Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
UMUM
Satuan Kerja : SNVT .PJPA. SULAWESI IV Provinsi Sulawesi Tenggara
Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV
PPK : Penyediaan Air Baku
Pekerjaan : Pembangunan Prasarana Pengambilan dan Saluran Pembawa
Air Baku Sungai Pondomauko Kec. Sawa Kab. Konawe Utara
Provinsi Sulawesi (0.01 M3/Dtk.)
Tahun Anggaran : 2016
1. PEKERJAAN TANAH
RUANG LINGKUP
Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan, walaupun tidak
disebutkan dengan jelas dalam Uraian dan Syarat - Syarat ini harus juga
dilaksanakan oleh Kontraktor dengan baik sesuai dengan gambar atau petunjuk
yang diberikan oleh Direksi.
2. PEMBERSIHAN LAPANGAN.
Tempat pekerjaan harus bersih dari rintangan-rintangan, sedangkan pohon-
pohon atau pagar hidup tidak boleh ditebang atau disingkirkan kecuali bila berada di
dalam batas penggalian. Bila disebabkan oleh sesuatu hal Kontraktor harus
mengadakan penebangan, maka Kontraktor harus meminta izin/petunjuk dulu dari
Direksi. Semua biaya yang berhubungan dengan pasal ini menjadi tanggungan
Kontraktor.
3. PEKERJAAN GALIAN TANAH UNTUK BANGUNAN-BANGUNAN.
a. Pada dasarnya jenis tanah galian adalah tanah biasa. Khusunya pada bangunan
penangkap, jenis tanah dapat dinyatakan sebagai tanah keras atau batu cadas.
b. Untuk galian bendung, talud dan bangunan yang bersinggungan dengan sungai,
jenis tanah dapat dikategorikan sebagai tanah lumpur , pasir berlumpur atau batu
cadas.
c. Dimensi galian harus disesuaikan dengan dimensi bangunan yang akan dibuat
hingga terdapat ruang gerak yang leluasa untuk melaksanakan pembuatan
bangunan yang dimaksud.
d. Harus dijaga agar pada saat pelaksanaan, tebing galian tidak runtuh atau longsor
yang dapat merusak struktur atau membebani struktur di mana struktur tersebut
belum saatnya menerima beban yang sesuai.
e. Air yang tergenang atau mengaliri galian harus dipompa ke luar. Untuk itu
Kontraktor harus menyediakan pompa air.
f. Galian pada Bangunan yang ditempatkan di sungai seperti bangunan Intake, SPL,
bendung, bronjong dan talud harus diberi penghalang air (dipele) dengan
konstruksi papan atau lainnya hingga air tidak mengganggu jalannya pekerjaan
dan tidak melarutkan semen/adukan.
g. Dasar galian harus bersih dan rata, batu-batuan yang timbul di atas dasar galian
harus dising-kirkan dan lubang bekas batu ditimbun kembali dengan pasir atau
sirtu.
h. Bila batu cukup besar dan sulit disingkirkan tetapi tidak menimbulkan perubahan
pada dimensi struktur, maka batu tersebut dapat dibiarkan pada tempatnya dan
menjadi bagian dari struktur tersebut. Apabila menyebabkan penyimpangan pada
dimensi struktur, batu tersebut dengan cara apapun harus disingkirkan dan
lubang bekas batu ditimbun pasir atau sirtu dan dipadatkan dengan baik atau
dengan persetujuan Direksi, lokasi bangunan dipindahkan ke tempat yang lebih
tinggi.
6. URUGAN PASIR.
a. Timbunan pasir adalah bagian dari kekuatan struktur, jadi harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Timbunan harus padat dengan permukaan yang rata air
hingga dapat menyalurkan beban berat struktur atasnya secara merata ke tanah.
b. Timbunan pasir tidak boleh mempunyai kandungan air jenuh. Indikasi sederhana
tentang batas jenuh yang dapat diterima/diijinkan adalah timbunan cukup padat,
bila ditekan dengan telapak tangan dengan beban badan orang dewasa tidak
melesak dan pada bekas telapak tidak terdapat tanda-tanda air. Pada kondisi ini
kapasitas daya dukung timbunan kira-kira = 0.5 kg/cm2.
c. Timbunan pasir ini terdapat pada bangunan SPL dan semua bangunan yang
ditunjukkan dalam gambar, dihampar di atas pasangan batu kosong, kemudian di
atasnya dicor lantai kerja.
