umi melahirkan. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipannya.

(79) Umi Diam. Lalu bangkit dan duduk di sebelahku dalam cahaya
remang kulihat wajah Umi bimbang (Tohari, 2015:127).
(80) “aku mau melahirkan di mana saja, asal kamu ada di dekatku
(Tohari, 2015:127).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

(81) “Kang?”
“Ya”
“Aku ingin ikut kamu. Di sini tak enak karena aku sendiri. Aku
ikut kamu. Boleh, kan?”
Seperti ada jerat yang melingkari leherku, aku tak bisa bilang apa-
apa.
“Kang,” ulang Umi.” Aku ikut kamu boleh, kan?”
“Um, sebentar lagi kamu melahirkan, bukan?”
Umi mengangguk.
“Bila kamu ikut ke hutan, kamu akan mendapat lebih banyak
kesulitan. Di sana tak ada orang perempuan, air pun tak mudah
didapat seperti di sini. Jadi kamu jangan melahirkan di tempat
seperti itu (Tohari, 2015:128).”

Umi adalah anak seorang Kiai yang tewas dalam pertempuran. Kutipan

(73) dan kutipan (74) menjelaskan Umi adalah seorang gadis lugu dan polos

dengan sifat yang masih kanak-kanak. Kutipan (76) karena situasi dan kondisi

Umi menikah dengan Amid pada umur 16 tahun. Kutipan (77) dan kutipan (78)

umi adalah seseorang yang tabah dalam menjalahi hidup yang serba sulit. Kutipan

(79) sampai kutipan (81) menjelaskan Umi adalah seorang wanita yang setia dan

sangat mencintai suaminya.

4.2.2 Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan

dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra

(Sudjiman, 1992: 44). Dipihak lain, Abrams (Nurgiyantoro, 2010: 216),

menyebutkan latar atau setting sebagai landasan tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dibagi menjadi tiga bagian, latar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

tempat,latar waktu dan latar sosial. Ketiga latar ini akan dikaitkan dengan novel

Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari.

4.2.2.1 Latar Tempat


Di tengah belantara hutan jati yang begitu sepi dan senyap, begitu

terpencil dan sangat asing. Hutan itu menjadi tempat persembunyian Amid dan

kawan-kawan dari para pasukan yang memburunya. Hutan itu ibarat rumah kedua

baginya karena telah ia tinggali selama bertahun-tahun. Berikut kutipan yang

mendukung pernyataan tersebut.

(82) Pagi hari musim kemarau di tengah belantara hutan jati adalah
kelenganga yang tetap terasa purba. Senyap yang selalu membuat
aku merasa terpencil dan asing.Padahal ibarat ikan, hutan jati dan
semak belukar yang mengitarinya sudah bertahun-tahun menjadi
lubuk tempat aku dan teman-temanku hidup dan bertahan (Tohari,
2015 : 7).

Amid teringat betul kejadian yang dulu pernah ia alami. Dulu ia pernah

menumpang tinggal di rumah para pencari kayu di tengah hutan. Suatu saat

dataanglah serbuan, untungnya amid dan kawan-kawannya masih sempat

melarikkan diri. Namun naas nasib para pencari kayu itu mereka terbakar bersama

rumah yang mereka diami. Berikut pkutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.

(83) Hampir tengah hariketika aku dan Kiram meninggalkan Cigobang,


hunian yang kini menjadi onggokan abu dan serakan mayat
(Tohari, 2015:15).

Sedikit-demi sedikit anggota kelompok berguguran, entah itu mati dalam

pertempuran atau mati karena sakit. Termasuk kematian Kang Suyud, seseorang

yang sudah dianggap sebagai tetua oleh Amid. Awalnya jumlah anggota mereka

mencapai ribuan, kemudian dibagi dalam jumlah pasukan kecil berjumlah sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

dua ratus orang. Kurun waktu tiga tahun, kelompok kecil yang berjumlah sekitar

dua ratus orang itu kini hanya menyisakan setengahnya saja. Berikut kutipan yang

mendukung pernyataan tersebut.

(84) Kematian lelaki yang kutuakan itu membuat jumlah anggota


kelompok kami makin sedikit. Tiga tahun lalu, ketika kami
bergerak dari arah timur untuk menempati wilayah segitiga
Gunung slamet, Gunung Ceremai, Muara Citandui, kukira jumlah
kami lebih dari seribu orang. Dan satuan kecil yang mendapat
perintah menempati sektor hutan wilayah utara Cilacap sampai ke
perbatasan Jawa Tengah-jawa Barat, ada dua ratus orang lebih.
Dalam waktu kurang dari tiga tahun berikutnya kami kehilangan
lebih dari setengahnya (Tohari, 2015:15).

Awal mula diperbantukan sebagai tentara, mereka dikirim ke Purwokerto

dan dikumpulkan di sebuah Madrasah. Mereka nantinya akan mendapat latihan

ketentaraan dari para tentara Republik. Berikut kutipan yang mendukung

pernyataan tersebut.

(85) Sampai di Purwokerto kami dihimpun di sebuah gedung madrasah


milik Al Irsyad. Kulihat kira-kira ada dua ratus pemuda berkumpul
di sana. Kami beristirahat sejenak dan ketika magrib aku
mendengar berita bahwa besok pagi kami akan mulai mendapat
latihan ketentaraan (Tohari, 2015:26).

Tak disangka sebelumnya, keinginan anak-anak Hizbullah yang ingin

bergabung menjadi tentara Republik kini harus kandas. Ada golongan tertentu

yang tidak suka dengan anak-anak Hizbullah yang ingin bergabung dengan

pasukan Republik. Mereka di adu domba supaya terjadi permusuhan antara

Hizbullah dan pasukan Republik.

(86) Seluruh pasukan Hizbullah kemudian mengundurkan diri ke


Somalangu. Di sana terjadi perbincangan, atau perdebatan, tentang
siapa sebenarnya mereka yang menyerang kami. Ada yang
percaya, pasukan republik tak mungkin punya perilaku sekotor itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Menurut pendapat ini, para penyerang memang oknum-oknum


yang berasal dari pasukan Republik, namun mereka bekerja untuk
kepentingan golongan tertentu. Mereka adalah penghianat yang
mencatut nama pasukan Republikdan tidak suka terhadap
masuknya anak-anak bekas Hisbullah ke pasukan
pemerintah(Tohari, 2015:81).

Amid memiliki seorang istri yang berada di daerah Dayeuh Luhur. Berikut

kutipannya.

(87) Keesokan harinya aku melaksanakan keinginan yang sudah lama


kupendam, menjenguk Umi di daerah Dayeuh Luhur (Tohari,
2015:113).

4.2.2.2 Latar Waktu

Di usia mudanya, Amid pernah menjadi santri sekaligus belajar silat. Ia

belajar silat pada seorang Kiai. Kiai itu bernama Kiai Ngumar. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(88) Maret 1946. Ketika usiaku 18 atau 19, sudah lima tahun tamat
Vervolk School. Bersama beberapa teman, satu diantaranya Kiram,
saat itu aku sedang menjadi murid Kiai Ngumar, belajar silat.
Suatu malam Kiai Ngumar memanggil aku dan Kiram. Hatiku
berdebar karena mengira Kiai akan memberi rahasia-rahasia ilmu
silat (Tohari, 2015:27).

Kecintan Amid dan kawan-kawan kepada Tanah Air ia buktikan dengan

ikut membantu para tentara Republik berperang melawan Belanda. Para pasukan

sudah siap di posisi masing-masing. Harap-harap cemas mereka menantikan

pasukan Belanda yang akan melewati daerah tersebut, apalagi jumlahnya sangat

besar. Namun pertempuran itu urung terlaksana karena pasukan Belanda

dikabarkan melewati jalan lain. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

(89) Jam 8 pagi kami sampai ke tujuan, suatu wilayah perbukitan si


sebelah utara kota kecil Bumiayu. Kulihat ratusan tentara bersiaga
di atas bukit di kiri dan kanan jalan, ada juga yang berjaga-jaga di
dekat jembatan di lembah. Dan tidak seperti semua anak muda
yang baru datang, para tentara tampak benar-benar siap berperang
dan semua menyandang senjata (Tohari, 2015:27).
(90) Makin siang terasa ketengangan makin memuncak. Beredar kabar
dari kalangan kami bahwa jumlah pasukan Belanda yang
diperkirakan lewat sangat besar. Perang pasti seru. Aku sendiri
sulit membayangkan sesuatu (Tohari, 2015:29).
(91) Menjelang sore kudengar berita, tentara lawan mengubah lintasan
perjalanan mereka. Menurut berita yang begitu cepat beredar itu,
tentara Belanda mengambil jalan memutar. Dari Slawi mereka
bergerak ke timur dan akan masuk Purwokerto melalui Purbalingga
setelah mengitari Gunung Slamet (Tohari,2015:31).

Akhirnya pertempuran yang mereka tunggu datang. Di suatu pagi mereka

beserta beberapa tentata bersiap menghadang pasukan Belanda yang akan lewat.

Beberapa kali tembakan sudah terdengar dari garis pertahanan paling depan.

Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(92) Pagi sekali kami meninggalkan desa di sebelah bukit, menuju jalan
besar di sebelah selatan. Keempat tentara bersembunyi di balik
rumpun pandan yang tumbuh di sepanjang tepi jalan. Komandan
mereka sering melihat jam tangannya. Ketegangan mulai terasa.
Aku merasa ingin kencing. Kira-kira jam sepuluh, mulai terdengar
suara tembakan dari arah timur. Menurut perhitungan, dalam waktu
lima belas menit sampai dua puluh menit, akan datang pasukan
bantuan Belanda dari arah barat. Kulihat keempat tentara itu makin
siaga (Tohari, 2015:32).

Kecintaan Amid dan kawan-kawan mereka tunjukkan dengan ikut

memerangi pasukan Belanda. Mereka mendirikan sebuah barisan pemuda dan

menamainya Hizbullah. Mereka hanya asal-asalan mendirikan barisan tersebut

tanpa ada acara pembentukan secara resmi. Berikut kutipan yang mendung

pernyataan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

(93) Di pertengahan tahun 1948, Barisan Pemuda, nama asal asalan


yang kami berikan buat kelompok kecil pasukan kami sendiri, sah
menjadi Hizbullah.tetapi tak ada upacara, tak ada pencatatan
anggota. Kami hanya berkumpul di rumah Kang Suyud, dan
menjadikan kang Suyud menjadi ketua bagi kami. Kiram menjadi
wakilnya (Tohari, 2015:57).

Dengan kegigihan para tentara Republik serta kegigihan pejuang-pejuang

kelompok lain termasuk Hizbullah, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan RI.

Belanda secara resmi meninggalkan Indonesia. Namun di sini mulai timbul

masalah baru bagi para pejuang Hizbullah, mereka harus membubarkan diri atau

melebur menjadi satu dengan tentara Republik.

(94) Pada bulan Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan


Republik dan kami, anggota Hisbullah, secara resmi tidak punya
musuh lagi. Namun di sinilah kemudian muncul masalah baru
karena kami harus memilih membubarkan diri atau menerima
seruan pemerintah untuk dilebur ke dalam tentara Republik
(Tohari, 2015:70).

Tak disangka sebelumnya, keinginan anak-anak Hizbullah yang ingin

bergabung menjadi tentara Republik kini harus kandas. Ada golongan tertentu

yang tidak suka dengan anak-anak Hizbullah yang ingin bergabung dengan

pasukan Republik. Mereka diadu domba supaya terjadi permusuhan antara

Hizbullah dan pasukan Republik. Mereka diberondong senjata api dari arah

gerbong kereta yang akan mereka tumpangi. Mereka tidak tau siapa yang tega

melakukan tindakan yang sekotor itu. Berikut kutipan yang mendukung

pernyataan tersebut.

(95) Jam Sembilan pagi terdengar suara lokomotif dari arah timur.
Kereta Api berjalan mundur dari stasiun Kebumen. Asap
lokomotifnya kelihatan bergulung ke udara. Dengu mesin uapnya
terdengar jelas. Kereta api mulai melambat, kami bersiap. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

kami mendadak tertegun karena tiba-tiba terdengar rentetan


tembakan. Naluri berkata ada bahaya datang (Tohari, 2015:78).

Demi menuruti rasa rindunya terhadap Umi, Amid memberanikan diri

untuk pergi menemui Umi di kampung tempat Umi tinggal. Rasa

tanggungjawabnya sebagai suami, mendorong semangatnya dan mengalahkan

rasa takut akan ketahuan orang-orang yang memburu anak-anak Hizbullah.

Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(96) Pagi-pagi sekali aku berangkat, berbekal kain sarung yang melilit
pinggang. Senjata kutitipkan pada Kiramdan Jun yang tetap tinggal
dalam pos rahasia. Aku hanya membawa parang. Barang itu sangat
aku butuhkan, terutama sebagai sarana penyamaran bila aku harus
keluar hutan sebagai seorang pencari kayu bakar (Tohari,
2015:117).

Untuk mampu bertahan hidup di dalam hutan mereka harus pandai

berburu. Mereka harus mencari bahan makanan yang berasal dari hasil kekayaan

hutan. Hal itu juga dilakukan oleh Kiram. Kemampuannya berburu membuahkan

hasil, ia berhasil mendapatkan madu hutan yang yang sangat baik untuk

keesehatan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(97) Pukul dua belas malam suasana menjadi lebih tenang. Umi minta
minum. Dan lagi-lagi aku harus berterimakasih kepada Kiramyang
kemarin membawa seruas bamboo berisi madu lebah (Tohari,
2015:137).

Pemberontakan pasukan DI/TII menemui titik akhir. Pemimpin tertinggi

Darul Islam telah tertangkap pasukan Republik. Melalui surat edaran menyerukan

agar seluruh pasukan DI/TII yang masih bertahan di hutan agar segera

menyerahkan diri dengan jaminan pengampunan. Berikut kutipan yang

mendukung pernyataan tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

(98) Akhir Juni 1962, seorang rekan laskar yang berpangkalan di


wilayah hutan Gunung Slamet lereng barat, datang ke tempat kami.
Kukira Toyib, rekan itu, telah menempuh perjalanan yang
berbahaya untuk memberi kabar tentang sesuatu yang sangat
penting. Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, Khalifah. Darul Islam,
panglima tertinggi Tentara Islam Indonesia tertangkap pasukan
Republik.

Setelah berakhirnya masa DI/TII, Gerakan Siluman atau lebih dikenal

sebagai orang-orang komunis kerap melakukan propaganda dan pertemuan-

pertemuan secara tersembunyi. Tujuan itu mereka lakukan untuk menghimpun

kekuatan dan menyusun rencana untuk menjatuhkan pemerintahan. Rencana itu

sudah sangat tersebar luas, bahkan beberapa stasiun radio memberitakan hal itu.

Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(99) Dan puncak kekisruhan terjadi pada Tahun 1965, ketika aku
mendengar berita simpang siur bahwa aka ada makar di Jakarta.
Beberapa jendral Angkatan Darat terbunuh. Berita it uterus
berkembang. Akhirnya radio memberitakan bahwa yang berada di
belakang gerakan itu adalah orang-orang komunis. Bahkan
kemudian tersiar berita yang pasti bahwa pelaku makar memang
orang-orang komunis (Tohari, 2015:156).

Keharuan dirasakan oleh Amid saat keinginannya bergabung dan

bertempur bersama tentara Republik terwujud. Banyak pengorbanan yang

dilakukkan oleh Amid untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(100) Tepat jam satu tengah malam tiga truk penuh tentara meninggalkan
markas. Aku, Jun, dan Kiram ada di antara mereka. Terasa aneh,
tiga bekas laskar DI berada dalam satu pasukan dengan tentara
pemerintah, bekas seteru besarnya. Entahlah Kiram dan Jun, tetapi
aku sendiri merasakan keharuan yang terus mengembang dan
menyesakkan dada. Tenggorokanku terasa pepat. Dan aku merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

airmataku jatuh. Untung dalam kegelapan malam tak mungkin ada


orang melihat roman mukaku (Tohari, 2015:161).
(101) Jam tiga pagi, truk berhenti di jalan raya yang membelah hutan Jati
Cigobang. Masihcukup waktu bagi pasukan kami untuk berjalan
kaki sampai ke tempat sasaran sebelum hari terang (Tohari,
2015:163).

4.2.2.3 Latar Sosial

Latar sosial dalam novel ini mengacu pada kehidupan Amid dan kawan-

kawan yang serba kekurangan dan harus hidup di hutan. Mereka terjebak dalam

sebuah pasukan yang tidak sejalan dengan perintah. Itulah sebabnya mereka selalu

diburu oleh tentara Republik. Sesungguhnya Amid dan kawan-kawan

menginginkan kehidupan yang normal tanpa adanya permusuhan. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(102) “Terus terang lagi aku sudah jenuh. Aku sudah lelah karena sudah
hampir sepuluh tahun aku hidup selalu diburu seperti ini, bahkan
boleh dibilang kita sudah kehilangan harapan. Maka tolonglah
dimengerti bila aku mulai berpikit tentang kehidupan normal,
hidup biasa di desa, menjadi petani atau pedagang. Istriku dan anak
yang sedang dikandungnya tentu lebih menyukai hidup yang wajar,
hidup yang biasa saja” (Tohari, 2015:21).

Para masyarakat sudah sejak lama hidup rukun dan gotong royong.

Mereka tidak menciptakan jurang pemisah antara orang-orang yang taat beragama

dan yang tidak taat. Apapun agama dan golongan, mereka saling tolong menolong

dan tidak saling mengucilkan. Berikut kutipan yang mendukung pernyatan

tersebut.

(103) “Dengarkan dulu dengan sabar. Orang –orang asing menyebut kita
semua Selam.”
“Bukan „pribumi‟?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

“bukan. Kata „pribumi‟ belum lama lahir. Mungkin Ki Hajar


Dewantara yang menciptakannya.”
“Lalu dengan istilah Selam?”
“Maksudnya jelas, Islam. Kamu mengerti apa artinya?”
“Tidak,” jawabku.
“Artinya, selam dalah sebutan untuk kita semua orang yang tinggal
di Aceh sampai Sunda Kecil tadi. Ya, pribumi itulah. Dulu, di mata
orang asing, juga dalam perasaan kita semua, Selam dan Tanah Air
adalah dua sisi mata uang, seperti Pandawa dan Amarta. Orang-
orang tua kita di sini, yang sembahyang atau tidak, yang santri atau
yang abangan, bahkan juga yang dul-dulan, sama-sama merasa
sebagai orang Selam. Mereka bersaksi bahwa Gusti Allah adalah
Tuhan Yang Maha Esa, Kanjeng Nabi Muhammad adalah utusan-
Nya. Mereka sejak lama hidup rukun dan bergotong
royong”(Tohari, 2015:52).
(104) “Sejak zaman dulu para ulama hidup damai dengan para santri dan
juga damai di tengah orang-orang abangan. Para ulama dulu
bahkan tidak pernah membuat garis pemisah antara keduanya.
Memang istilah santri dan abangan, bahkan juga wong dul-dulan,
sudah lama ada. Namun dalam kehidupan sehari-hari mereka hidup
dalam kebersamaan yang tak dapat diragukan” (Tohari, 2015:53).

Pada jaman itu pernikahan usia muda masih sering terjadi. Tak terkecuali

yang terjadi pada tokoh utama dalam novel tersebut. Ia menikahi istrinya pada

saat sang istri masih berumur antara lima belas atau enam belas tahun. Berikut

kutipannya.

(105) Umi yang ketika itu masih lima belas atau enam belas tahun. Aku
terpaksa oleh keadaan harus menikah dengan gadis belia itu
karena ia sebatang kara. Ayah Umi, Kiai Had, yang tga tahun
menjadi imam Laskar DI, meninggal dalam sebuah persembunyian
di gua (Tohari, 2015:113).
(106)

Latar tempat ditunjukkan dari kutipan (82) sampai kutipan (87). Latar

tempat terjadi di daerah jawa Tengah dan Jawa Barat. Pengarang menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

gunung, hutan, muara dan nama daerah sebagai tempat untuk menceritakan

peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam novel.

Latar waktu dimulai saat Amid remaja, kira-kira berumur 18 tahun.

Kutipan (88) merupakan bukti saat itu Amid berumur sekitar 18 tahun. Kutipan

(89) sampai kutipan (92) merupakan bukti kecintaan Amid dan kawan-kawan

dengan cara ikut membantu pasukan Republik berperang melawan penjajah.

Kutipan (93) 1948 Amid dan kawan-kawan membentuk barisan Hizbullah.

Kutipan (94) 1949 bukti bahwa Belanda mengakui kedaulatan RI. Kutipan (95)

serangan misterius kepada anak-anak hizbullah yang ingin melebur ke tentara

Republik. Kutipan (96) rasa rindu Amid kepad istrinya. Kutipan (97) bukti

mereka harus bertahan hidup dari alam sekitar. Kutipan (98) pemimpin DI/TII

tertangkap dan menyerukan semua anggotanya untuk menyerahkan diri. (99)

kegiatan para gerakan komunis semakin menjadi, bahkan mengadakan makar.

(100) sampai kutipan (101) bukti bahwa terwujudnya keinginan Amid untuk

berperang bersama Republik membela Tanah Air.

Latar sosial dalam novel ini menceritakan tentang kehidupan pada masa

itu. Kehidupan yang rukun serta gotong-royong tanpa membedakan satu sama lain

sudah ada sejak lama. Orang yang beragama maupun tidak saling membantu demi

terciptanya perdamaian dan kerukunan, terbukti dari kutipan (103) sampai kutipan

(104). Kutipan (105) bukti bahwa pernikahan di usia muda juga sering terjadi

pada jaman itu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

4.2.3 Tema

Novel yang berjudul Lingkar Tanah Lingkar Air, memiliki tema bahwa

untuk mencapai kemakmuran dan perdamaian memerluka suatu perjuangan dan

pengorbanan yang berat. Bentuk perjuangan dan pengorbanan ditunjukkan oleh

tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air.Tema

dalam novel ini ditunjukkan oleh Amid dan kawan-kawan saat berperang

melawan penjajah untuk membebaskan Tanah Air. Berikut kutipan yang

mendukung pernyataan tersebut.

(107) “Ya. Dalam rapat itu Hadratur Syekh dari Jawa Timur
mengeluarkan fatwanya. Beliau bilang, berperang melawan tentara
Belanda untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka,
wajib hukumnya bagi semua orang islam. Dan siapa yang mati
dalam peperangan melawan tentara Belanda yang kafir, dialah
syahid”(Tohari, 2015:24).
(108) “Soal persamaan tentu kalian sudah tahu,” ujar Kiai Ngumar.
“Tentara Republik dan Hizbullah sama-sama pasukan bersenjata
yang berjuang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan
kemerdekaan Negara kita”(Tohari, 2015:46).
Perjuangan yang mereka lakukan penuh dengan pengorbanan. Berikut

kutipan yang mendukung.

(109) “Kamu yakin suasana sudah aman?” aku bertanya.”


“Ah, kamu. Bagi kita suasana tak pernah aman.”
“Di mana Jun? kulihat tadi malam dia kena.”
“Memang. Tetapi kukira dia bisa lari. Peluru menembus kulit
pahanya” (Tohari, 2015:9).
(110) “Mid, karena sudah bersenjata, kita harus mengambil jarak
dengan orang tua kita, juga dengan Kiai Ngumar.”
“Bagaimana?”
“orang tua kita dan Kiai Ngumar akan mendapat kesulitan bila kita
kelihatan tetap akrab dengan mereka. Kita harus selalu bergerak.
Bila kita tetap tinggal di kampung, orangtua kita bisa menjadi
bulan-bulanan tentara Belanda”(Tohari, 2015:44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

(111) Aku sempat beberapa kali menarik picu senjata. Namun tak lama
kemudian aku merasakan pundak dan belikatku panas. Lalu aku tak
kuasa lagi menggeakkan tangan kananku. Dan tiba-tiba kepalaku
terasa sangat pening dan mataku mulai berkunang-kunang (Tohari,
2015:163).
(112) Kini aku akan berperang atas nama Republik, sesuatu yang pernah
sangan aku rindukan dan gagal terlaksana. Tetapi kini semuanya
akan menjadi kenyataan, aku bersama Kiram dan Jun, meski hanya
sementara, menjadi bagian tentara Republik. Ya, tak pernah
kuduga akhirnya aku mendapat peluang bertempur atas nama
Negara. Keharuan kembali merebak dan air mataku jatuh lagi
(Tohari, 2015:162).
(113) Meskipun rasanya tak membahayakan jiwa, tembakan yang
mengenai tangan kanan itu member pengalaman yang tak mudah
kulupakan. Setelah lepas bahaya, rasa sakit mulai menyengat l
ukaku. Dalam kegelapan malam ternyata banyak darah
keluar (Tohari, 2015:36).

Berdasarkan dari kutipan (107) sampai kutipan (113) untuk mencapai

sesuatu yang diinginkan memerluka suatu perjuangan dan pengorbanan. Hal ini

ditunjukkan oleh Amid dan kawan, mereka berjuang sekuat tenaga. Bahkan demi

membela Tanah Air, Amid harus mati dalam sebuah pertempuran.

4.2.4 Analisis Nilai Patriotisme

Kisah dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ini

mencerminkan kehidupan masyarakat pada rentang waktu 1946-1965. Pada waktu

itu Indonesia sudah merdeka, namun masih banyak masalah yang terjadi pada

masa itu. Banyak kekuatan atau golongan-golongan yang ingin menguasai Negara

ini. Belanda yang tadinya sudah pergi sebelum Indonesia merdeka, kembali lagi

untuk mencoba menguasai negeri ini. Mereka kembali setelah mendengar

kekalahan Jepang dari Sekutu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Perlawanan terhadap Belanda dilakukan oleh pasukan pemerintah dan

masyarakat. Banyak peperangan yang terjadi di beberapa daerah. Masyarakat

tidak menghendaki kalau Belanda kembali menguasai negeri ini. Dengan

kegigihan dan perjuangan masyarakat Indonesia, pada tahun 1949 belanda

mengakui kedautan RI dan meninggalkan Indonesia.

Setelah kepergian Belanda tidak membuat masalah selesai malah

memunculkan masalah baru. Banyak orang dan golongan tertentu yang tidak

sependapat dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Sukarno dan Hatta. Diantara

golongan itu adalah gerakan DI/TII dan orang-orang komunis (Gerakan 30S/PKI).

Pemerintah dan masyarakat tidak tinggal diam, mereka berusaha memerangi

kekuatan-kekuatan tersebut. Keadaan masyarakat pada waktu itu sungguh tidak

menentu. Dikatakan merdeka namun mereka belum bisa merasakan ketentraman

dan kedamaian yang diharapkan. Masih banyak peperangan yang terjadi, sehingga

masyarakat belum merasa aman.

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai nilai patriotisme dalam novel

Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari. Nilai patriotisme diwujudkan

melalui perlakuan Amid beserta teman-temannya yang siap menghadapi tantangan

untuk membebaskan tanah air dari penjajahan. Berikut nilai patriotisme yang

terkandung dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

4.2.4.1 Keberanian

Pada masa itu keberanin dimiliki oleh setiap pahlawan yang yang berusaha

memperjuangkan kedaulatan RI. Keberanian itu muncul karena adanya dorongan

dari hati nurani mereka karena yang ingin mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Salah satu pahlawan yang memiliki keberanian pada masa itu adalah Jenderal TNI

Anumerta Ahmad Yani.