18,5
50 40
b. Dinding dan Lantai Bak Penangkap, Penampung, Reservoir dan semua Bak Air
lainnya.
2. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum
dalam RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 sebagai syarat, dan
berlaku sepenuhnya.
3. Bahan :
a. Pasir .
- Pasir (Agregat halus) tidak boleh mengandung bahan organis, kotoran, debu,
tanah dan lumpur.
- Pasir terdiri dari butir-butiran tajam dan keras, kekal tidak pecah atau hancur
oleh cuaca.
- Agregat halus harus terdiri dari butiran dengan ukuran sbb:
0,25 mm - 1 mm minimum = 80 – 95 % berat.
Batu Pecah (agregat kasar) harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak
berpori.
Paling sedikit tiga sisi batu merupakan sisi pecahan. Kerikil bulat idak
boleh dicampurkan
Agregat kasar tidak boleh mengandung kotoran dan lumpur. Apabila
terdapat kotoran dan lumpur harus dicuci dengan menyemprotnya dengan
air bertekanan minimum 2 atmosfer.
Butir agregat kasar adalah sbb:
Baja beton yang digunakan adalah baja polos U24 sesuai PBI 1971 NI 2.
Ukuran yang terdapat pada gambar adalah ukuran teknis. Ukuran yang
berlaku di pasar atau yang tertera dalam nota pembelian tidak boleh
digunakan sebagai pedoman pengadaan bahan ini.
Pengawasan terhadap proses pelaksanaan pembesian ini harus dilakukan
secara kontinyu mulai dari bahan yang didatangkan, sampai perakitannya.
Pengawasan yang kontinyu ini diperlukan untuk mempercepat proses
pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan syarat bahan.
d. Semen.
18,5
50 37
6. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Ukuran
yang dicantumkan dalam gambar adalah ukuran teknis, yaitu ukuran riil diameter
besi itu yang diukur menggunakan jangka sorong (schuifmaat) di lapangan. Jika
suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan
membicarakan/konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi. Perubahan dimensi besi
tulangan ini harus dilakukan berdasar perhitungan yang dapat dipertanggung-
jawabkan dan disampaikan secara tertulis. Ukuran yang ditentukan gambar adalah
ukuran minimum.
7. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan kayu klas III. Untuk mendapatkan hasil
cetakan yang memenuhi syarat, pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang
yang ahli. Khusus untuk kolom, tinggi bekisting minimum 2.00 sampai dengan
maximum 2.50 m.
8. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar pada waktu mengecor
tidak ada air semen yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dari bekisting
harus disiram air dan dibersihkan dari kotoran dan bagian konstruksi yang
bersambungan disiram dengan air semen kental.
9. Dalam pengecoran harus dibantu dengan Mixer dan Vibrator agar hasil pengecoran
menjadi padat dan merata. Dalam melakukan vibrasi ini ujung penggetar tidak boleh
mengenai tulangan hingga mengurangi daya rekat beton dengan baja tulangan. PBI
1971 - N2 berlaku sepenuhnya.
10. Apabila hasil pengecoran ternyata sangat jelek dan tidak dapat ditoleransi maka
Kontraktor diwajibkan membongkar seluruh hasil pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat dan melakukan pengecoran kembali sesuai dengan mutu yang disyaratkan
atas tanggungan biaya Kontraktor sendiri. Baik dan jeleknya hasil pengecorn secara
visual dapat dilihat dari keroposnya kolom dan balok-balok atau dari pengujian di
lapangan yang tercantum pada Pasal ini ayat 20.
11. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada saat hujan yang dapat melarutkan air semen
dan merusak mutu beton yang direncanakan. Pada kondisi seperti ini pengecoran
harus dihentikan.
12. Pada saat hujan, hasil pengecoran pada hari dan jam-jam yang pertama harus
terlindung dari hujan dengan memasang tenda terpal atau plastik, terutama pada
pengecoran lantai dan balok-balok.