Berbagai prestasi dengan penuh keberanian pernah diraihnya pada masa

perang kemerdekaan. Ahmad Yani berhasil menyita senjata Jepang di Magelang.

Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi

Komandan TKR Purwokerto. Ketika Agresi Militer Pertama Belanda terjadi,

pasukan Ahmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan

Belanda di daerah tersebut. Maka saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia

dipercayakan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang meliputi

daerah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia

diserahi tugas untuk melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang

membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Ketika itu dibentuk pasukan Banteng

Raiders yang diberi latihan khusus hingga pasukan DI/TII pun berhasil

dikalahkan. Seusai penumpasan DI/TII tersebut, ia kembali ke Staf Angkatan

Darat. Ahmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis

Indonesia). Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang

terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Oleh karena itu, ia menjadi salah

satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan

Darat melalui Pemberontakan G30S/PKI.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Amid beserta teman-temannya memiliki sifat berani. Mereka berani

menghadapi segala rintangan yang menghadang meskipun dalam situasi yang

sulit. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(114) “Jadi begini,” lanjut Kiai Ngumar membuyarkanangan-anganku,


“karena sudah di fatwakan wajib,aku minta kamu yang masih
muda-muda sebaiknya bersiap.”
“Siap berperang Kiai?”
“Ya”
“Apa perang sampai ke desa kita?”“Hampir bisa dipastikan ya.
Bagaimana?”(Tohari, 2015:25).
(115) “Mid, kita mau perang bukan?”
“Ya. Mencegat iring-iringan tentara Belanda yang hendak masuk
ke Purwokerto dari arah Tegal.”
“Jadi, betul kita mau perang?”
“Kok, kau tanya begitu?”(Tohari, 2015:26).
(116) “Mid, dalam perang juga ada cara menebang pohon? Bila hanya
mengayun kapak seperti ini, dirumah sendiri pun aku biasa
melakukannya.”
“Kau jangan berisik.”
“Mid, aku ingin menyandang senjata seperti mereka.”
“Jangan berisik.Kau mungkin akan mereka berisenjata bila kau
sudah bisa menggunakannya.”“Mid, kapan kita mendapat latihan?”
“Ku bilang: jangan berisik!”(Tohari, 2015:26).
(117) “Organisasi Perlawanan Rakyat itu banyak disusupi orang-orang
gerakan siluman yang komunis. Jadi percuma bila kita turun
gunung. Bagiku, daripada mati justru karena menyerahkan diri,
lebih baik mati bertempur”(Tohari, 2015:97).
Keberanian Amid dan teman-temannya sangat besar. Mereka berani

bertempur mengusir penjajah meskipun nyawa taruhannya. Salah satu yang

memiliki keberanian besar adalah Kiram. Pada saat ia akan menangkap orang-

orang yang mereka curigai sebagai mata-mata Belanda, kiram menunjukkan

kemampuan yang sebenarnya. Berikut kutipan langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(118) Ah, tapi aku melihat Kiram melompat diatas tubuhku, melesat ke
tengah jalan. Ya Tuhan. Kiram menyambar sebuah bedil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

tergeletak di sisi mayat pemiliknya, seorang serdadu Belanda.


Kemudian semuanya baur kembali aku hanya mendengar perintah
lari. Lari(Tohari, 2015:34)!.
(119) Kulihat kedua polisi itu memutar sepeda mereka. Kiram menunggu
sesaat, lalu melompat dari tempat persembunyiannya dan
bersicepat menodongkan senjatanya ke perut Hianli(Tohari,
2015:41).
(120) Kiram melompat keluar dari semak dan tanpa ucapan apa pun ia
menarik Mantri Karsun dari atas sepedanya. Kendaraan itu pun
roboh dan pemiliknya tak berdaya dalam cekalan Kiram (Tohari,
2015:60).
(121) Dengan senjata siap tembak, aku dan Kiram menunggu tawanan itu
muncul. Senjata Kiram meledak lebih dulu ketika ada kepala
mincul sepuluh meter arah hilir. Luput. Kepala Mantri Karsun
kembali lenyap(Tohari, 2015:62).
(122) Seperempat menit kemudian kepala itu timbul lagi dan dua ledakan
terdengar hampir bersama. Kami yakin, kali ini pun luput karena
tampak jatuhnya peluru-peluru itu melesat(Tohari, 2015:63).

Kiram merupakan orang yang pantang menyerah. Beberapa kali

tembakannya meleset tak melemahkan semangatnya untuk menangkap Mantri

Karsun. Ia menyerahkan senjatanya kepada Amid, kemudian berenang untuk

menaangkap Mantri Karsun. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.

(123) Akhirnya Kiram menyerahkan senjatanya kepadaku. Ia sendiri


menghunus pisaunya lalu terjun ke air. Soal berenang, Kiram sulit
ditandingi oleh siapa pun karena sejak bocah ia akrab dengan air.
Rumah kiram terletak di punggung tanah, hanya beberapa jengkal
dari sungai(Tohari, 2015:63).
(124) Kiram mengambang seperti bangkong, tetapi matanya awas. Ketika
Mantri Karsun muncul agak sebelah timur, Kiram malah
menyelam. Ya Tuhan. Kemudian aku melihat air di sana berbuih-
buih dan berwarna merah. Aku yakin ada pertem[uran di bawah
pemukaan air. Kedua kaki tukang perahu tambah gemetar. Aku pun
beruaha memalingkan muka tak sanggup melihat air sungai
menjadi merah. Celakanya, ketika aku kembali melihat kesana ,
dua kepala muncul bersamaan. Satu kepala Kiram, yng lain kepala
Mantri Karsun yang sudah terlepas dari tubuhnya. Aku menjerit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

dan melompat, lalu jatuh terduduk di lantai perahu(Tohari,


2015:63).

Anak-anak Hizbullah yang ingin melebur ke dalam pasukan Republik

berkumpul di stasiun. Namun dalam perjalanan sesampainya mereka di stasiun,

tanpa disadari mereka mendapat serangan misterius dari rangkaian gerbong kereta

yang akan mereka naiki. Berikut ini adalah kutipannya.

(125) Kulihat ke samping, wajah Kiram merah padam menahan murka.


Ia mengajak aku dan Jun membalas tembakan, siapa pun yang
bersembunyi dalam gerbong yang baru datang itu(Tohari,
2015:79).
(126) Waktu itu aku melihat sendiri siapa Kiram sebenarnya. Ia memang
jagoan. Ia merangkak sepanjang parit sampai ke dekat gerbong dari
mana tembakan-tembakan dimulai. Kulihat Kiram menggigit kunci
geranat dan melemparkannya masuk gerbong lewat jendela.
Gebong itu terguncang oleh ledakan granat yang dilempar Kiram.
Aku yakin, siapa dan berapa pun manusia yang berada dalam
gerbong itu, pasti tewas bersama kepulan asap hitam yang
membubung(Tohari, 2015:79).

Keahlian yang dimiliki anak-anak Hizbullah bukan hanya berperang

menggunakan senjata saja, tetapi ilmu silat juga mereka miliki. Sebelum mereka

bisa menggunakan bedil, mereka sudah mampu menguasai ilmu silat. Berikut

kutipan yang mendukung pernyataan tesebut..

(127) Dan dalam sebuah pertempuran di daerah Brebes, aku terlibat


perkelahian dengan tangan kosong karena aku dan lawanku sama-
sama kehabisan peluru. Untuk pertama kali aku menggunakan silat
dalam pertempuran besar(Tohari, 2015:95).
Setelah mereka melalui sebuah perjuangan yang sangat panjang keinginan

mereka akan segera terwujud. Mereka akan ikut berperang bersama pasukan

Republik. Walaupun hanya sebagai pasukan pembantu saja, mereka sudah sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

senang karena bisa berperang atas nama RI. Berikut kutipan yang mendukung

pernyataan tersebut.

(128) “Saya punya usul, Pak. Bantuan kami akan menjadi lebih nyata
bila kami diberi kesempatan bertempur melawan pasukan komunis
itu. Dulu kami selalu kalah dalam pertempuran melawan mereka.
Rasanya kini ada kesempatan bagi kami untuk membuat
perhitungan akhir”(Tohari, 2015:159).
(129) Aku memandang Jun. ia pun tersenyum. Aku menangkap gelagat
Jun yang juga ingin kembali bertempur seperti Kiram(Tohari,
2015:159).
(130) “kalian ingin bertempur?”
“Ya, kalau kami diberi kepercayaan … dan kesempatan,” jawab
Kiram.
“Lho, kalian sudah tak bersenjata!”
“bekas senjata kami tentu ada di sini”(Tohari, 2015:159).
Selain sebagai pasukan pembantu, mereka juga menjadi pendobrak

pertahanan lawan. Mereka akan berada di barisan paling depan. Hal ini mereka

lakukan karena mereka telah mengetahui persembunyian lawan dan penguasaan

medan. Berikut kutipannya.

(131) Atas saran kami bertiga, sasaran pertama adalah sebuah rumah,
masih di tepi jalan besar. Itulah rumah Benggol, seorang pamong
desa yang diam-diam menjadi tokoh GS(Tohari, 2015:162).
(132) Namun entahlah, dalam udara pagi yang dingin itu darahku Terasa
panas. Apalagi kulihat Kiram minta izin untuk menjadi pendobrak
pertahanan lawan. Aku dan Jun mengikuti Kiram(Tohari,
2015:163).
(133) Maka jadilah Kiram, Jun dan aku bergerak di ujung pasukan. Ah,
Kiram masih seperti dulu: berani dan sangat cekatan, dan
lugas(Tohari, 2015:163).
Bertempur melawan penjajah memang dibutuhkan keberanian yang

besar. Begitu pula yang ditunjukkan oleh Amid dan pejuang lainnya. Kutipan

(114) sampai kutipan (133) merupakan bukti bahwa Amid dan teman-temannya

memiliki keberanian untuk mengusir penjajah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4.2.4.2 Rela Berkorban

Pada masa itu banyak sekali pahlawan yang ikut terlibat memperjuangkan

Republik Indonesia. Banyak pengorbanan yang mereka lakukan untuk

mempertahankan kedaulatan RI. Mereka berjuang sekuat tenaga, bahkan nyawa

mereka yang menjadi taruhannya. Yang paling mengenang pada waktu itu adalah

pengorbanan para pahlawan revolusi. Gerakan 30 September Partai Komunis

Indonesia atau G30S/PKI 1965 merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia yang

tak mudah dilupakan dari benak kita semua. Saat itu terjadi pemberontakan PKI

dengan menculik beberapa petinggi Angkatan Darat di zamannya. Mereka lalu

dibantai secara keji di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Monumen

Lubang Buaya. Para pahlawan itu yaitu Brigadir Jenderal TNI Anumerta

Katamso Darmokusumo, Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo

Haryono (MT Haryono), Letnan Jenderal TNI Anumerta Suprapto, Letnan

Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S. Parman), Mayor Jenderal TNI

Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel

Satsuit Tubun (KS Tubun), Kapten Anumerta Pierre Tendean, Jenderal TNI

Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan

(DI Panjaitan).

Pertempuran menghadapi penjajah memang tidak mudah. Dibutuhkan

keberanian dan pengorbanan besar untuk bertempur melawan penjajah. Amid dan

para pejuang juga memiliki rasa rela berkorban. Banyak yang menjadi korban di

dalam pertempuran itu. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

(134) “Tetapi aku berhasil melemparkan granat. Apapun hasilnya granat


meledak.”
“Lemparan granat yang pertama!” leceh Kiram. Kiram pun
tertawa. Lalu sepi. Kulihat Kiram dan Jun sama-sama menerawang.
Kukira keduanya, seperti aku, sedang tergoda oleh kenangan masa
lalu(Tohari, 2015:69).
(135) “ Kau mimpi?” tanya Jun masih dengan tertawa. Dia seperti tak
merasakan luka yang merobek kulit pahanya. Aku tak bisa
menjawab(Tohari, 2015:64).
(136) “Mid, kau jangan macam-macam. Kalau tak kuberi, kau tak akan
punya bedil. Kau akan tetap jadi anak bawang,” kata Kiram
tajam(Tohari, 2015:48).
(137) “Ah, bukan hanya Amid yang suka terkenang peristiwa masalalu.”
Kata Jun. Dia meringis ketika berusaha memperbaiki posisi
duduknya. Luka dipahanya mungkin membuatnya nyeri(Tohari,
2015:60).
(138) Dan itulah pertempuran kami yang terakhir dan paling melelahkan,
melawan tentara Belanda. Sebuah pertempuran yang meminta
banyak korban. Bayak sekali anak-anak Hizbullah yang gugur.
Tetapi kukira banyak tentara Belanda yang mati(Tohari, 2015:70).

Peperangan yang sedang mereka hadapi, memaksa Amid dan temannya-

temannya harus menjauhi keluarga-keluarga mereka. Hal itu mereka lakukan demi

keselamatan keluarga dan orang-orang yang mereka sayangi. Berikut kutipannya.

(139) “Mid, karena sudah bersenjata, kita harus mengambil jarak


dengan orang tua kita, juga dengan Kiai Ngumar.”
“Bagaimana?”
“orang tua Kita dan Kiai Ngumar akan mendapat kesulitan bila kita
kelihatan tetap akrab dengan mereka. Kita harus selalu bergerak.
Bila kita tetap tinggal di kampung, orangtua kita bisa menjadi
bulan-bulanan tentara Belanda”(Tohari, 2015:44).

(140) Aku mengangguk, aku mengerti kebenaran yang ada dalam kata-
kata Kiram. Dengan senjata yang ada di tangan, aku pun segera
sadar bahwa kini aku sudah terang-terangan menjadi musuh tentara
Belanda. Orang-orang seperti Hianli, juga Karsun, mantri pasar,
yang sudah dikenal sebagai mata-mata Belanda, tentu akan selalu
mengintip gerak-gerikku(Tohari, 2015:44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Pada suatu ketika Amid dengan berani pulang ke desa untuk menemui kiai

Ngumar. Namun, pada saat mereka berada di surau tiba-tiba datang pasukan

republik untuk mencari anak-anak Hisbullah termasuk Amir. Kiai Ngumar

menyuruh Amir untuk sembayang di dalam surau sampai para pasukan itu pergi

menjauh. Berikut kutipannya.

(141) “Istirahatlah disini sampai suasana agak jernih. Dan yang penting ,
jangan teruskan permusuhan kalian dengan tentara Republik.
Jangan”(Tohari, 2015:84).
(142) Yang penting sekarang kamu letakkan senjata karena hubunganmu
dengan tentara republik sudah dikotori orang”(Tohari, 2015:87).
(143) Namun sebelum aku sempat berbuat sesuatu, empat tentara tentara
itu sudah muncul di halaman rumah Kiai Ngumar. Aku menyadari
bahwa keadaan sangat genting, tetapi Kiai Ngumar kelihatan
tenang. Ia melepas kopiahnya dan cepat-cepat memasangkannya di
kepalaku dan berbisik, “salatlah terus, sementara aku menemui
mereka. Taruh bedilmu di balik beduk”(Tohari, 2015:88).

Pada saat ditanya keberadaan Amir dan kawan-kawan oleh pasukan, Kiai

Ngumar tidak memberi tahu kalau sebenarnya salah satu yang mereka cari berada

di situ. Hal itu beliau lakukan demi keselamatan Amir. Pada akhirnya Kiai

Ngumar lebih memilih untuk dibawa pasukan Republik dan dijadikan sebagai

jaminan. Berikut ini adalah kutipannya.

(144) “Kami tak dapat menemukan mereka di sini, tetapi Bapak harus
bertanggungjawab atas perlawanan mereka terhadap pasukan
republik!”
„Maksud sampean bagaimana?”
“Bapak boleh memilih; tunjukan di mana mereka berada atau
bapak sendiri kami bawa sebagai ganti mereka. Pilih!”
Lengang. Aku belum berani bergerak dari posisi tahiyat,
sehingga aku tak mungkin melihat mereka yang sedang bersi
tegang di halaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

“Ya, bawalah aku kepada komandan sampean. Aku akan


mempertanggungjawabkan perbuatan ketiga anak itu”(Tohari,
2015:90).

Rasa rela berkorban juga harus dimiliki oleh Amid dan para pejuang

yang lain. Kutipan (134) sampai kutipan (138) merupakan bukti bahwa Amid dan

para pejuang yang lain rela menderita dan disiksa oleh penjajah untuk mengusir

penjajah. Kutipan (139) sampai kutipan (144) merupakan pengorbanan yang harus

dilakukan Amid dan kawan-kawan untuk rela menjauhi keluarga demi

keselamatan mereka. Selain itu di kutipan ini berisi pengorbanan kiai Ngumar

untuk melindungi Amid.

4.2.4.2 Cinta Tanah Air

Wujud cinta tanah air pada waktu itu ditunjukkan para pahlawan pasca

kemerdekaan. Dengan penuh keiklasan mereka berjuang melawan kekuatan-

kekuatan yang berusaha merusak kedaulatan RI. Mereka saling bekerjasama dan

gotong-royong demi terwujudnya cita-cita bangsa ini. Dilandasi rasa cinta tanah

air itu para pahlawan mau melakukan perjuangan. Para pahlawan revolusi rela

mati demi mempertahankan kedaulatan RI.

Keberanian dan pengorbanan Amid dan para pejuang yang lain tidak akan

pernah terjadi jika dalam diri mereka tidak dilandasi rasa cinta tanah air. Selain

itu, berperang untuk mengusir penjajah di negara yang baru merdeka ini bisa

dilakukan oleh siapa saja yang mampu. Berikut kutipan langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

(144) “Ya. Dalam rapat itu Hadratur Syekh dari Jawa Timur
mengeluarkan fatwanya. Beliau bilang, berperang melawan tentara
Belanda untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka,
wajib hukumnya bagi semua orang islam. Dan siapa yang mati
dalam peperangan melawan tentara Belanda yang kafir, dialah
syahid”(Tohari, 2015:24).
(145) “Benar. Tetapi soal melawan tentara Belanda bisa dilakukan siapa
saja. Dan fatwa yang diucapkan Hadratus Syekh jelas berlaku
untuk semua orang yang sehat, bukan khusus untuk para tentara.
Nah, bagaimana?”(Tohari, 2015:25).
Awal mula Amid dan kawan-kawan menjadi pejuang, mereka hanya

menggunakan satu senapan. Mereka menggunakan senapan itu secara bergantian.

Kecintaan Terhadap Tanah Air yang mendorong mereka untuk ikut berjuang

melawan penjajah walaupun di dalam keterbatasan dan serba kekurangan. Berikut

adalah kutipan yang mendukung pernyataan.

(146) Dalam beberapa kali pencegatan terhadap pasukan Belanda kami


menggunakan senjata Kiram itu secara bergantian (Tohari,
2015:35).

(147) Dengan modal satu bedil itu Kiram, aku, Jun, dan Jalal membentuk
barisan pemuda (Tohari, 2015:35).

Diawal usaha mereka memerangi penjajah mereka belum tergabung

dalam orarganisasi pasukan Republik. Tetapi mereka menamai kelompok mereka

dengan sebutan „Hizbullah‟. Namun tujuan mereka tetaplah sama, yaitu untuk

mengusir penjajahan Belanda yang berusaha merebut kembali kemerdekaan

Negara ini. Berikut adalah kutipannya.

(148) “Soal persamaan tentu kalian sudah tahu,” ujar Kiai Ngumar.
“Tentara Republik dan Hizbullah sama-sama pasukan bersenjata
yang berjuang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan
kemerdekaan Negara kita”(Tohari, 2015:46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Namun setelah keadaan aman terkendali, mereka diminta untuk

membubarkan diri. Tetapi mereka diusulkan untuk bergabung dengan pasukan

Republik. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(149) “Hizbullah adalah pergerakan perlawanan rakyat yang bersifat


sukarela. Dasar niatnya lilahi taala, tujuannya melaksanakan
memerangi kafir yang membuat kerusakan di negeri ini seperti
sudah difatwakan Hadratus Syeikh. Dan tidak seperti tentara resmi,
Hizbullah tidak dibentuk oleh pemerintah.mereka lahir karena
keserta-mertaan para ulama. Karena niatnya lillahi taala, anak-anak
Hizbullah tidak akan menerima gaji dak kukira harus
membubarkan diri setelah keadaan aman. Itulah, maka aku tadi
bertanya, apakah tidak lebih baik kalian bergabung dengan tentara
resmi?”(Tohari, 2015:47).
(150) “Saya jadi bingung. Saya memahami apa yang sudah kiai katakan.
Kini saya tahu, kewajiban berjihad untuk memerangi kekuatan
yang membuat kerusakan di negeri ini sesungguhnya bias juga di
lakukan melalui ketentaraan resmi. Maksud saya tidak semata-mata
harus melalui Hizbullah ”(Tohari, 2015:55).

Dalam pilihan melebur menjadi pasukan Republik Amid, Kiram dan Jun

sependapat untuk menjadi bagian dalam pasukan Republik. Dalam pasukan

Republik mereka akan mendapatkan masa depan yang cerah, karena mereka akan

menerima gaji. Berikut kutipan yang mendukung.

(151) “Kiai saya ingin bergabung dengan tentara,”akhirnya aku bicara.


“Saya kira, Kiram dan Jun juga, entahlah kang Suyud” (Tohari,
2015:72).
(152) Tetapi aku, Jun, dan Kiram sudah membulatkan tekad: menjadi
tentara, punya pangkat, gaji. Dan kami merasa berhak memilih
masa depan kami sendiri, yang menurut Kiai Ngumar halal-halal
saja(Tohari, 2015:78)

(153) “Menjadi tentara Republik itu halal, karena Republik memang sah.
Hadratus Syekh takkan berfatwa bahwa berperang melawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Belanda wajib hukumnyua apabila beliau meragukan keabsahan


Republik. Dan ingatlah pelajaran dalam Kitab, terhadap pemerintah
yang sah kita kita wajib menaatinya.(Tohari, 2015:74).

Keharuan dialami oleh Amid karena keinginannya untuk bertemput

bersama tentara Republik akhirnya terwujud. Amid bahkan tidak dapat menahan

keharuannya sampai-sampai ia menangis. Berikut kutipannya.

(154) Kini aku berperang atas nama Republik, Sesutu yang pernah sangat
kurindukan dan gagal terlaksana. Tetapi kini semuanya akan
menjadi kenyataan, dan aku bersama Kiram dan Jun, meski hanya
sementara, menjadi bagian tentara Republik. Ya, tak pernah
kuduga, akhirnya aku mendapat peluang bertempur atas nama
Negara. Keharuan kembali merebak dan air mata jatuh lagi
(Tohari, 2015:162).

Berbeda dengan Kang Suyud, ia tidak mau bergabung dengan pasukan

republik. Kang Suyud memiliki keinginan untuk bergabung dengan kelompok lain

yang tidak sejalan dengan pemerintah. Namun, kiai Ngumar selalu memberi

nasehat akan pentingnya keutuhan Tanah Air. Kiai Ngumar tahu bahwa tindakan

Kang Suyud akan malah membuat kekacauan di negara yang baru merdeka ini.

Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(155) “Sabarlah Suyud. Aku ingin kembali mengingatkanmu akan


kandungan kitab. Di sana disebutkan, hanya ada satu kekuasaan
yang sah dalam satu Negara. Dengan kata lain, bila Republik sudah
diakui sebagai kekuasaan yang sah, lainnya otomatis menjadi tidak
sah”(Tohari, 2015:5).
(156) Negara Islam Indonesia? Aku teringat Kiai Ngumar. Teringat
ketika ia bersaksi bahwa dalam iman yang teguh Kiai Ngumar
dengan sadar memilih Republik Indonesia yang sudah berdiri
dengan sah. Aku juga teringat kata-kata orang tua itu bahwa dalam
suatu Negara yang sah, di dalamnya tak boleh ada suatu bentuk
Negara terpisah yang sah pula. Aku memercayai kebenaran pikiran
Kiai Ngumar : mestinya hanya ada satu bentuk Negara yang sah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

yaitu Republik. Tetapi aku mau apa jika pasukan Republik jelas-
jelas menganggapku sebagai pemberontak?(Tohari, 2015:95).

Kecintaan Amid dan pejuang lainnya terhadap tanah pertiwi memang

sangat besar. Meskipun nyawa taruhannya semangat Amid dan pejuang lainnya

tidak pernah padam. Kutipan (144) sampai kutipan (156) merupakan bukti bahwa

Amid dan para pejuang yang lainnya memiliki rasa cimta tanah air.

4.2.5 Relevansi Hasil Penelitian Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di

SMA

Rahmanto (2005:15) berpendapat bahwa pengajaran sastra harus

dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra mempunyai relevansi

dengan masalah-masalah dunia nyata. Oleh sebab itu, sastra bisa digunakan

sebagai bahan pembelajaran mengenai nilai-nilai kehidupan. Agar pesan yang

dikemas dalam pembelajaran sastra tersampaikan, Rahmanto (2005: 27-28)

mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran sastra, yaitu:

segi bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari segi

latar belakang kebudayaan para siswa.

a. Segi Bahasa

Penggunaan bahasa sangat perlu digunakan dalam pembelajaran sastra. Hal

ini berpengaruh pada tingkat pemahaman peserta didik jika pengarang

menggunakan bahasa yang sulit tentu pembaca akan sulit untuk memahami isi

dari novel tersebut. Novel Lingkar Tanah Lingkar Air menggunakan bahasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

mudah dimengerti. Pengarang mengunakan bahasa Indonesia, dimana bahasa

Indonesia merupakan bahasa nasional di Negara kita. Selain itu, dibeberapa

bagian pengarang juga menggunakan bahasa arab yang sekiranya masih mudah di

mengerti oleh para peserta didik ditingkat SMA. Berikut kutipan-kutipan yang

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa arab.

(157) Aku merasakan kekuatan tarik menarik, suatu pertentangan yang


mulai mengembang dalam hatiku. Seorang laki-laki, militer yang
baru ku bunuh itu,agaknya selalu merasa dekat dengan Tuhan. Dan
iatelah ku habisi nyawanya (Tohari, 2015:19).
(158) Kang Suyud meninggalkan istri dan beberapa anak, juga sebuah
masjid yang besar. Dulu, sbeleum lari kehutan bersama kami Kang
Suyud menjadi imam di masjid itu. Jama‟ah nya banyak dan ia di
hormati. Kang Suyud punya sawah dan lading (Tohari, 2015:13).

Selain menggunakan bahasa Indonesia novel ini juga menggunakan

beberapa bahasa Arab yang berkaitan dengan keislaman. Berikut kutipan langsung

yang mendukung pernyataan tersebut.

(159) “Inna lillahi, tak kusangka akan menjadi begini,”keluh Kiai


Ngumar“Istirahatlah di sini sampai suasana agak jernih. Dan yang
terpenting, jangan teruskan permusuhan kalian dengan tentara
Republik. Jangan.”(Tohari, 2015:84).
(160) “Bapak bisa dipercaya?”