13. Dalam kondisi normal, pengecoran tidak boleh dihentikan dengan alasan apapun.
Oleh sebab itu Kontraktor diwajibkan mempersiapkan pekejaan pengecoran ini
sebaik-baiknya terutama pengadaan semen. Apabila terpaksa, pengecoran dapat
dihentikan di tempat-tempat yang aman dan terencana. Penghentian pengecoran
yang terpaksa ini tempatnya harus disetujui Direksi. Selang pengecoran tidak boleh
lebih dari 24 jam.
14. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton mengalami periode pengerasan
sebagaimana diatur PBI 1971, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu
dilakukan. Pembongkaran untuk balok-balok, dinding dan lantai dapat dilakukan
paling cepat 21 hari setelah pengecoran atau sesuai rekomendasi Laboratorium.
PEKERJAAN INTAKE
1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pembangunan Intake Bendung berupa pasangan batu campuran 1 pc : 4 psr. sesuai
pedoman spesifikasi teknis pasangan batu dengan bahan utama batu gunung atau
batu kali yang mempunyai gradasi baik sesuai standard penggunaan batu.
2. PEKERJAAN INTAKE/BENDUNG.
a. Pekerjaan Intake berupa bendung yang dibuat dari pasangan batu gunung atau
batu kali sebagaimana dinyatakan dalam gambar.
b. Pada pasangan batu kosong, sela di antara batu diisi dengan pasir dilaksanakan
di bawah pasangan pondasi, sebelum pasangan batu kosong dikerjakan, di
bawahnya dihampar lapisan pasir setebal 10 cm.
c. Batu gunung atau batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak
keropos, sudah dipecah serta mempunyai gradasi baik dengan diameter minimum
15 cm.
d. Adukan yang digunakan pada pekerjaan pasangan batu kali ini terdiri dari 1
bagian semen dan 4 bagian pasir. Dalam pemasangannya tidak dibenarkan sisi-
sisi batu saling bersentuhan, di antara batu harus terisi adukan.
e. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih
dari lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
f. Pada bendung atau talud batu kali yang lapis atasnya dicor dengan beton atau
beton bertulang, sebelum dicor permukaan pasangan harus bersih dari kotoran.
4. PEKERJAAN PLESTERAN DAN SIARAN.
a. Untuk semua plesteran dinding beton dan turap yang memerlukan, digunakan 1
bagian semen dan 3 bagian pasir (kedap air).
b. Siaran untuk dinding turap dan talud menggunakan adukan 1 bagian semen dan
3 bagian pasir.
c. Pasir untuk plesteran dan siaran harus disaring cukup halus dengan butiran tidak
lebih kecil dari 0,25 mm. Pasir laut dan pasir yang memiliki kandungan tanah,
lumpur atau silta tidak diboleh digunakan.
d. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang dan siar-siarnya yang
akan diplester harus disiram air sampai jenuh. Siar-siarnya telah dikeruk sedalam
lebih kurang 1 cm.
e. Tebal plesteran dinding ditentukan lebih kurang 1.5 - 2.0 cm, dikerjakan dengan
rata.
f. Semua bidang plesteran dan siaran harus diaci dengan acian semen.
1. Kontraktor akan mengadakan semua pipa-pipa seperti apa yang ditentukan dalam
daftar material termasuk, semua baut mur, packing karet, flens dan lainnya yang
diperlukan.
2. Pipa beserta Acesories pipa yang ditawarkan harus 100 % baru, produksi dalam
negeri dan diserahkan dalam keadaan baik tanpa cacat.
3. Spesifikasi teknis barang yang ditawarkan harus jelas dan lengkap yaitu : Pabrik asal,
jenis, klas, tebal, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan semua informasi produk
(dalam bentuk brosur) yang diperlukan hingga memudahkan pengambilan keputusan.