“Insya Allah, ya”

“kami akan mengeledah rumah Bapak” (Tohari, 20015:89).

(161) “Mid, nyebut. Laa ilaaha illallaah”(Tohari, 2015:164).


(162) “Tetaplah tawakal Mid. Engkakau menjelang shahid.”

“laa ilaaha illallaah…”(Tohari, 2015:165).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

b. Kematangan Jiwa

Kematangan Jiwa seorang peserta didik juga harus diperhatikan dalam

pendidikan SMA kelas XII semester II. Hal ini akan berpengaruh pada

kemampuan berfikir, kesiapan bekerjasama dan kemungkinan dalam memecahkan

masalah. Rahmanto (1988: 26), berpendapat bahwa usia 16 tahun ke atas

merupakan tahap generalisasi, dimana anak tidak hanya berminat pada hal praktis-

praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena. Berikut kutipan langsung yang mendukung dalam

pemilihan aspek kematangan jiwa.

(111) Karena merasa tak bisa memutuskan sendiri mengenai


masalah ini, aku mengambil inisiatif mengumpulkan teman-
teman di rumah Kiai Ngumar yang sudah kembali dari
pengungsian. Orang tua itu terlihat letih setelah hidup dalam
kesulitan selama berbulan-bulan(Tohari, 2015:71).
(112) Aku dan Kiai Ngumar yang masih berada di surau segera
menyadari siapa yang datang dan siapa yang mereka cari.
Kiai Ngumar menyuruh aku segera menyingkir dan
menyembunyikan senjataku ditempat yang aman. Namun
sebelum aku sempat berbuat sesuatu, empat tentara itu sudah
muncul dihalaman rumah Kiai Ngumar. Aku menyadari
keadaan sangat genting, tetapi Kiai Ngumar kelihatan tenang.
Ia melepas kopihnya, cepat-cepat memasangkan di kepalaku,
dan berbisik “Sholatlah terus, sementara aku menemui
mereka. Taruh bedilmu dibalik beduk(Tohari, 2015:87).
Berikut kutipan langsung yang mendukung dalam pemilihan aspek

kematangan jiwa.

(113) “Sebenarnya tadi masih banyak yang ingin aku katakan


kepada Suyud dan kawan-kawannya. Tetapi aku melihat
mereka sudah demikian kuat pada keputusannya.”“Kalau kiai
ingin bicara, saya bersedia mendengarkannya dengan senang
hati”(Tohari, 2015:51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

(114) “Kiram, aku minta kau menghargai itikad baik Kiai Ngumar.
Orang tua itu mau berjerih payah mencari kebaikan buat
kita.”“Mid, bila kau mau lembek seperti itu, silakan.Namun,
aku tidak. Pokoknya aku tak mau dikhianati. Kiai saya minta
permisi”(Tohari, 2015:85).
Kutipan (111) sampai kutipan (114) merupakan bukti bahwa nilai-nilai

patriotisme yang terkandung dalam novel tersebut mempunyai aspek kematangan

jiwa. Karena setiap tokoh tidaklah mudah dalam mengambil setiap keputusan,

ada hal-hal tertentu yang perlu diperhatikan. Hal itu menimbulkan pertentangan

batin yang tidak mudah untuk dipecahkan. Bagi peserta didik tingkat SMA,

masalah ini masih bisa dipecahkan oleh mereka.

c. Latar Belakang Budaya

Latar Belakang Budaya juga penting pendidikan SMA kelas XII semester

II. Hal ini akan menambah minat dan ketertarikan peserta didik dalam

menganalisa sebuah novel. Selain itu, mereka akan mengenal budaya-budaya di

Indonesia. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(163) Para petani tahu, kalau sri gunting adalah pertanda datangnya
mangsa kapat, masa keempat dalam pranata mangsa atau
kalender pertanian tradisional. Itulah saat yang baik untuk
menebar benih di lahan kering, karena musim hujan sedang
menjelang (Tohari, 2015:43).
(164) Aku mengucap salam ketika Kiai Ngumar hendak
membuka pintu surau. Orang tua itu tak segera membalas
salamku. Kulihat dalam keremangan fajar, Kiai Ngumar agak
ragu.
“Saya, Kiai. Saya, Amid,”kataku pelan, hamper seperti
berbisik.
“Ngalaikum salam. Ya Gusti, kamukah, Mid?” jawab Kiai
Ngumar juga dalam bisik. Orang tua itu mengulurkan
tangannya. Kami berjabat tangan. Kuraakan tangan tua yang
makin melemah (Tohari, 2015:103).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Kutipan (163) sampai kutipan (164) merupakan bukti bahwa di setiap

daerah punya latar belakang yang berbeda-beda.Dalam novel ini yang

diperkenalkan adalah budaya mengucapkan salam dan budaya berjabat tangan

yang sudah ada sejak dulu. Melalui hal tersebut dapat menambah pengetahuan

peserta didik mengenai budaya daerah lainnya

4.2.6 Silabus (Terlampir)

4.2.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Terlampir)

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan penelitian semua masalah telah terjawab. Nilai

patriotisme telah ditemukan dengan cara mencermati alur, tokoh dan penokohan,

latar dan tema. Dalam teori ada 5 bentuk nilai patriotisme yaitu kesetiaan,

keberanian, rela berkorban, kesukarelaan dan cinta tanah air.

Pada hasil analisis peneliti hanya menemukan 3 bentuk nilai patriotisme

yaitu keberanian, rela berkorban, dan cinta tanah air. Penemuan tersebut sudah

bisa dijadikan gambaran tentang bentuk patriotisme.

Peneliti menggunakan 3 penelitian yang relevan. Penelitian yang pertama

menemukan 2 bentuk nilai patriotisme yaitu kesetiaan dan rela berkorban.

Penelitian relevan yang kedua menemukan 3 bentuk nilai patriotisme yaitu rela

berkorban, cinta tanah air dan keberanian. Ada 1 bentuk nilai patriotisme dalam

penelitian ini tetapi tidak ditemukan dalam penelitian relevan di atas yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

keberanian. Hal ini dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan pengetahuan

bahwa masih ada bentuk lain dari nilai patriotisme.

Dari teori yang digunakan dan hasil penelitian yang ditemukan, keduanya

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di SMA, Standar kompetensi yang

sesuai dengan penelitian ini adalah memahami biografi, novel dan hikayat.

Kompetensi dasar yang sesuai adalah mengungkapkan hal-hal yang menarik dan

dapat diteladani dengan baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tokoh dan

penokohan, dapat diketahui tokoh-tokoh yang terdapatdalam Novel Lingkar

Tanah Lingkar Airkarya Ahmad Tohariadalah Amid (Aku) yang menjadi

tokoh utama, dilihat dari kemunculannya dalam cerita, lebih sering muncul dan

mempunyai pengaruh terhadap jalan cerita. Dilihat dari watak tokoh Amid

merupakan tokoh kompleks. Selanjutnya Kiram, Suyud, Jun dan Kiai Ngumar

sebagai tokoh bawahan atau tokoh tambahan. Dilihat dari kemunculanya tidak

terlalu sering dimunculkan, tetapi kelima tokoh ini mempunyai pengaruh

terhadap tokoh utama dan berpengaruh terhadap jalannya cerita dan kehidupan

tokoh utama. Dilihat dari watak kelima tokoh ini merupakan tokoh statis.

Peristiwa terjadi di suatu perkampungan yang terletak di perbatasan Jawa

Barat – Jawa Tengah. Kampung yang tadinya damai, kini mulai mencekam karena

Belanda dikabarkan akan datang. Kiai Ngumar, seorang imam masjid

mendapatkan kabar bahwa para Ulama telah berkumpul. Hadratus Syaikh

berfatwa bahwa berperang melawan Belanda adalah jalan jihad karena melawan

kemungkaran. Seketika pemuda di kampung tersebut bersemangat untuk melawan

Belanda. Dengan modal satu senapan, Amid, Kiram, Jun, dan Kang Suyud

membentuk kelompok para militer dengan nama Hizbullah, tentara Allah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Tema yang diangkat adalah untuk mencapai kemakmuran dan perdamaian

memerluka suatu perjuangan dan pengorbanan yang berat. Penelitian ini

menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk menemukan nilai-nilai

patriotisme yang terdapat dalam novel Lingkar Tanah LIngkar Air karya Ahmad

Tohari.

Melalui penelitian yang dilakukan terdapat 3 nilai patriotisme, keberanian,

relaberkorban, dan cintatanah air. Sikap berani yang ditunjukan oleh Amid dan

pejuang lainnya adalah mereka berani menghadapi musuh. Sikap rela berkorban

yang ditunjukkan oleh Amid adalah rela membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Kecintaan terhadap tanah air ditunjukkan oleh Amid dengan bersedia menjadi

tentara dan mengabdikan hidupnya untuk tanah airnya.

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA,

standar kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini adalah memahami biografi,

novel danhikayat. Kompetensi dasar yang sesuai adalah mengungkapkan hal-hal

yang menarik dan dapat diteladani dengan baik.

5.2 Implikasi

Penelitian terhadap Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari,

dapat digunakan sebagai bahan penelahaan yang kemudin dicari aspek-aspek

sosial dari karya sastra. Novel ini menunjukkan nilai patriotisme yang dapat

dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang sastra, hasil

penelitian dapat digunakan untuk melatih peserta didik untuk mencari tokoh

penokohan, Latar, Tema, dan nilai-nilai patriotisme. Dalam bidang pendidikan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran diSMA kelas XII

semester II.

5.3 Saran

Berdasarkankesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, selanjutnya

akan dikemukakan beberapa saran. Adapun saran yang akan dipaparkan sebagai

berikut. Novel Lingkar Tanah Lingkar Air masih menyimpan berbagai

kemungkinan permasalahan yang menarik untuk diteliti. Penelitian selanjutnya

dapat dilakukan dengan perspektif berbeda seperti psikologis sastrakarena novel

Lingkar Tanah Lingkar Air banyak menceritakan pertentangan tokoh-tokohnya

yang menarik untuk diteliti lebih mendalam. Dengan sejumlah kelebihan dan

kekurangannya, novel Lingkar Tanah Lingkar Air telah mengungkapkan dunia

batin para tokoh yang konflik internalnya ternyatapa ntas dipahami sebagai

bahan renungan pembaca.

.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BSNP. 2006. Panduan Menyusun Kurikukum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.
http:books.google.co.id/books?id=CxEcqHu4wp4&pg=PA182&lpg=PA182&foc
us=viewport&dq=keberanian+adalah=hl=id&output=html_text
diakses 15 September 2016
http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT23&dq=rela+berkorb
an+adalah&hl=id&sa=X&ei=fFI_VNb3BOKomgWW6ICoBQ#v=one
page&q=rela%20%20adalah&f=falsediakses 15 September 2016
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa
Catatan. Jakarta : Gramedia.
___________________. 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta:
Depdikbud.
___________________.1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.
Darminta. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius.

Fananie, Zainuddin. 2002.Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University


Press.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Kemendiknas: Jakarta.
Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusuma, Cicilia I. 2012. Nilai Patriotisme dalam Novel Sang Patriot karya Irma
Devita dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Kelas XII
SMA Semester II (Tinjauan Sosiologi Sastra).Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Karya.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Pramono Sakty, Dhian (2012) Nilai-nilai Patriotisme dalam Novel Sebelas Patriot
karya Andrea Hirata dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan
Pembelajaran Sastra di SMA.Skripsi. FBS UNY.
Rahim dan Rashid. 2004. Patriotisme: Agenda Pembinaan Bangsa. Kuala
Lumpur: Maziza SDN. BHD.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

__________. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
___________________. 2010. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan
Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Prenada Media Group.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Bandung Angkasa.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar


Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.

Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

_____________. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sumardjo, Jacob dan Saini K. M. 1985. Apresiasi Kesussastraan. Jakarta:


Gramedia.

Suryanto, Alex dan Agus Haryanta. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Sutopo, H. B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi dalam


Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tohari, Ahmad. 2015. Lingkar Tanah Lingkar Air. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan
Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Waluyo, Herman J. 1994.
Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta Sebelas Maret University Press.
Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Wijianto, Wahyuni. 2012. Metode Penggambaran Tokoh Dalam Novel Lingkar
Tanah LIngkar Air Karya Ahmad Tohari. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Silabus
LAMPIRAN 2 : RPP
LAMPIRAN 3 : Materi
LAMPIRAN 4 : Penilaian
LAMPIRAN 5 : Sinopsis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMA/MA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/II

Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi

15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat.