4. Sebelum dilakukan pengadaan Pipa di lokasi pekerjaan oleh penyedia jasa terlebih
dahulu pipa tersebut harus dilakukan pemeriksaan dilaboratorium yang
ditunjuk/disetujui oleh pengguna jasa yang dilengkapi dengan surat pernyataan
jaminan barang dari pabrik pembuat dan penyedia Jasa. Penyerahan pengadaan Pipa
dilakukan di lokasi pekerjaan dan jadwal penyerahan harus disetujui oleh Pengguna
Jasa disaksikan oleh Asisten Teknis. Pipa yang akan diadakan harus baru dan
disimpan digudang penampung. Segala kekurangan harus diselesaikan secepatnya
agar proses pelaksanaan pemasangan pipa tidak terhambat.
5. Penyerahan Pipa dari Kontraktor Pelaksana kepada Pengguna Jasa akan dilengkapi
dengan Berita Acara Serah Terima Pengadaan Pipa.
6. Merk pabrik pembuat pipa, spesifikasi, standar dan diameter pipa harus tertulis pada
setiap pipa yang disediakan di lapangan.
1. Pipa Galvanis harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu : SNI 07-0039-
1987 (Medium Class) atau ASTM 120/A 53. Untuk Ø 8” tebal minimal 6,30 mm, Ø 6”
tebal minimal 6,30 mm, Ø 4” tebal minimal 5,50 mm,
2. Pipa-pipa yang cacat, penyok akibat benturan dan cacat yang lain harus diafkir dan
tidak boleh termasuk diantara pipa-pipa yang diserahkan.
3. Pengadaan Pipa GIP termasuk hal-hal sebagai berikut :
Pipa GIP harus diserahkan dengan flanges yang sudah terpasang (dilas) pada
kedua ujungnya.
Flanges harus sudah berlubang sesuai standar.
Pengelasan flanges pada pipa dilakukan sebagai berikut :
Uliran pipa (drad) dipotong terlebih dahulu, digerinda dan dibentuk hingga
potongan penampang tegak lurus pada as pipa, kemudian flanges dilaskan
pada pipa hingga dalam penyambungannya nanti susunan pipa-pipa lurus
benang.dan tidak bengkok-bengkok.
Lubang-lubang kedua flanges harus sinkron, tidak boleh melenceng dari as
pipa.
Penyerahan Pipa berflens dilengkapi dengan mur baut dengan jumlah sesuai
dengan kebutuhan.
Penyerahan Pipa dilengkapi dengan karet packing dan gasket sesuai
kebutuhan.
4. Pipa yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan.
5. Untuk pengadaan pipa GIP dengan ≤ 1” (25 mm) yang penyambungannya
dilakukan dengan socket/uliran, setiap batang pipa harus disuplay lengkap dengan
minimum satu socket.
6. Pada penyerahan pipa GIP ≤ 1” (25,4 mm) ujung-ujung uliran harus masih dalam
keadaan baik, dengan socket yang mudah diputar dan masih tertutup dengan
penutup plastik.
7. Apabila terdapat ujung ulir yang cacat, Kontraktor Pengadaan Pipa sedapat mungkin
memperbaikinya dan apabila tidak dapat diperbaiki, maka pipa yang cacat tersebut
harus diafkir dan Kontraktor harus menggantinya dengan pipa dengan ujung ulir yang
masih baik.
8. Seal tape termasuk dalam pengadaan pipa GIP ≤ 1” (25,4 mm) ini dan diserahkan
dalam jumlah yang cukup.
PEMASANGAN PIPA
H 30 cm 40 cm 50 cm 70 cm 85 cm 100 cm
e. Pada sudut-sudut belokan yang kecil dan tidak memungkinkan digunakan bend,
maka bila dipan-dang aman, penggunaan Gibault Joint (dresser) diperbolehkan.
f. Pembuatan Bend yang tidak terdapat di pasaran dapat dilakukan sendiri oleh
Kontraktor dengan syarat sebagai berikut :
Bend tidak boleh terbuat dari bagian-bagian yang terlalu banyak dilas.
Maksimum 2 sambungan las. Pengelasan harus rapi, satu alur dan tidak bocor
pada tekanan 10 kg/cm2. Kontraktor disarankan telah menguji kebocoran di
bawah tekanan pada bend las-lasan yang diserahkannya. Bila terjadi
kebocoran, Kontraktor harus memperbaiki atau menggantinya.
Pada pembengkokan, diameter pipa harus tetap sama. Perubahan bentuk pipa
dari aslinya akan mengakibatkan bend tersebut di afkir.
g. Pada pelintasan-pelintasan baik sungai atau yang lain, penyembungan Pipa GIP
dilakukan dengan flanges. Demikian juga untuk semua jalur pipa GIP yang
tertanam maupun tidak tertanam.
h. Apabila pemotongan pipa dilakukan dengan las dan tidak diberikan flanges atau
uliran baru, penyambungan harus dilakukan dengan Gibault Joint (dresser).
i. Persyaratan sambungan flanges adalah sebagai berikut :
Semua bagian harus dibersihkan secara seksama.
Packing karet dipotong sesuai ukuran flanges dan ditempatkan secara cermat.
Pada setiap baut harus dilengkapi dengan ring/washer. Baut, mur dan ring,
sebelum dipasang, harus dicelup dalam ter atau solar.
Baut-baut harus dikeraskan pelan-pelan dalam urutan yang tepat hingga
tegangan kerja baut dan packingnya merata.
Packing karet dilumas dengan gasket pada kedua permukaannya.
j. Kecuali kalau ditentukan lain oleh Direksi, nomor, jenis, dan panjang baut-baut
harus sesuai dengan standar yang berlaku dan untuk setiap baut harus dipakai
sebuah mur yang dan dua buah washer/ring.
4. PEMOTONGAN PIPA.
a. Bila Kontrtaktor harus memotong-motong pipa GIP untuk menyesuaikan keperluan,
pemotongan harus direncanakan dengan baik hingga rencana pengadaan bahan
tidak melampaui target. Pemotongan harus dibuat secara rapi dan tegak lurus as
pipa. Ujung-ujung yang terpotong harus diratakan seperti ujung-ujung yang asli.
b. Bila pemotongan dilakukan dengan alat las karbit bekas las harus diratakan dengan
gerinda.
5. ULIRAN PIPA.
a. Dalam membuat uliran baru dari potongan pipa yang diperlukan, tidak dibenarkan
memperkecil diameter pipa tersebut terlebih dahulu. Alat snij yang digunakan
harus sesuai diameternya dengan pipa yang akan dibuat ulirannya dan dikerjakan
bertahap sesuai dengan sistem peralatannya. Ujung ulir pipa tidak boleh berbentuk
kerucut terpancung, harus silindris.
b. Dalam membuat uliran harus dijaga agar coating pipa tidak terlalu banyak
terkelupas. Bekas terkelupasnya coating ini harus ditutup dengan meni besi.
a. Pipa PVC harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 06-0084-
1987 dengan tekanan nominal 10 kg/cm2.
b. Pipa yang diserahkan harus pipa PVC yang tidak rapuh/toreh, mempunyai
kelenturan yang cukup dan memiliki ciri-ciri fisik sesuai dengan yang tercantum
dalam brosur yang dilapirkan dalam penawaran.
c. Pipa-pipa yang cacat, rengat akibat benturan, pecah ujung spigot atau mofnya
dan cacat yang lain harus diafkir dan tidak boleh termasuk diantara pipa-pipa
yang diserahkan.
d. Pipa PVC disambung dengan menggunakan sistem sambungan lem pipa PVC.
e. Salah satu ujung pipa disyaratkan berbentuk mof untuk mempermudah
pemasangan dan mengurangi jumlah fitting. Apabila kedua ujungnya lurus biasa
(spigot/tanpa mof) maka supplay pipa harus dilengkapi dengan minimum satu
socket.
f. Penyerahan Pipa PVC, termasuk lem yang bermutu baik, cepat kering dan tidak
terpengaruh oleh air yang mungkin ada.
g. Salah satu ujungnya harus merupakan “bell” dan disambung menggunakan
sistem sambungan cincin karet (Rubber Ring).
h. Penyerahan pipa PVC, termasuk cincin karet (Rubber Ring) dan pelumas cincin.
i. Cincin karet harus tahan terhadap serangan mikro organisme dan semua zat
yang dikandung oleh air dan tanah dalam keadaan normal.
j. Pelumas untuk cincin karet harus tidak menimbulkan bau, rasa atau warna pada
pipa.