B. Kompetensi Dasar

15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh

C. Indikator

1. Siswa mampu menganalisis tokoh, penokohan, tema dan latar

2. Siswa mampu mengidentifikasi nilai-nilai patriotisme

3. Siswa mampu mendiskusikan hal-hal yang menarik dari para tokoh

4. Siswa mampu mendiskusikan hal-hal yang dapat diteladani dari para tokoh

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menemukan tokoh, penokohan, tema, dan latar

menggunakan bahasa yang benar setelah mendengarkan penjelasan guru

dan membaca langsung novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad

Tohari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

2. Siswa mampu menyebutkan nilai-nilai patriotisme dengan benar setelah

mendengarkan penjelasan guru dan membaca novel Lingkar Tanah Lingkar

Air karya Ahmad Tohari

3. Siswa mampu memaparkan hal-hal yang menarik hal-hal yang menarik dari

tokoh dengan bahasa yang benar setelah berdiskusi dalam kelompok kecil

4. Siswa mampu melaporkan hal-hal yang menarik dari para tokoh dengan

bahasa yang benar setelah berdiskusi dengan kelompok kecil

E. Materi Pembelajaran (Terlampir)

1. Tokoh dan penokohan

2. Tema

3. Latar

4. Nilai Patriotisme

F. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, diskusi, ceramah, presentasi, penugasan

G. Langkah-langkah Pembelajaran

PERTEMUAN 1

Kegiatan Metode Alokasi


Waktu
1. Kegiatan Awal Ceramah 10 menit
A. Apersepsi Tanya Jawab
 Guru memberi salam kepada siswa
 Guru menunjuk salah satu siswa
untuk memimpin doa
 Guru menjelaskan SK, KD dan
tujuan pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

 Guru menjelaskan tentang materi


pembelajaran pada hari ini
 Guru memberikan pretest tentang
siapa yang pernah membaca novel
 Guru memberikan motivasi kepada
siswa

2. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi Tanya Jawab 10 menit

 Guru bertanya kepada siswa Tugas 50 menit

mengenai tokoh dan penokohan Individu 10 menit

 Siswa diminta menjawab pertanyaan Presentasi


mengenai tokoh dan penokohan
 Guru memberikan penjelasan
mengenai tokoh dan penokohan
 Guru bertanya pada siswa mengenai
latar dan tema
 Siswa menjawab pertanyaan
mengenai latar dan tema sesuai
pengetahuan mereka
 Guru menjelaskan mengenai latar
dan tema
 Guru menjelaskan mengenai nilai
patriotism
B. Elaborasi
 Guru membagikan foto kopi novel
Lingkar Tanah Lingkar Air karya
Ahmad Tohari
 Guru memberikan tugas individu
kepada siswa untuk menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

tokoh, penkohan, latar dan tema


 Guru memberikann tugas individu
kepada siswa untuk menganalisis
tokoh, penokohan, latar, dan tema
 Guru memberikan tugas individu
kepada siswa secara individu
 Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan guru (menemukan nilai
tokoh dan penokohan, latar, tema dan
patriotism)
C. Konfirmasi
 Guru meminta salah satu siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka
 Siswa lain mendengarkan lalu
member tanggapan dan masukan
kepada siswa yang maju ke depan.
 Guru memberikan koreksi dan
pembetulan dari hasil kerja siswa Tanya Jawab 10 menit

3. Kegiatan Penutup
 Guru meminta siswa untuk
merangkum apa yang sudah
dipelajari dari pertemuan hari ini
 Guru mengajak siswa untuk
merefleksi kegiatan pembelajaran
hari ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

PERTEMUAN 2

Kegiatan Metode Alokasi


Waktu
1. Kegiatan Awal Ceramah 10 menit
A. Apersepsi Tanya jawab
 Guru memberi salam pada siswa
 Guru menunjuk salah satu siswa
untuk memimpin doa
 Guru kembali mengulang tentang
materi yang telah dipelajari (tokoh,
penokohan, latar, tema dan nilai
patriotisme
 Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan guru
 Guru member motivasi kepada siswa

2. Kegiatan Inti
A. Eksplorasi Ceramah 10 menit

 Guru menjelaskan tentang Tanya jawab 40 menit

kemenarikan dan keteladanan Diskusi 20 menit

 Guru membagi siswa ke dalam Presentasi


kelompok kecil (3-4 orang dalam
satu kelompok)
 Guru memberi tugas kelompok
kepada siswa mengenai hal-hal yang
menarik dan dapat diteladani dari
para tokoh
B. Elaborasi
 Siswa mengerjakan tugas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

diberikan guru dengan berdiskusi


dalam kelompok
C. Konfirmasi
 Guru meminta kelompok maju secara
bergantian dan mempresentasikan
hasil kerjanya
 Kelompok lain mendengarkan lalu
menanggapi dan memberi masukan
kepada kelompok yang sedang
presentasi
 Guru memberikan penjelasan dan
pembetulan atas hasil kerja siswa Ceramah 10 menit
3. Kegiatan Penutup Tanya jawab

 Guru mengajak siswa untuk


merangkum apa yang sudah
dipelajari pada materi hari ini
 Guru meminta siswa untuk
merefleksikan kegiatan pembelajaran
hari ini

H. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari

2. Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas

Indonesia.

3. Nurgiantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

4. Rahim dan Rashid. 2004. Patriotisme: Agenda Pembinaan Bangsa. Kuala

Lumpur: Maziza SDN. BHD


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

5. Laptop Viewer

6. Foto Kopi novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari

I. Penilaian (Terlampir)

Bentuk tes:

1. Penilaian Kognitif

Uraian singkat (terlampir)

2. Penilaian afektif (terlampir)

3. Penilaian psikomotorik (terlampir)

Yogyakarta, 2015

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

NIP. NIP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

LAMPIRAN 3

1. Pengertian Novel

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa

sebagai mediumnya (Semi, 1988: 8). Salah satu bentuk karya sastra adalah

novel. Novel merupakan karya sastra yang lebih luas dalam menyebutkan

masalah manusia dalam kehidupan (Semi, 1988: 8).

Novel merupakan karangan prosa yang panjang, mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya

(Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 338). Sebagai suatu karya atau prosa

fiksi, novel dapat mengungkapkan sesuatu secara bebas, lebih rinci, lebih

detail dari prosa lainnya (cerpen) dan menampilkan suatu permasalahan

secara kompleks.

Berdasarkan pandangan para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang merupakan hasil dari

buah pemikiran seorang pengarang dengan menggunakan manusia sebagai

objeknya, serta masalah yang diangkat dalam cerita merupakan cerminan

kehidupan masyarakat yang ada disekitarnya.

2. Unsur-Unsur Novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Sebuah karya fiksi tentunya harus memiliki unsur yang dapat

membangun sebuah cerita agar menjadi lebih hidup. Pada umumnya, novel

memiliki dua unsur yang berpengaruh dalam membangun novel tersebut

yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah

novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun

cerita (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur-unsur tersebut adalah tema, alur, latar,

tokoh, penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa.

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar

karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur-unsur

ekstrinsik tersebut adalah kebudayaan, sosial, psikologis, ekonomi, politik,

agama, dan lain-lain yang mempengaruhi pengarang dalam karya yang

ditulisnya (Suryanto, Alex dan Agus Haryanta, 2007: 102).

Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan objektif

terhadap unsur-unsur ekstrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap

awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut

(Damono, 1984: 2). Dalam penelitian ini, peneliti hanya menguraikan unsur

intrinsik berupa alur, tokoh dan penokohan, dan latar saja, karena ketiga

unsur intrinsik tersebut dapat membantu dalam menganalisis psikologi

kepribadian tokoh dalam cerita.

3. Tokoh dan Penokohan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Unsur tokoh dan penokohan merupakan unsur yang sangat penting

dalam sebuah karya naratif. Berikut akan dijelaskan unsur tokoh dan

penokohan tersebut.

Tokoh

Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku dalam cerita. Watak,

perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti

yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang

tokoh (Nurgiyantoro, 2010: 165).

Abrams (Nurgiyantoro, 2010: 165), menyatakan bahwa tokoh cerita

adalah orang (orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan.

Tokoh merupakan unsur dalam novel yang ikut membangun

terwujudnya sebuah karya fiksi. Sudjiman (1992: 79) mengartikan tokoh

sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam

berbagai peristiwa dalam cerita

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh dalam karya

sastra merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam sebuah

cerita yang diasumsikan dengan penggambaran manusia dari segi tingkah

laku atau pun ucapannya dalam kehidupan yang sebenarnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu

penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Tokoh dalam sebuah cerita

terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2010: 176-177).

a) Tokoh utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya

dalam novel dan merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan. Selain itu, tokoh utama juga sangat menentukan

perkembangan alur secara keseluruhan.

b) Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit

dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh

utama secara langsung atau tidak langsung.

Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2010:

165). Istilh penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana

perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah

cerita (Nurgiyantoro, 2010: 165-166).

Waluyo (1994: 164-165), mengemukakan bahwa perwatakan dan

penokohan memiliki hubungan yang erat. Penokohan berhubungan dengan

cara pengarang memilih dan menentukan tokoh-tokohnya. Perwatakan

berhubungan dengan karakterisasi/ watak dari tokoh-tokoh dalam cerita.

Beliau juga menegaskan penokohan berarti cara pengarang menampilkan

tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh-tokoh dengan unsur cerita


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

yang lain, watak, tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak

tokoh-tokoh itu.

Dalam menggambarkan sifat pada tokoh, ada dua teknik yang bisa

digunakan pengarang. Altenbernd & Lewis (nurgiantoro, 2010: 194-199)

menyebutnya dengan teknik ekspositori dan teknik dramatik.

c) Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori adalah pelukisan tokoh cerita yang

dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan

secara langsung. Pada teknik ini, pengarang menghadirkan tokoh

dengan cara mendeskripsikan sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau

bahkan ciri-ciri fisiknya.

d) Teknik Dramatik

Pada teknik dramatik ini pengarang tidak mendeskripsikan

secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang

membiarkan pembaca menemukan sendiri sikap, sifat, watak,

tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisik tokoh.

4. Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan

dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya

sastra (Sudjiman, 1992: 44). Di pihak lain, Abrams (Nurgiyantoro, 2010:

216), menyebutkan latar atau setting sebagai landasan tumpu, menyaran pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Sebuah novel tanpa menyajikan latar yang baik dapat menimbulkan

cerita yang kurang menarik, sebab latar dapat menambah nilai-nilai estetis

dalam sebuah karya sastra. Untuk itu, Nurgiyantoro (2010: 227- 234)

membagi unsur latar menjadi tiga bagian pokok yaitu tempat, waktu, dan

sosial. Pada dasarnya, ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

d) Latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang

dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama

tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.

e) Latar waktu, berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

f) Latar sosial, menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial

masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup

kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-

lain yang tergolong spiritual dikemukakan sebelumnya.

5. Tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Gorys Keraf (Wahyuningtyas & Wijaya, 2011:2) berpendapat bahwa

tema berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan,

meletakkan. Jadi, menurut arti katanya tema berarti sesuatu yang telah diuraikan

atau sesuatu yang telah ditempatkan. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto

(1986:142) tema adalah gagasan dasar umum yang memopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktuk semantic dan yang

menyangkut persamaan-persamman maupun perbedaan-perbedaan. Tema menurut

Stanton dan Kenny (Nurgiantoro, 2009:67) adalah makna yang terkandung dalam

sebuah cerita. Tema (Jacob Sumardjo & Saini K.M, 1986:56) adalah ide sebuah

cerita. Seorang pengarang dalam menulis cerita bukan sekedar mau bercerita,

tetapi mau mengatakan sesuau kepada pembaca. Sesuatu yang dikatakan itu bisa

masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar

tentang kehidupan ini. Tema tidak selalu berwujud moral, atau ajaran moral.

Tema bisa berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan.

Dalam menentukan tema sebuah karya sastra atau novel, harus

disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian

tertentu cerita (Burhan, 2009:68). Dalam usaha menentukan tema, Nurgiantoro

mengemukakan sejumlah kriteria seperti ditunjukkan sebagai berikut.

4. Kita harus memulai dengan cara memahami cerita dalam novel. Bukan

hanya membaca bagian-bagian tertentu saja. Perlu juga mencari kejelasan

ide-ide perwatakan, peristiwa yang terjadi , dan latar.

5. Pengarang biasanya menggunakan tokoh utama untuk membawa tema.

Oleh sebab itu kita perlu memahami keadaan. Untuk tujuan tersebut, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti: apa motivasinya,

permasalahan apa yang dihadapi bagaimana sikap dan pandangan terhadap

permasalahan itu, dsb.

6. Selain dengan caa tersebut, sebaiknya disertai dengan usaha menemukan

konflik sentral yang ada dalam cerita. Konflik, yang merupakan salah satu

unsur pokok dalam pengembangan ide cerita dan plot, pada umumnya erat

berkaitan dengan tema.

6. Nilai Patriotisme

Darminta (2006:24) mengatakan bahwa nilai memberikan arah

perjalanan seperti rel keeta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan. Lahirnya

kemerdekaan bagi sebuah bangsa yang di jajah pasti tidak lepas dari usaha dan

kerja keras para pejuang. Perjuangan panjang para pejuang tidak semudah yang

kita bayangkan. Dibutuhkan sikap patriotisme dalam mewujudkan sebuah

kemerdekaan. Patriotism (KBBI, 2005;837) adalah sikap seorang yang bersedia

mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Patriotism adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air ( semangat

kebangsaan dan nasionalisme) sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk

bangsa dan negaranya ( Kurniawan, 2012:224). Patriotisme memerlukan

komitmen pemimpin dan semua golongan rakyat. Mempertahankan Negara dari

musuh dan ancaman luar merupakan tanggungjawab bersama.

Ada beberapa bentuk nilai patriotism (Rahim dan Rashid, 2004:5), seperti

kesetiaan, keberanian, rela berkorban, kesukarelaan, dan cinta tanah air. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai nilai keberanian, rela berkorban,

dan cinta tanah air.

Keberanian

Keberanian adalah suatu keadaan berani (KBBI, 2005:837). Berani

adalah mempunyai hati yang mantab percaya diri yang besar dalam menghadapi

bahaya dan kesulitan (KBBI, 2005:138).

Brian

Klemmer(http:books.google.co.id/books?id=CxEcqHu4wp4&pg=PA182&lpg

=PA182&focus=viewport&dq=keberanian+adalah=hl=id&output=html_text)

berpendapat bahwa keberanian adalah sikap menghadapi, dan menangani segala

sesuatu yang dianggap berbahaya, sulit, atau menyakitkan, bukan

menghindarinya.