Ketebalan minimum dinding pipa dan out side diameter mengikuti table berikut ini :
KETEBALAN MINIMUM
NOMINAL OUTSIDE
DIAMETER DIAMETER DINDING (MM)
(MM) (MM)
S-8 S-10 S-12,5
15,0
1. PERSYARATAN UMUM.
a. Valve/Katup dengan perlengkapan lainnya harus diset dan dipasang pada pipa
seperti yang disyaratkan pada Pasal-Pasal sebelumnya tentang kebersihan,
perletakan, penyambungan pipa dsb.
b. Semua uliran accessories harus dilapis dengan plastic seal.
c. Dijaga agar pemasangan semua katup tegak lurus ke bumi, tidak diperbolehkan
miring-miring.
THRUST BLOCK.
Pada setiap belokan lintasan pipa baik vertikal maupun horizontal dan semua lintasan
yang menanjak atau menurun harus dipasang thrust blocks dari beton 1 : 3 : 5 dengan
angker yang diperlukan. Ukuran dan penempatan sesuai gambar.
PIPA PENGURAS (WASH OUT) JARINGAN TRANSMISI.
Jika tidak ditentukan dalam gambar, diameter pipa penguras yang terdapat dalam
jaringan transmisi minimal 3/4 kali diameter pipa utama. Cabang penguras tidak boleh
disambungkan ke saluran pembuangan atau ke saluran terendam, dimana dapat
menyebabkan sifon balik kesistem distribusi.
f. Semua kebocoran yang terjadi dalam pengujian ini harus diperbaiki sesuai ketentuan
teknis standar. Contohnya : kebocoran akibat salah cara penyambungan, perbaikan
dilakukan dengan cara pengganti-an fitting atau dipasang fitting bila sebelumnya
memang tidak dipasang. Perbaikan dengan ikatan karet bola motor/mobil tidak
dibenarkan. Kebocoran akibat pecahnya pipa dilakukan dengan penggantian pipa,
disambung dengan dresser atau gibault joint. Perbaikan yang bersifat tidak standar
ditolak.
PEKERJAAN AKHIR/FINISHING
LAIN – LAIN.
a. Kontraktor harus mengangkut barang-barang yang harus disediakannya termasuk
pipa, dan perlengkapannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan
pada bagian-bagiannya baik bagian tetap maupun bagian yang dapat digerakkan.
Perlengkapan tersebut harus dipasang dengan baik, bebas dari kotoran dan
mekanismenya dapat bekerja baik. Kontraktor harus memperbaiki kesalahan
selama pemasangan dan menanggung segala biaya yang diakibatkan oleh hal
tersebut.
b. Segala kerusakan yang timbul pada lapisan jalan harus diperbaiki dan
dikembalikan seperti semula oleh Kontraktor.
c. Kontraktor harus mengecat permukaan perlengkapan perpipaan yang terbuat dari
besi tuang atau GIP yang tidak tertanam setelah selesai dipasang
d. Segala accessories/perlengkapan perpipaan yang tidak dapat bekerja baik setelah
pemasangan harus diperbaiki oleh Kontraktor dan seluruh pembiayaannya harus
ditanggung oleh Kontraktor.
PENYERAHAN PERTAMA
Pada waktu penyerahan pertama seluruh hasil pelaksanaan pekerjaan harus sudah
dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis yang terdapat dalam kontrak dan dikerjakan
sesuai petunjuk direksi (pengguna jasa) dan harus sudah selesai 100%.
MASA PEMELIHARAAN
Dalam masa pemeliharaan hal-hal yang kurang sempurna harus disempurnakan, semua
kotoran harus dibersihkan sehingga pada saat penyerahan kedua, pekerjaan sudah
dalam keadaan betul-betul sempurna atau tidak ada cacat.
KETENTUAN PENUTUP :
Pelaksanaan Pekerjaan tetap berpedoman pada Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Pembangunan Prasarana Pengambilan dan Saluran Pembawa Air Baku Sungai
Pondomauko Kec. Sawa Kab. Konawe Utara Provinsi Sulawesi (0.01 M3/Dtk.)
H. M. K. RITONGA
DIREKTUR