Rela berkorban

Bukan keberanian saja yang ditanamkan dalam diri para pejuang untuk

mengusir penjajah. Mereka juga menanamkan rasa rela berkorban. Simanjuntak

berpendapat bahwa rela berkorban berarti kesediaan dengan iklas untuk

memberikan segala sesuatu yang diimilikinya sekalipun menimbulkan penderitaan

bagi dirinya sendiri demi kepentingan bangsa dan Negara

(http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT23&dq=rela+berkor

ban+adalah&hl=id&sa=X&ei=fFI_VNb3BOKomgWW6ICoBQ#v=onepage&q=r

ela%20%20adalah&f=false). Dalam KBBI(2005:595) rela berkoorban adalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

bersedia dengan iklas hati menyatakan kebaktian, kesetiaaan, menjadi korban,

dam menderita.

Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan salah satu bentuk dari nilai patriotisme. Jika

tidak ada rasa cinta kepada tanah airnya, para pejuang tidak akan mau bersusah

payah untuk mengusir para penjajah. Cinta tanah air adalah cara berpikir,

bersikap, dan berbuat menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik

bangsa (Kemendiknas. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Kemendiknas).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

LAMPIRAN 4

SOAL & PENILAIAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat!

1. Analisislah tokoh dan penokohan dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air
karya Ahmad Tohari!
2. Analisislah Latar dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad
Tohari!
3. Analisislah Tema dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad
Tohari!
4. Analisislah Nilai patriotisme dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air
karya Ahmad Tohari!
5. Analisislah keteladanan tokoh utama dalam novel Lingkar Tanah Lingkar
Air karya Ahmad Tohari!

Kunci Jawaban

1. Tokoh Utama : Amid


Tokoh Tambahan : Kiram, Jun, Kang Suyud, Kiai Ngumar, Umi
Tokoh Utama Penokohan
Amid  Cinta Tanah Air
 Baih Hati
 Dewasa
 Peduli
 Bijak dalam mengambil
keputusan
 Berpendidikan
 Sabar
 Manusiawi
 Tanggungjawab
 Sering Melamun
 Cengeng

Tokoh Tambahan Penokohan


Kiram  Pemberani
 Baik Hati
 Cinta Tanah Air
 Gigih
 Pantang Menyerah
 Emosional
Kang Suyud  Tokoh Agama
 Taat Beragama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

 Fanatik
 Berpendirian Teguh
Jun  Pengertian
 Setia
 Ramah dan Santun
 Teguh
 Cinta Tanah Air
Kiai Ngumar  Pemuka Agama
 Cinta Tanah Air
 Tanggungjawab
 Rela Berkorban
 Berkepribadian Tenang
 Berwibawa
 Taat Beragama
Umi  Polos
 Kekanak-kanakan
 Tabah
 Setia

2. Analisis Latar
Bentuk Latar Kutipan
Latar Tempat  Belantara hutan jati, semak-
semak, Cigobang, Gunung
Slamet, Gunung Ciremai,
Muara Cintadui, Porwokerto,
Stasiun Kebumen, Somalangu,
Dayeuh Luhur
Latar Waktu  Maret 1946, pertengahan 1948,
Desember, 1949, Juni 1962,
1965, jam 8, jam 9, jam 12
malam, jam 1 tengah malam,
siang hari, sore hari dan malam
Latar Sosial  Suasana peperangan banyak
masyarakat yang hidup dalam
kemiskinan dan serba sulit
 Hidup rukun dan gotong
royong sudah ada sejak jaman
dulu
 Pernikahan usia dini masih
sering terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

3. Analisis Tema
Tema Kutipan
Untuk mencapai kemakmuran  “Ya. Dalam rapat itu Hadratur
dan perdamaian memerlukan Syekh dari Jawa Timur
perjuangan dan pengorbanan mengeluarkan fatwanya.
Beliau bilang, berperang
melawan tentara Belanda
untuk mempertahankan negeri
sendiri yang baru merdeka,
wajib hukumnya bagi semua
orang islam. Dan siapa yang
mati dalam peperangan
melawan tentara Belanda yang
kafir, dialah syahid”(Tohari,
2015: 24).
 “Soal persamaan tentu kalian
sudah tahu,” ujar Kiai
Ngumar. “Tentara Republik
dan Hizbullah sama-sama
pasukan bersenjata yang
berjuang melawan tentara
Belanda untuk
mempertahankan kemerdekaan
Negara kita”(Tohari, 2015:
46).
 “Mid, karena sudah bersenjata,
kita harus mengambil jarak
dengan orang tua kita, juga
dengan Kiai Ngumar.”
“Bagaimana?”
“orang tua kita dan Kiai
Ngumar akan mendapat
kesulitan bila kita kelihatan
tetap akrab dengan mereka.
Kita harus selalu bergerak.
Bila kita tetap tinggal di
kampung, orangtua kita bisa
menjadi bulan-bulanan
tentara Belanda”(Tohari,
2015: 44).
 Aku sempat beberapa kali
menarik picu senjata. Namun
tak lama kemudian aku
merasakan pundak dan
belikatku panas. Lalu aku tak
kuasa lagi menggeakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

tangan kananku. Dan tiba-tiba


kepalaku terasa sangat pening
dan mataku mulai berkunang-
kunang (Tohari, 2015: 163).
 Kini aku akan berperang atas
nama Republik, sesuatu yang
pernah sangan aku rindukan
dan gagal terlaksana. Tetapi
kini semuanya akan menjadi
kenyataan, aku bersama Kiram
dan Jun, meski hanya
sementara, menjadi bagian
tentara Republik. Ya, tak
pernah kuduga akhirnya aku
mendapat peluang bertempur
atas nama Negara. Keharuan
kembali merebak dan air
mataku jatuh lagi (Tohari,
2015: 162).
 Meskipun rasanya tak
membahayakan jiwa,
tembakan yang mengenai
tangan kanan itu member
pengalaman yang tak mudah
kulupakan. Setelah lepas
bahaya, rasa sakit mulai
menyengat l ukaku. Dalam
kegelapan malam ternyata
banyak darah keluar (Tohari,
2015: 36).

4. Analisis nilai Patriotisme


Nilai Patriotisme Kutipan
Keberanian (165) “Jadi begini,” lanjut Kiai Ngumar
membuyarkanangan-anganku,
“karena sudah di fatwakan
wajib,aku minta kamu yang masih
muda-muda sebaiknya bersiap.”
“Siap berperang Kiai?”
“Ya”
“Apa perang sampai ke desa
kita?”“Hampir bisa dipastikan ya.
Bagaimana?”(Tohari, 2015: 25).
(166) “Mid, kita mau perang bukan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

“Ya. Mencegat iring-iringan


tentara Belanda yang hendak
masuk ke Purwokerto dari arah
Tegal.”
“Jadi, betul kita mau perang?”
“Kok, kau tanya begitu?”(Tohari,
2015: 26).
(167) “Mid, dalam perang juga ada cara
menebang pohon? Bila hanya
mengayun kapak seperti ini,
dirumah sendiri pun aku biasa
melakukannya.”
“Kau jangan berisik.”
“Mid, aku ingin menyandang
senjata seperti mereka.”
“Jangan berisik.Kau mungkin akan
mereka berisenjata bila kau sudah
bisa menggunakannya.”“Mid,
kapan kita mendapat latihan?”
“Ku bilang: jangan
berisik!”(Tohari, 2015: 26).
(168) “Organisasi Perlawanan Rakyat itu
banyak disusupi orang-orang
gerakan siluman yang komunis.
Jadi percuma bila kita turun
gunung. Bagiku, daripada mati
justru karena menyerahkan diri,
lebih baik mati bertempur”(Tohari,
2015: 97).
(169) Ah, tapi aku melihat Kiram
melompat diatas tubuhku, melesat
ke tengah jalan. Ya Tuhan. Kiram
menyambar sebuah bedil yang
tergeletak di sisi mayat
pemiliknya, seorang serdadu
Belanda. Kemudian semuanya
baur kembali aku hanya
mendengar perintah lari.
Lari(Tohari, 2015: 34)!.
(170) Kulihat kedua polisi itu memutar
sepeda mereka. Kiram menunggu
sesaat, lalu melompat dari tempat
persembunyiannya dan bersicepat
menodongkan senjatanya ke perut
Hianli(Tohari, 2015: 41).
(171) Kiram melompat keluar dari semak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

dan tanpa ucapan apa pun ia


menarik Mantri Karsun dari atas
sepedanya. Kendaraan itu pun
roboh dan pemiliknya tak berdaya
dalam cekalan Kiram (Tohari,
2015: 60).
(172) Dengan senjata siap tembak, aku
dan Kiram menunggu tawanan itu
muncul. Senjata Kiram meledak
lebih dulu ketika ada kepala
mincul sepuluh meter arah hilir.
Luput. Kepala Mantri Karsun
kembali lenyap(Tohari, 2015: 62).
(173) Seperempat menit kemudian
kepala itu timbul lagi dan dua
ledakan terdengar hampir bersama.
Kami yakin, kali ini pun luput
karena tampak jatuhnya peluru-
peluru itu melesat(Tohari, 2015:
63).

Rela Berkorban (1) “Tetapi aku berhasil melemparkan


granat. Apapun hasilnya granat
meledak.”
“Lemparan granat yang pertama!”
leceh Kiram. Kiram pun tertawa.
Lalu sepi. Kulihat Kiram dan Jun
sama-sama menerawang. Kukira
keduanya, seperti aku, sedang
tergoda oleh kenangan masa
lalu(Tohari, 2015: 69).
(2) “ Kau mimpi?” tanya Jun masih
dengan tertawa. Dia seperti tak
merasakan luka yang merobek
kulit pahanya. Aku tak bisa
menjawab(Tohari, 2015: 64).
(3) “Mid, kau jangan macam-macam.
Kalau tak kuberi, kau tak akan
punya bedil. Kau akan tetap jadi
anak bawang,” kata Kiram
tajam(Tohari, 2015: 48).
(4) “Ah, bukan hanya Amid yang suka
terkenang peristiwa masalalu.”
Kata Jun. Dia meringis ketika
berusaha memperbaiki posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

duduknya. Luka dipahanya


mungkin membuatnya
nyeri(Tohari, 2015: 60).
(5) Dan itulah pertempuran kami yang
terakhir dan paling melelahkan,
melawan tentara Belanda. Sebuah
pertempuran yang meminta banyak
korban. Bayak sekali anak-anak
Hizbullah yang gugur. Tetapi
kukira banyak tentara Belanda
yang mati(Tohari, 2015: 70).
(174) “Mid, karena sudah bersenjata, kita
harus mengambil jarak dengan
orang tua kita, juga dengan Kiai
Ngumar.”
“Bagaimana?”
“orang tua Kita dan Kiai Ngumar
akan mendapat kesulitan bila kita
kelihatan tetap akrab dengan
mereka. Kita harus selalu bergerak.
Bila kita tetap tinggal di kampung,
orangtua kita bisa menjadi bulan-
bulanan tentara Belanda”(Tohari,
2015: 44).
(175) Aku mengangguk, aku mengerti
kebenaran yang ada dalam kata-
kata Kiram. Dengan senjata yang
ada di tangan, aku pun segera sadar
bahwa kini aku sudah terang-
terangan menjadi musuh tentara
Belanda. Orang-orang seperti
Hianli, juga Karsun, mantri pasar,
yang sudah dikenal sebagai mata-
mata Belanda, tentu akan selalu
mengintip gerak-gerikku(Tohari,
2015: 44).
(176) “Istirahatlah disini sampai suasana
agak jernih. Dan yang penting ,
jangan teruskan permusuhan kalian
dengan tentara Republik.
Jangan”(Tohari, 2015: 84).
(177) Yang penting sekarang kamu
letakkan senjata karena
hubunganmu dengan tentara
republik sudah dikotori
orang”(Tohari, 2015: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

(178) Namun sebelum aku sempat


berbuat sesuatu, empat tentara
tentara itu sudah muncul di
halaman rumah Kiai Ngumar. Aku
menyadari bahwa keadaan sangat
genting, tetapi Kiai Ngumar
kelihatan tenang. Ia melepas
kopiahnya dan cepat-cepat
memasangkannya di kepalaku dan
berbisik, “salatlah terus, sementara
aku menemui mereka. Taruh
bedilmu di balik beduk”(Tohari,
2015: 88).

Cinta Tanah Air (1) “Ya. Dalam rapat itu Hadratur


Syekh dari Jawa Timur
mengeluarkan fatwanya. Beliau
bilang, berperang melawan tentara
Belanda untuk mempertahankan
negeri sendiri yang baru merdeka,
wajib hukumnya bagi semua orang
islam. Dan siapa yang mati dalam
peperangan melawan tentara
Belanda yang kafir, dialah
syahid”(Tohari, 2015: 24).
(2) “Benar. Tetapi soal melawan
tentara Belanda bisa dilakukan
siapa saja. Dan fatwa yang
diucapkan Hadratus Syekh jelas
berlaku untuk semua orang yang
sehat, bukan khusus untuk para
tentara. Nah, bagaimana?”(Tohari,
2015: 25).
(3) “Hizbullah adalah pergerakan
perlawanan rakyat yang bersifat
sukarela. Dasar niatnya lilahi taala,
tujuannya melaksanakan
memerangi kafir yang membuat
kerusakan di negeri ini seperti
sudah difatwakan Hadratus
Syeikh. Dan tidak seperti tentara
resmi, Hizbullah tidak dibentuk
oleh pemerintah.mereka lahir
karena keserta-mertaan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

ulama. Karena niatnya lillahi taala,


anak-anak Hizbullah tidak akan
menerima gaji dak kukira harus
membubarkan diri setelah keadaan
aman. Itulah, maka aku tadi
bertanya, apakah tidak lebih baik
kalian bergabung dengan tentara
resmi?”(Tohari, 2015: 47).
(4) “Saya jadi bingung. Saya
memahami apa yang sudah kiai
katakan. Kini saya tahu, kewajiban
berjihad untuk memerangi
kekuatan yang membuat kerusakan
di negeri ini sesungguhnya bias
juga di lakukan melalui
ketentaraan resmi. Maksud saya
tidak semata-mata harus melalui
Hizbullah ”(Tohari, 2015: 55).
(5) “Kiai saya ingin bergabung dengan
tentara,”akhirnya aku bicara.
“Saya kira, Kiram dan Jun juga,
entahlah kang Suyud” (Tohari,
2015: 72).
(6) Tetapi aku, Jun, dan Kiram sudah
membulatkan tekad: menjadi
tentara, punya pangkat, gaji. Dan
kami merasa berhak memilih masa
depan kami sendiri, yang menurut
Kiai Ngumar halal-halal
saja(Tohari, 2015: 78)

(7) “Menjadi tentara Republik itu


halal, karena Republik memang
sah. Hadratus Syekh takkan
berfatwa bahwa berperang
melawan Belanda wajib
hukumnyua apabila beliau
meragukan keabsahan Republik.
Dan ingatlah pelajaran dalam
Kitab, terhadap pemerintah yang
sah kita kita wajib
menaatinya.(Tohari, 2015: 74).

(8) Negara Islam Indonesia? Aku


teringat Kiai Ngumar. Teringat
ketika ia bersaksi bahwa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

iman yang teguh Kiai Ngumar


dengan sadar memilih Republik
Indonesia yang sudah berdiri
dengan sah. Aku juga teringat
kata-kata orang tua itu bahwa
dalam suatu Negara yang sah, di
dalamnya tak boleh ada suatu
bentuk Negara terpisah yang sah
pula. Aku memercayai kebenaran
pikiran Kiai Ngumar : mestinya
hanya ada satu bentuk Negara
yang sah, yaitu Republik. Tetapi
aku mau apa jika pasukan
Republik jelas-jelas
menganggapku sebagai
pemberontak?(Tohari, 2015: 95).

(1)

5. Keteladanan dari tokoh utama

Hal-hal yang patut diteladan dari tokoh utama adalah cinta tanah air, baik

hati, dewasa, peduli, bijak dalam mengambil keputusan, berpendidikan,

sabar, manusiawi, serta tanggung jawab.

 Rubrik Penilaian Kognitif

No Kriteria Skor Bobot Skor x


bobot
1 a. Siswa mampu menganalisis tokoh dan 5
penokohan dengan lengkap,
menggunakan bahasa yang benar

b. Siswa mampu menganalisis tokoh dan 3


penokohan dengan lengkap tetapi tidak
menggunakan bahasa yang benar 4 20

c. Siswa tidak mampu menganalisis tokoh 1


dan penokohan dengan lengkap, tidak
menggunakan bahasa yang benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

2 a. Siswa mampu menganalisis latar 5


dengan lengkap, menggunakan bahasa
yang benar

b. Siswa mampu menganalisis latar 3 4 20


dengan lengkap tetapi tidak
menggunakan bahasa yang benar
1
c. Siswa tidak mampu menganalisis latar
dengan lengkap, tidak menggunakan
bahasa yang benar

3 a. Siswa mampu menganalisis tema 5


dengan lengkap, menggunakan bahasa
yang benar

b. Siswa mampu menganalisis tema 3 4 20


dengan lengkap tetapi tidak
menggunakan bahasa yang benar
1
c. Siswa tidak mampu menganalisis tema
dengan lengkap, tidak menggunakan
bahasa yang benar

4 a. Siswa mampu menganalisis nilai 5


patriotisme dengan lengkap,
menggunakan bahasa yang benar

b. Siswa mampu menganalisis nilai


patriotisme dengan lengkap tetapi tidak 3 4 20
menggunakan bahasa yang benar

c. Siswa tidak mampu menganalisis nilai


patriotisme dengan lengkap, tidak 1
menggunakan bahasa yang benar

5 a. Siswa mampu menganalisis 5


keteladanan tokoh utama dengan
lengkap, menggunakan bahasa yang
benar

b. Siswa mampu menganalisis 3 4


keteladanan tokoh utama dengan 20
lengkap tetapi tidak menggunakan
bahasa yang benar
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

c. Siswa tidak mampu menganalisis


keteladanan tokoh utama dengan
lengkap, tidak menggunakan bahasa
yang benar
Total Skor 100

Skor yang diperoleh


Nilai akhir : X 100
Skor maksimal

 Rubrik Penilaian Afektif

No. Aspek yang Dinilai Skor


1 Mengeluarkan pendapat dalam proses pembelajaran 4 = sangat baik
2 Kelengkapan dan ketepatan dalam mengerjakan tugas 3 = baik
3 Perilaku/kesopanan saat proses pembelajaran 2 = cukup
4 Keaktifan proses pembelajaran 1 = kurang

 Rubrik Penilaian Psikomotorik

Hal yang Deskripsi Skor Bobot Skor x


dinilai bobot
Presentasi 1. Siswa mampu mempresentasikan 5
di kelas hal-hal yang menarik dan patut
diteladani dengan lengkap,
menggunakan bahasa yang benar
2. Siswa mempresentasikan hal-hal
yang menarik dan patut diteladani 3 4 20
dengan lengkap, tidak mengunakan
bahasa yang benar
3. Siswa tidak mampu
mempresentasikan hal-hal yang 1
menarik dan patut diteladani dengan
tidak lengkap, tidak menggunakan
bahasa yang benar

Skor yang diperoleh


Nilai akhir : X 100
Skor maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

LAMPIRAN 5

SINOPSIS

NOVEL LINGKAR TANAH LINGKAR AIR KARYA AHMAD

TOHARI

Novel ini adalah novel yang bertemakan tentang perjuangan kaum muda

(anak-anak muda) untuk membela tanah air dari penjajah Belanda. Masalah serius

timbul setelah kemerdekaan, banyak organisasi pemuda yang ingin mendirikan

negara sendiri karena tidak puas dengan pemerintahan yang ada. Pada Maret

1946, Amid bersama beberapa temannya, menjadi murid Kiai Ngumar, mereka

belajar silat dan ilmu agama. Pada suatu malam Amid dipanggil Kiai Ngumar, dia

dan temannya diminta untuk bersiap-siap berperang, karena ada fatwa yang

mewajibkan untuk melawan Belanda. Sejak Kiai Ngumar meminta Kiram dan

Amid untuk bersiap-siap tidak terjadi perkembangan apa-apa, hingga tiga bulan

sesudahnya Kiai Ngumar kembali memanggil mereka berdua, mereka diminta

untuk berangkat ke Purwokerto.

Sampai di Purwokerto mereka akan mendapat latihan ketentaraan, tetapi

kabar itu berubah dengan cepat. Mereka harus membantu Pasukan Brotosewoyo

yang sedang berusaha merintangi laju tentara Belanda di daerah Bumiayu. Mereka

kecewa sesampainya di sana mereka hanya disuruh menebangi pohon sebagai

penghalang jalan bukan untuk berperang dan ternyata tentara Belanda juga tidak

melewati jalur tersebut malah berputar lewat Purbalingga, akhirnya para pemuda

yang diperbantukan itu diminta untuk pulang tetapi apabila mereka dibutuhkan

mereka harus siap untuk membantu tentara lagi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Pada suatu hari Amid dan Kiram diminta lagi untuk membantu tentara.

Pagi-pagi mereka menuju jalan besar di sebelah selatan, keempat tentara

bersembunyi di balik rumpun pandan yang tumbuh di sepanjang tepi jalan. Tak

lama kemudian iring-iringan tentara Belanda datang, kemudian terjadi ledakan

hebat dan terjadi perang singkat dan banyak tentara Belanda yang tewas. Dengan

berani Kiram lari ke tengah jalan mengambil sebuah bedil yang tergeletak di sisi

mayat pemiliknya. Kemudian semuanya lari ke arah utara. Amid, Kiram dan

keempat tentara sampai di rumah Kiai Ngumar. Dari pencegatan hari itu tentara

mendapat tambahan tiga senjata dan salah satunya masih dibawa Kiram walau

salah seorang tentara telah meminta Kiram untuk menyerahkan senjata tersebut.

Atas jaminan Kiai Ngumar kalau senjata itu akan digunakan untuk membantu para

tentara dan para tentara dapat menerima mereka sepakat untuk membentuk

kelompok perlawanan karena Jun, Jalal dan Kang Suyud sudah setuju untuk ikut

bergabung.

Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara

resmi. Hizbullah tidak memiliki musuh lagi, dari peristiwa ini muncul masalah

mereka harus meleburkan diri ke dalam tentara republik atau membubarkan diri;

atas anjuran Kiai Ngumar mereka pergi ke Kebumen untuk bergabung dengan

tentara republik, banyak kelompok lain yang melebur ke dalam tentara Republik

mereka akan diangkut dengan kereta api menuju Purwokerto untuk dilantik secara

resmi.

Di Stasiun Kebumen ketika mereka bersiap-siap, tiba-tiba mereka diserang

dan mereka membalas menembak dan bertempur secara serempak tanpa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

mengetahui siapa lawan maupun kawan. Kereta api benar-benar lumpuh dan

hizbullah bingung siapa sebenarnya yang menyerang mereka dan yang pasti

mereka merasa dikhianati. Dalam kebersamaan rasa itu seluruh anggota Hizbullah

yang pro maupun kontra terhadap peleburan pasukan bersama-sama

mengundurkan diri menuju Somalangu. Tentara republik menganggap anak-anak

Hizbullah sebagai pemberontak. Amid, Kiram, Jun, Jalal dan Kang Suyud

akhirnya bergabung dengan Darul Islam (DI) mereka bergerilya melawan Tentara

Republik. Kekuatan Darul Islam semakin lama semakin melemah.

Akhir Juni 1962, seorang DI yang berpangkalan di wilayah Gunung

Slamet datang ke tempat persembunyian Amid dan Kira. Nama anggota DI

tersebut adalah Toyib. Ia membawa berita bahwa Kartosuwiryo, Khalifah Darul

Islam tertangkap Pasukan Republik. Toyib juga membawa selebaran yang berisi

seruan agar para anggota DI/TII meletakkan senjata dan menyerahkan diri dengan

jaminan pengampunan nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik

Indonesia.

Amid serta beberapa temannya terkejut mendengar berita itu, rasa tidak

percaya dan kebingungan melanda mereka, perdebatan mulai timbul di antara

mereka, tetapi mereka akhirnya memutuskan untuk mematuhi seruan tersebut.

Malam berikutnya mereka turun gunung menuju Porwokerto. Di Purwokerto

mereka diterima aparat keamanan, kemudian diangkut ke dalam sebuah barak 95

penampungan. Selama sebulan mereka mendapat indoktrinasi dan kegiatan-

kegiatan yang lain. Amid, Kiram dan Jun tidak begitu senang ketika mereka

diperbolehkan pulang, rasa canggung dan malu menghantui mereka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Pada bulan pertama setelah Amid pulang kegiatan orang-orang komunis

semakin gencar.Puncak kekacauan terjadi ketika tersiar kabar terjadi perebutan

kekuasaan di Jakarta, beberapa Jendral di bunuh, tersiar bahwa yang menjadi

dalang semua itu adalah orang-orang komunis.

Pada suatu hari ada mobil militer berhenti di depan rumah Kiai Ngumar.

Mobil itu menjemput Amid, Kiram dan Jun untuk memberi informasi mengenai

pasukan komunis yang berbasis disekitar hutan jati kepada komandan tentara

republik. Mereka bergantian memberi keterangan tentang apa yang mereka

ketahui dan komandan memerintahkan mereka untuk menjadi petunjuk jalan.

Kiram mengusulkan supaya mereka diberi kesempatan untuk ikut bertempur

melawan pasukan komunis itu.

Tepat pukul satu tengah malam tiga truk penuh tentara meninggalkan

markas, Amid, Kiram dan Jun ada bersama mereka. Pukul tiga pagi, truk berhenti

di hutan jati Cigobang, Kiram meminta izin kepada komandan tentara untuk

menjadi pendobrak pertahanan lawan, Amid dan Jun mengikuti. Kiram bergerak

di ujung pasukan, Amid beberapa kali menarik picu senjata namun tak lama

kemudian ia merasa pundak dan belikatnya panas, akhirnya ia pingsan tak

sadarkan diri. Antara sadar dan tidak Amid mendengar suara orang-orang yang

tak dikenalnya, ia membuka mata pundak dan punggungnya berdenyut sakit

bukan main, Amid mendengar Kiai Ngumar, wajah Kiai itu berlahan-lahan

muncul dalam layar penglihatan Amid. Kiai Ngumar berucap”Laa ilaaha illalah”.

Amid tak kuasa dia merasa mulutnya bergerak ingin meninggalkan wasiat untuk

menjaga anak dan istrinya tapi dia tak kuasa dan Amid akhirnya meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Agustinus Adven Yudanto.


Lahir di Ngawi pada tanggal 01 Desember 1991 dari
pasangan Herman Yosep Katiran dan Rosalia Titik
Irianti. Penulis memiliki kakak kandung bernama
Robertus Hendi Santoso(Alumni Jurusan Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta). Penulis
menempuh pendidikan SD di SDN Widodaren 3.
Pendidikan SMP ditempuh di SMPK Wijaya Ngawi. Penulis melanjutkan SMA-
nya di SMA Bonaventura Madiun. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan kuliah
di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan dan
Seni, Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai